Malignant Phyllodes
Disusun oleh :
Almeir Pradhipta Andras Asmara 6120018006
Pembimbing:
dr. Anton Sugianto, Sp.B
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Case
Based Discussion Bedah Umum dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Di samping itu, melalui
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dr.
Anton Sugianto, Sp.B selaku pembimbing dalam penyusunan tugas ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan anggota Kepaniteraan SMF Bedah
serta berbagai pihak yang telah member dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun
saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.
Penulis
SMF BEDAH
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Rungkut Lor, Surabaya
Pekerjaan : Guru
Status Perkawinan : Menikah
MRS : 03 Desember 2019
KRS : 05 Desember 2019
No. RM : 188399
II. ANAMNESIS
II.I Keluhan Utama:
Benjolan yang mengeluarkan darah di payudara kanan
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
SMF BEDAH
lemas, dan berat badan berkurang dari 68 kg menjadi 62 kg. Tidak didapatkan
demam, keringat pada malam hari, gangguan menstruasi, riwayat HT maupun DM.
Alergi obat atupun makanan (-). Selama ini pasien tidak mengkonsumsi obat
ataupun melakukan terapi untuk keluhan di payudara tersebut.
II.3 Riwayat Penyakit Dahulu
DM disangkal
HT disangkal
Alergi disangkal
Operasi Pengangkatan FAM pad tahun 2006
Keluhan yang sama sebelumnya dirasakan tahun 2008, namun benjolan
masih kecil dan tidak timbul luka yang berdarah
SMF BEDAH
Status Gizi : Cukup
Kepala/Leher : Anemis (+/+), Ikterus (-/-), Cyanosis (-), Dyspneu (-),
Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Payudara tampak asimetris, spider nevi (-), tak tampak
perubahan eflorosiensi bermakna
a. Pulmo
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada retraksi, pergerakan dada simetris
Palpasi : Pengembangan paru simetris, fremitus raba hemithoraks
simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler/vesikuler, rhonki-/-, wheezing -/-
b. Cor
Inspeksi : Normochest, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan parasternal kanan ICS 4, batas jantung
kiri ICS 5 MCL kiri
Auskultasi : S1/S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Gravid, tidak ada bekas operasi, massa (-)
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Soepel, nyeri tekan di epigastrium (-), hepar, renal, lien
tidak teraba, ascites (-), Mc.Burney (-), Obturator sign (-),
Iliopsoas sign (-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Esktremitas
Akral hangat kering merah, oedema di semua ekstremitas (-), CRT < 2
detik.
SMF BEDAH
Status Lokalis
Inspeksi : Asimetris (+) payudara kanan tampak lebih besar, tampak massa
berdungkul-dungkul (+) Terdapat luka di regio inferior dan superior
lateral (+), Tampak perdarahan aktif (+) , tak tampak adanya
pembesaran KGB di daerah axilla.
KGB Axila : Inspeksi maupun palpasi tidak didapatkn adanya pembesaran KGB
Axila
SMF BEDAH
IV. DIAGNOSIS KLINIS
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan
rujukan
Natrium 134,20 mEq/L 135-147
Serum Elektrolit
Kalium 3,42 mEq/L 3,5-5,0
(03-11-2019)
Klorida 115,90 mEq/L 95-105
SMF BEDAH
Foto Thorax (03-12-2019) :
SMF BEDAH
Pemeriksaan foto Thorax dan Laboratorium Pre Op
( BUN,SK,SE,HbsAg rapid, Anti HIV Rapid)
Pemeriksaan PA sampel Tumor
KIE
Akan dilakukan pembedahan pengambilan seluruh tumor di payudara kanan
beserta jaringan dan kelenjar payudara dengan anestesi umum, dan diperiksakan
ke PA untuk mengetahui secara pasti jenis tumor
Sebelum operasi ditransfusi darah terlebih dahulu 3 kantong untuk menaikan Hb
dalam darah yang rendah
Bed rest yang cukup
Menjaga personal hygiene pasien
IMUNOSEROLOGI
Hepatitis Marker (3-12-2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HbsAg Rapid Pre Op Non Reaktif Non Reaktif
IMUNOSEROLOGI (3-12-2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HIV Rapid Pre Op Non Reaktif Non Reaktif
SMF BEDAH
Dokumentasi Durante Operasi
SMF BEDAH
Tanggal
Subjective Objective Assesmen Planning
P.Edukasi:
-Latihan untuk duduk
-Imobilisasi ke kanan dan
kiri
-Penuhi kebutuhan nutrisi
-Tidak ada pantangan makan
bila tidak ada alergi
SMF BEDAH
Nyeri bekas operasi
06/12/2019 Pusing (-) GCS 456 Malignant P.Diagnosis:
Makan minum dbn KU baik -
Phyllodes
Mual muntah (-) TTV
BAB Normal Nadi 78x/mnt + Anemia P.Terapi :
BAK Normal T 36,6 C --Inf PZ 14 tpm
TD 110/75 mmHg -Inj Cefotaxim 3x1 g IV
RR 20x/mnt -Inj Ondansentron 2x4 mg
-Inj Ketorolac 3x30 mg k/p
-Inj Ranitidin 2x1 amp k/p
P.Edukasi:
-Melakukan aktivitas seperti
biasa tidak apa-apa
-Istirahat cukup
-Penuhi kebutuhan nutrisi
-Tidak ada pantangan makan
bila tidak ada alergi
-Komtrol Poli bedah 1
minggu lagi
SMF BEDAH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. EMBRIOLOGI PAYUDARA
Payudara terbentuk dari penebalan ektoderma (mammary ridges, milk line)
pada minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus. Payudara dibentuk disekitar ridge,
yang terbentang dari dasar forelimb (nantinya aksila) hingga hindlimb (nantinya
inguinal). Tetapi nantinya ridge ini akan menghilang/atrofi pada akhir trimester, kecuali
bagian-bagian kecil yang dapat bertahan disekitar dada seperti puting susu yang muncul
disepanjang milk line. Ektoderma yang tumbuh kedalam membentuk duktus dan lobulus
susu, sehingga payudara dapat berkembang menjadi suatu organ.1
Payudara kembali berkembang pada masa pubertas, karena adanya pengaruh
hormone mammotrophic. Terdapat 5 fase dari perkembangan payudara pada masa
pubertas, yaitu fase pertama saat usia 8-10 tahun dimana puting semakin menonjol
tetapi belum ada perkembangan pada kelenjar payudara; fase kedua pada usia 10-12
tahun dimana mulai terbentuknya kelenjar payudara atau pembentukan kelenjar
subareola; fase ketiga terjadi pada usia 12-13 tahun, dimana kelenjar terbentuk dan
volumenya meningkat serta terjadi pigmentasi areola; kemudian proses ini berlanjut di
fase keempat pada usia 13-14 tahun dimana areola semakin jelas membesar dan
pigmentasi juga semakin jelas. Terakhir, pada fase kelima pada usia 14-17 tahun,
pembentukan dan perkembangan payudara menjadi sempurna.1
SMF BEDAH
B. ANATOMI PAYUDARA
Baik pria maupun wanita memiliki payudara yang hanya berkembang dengan
baik pada wanita. Kelenjar mammae pada payudara merupakan tambahan terhadap alat
reproduksi wanita tetapi mengalami rudimenter dan tidak berfungsi pada pria. 2,3
Biasanya, lemak yang ada pada payudara pria tidak berbeda dengan yang ada
pada jaringan subkutan dari bagian tubuh manapun, dan sistem glandular tidak
berkembang normal. Kelenjar mamae pada wanita berada dalam jaringan subkutan di
atas muskulus pectoralis mayor dan minor. Jumlah lemak yang ada di sekitar jaringan
kelenjar menentukan ukuran mammae non-laktasi. Tonjolan pada mammae disebut
papilla mammae (puting, nipple), yang dikelilingi oleh area berpigmen yang disebut
areola. 2,3
Secara kasar, mammae terletak antara tepi lateral sternum yang membentang
hingga linea mid aksillaris dan secara vertikal dari costa II hingga costa VI. Dua per tiga
dari dasar mammae terbentuk dari fascia pectoralis yang melapisi pectoralis mayor,
sedangkan sepertiga lainnya pada fascia yang menutupi musculus serratus anterior.
Antara jaringan mammae dengan fascia pectoralis terdapat jaringan ikat longgar atau
potential space, yaitu spatium retromammae. Bidang ini, mengandung lemak dalam
jumlah kecil, memungkinkan pergerakan mammae yang terbatas dari fascia pectoral.
2,3,4
Sebagian kecil dari kelenjar mamma meluas dari tepi inferolateral pectoralis
mayor menuju fossa axillaris, membentuk processus axillaris atau ekor Spence (tail of
Spence). Beberapa wanita dapat merasakan bagian ini (khususnya jika membesar dalam
siklus menstruasi) dan menjadi khawatir bahwa bagian ini adalah tumor atau kelenjar
limfe yang membesar. 4
Kelenjar mammae melekat kuat pada dermis, khusunya oleh retinacula cutis atau
ligamentum suspensorium (ligament of Cooper). Penebalan ini, merupakan jaringan
penyambung, yang terutama berkembang baik pada bagian superior kelenjar, yang
membantu menyokong lobuli glandula mammae. 4
SMF BEDAH
Gambar 1. Jaringan mamae pada aspectus anterior dan medial 4
Papilla kebanyakan tersusun oleh serat otot polos sirkular yang mengkompresi
duktus lactiferus selama menyusui dan mengereksikan papilla selama stimulasi saat
SMF BEDAH
menyusui. Oleh karena kelenjar mammae adalah kelenjar keringat yang mengalami
modifikasi, sehingga tidak memiliki pelapis atau kapsul khusus. Alveol pensekresi susu
tertata seperti gerombolan buah anggur. 4
Untuk lokalisasi dan deskripsi anatomis dari tumor dan kista, permukaan
mammae terbagi menjadi empat kuadran sebagaimana ditunjukkan pada gambar di
bawah ini: 4
1. Ramus perforantes mammaria media dan ramus intercostal anterior dari arteri
thoracica interna, yang berasal dari arteri subclavia.
2. Arteri thoracica interna dan arteri thoracoacromial, cabang arteri axillaris.
3. Arteri intercostal posterior cabang aorta torakal, pada spatium intercostal II, III, dan
IV.
SMF BEDAH
Vena-vena yang ada pada mammae terutama bermuara pada vena axillaris, tetapi ada
pula yang bermuara pada vena thoracia interna. 4
2. Kebanyakan dari pembuluh limfe yang tersisa, khusunya dari kuadran medial,
drainasi ke limfonodus parasternalis atau ke sebelah mammae, dimana pembuluh
limfe dari kuadran inferior dapat melalui bagian yang lebih profunda ke limfonodus
abdominal (limfonodus inferior frenicus subdiafragmatika). 4
SMF BEDAH
Gambar 4. Sistem limfatika mammae 4
Pembuluh limfe dari kulit mammae, kecuali papilla dan areola, bermuara pada
limfonodus axillaris ipsilateral, cervicalis inferior profunda, dan infraclavicular serta
pada kedua sisi limfonodus parasternalis. Limfonodus axillaris bermuara ke limfonodus
clavicularis (infraclavicularis dan supraclavicualris) lalu menuju ke trunkus limfatikus
subclavia, yang juga menjadi muara pembuluh limfe tungkai atas. Limfonodis
parasternalis bermuara ke trunkus broncho mediastinal, yang juga menjadi muara dari
pembuluh limfe viscera thorakal. Akhir dari trunkus limfatikus ini bermacam-macam,
SMF BEDAH
biasanya kedua trunkus ini menyatu satu sama lain dan dengan trunkus limfatikus
jugular, yang menjadi muara kepala dan leher untuk membentuk duktus limfatikus
dextra yang pendek pada sisi kanan atau masuk pada akhir duktus thoracicus pada sisi
kiri. Namun, pada kebanyakan kasus, trunki ini bermuara langsung ke sambungan
antara vena subclavia dan jugular interna, yang akan membentuk vena brachicephalica.
Pada kasus lainnya, trunki tersebut bermuara pada kedua vena tersebut. 2
Persarafan mammae berasal dari ramus cutaneus anterior dan lateral dari nervus
intercostalis IV-VI. Rami communicantes menguhubungkan setiap ramus anterior
dengan truncus simpaticus. Cabang-cabang dari nervus intercostalis berjalan melalui
fascia profunda yang menutupi pectoralis mayor untuk mencapai kulit, termasuk
jaringan subkutan mammae. Dengan demikian, nervus intercostalis ini membawa serat
sensoris ke kulit dan serat simpatis ke pembuluh darah dan otot polos pada kulit dan
papilla mammae. 2
SMF BEDAH
Pada beberapa kasus tumor filoides maligna, selnya mungkin menginvasi dan
merusak jaringan sekitarnya atau menyebar ke lokasi tubuh lain (metastasis). Tumor
filoides benigna tidak bermetastasis namun dapat tumbuh sangat cepat dan
menyebabkan kulit meregang. 5
D. EPIDEMIOLOGI
Tidak ada perbedaan frekuensi terjadinya tumor phylloides antara penderita di
Amerika Serikat dan di negara-negara lain, dengan demikian ras tidak mempengaruhi
frekuensi kejadian. Tumor phylloides terhitung 1% dari semua neoplasma mammae.
Beberapa laporan menyatakan bahwa sekitar 85-90% tumor phylloides bersifat jinak
dan diperkirakan 10-15% yang bersifat malignan. Tumor ini sangat jarang mengenai
pria dan dapat terjadi pada usia berapa pun, namun rata-rata pada dekade kelima. 6
D. ETIOLOGI
Etiologi tumor filoides tidak diketahui. Tumor filoides secara nyata berhubungan
dengan fibroadenoma dalam beberapa kasus, karena pasien dapat memiliki kedua lesi
dan gambaran histologis kedua lesi mungkin terlihat pada tumor yang sama. Namun,
apakah tumor filoides berkembang dari fibroadenoma atau keduanya berkembang
bersama-sama, atau apakah tumor filoides dapat muncul de novo, tidaklah jelas.
Noguchi dan kolega telah mempelajari pertanyaan ini dengan analisis klonal dalam tiga
kasus dimana fibroadenoma dan tumor filoides diperoleh berurutan dari pasien yang
sama. Pada masing-masing kasus, kedua tumor monoklonal dan memperlihatkan alel
inaktif yang sama. Mereka menyatakan bahwa tumor filoides memiliki asal yang sama
dengan fibroadenoma, fibroadenoma tertentu dapat berkembang menjadi tumor filoides.
5,7
SMF BEDAH
Endothelin 1 (ET-1) pada prinsipnya merupakan vasokonstriktor kuat, namun juga
memiliki banyak fungsi lainnya. Ia menyebabkan stimulasi lemah DNA fibroblas
mammae, namun dapat digabungkan dengan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) untuk
menciptakan stimulasi kuat. ET-1 tidak terdapat pada sel epitel mammae normal, namun
reseptor ET-1 spesifik terdapat pada permukaan sel stroma normal. Reseptor ET-1
dijumpai pada permukaan sel dari sel-sel stroma tumor filoides namun sel-sel
immunoreactive ditemukan dalam sel-sel epitel tapi bukan sel-sel stroma, memberi
kesan bahwa ET-1 disintesis oleh sel epitel tumor filoides. Dengan demikian hal
tersebut menjelaskan kemungkinan mekanisme parakrin pada stimulasi pertumbuhan
stroma cepat yang selalu terlihat bersama tumor filoides. 5,7
Hal yang penting adalah bahwa tumor filoides tidak seharusnya dibingungkan
dengan sarkoma murni (tanpa elemen epitel sama sekali), untuk memiliki tingkat lebih
besar pada keganasan dan gumpalan keduanya sama-sama bisa mengaburkan sifat jinak
dasar kebanyakan tumor filoides. Imunositokemistri dan mikroskop elektron
memperlihatkan bahwa sel stroma pada kedua tumor filoides jinak dan ganas
merupakan campuran dari fibroblas dan miofibroblas. Teknik-teknik ini memperjelas
perbedaan leiomiosarkoma dan mioepitelioma, dari tumor filoides yang menunjukkan
reaksi yang sama sekali berbeda. 7
E. PATOFISIOLOGI
Tumor filoides berasal dari fibroadenoma selular yang telah ada dan sekarang
telah mengandung satu atau lebih komponen asal mesenkim. Diferensiasi dari
fibroadenoma didasarkan atas lebih besarnya derajat selularitas stroma, polimorfisme
selular, inti hiperkromatik dan gambaran mitosis dalam jumlah yang bermakna. Protusio
khas massa polopiod stroma hiperplastik kedalam kanalikuli yang tertekan
menghasilkan penampilan seperti daun yang menggambarkan istilah filoides. 8
Pada tumor jinak tidak bermetastase, namun mereka memiliki kecenderungan
untuk tumbuh secara agresif dan rekuren secara lokal. Mirip dengan sarkoma, tumor
maligna bermetastase secara hematogen. 8
SMF BEDAH
F. MANIFESTASI KLINIS
Tumor filoides merupakan neoplasma non-epitelial mammae yang paling sering
terjadi, meskipun hanya mewakili 1% dari tumor mammae. Tumor ini memiliki tekstur
halus, berbatas tegas dan biasanya bergerak secara bebas. Tumor ini adalah tumor yang
relatif besar, dengan ukuran rata-rata 5 cm. Namun, lesi yang > 30 cm pernah
dilaporkan. Kebanyakan tumor tumbuh dengan cepat menjadi ukuran besar sebelum
pasien datang, namun tumor-tumor tidak menetap dalam arti karsinoma besar. Hal ini
disebabkan mereka khususnya tidak invasif; besarnya tumor dapat menempati sebagian
besar mammae, atau seluruhnya, dan menimbulkan tekanan ulserasi di kulit, namun
masih memperlihatkan sejumlah mobilitas pada dinding dada. Meskipun tumor jinak
tidak bermetastase, namun mereka memiliki kecenderungan untuk tumbuh secara
agresif dan rekuren secara lokal. Mirip dengan sarkoma, tumor maligna bermetastase
secara hematogen. Ciri-ciri tumor filoides maligna adalah sebagai berikut: 5,9
1. Tumor maligna berulang terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
2. Paru merupakan tempat metastase yang paling sering, diikuti oleh tulang, jantung,
dan hati
3. Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera, beberapa
bulan sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
4. Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari terapi awal.
5. Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
6. Kasarnya 30% pasien dengan tumor filoides maligna meninggal karena penyakit ini
G. DASAR DIAGNOSIS
1. Anamnesa
a. Pasien khususnya datang dengan massa di mammae yang keras,
bergerak, dan berbatas jelas dan tidak nyeri.
b. Sebuah massa kecil dapat dengan cepat berkembang ukurannya dalam
beberapa minggu sebelum pasien mencari perhatian medis
c. Tumor jarang melibatkan kompleks puting-areola atau meng-ulserasi
kulit
SMF BEDAH
d. Pasien dengan metastase bisa muncul dengan gejala seperti dispnoe,
kelelahan, dan nyeri tulang. 10
2. Pemeriksaan Fisik
SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila
terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat
menurunkan angka kematian. Wanita premenopause (belum memasuki masa
menopause) sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus
menstruasinya selesai.10
Cara melakukan SADARI adalah :
1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap
cermin.
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara, dan
puting yang masuk.
3. Angkat lengan lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak pinggang
untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan
pada kulit payudara.
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.
6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
Pemeriksaan fisik pada tumor filoides dapat ditemukan : 11
a. Adanya massa mammae yang keras, mobile, berbentuk bulat lonjong
dengan permukaan berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang
lebih besar dari fibroadenoma.
b. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan
biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan
dengan FAM Secara tidak diketahui, tumor mammae cenderung
melibatkan mammae sinistra lebih sering dibandingkan mammae dekstra.
SMF BEDAH
c. Diatas kulit mungkin terlihat tampilan licin dan cukup translusen untuk
memperlihatkan vena mammae yang mendasarinya.
d. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari
FAM. Tumor filoides umumnya memperlihatkan pertumbuhan yang
cepat.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang bisa
digunakan untuk mendiagnosa tumor filoides. Pemeriksaan immunohistokimia
CD10 dapat memprediksi adanya metastasis jauh. Investigasi tumor filoides
kearah malignansi dapat dilakukan dengan pemeriksaan analisis genomic dan
proteomic yang akan menunjukkan mutasi, amplifikasi dan delesi. 11
Pemeriksaan Radiologi
Pada mammogram, tumor filoides akan memiliki tepi yang berbatas jelas
dan radioopak. Baik mammogram ataupun ultrasonografi (USG)
mammae dapat membedakan secara jelas antara fibroadenoma dan
filoides jinak atau tumor ganas. Jenis tumor mammae ini biasanya tidak
ditemukan di dekat mikro kalsifikasi. 11
SMF BEDAH
Magnetic Resonance Imaging (MRI) mammae dapat membantu tindakan
operasi dalam pengangkatan jaringan tumor filoides. Sebuah studi di
Italia yang membandingkan mammogram, USG dan MRI mammae dari
tumor filoides melaporkan bahwa MRI memberikan gambaran yang
paling akurat dan ini membantu ahli bedah tumor dalam menjalankan
rencana operasi mereka. Bahkan jika tumor itu cukup dekat dengan otot-
otot dinding dada, MRI bisa memberikan gambaran yang lebih baik dari
tumor filoides daripada mammogram atau USG. 11
SMF BEDAH
Pemeriksaan Biopsi
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) untuk pemeriksaan sitologi
biasanya tidak memadai untuk diagnosis tumor filoides. Biopsi jarum lebih
dapat dipercaya, namun masih bisa terdapat kesalahan pengambilan sampel dan
kesulitan dalam membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma.11
Biopsi mammae eksisi terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi
insisional untuk lesi lebih besar adalah metode pasti untuk mendiagnosis tumor
filoides. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di laboratorium tapi jarang
memberikan diagnosis yang jelas, karena sel-sel dapat menyerupai karsinoma
dan fibroadenoma. Pada Biopsi bedah akan menghasilkan potongan jaringan
yang akan memberikan sampel sel lebih baik dan akan menghasilkan diagnosa
yang tepat untuk sebuah tumor filoides. 11
Temuan Histopatologi
SMF BEDAH
pada tumor filoides bentuk jinak dan ganas, nukleolus dapat mengungkapkan
nukleolonema yang bertautan kasar dan sisterna berlimpah dalam retikulum
endoplasma. 10,11
Gambar 8a. Stroma hiperseluler dengan epitel b.Stroma tampak atipik, inti sangat pleomorfik
membentuk struktur intrakanalikuler9 hiperkromatik nukleoli prominent9
c. Epitel duktus tanpa tanda-tanda d. ( High power) Mitosis sel (tanda panah)9
keganasan9
SMF BEDAH
H. KLASIFIKASI
Tumor phylloides adalah tumor fibroepitelial yang terdiri dari komponen epitel
dan stroma selular. Tumor ini dapat dianggap jinak, sedang, atau malignan bergantung
pada gambaran histologis antara lain selularitas stromal, infiltrasi pada tepi tumor, dan
aktivitas mitotik. Semua bentuk tumor phylloides dianggap sebagai kanker mammae,
bahkan bentuk jinaknya sekalipun dianggap berpotensi menjadi malginan. 5,12
STAGING
Staging tumor phylloides khususnya tipe malignan menggunakan staging yang
digunakan untuk kanker payudara secara umum yaitu menurut American Joint
Committee on Cancer (AJCC) dan klasifikasi patologisnya sebagaimana dalam tabel di
bawah.12
SMF BEDAH
T1a Tumor >0.1-0.5 cm dalam dimensi terbesarnya
Tumor berukuran berapa pun dengan perluasan langsung ke dinding dada (a)
T4
atau kulit (b)
Edema (termasuk peau d’ orange) atau ulserasi kulit mammae atau nodul
T4b
satelit yang terbatas pada mammae yang terkena
SMF BEDAH
Tabel 2. Klasifikasi Patologis (pN)10,11
Limfonodus regional tidak dapat dinilai (tidak dapat diangkat untuk studi
pNx
patologis atau sudah diangkat sebelumnya)
pN0 (i+) Tidak ada metastasis limfonodus secara histologis, IHC negatif
Tidak ada metastasis limfonodus secara histologis, IHC positif, tidak ada
pN0
kluster IHC >0.2 mm
pN2b Metastasis pada limfonodus mammaria internal yang tampak secara klinisb
SMF BEDAH
tanpa disertai metastasis pada limfonodus aksillaris
SMF BEDAH
Tabel 3. Pengelompokan Stadium American Joint Committee on Cancer 10,11
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
T0 N1 M0
Stadium IIA T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0
Stadium IIB
T3 N0 M0
T0 N2 M0
Stadium IIIA T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
I. PENATALAKSANAAN
Penanganan untuk phyllodes tumor jinak, borderline, atau ganas adalah sama:
operasi untuk mengangkat tumor. Tidak ada aturan pasti mengenai batas luas eksisi,
tetapi biasanya disisakan tepi 2 cm untuk tumor kecil (<5cm) dan 5 cm untuk tumor
SMF BEDAH
yang lebih besar (>5 cm). Diseksi kelenjar aksilla hanya dilakukan apabila terdapat
benjolan yang mencurigakan. Kemoterapi dan radiasi tidak efektif. 5,14,13
Prosedur bedah yang mungkin untuk mencapai eksisi luas untuk tumor phyllodes
adalah: 15
Mastektomi parsial atau segmental: Hanya bagian payudara yang berisi tumor
phyllodes.
Mastektomi total atau sederhana: Pengangkatan seluruh payudara, tapi tidak ada
yang lain (seperti kelenjar getah bening atau otot).
Risiko untuk terjadinya rekurensi atau metastasis berhubungan dengan derajat
histologis. Suatu studi menyarankan untuk melakukan mastektomi total lebih efektif
daripada breast-conserving surgery. Namun, beberapa studi menyatakan bahwa terapi
radiasi setelah breast-conserving surgery dengan tepi bebas tumor secara signifikan
mengurangi angka rekurensi lokal untuk tumor derajat sedang dan malignant. 4,5,15
Tidak terdapat peran yang terbukti dari terapi adjuvant kemoterapi dan terapi
radiasi pada penatalaksaan tumor filoides. Respon kemoterapi dan radioterapi pada
kasus tumor filoides dengan rekurensi dan metastasis sangat buruk dan terapi hormonal
yang tidak berhasil telah dilaporkan. 16
J. PROGNOSIS
Meskipun tumor phylloides secara klinis dianggap sebagai tumor jinak,
kemungkinan untuk rekurensi lokal setelah eksisi selalu ada, khusunya untuk lesi yang
menunjukkan histologis malignansi. Tumor setelah pengobatan awal dengan eksisi lokal
luas, yang rekuren secara lokal idealnya diterapi dengan mastektomi total.15,16
SMF BEDAH
DAFTAR PUSTAKA
SMF BEDAH