Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL READING

Analytical Study of Exhumations and its Medico-Legal Importance

Oleh:

Anastastiastuti Anissa 6120018036

Anang Maulana Yusuf 6120018044

Aanisah Ikbaar Sayyidah 6120018016

Maimunah Faizin 6120018029

Pembimbing:

dr. Mustika Chasanatusy Syarifah, Sp.F

Departemen / SMF Forensik

Fakultas Kedokteran

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

2018
LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING

“Analytical Study of Exhumations and its Medico-Legal Importance”

Tugas ini telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka

menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di Bagian Ilmu Forensik di RS

Bhayangkara Pusdik Sabhara Porong.

Porong, 17 Oktober 2018

Pembimbing,

dr. Mustika Chasanatusy Syarifah, Sp.F


BAB I

PENDAHULUAN

Istilah penggalian kubur (exhumation) berasal dari kata, ex – Out of


(mengeluarkan) , Humus (tanah),secara medikolegal berarti menggali kuburan orang
mati. Penggalian kubur ada sejak munculnya umat manusia di bumi ini tetapi
kegunaannya telah berubah dengan berlalunya waktu dan peradaban. Ada beberapa
keperluan dimana penggalian kubur (exhumation) dilakukan untuk penelitian,
kanibalisme, kebangkitan, ritual dll.

Dalam masa sekarang, penggalian kubur dilakukan untuk tujuan yang berbeda
oleh lembaga yang berbeda seperti misi penyelamatan, tim arkeologi, lembaga
penegak hukum, Antropolog dll. Jika seseorang meninggal dalam keadaan yang
mencurigakan dan terkubur, agen investigasi yang sah (polisi) dapat menggali kubur
dan dilanjutkan dengan dilakukan pemeriksaan oleh dokter forensik
untuk menentukan penyebab kematian. Penggalian kubur juga harus ada izin dari
pihak yang berwenang sebelum penggalian bisa dipertimbangkan. Semua kasus yang
digali ditangani di bawah bagian 176 Cr.P.C. yaitu, Eksekutif Magistrate harus
melakukan pemeriksaan resmi.
BAB II

ISI

Pendahuluan

Penggalian mayat (exhumation) adalah pemeriksaan terhadap mayat yang


sudah dikuburkan  dari dalam kuburannya  yang telah disahkan oleh hukum  untuk  
membantu peradilan. Ex dalam bahasa latin berarti keluar dan humus berarti tanah.
Pada umumnya, penggalian mayat dilakukan  kembali karena adanya kecurigaan
bahwa mayat mati secara tidak wajar, adanya laporan yang terlambat terhadap
terjadinya pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik atau adanya anggapan
bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak akurat

 Indikasi  Ekshumasi
Indikasi  dilakukan penggalian mayat adalah sebagai berikut :
1. Terdakwa telah mengaku dia telah membunuh seseorang dan telah
menguburnya di suatu tempat.
2. Jenazah setelah dikubur beberapa hari baru kemudian ada kecurigaan bahwa
jenazah meninggal secara tidak wajar.
3. Atas perintah hakim untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap jenazah
yang telah dilakukan pemeriksaan dokter untuk membuat visum et repertum.
4. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian
atau  karena  alasan criminal.
5. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan
kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan seperti keracunan dan
gantung diri.
6. Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya
atau diragukan.
7. Pada kasus criminal untuk menentukan penyebab kematian yang diragukan,
misalnya pada kasus pembunuhan, yang ditutupi seakan bunuh diri
.
Metode dan Bahan

Untuk penelitian ini telah dikumpulkan laporan kasus penggalian yang


dilakukan oleh departemen Kedokteran Forensik, Osmania Medical College,
Hyderabad selama periode Juli 2004 - Mei 2007. Protokol standar yang ditentukan
telah diikuti. Setelah menerima perintah penggalian dari otoritas yang kompeten yaitu
Hakim, Polisi, Petugas Yurisdiksi dan Petugas Medis yang mendukung otopsi medico
legal, maka penggalian mayat dilakukan. Setelah tubuh dikeluarkan dari kubur, lalu
dilakukan konfirmasi identitas hanya dalam kasus-kasus yang kerabat dekatnya
diketahui. Maka prosedur otopsi dimulai untuk memenuhi tujuan belajar
Sejumlah 18 kasus yang telah selesai ada lebih dari 10 kasus yang diikuti
secara pribadi, lalu dilakukan pengambilan foto, pencatatan temuan, berinteraksi
dengan orang dari berbagai bagian, mempelajari topografi, dan observasi kondisi
lapangan. Dilakukan pengumpulkan semua data yang diperoleh dari laporan
pemeriksaan, observasi lapangan, laporan pemeriksaan postmortem, foto, dan laporan
laboratorium, lalu data dimasukkan dalam tabel dan bagan, serta semua komponen
dibahas dan lalu dibuat kesimpulan.
Hasil

Otopsi pada mayat yang digali dilakukan untuk medico legal dengan tujuan
hukum dalam kasus pidana seperti pembunuhan, dugaan pembunuhan, kasus
keracunan yang mencurigakan, kematian yang ditimbulkan karena aborsi kriminal,
malpraktik atau kelalaian. Selain dari itu kasus perdata seperti klaim kematian tidak
disengaja, asuransi ganti rugi ganda, klaim kompensasi pekerja, pertanggungjawaban
atas malpraktek, kelalaian, gugatan, serta klaim warisan untuk menentukan penyebab
kematian. Meskipun demikian ruang lingkup penggalian membentang dari kejahatan
ke kompensasi, dalam kenyataannya penerapannya diabaikan dan lebih sering
dilakukan penyalahgunaan.
Dalam penelitian ini sejumlah total 18 pengalian mayat yang dilakukan oleh
departemen Kedokteran Forensik, Osmania Medical College, Hyderabad dari Juni
2004 - Mei 2007, dengan kasus tahunan 3 kasus pada tahun 2004-2005, 9 kasus di
tahun 2005-2006, 6 kasus di tahun 2006-2007. Pengamatan dan studi mendalam atas
kasus-kasus ini telah ddapatkan hasil yang erat kaitannya dengan demografi, sosiologi
dan psikologi selain aspek forensik. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penggalian lebih banyak dilakukan pada musim panas.
2. Meskipun dua pertiga didaftar di bawah 174 CrPC / 176 CrPC, sepertiga
kasus adalah dugaan pembunuhan atau pembunuhan dan dikubur.
3. Pria lebih banyak dibandingkan wanita.
4. Pembunuhan lebih banyak pada perempuan daripada pria.
5. Hampir dua pertiga dari penggalian dilakukan di bulan pemakaman.
6. Hampir tiga perempat dari kasus berada dalam kondisi pembusukan.
7. Dalam sepertiga dari kasus penelitian, didapatkan cedera jaringan lunak dan
cedera tulang juga didapatkan angka 11% dari kasus.
Diskusi
Dari hasil penelitian menunjukkan jumlah penggalian yang dilakukan selama
periode ini, (bulan dan tahun). Penggalian lebih banyak dilakukan selama bulan Mei
dan November. Dan terbukti bahwa dari 18 kasus sekitar 61% yaitu, 11 kasus
menunjukkan ditangani di bawah bagian 174/176 CrPC dan 6 kasus ditangani di
bawah u / s. 302 IPC, diikuti oleh satu kasus S.304 IPC. Pembunuhan dan dugaan
pembunuhan adalah tuduhan yang mendominasi. Itu juga dalam waktu 1 bulan dari
tanggal penguburan. Di lain sisi 27,77% dari kasus penggalian dilakukan antara 1
hingga 6 bulan setelah penguburan, dan dua kasus tersisa (11,11%) digali setelah
lebih dari 6 bulan. Meskipun tidak ada batasan waktu untuk melaksanakan semua
prosedur seperti itu, permintaan penggalian dibuat dalam beberapa hari atau beberapa
bulan setelah kematian, karena kebanyakan keluhan ini berkaitan dengan kriminalitas
daripada sifat sipil. Dalam mayoritas kasus penguburan (> 70%) adalah sah.
Juga jelas bahwa 72.22% kasus, maka tubuh mengalami pembusukan diikuti
oleh skeletonization (16.66%). Dalam sisa kasus (11,11%) kombinasi yang berbeda
dari perubahan postmortem terlihat seperti pembusukan, mumifikasi, skeletonization
adipocerous dan parsial. Perubahan yang paling umum diamati adalah pembusukan
yang membantu dalam menentukan perkiraan waktu kematian.
Berkenaan dengan cedera jaringan lunak, semua jenis cedera terlepas dari
sifatnya diakui pada setiap morfologi, meskipun jaringan dalam keadaan
dekomposisi. Dalam penelitian ini cedera jaringan lunak didapatkan dalam tubuh
pasca pemakaman hingga dua bulan. Dari 18 kasus terlepas dari sifat keluhan, 6 kasus
(33,33%) cedera jaringan lunak dapat dikenali. Di luar dari 18 kasus, dalam 3 kasus
(16.66%) menunjukkan skeletonization, dari 18 kasus dalam 2 kasus (11,11%) cedera
jaringan lunak berhubungan dengan cedera skeletal yang mendasarinya. Semua
cedera kebanyakan tumpul dan didapatkan di atas kepala dan leher. Dalam kasus
tubuh mengalami memar dan lecet, terlihat jelas pada dinding dada dalam 3 kasus,
dan 2 kasus didapatkan pula cedera ekstremitas, serta enam kasus kombinasi dengan
cedera jaringan lunak di atas kepala dan leher juga. Ini jelas menunjukkan bahwa
kepala dan leher adalah kontributor utama untuk cedera jaringan lunak yang dikenali.
Ini tidak menunjukkan bahwa cedera tidak ada di bagian lain tubuh. Karena
cedera jaringan lunak di atas kepala dan leher mempertahankan morfologi mereka
untuk waktu yang lebih lama dibandingkan dengan bagian lain dari tubuh. Selama
pembusukan kemungkinan didapatkannya cedera jaringan lunak seperti lecet, memar
dan luka bakar relatif lebih sedikit
Kesimpulan

Dalam penelitian ini, total 18 kasus penggalian dilakukan di departemen


Kedokteran Forensik, perguruan tinggi kedokteran Osmania, Hyderabad selama
periode 2004 -2006. Studi terhadap 18 kasus dalam kurun waktu singkat tiga tahun
ini layak untuk dipertimbangkan karena kelangkaan kasus-kasus ini dalam pekerjaan
hukum medis biasa. Studi kasus ini dari pendaftaran untuk penggalian ulang telah
menghasilkan banyak informasi dari sudut pandang hukum medis, karena temuan
analitis adalah bukti nyata daripada praduga analitik. Setelah penelitian bekerja pada
kasus penggalian ini proforma untuk penggalian disiapkan untuk kepentingan ahli
hukum medico legal yang membantu mereka untuk menyusun semua informasi yang
relevan untuk mencapai tujuan penggalian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah penggalian kubur(exhumation) berasal dari kata, ex – Out of


(mengeluarkan) , Humus (tanah),secara medikolegal berarti menggali kuburan orang
mati. Penggalian kubur (exhumation) itu bertujuan untuk. untuk   membantu
peradilan. Pada umumnya, penggalian mayat dilakukan  kembali karena adanya
kecurigaan bahwa mayat mati secara tidak wajar, adanya laporan yang terlambat
terhadap terjadinya pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik atau adanya
anggapan bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak akurat.

B. Saran

Sebaiknya bila terdapat kematian seseorang yang tidak wajar dapat segera
dilakukan pembedahan atau otopsi untuk mencari tahu sebab kematiannya karena
penggalian kubur (exhumation) yang dilakukan berbulan-bulan lamanya setelah
kematian seseorang dapat menghilangkan bukti-bukti yang diperlukan karena proses
pembusukan jenazah.
Meskipun penggalian adalah kepentingan utama secara reguler suatu
pekerjaan medicolegal, tetapi posisi statistik mereka berubah dari tahun ke tahun
mencerminkan kesadaran hukum pada masyarakat, meningkat ketersediaan layanan
medico legal secara pribadi dan perusahaan rumah sakit dan pertukaran informasi
antara berbagai lembaga yang mempengaruhi pembuangan orang mati
DAFTAR PUSTAKA

Forensic Medicine, A guide to principles, Putrefaction after burial, 3 rd edition, Gordon


and Shapiro, 1976.
Hand book of Forensic Pathology, 2nd edition, Vincent J Dimaio, 2001.
Krogman in “The Human Skeleton” in Forensic Medicine,.2nd edition, Borovansky,
1962.
Practical Forensic Medicine, Processes of Exhumation and samples to be Collected,
3rd edition, Francis. E. Camps, 1956.
Rules for Exhumation, 2nd edition, Franklin. C. A. 1988.
Simpson’s Forensic Medicine, Factors influencing after burial, 11th edition, Keith
Simpson, 1956.
Taylor’s Exhumation procedure, 13th sub edition, Alfred Swaine, 1956.
Text book of Forensic Medicine, Medical Jurisprudence and Toxicology, Factors
modifying putrefaction, 6th edition, Parikh. C.K.,1986.

Anda mungkin juga menyukai