Anda di halaman 1dari 39

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NU SURABAYA
Menyiapkan Generasi Rahmatan Lil ‘alamin

CASE REPORT
NEPHROLITHIASIS dan HYDRONEPHROSIS
Oleh :
Almeir Pradhipta Andras Asmara 6120018006

Pembimbing:
dr. Dwimantoro Iman P., Sp. U

DEPARTEMEN / SMF BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
Pendahuluan
 Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme, dan
mempertahankan keseimbangan air, garam, dan elektrolit.
 Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah
pasien di klinik urologi.
 Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).
 Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batu ureter, batu buli-buli
dan batu uretra.
 Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), dan senyawa lainnya.
2
Identitas Pasien
Nama : Tn H
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Tambak Dalam Baru II / 45 , Surabaya
Pekerjaan : Swasta
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
No.MR : 337535
Masuk RS : 16 Desember 2019
Tempat Pemeriksaan : Ruang Azzahra II . 206.2
2
 Keluhan utama :
Anamnesis
Nyeri pinggang kiri
 Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki-laki datang ke IGD RSI Jemursari dengan keluhan nyeri
pinggang kiri sejak +- 2 tahun ini dan memberat 1 minggu sebelum MRS. Nyeri
dirasakan menjalar dari pinggang kiri ke perut kiri bawah. Nyeri diperberat
dengan aktivitas dan diperingan dengan obat dan minum yang banyak. Nyeri
dirasakan hilang timbul pada awalnya namun mereda dengan obat anti nyeri. Tetapi
1 minggu terakhir nyeri menetap dan tidak hilang dengan obat anti nyeri. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan memberat dengan pergantian posisi atau
batuk.
Sekitar 4 bulan yang lalu pasien mengeluh BAK terasa tidak tuntas dan
nyeri. Pasien juga mengaku sering mengeluarkan seperti batu kecil2 melalui urin.
Keluhan mereda jika sudah keluar batu melalui urin. Saat ini pasien mengaku BAK
tidak ada keluhan, tidak nyeri atau panas, tidak terasa tersendat, urin tidak keruh
atau berwarna merah, dan tidak ada demam.
Pasien menyangkal adanya keluhan mual ataupun muntah. BAB dalam
batas normal. Pasien memiliki riwayat asam urat yang tinggi dan tidak terkontrol. 4
hari yang lalu pasien periksa USG dan Foto abdomen hasilnya terdapat batu pada
ginjal kiri. HT (+) DM (-) Alergi (-) 4
• Riwayat penyakit dahulu : • Riwayat Sosial :
 HT (+)  Pasien dulu sering konsumsi kacang-
 DM (-) kacangan , dan tempe goreng.
 Operasi (-)  Pasien juga suka minum kopi.
Merokok (-)

• Riwayat Keluarga : • Riwayat Pengobatan


 HT (+)
 Amlodipin
 DM (-)
 Keluhan yang sama dengan pasien  Antalgin
disangkal
 Allopurinol
5
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
• Keadaan umum : Lemah
• Kesadaran : Compos mentis, GCS 456, kooperatif
• Tekanan darah : 163/97 mmHg
• Nadi : 95x/menit (Reguler, kuat angkat)
• Pernafasan : 22x/menit
• Suhu : 36,8◦C
• Keadaan gizi : Cukup
• Skala Nyeri :5

6
Kepala : A/I/C/D –/–/–/–
Leher : trakea ditengah, simetris, pembesarah kelenjar tyroid (–),
pembesaran limfonodi cervical (–), Hematom palpebra
Dextra (+), Bloody Rhinorea (-) peningkatan vena jugularis (-)
Thorax : normochest, simetris, retraksi intercostal (–), pernafasan
thoracoabdominal (–), sela iga melebar (–)
Paru 
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada retraksi, pergerakan dada
simetris
Palpasi : pengembangan paru simetris, fremitus raba simetris
Perkusi : sonor kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler/vesikuler, ronkhi –/–, wheezing –/–

7
Cor 
• Inspeksi : normochest, ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : batas jantung
Kanan : ICS IV parasternal dextra
Kiri : ICS V mid clavicula line sinistra
• Auskultasi : S1 S2 tunggal, murmur (–), gallop (–)

8
Abdomen 
• Inspeksi : Flat, tidak ada massa, tidak ada scar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (–), tidak didapatkan
pembesaran hepar atau lien
• Perkusi : timpani seluruh kuadran abdomen

Ekstremitas 
• Akral hangat kering merah
• CRT < 2 detik
• Pitting edema tungkai (-)

9
Status Urologi
- Regio flank : nyeri ketok costovertebrae (-/+), flank mass (-)
- Regio suprapubik : VU teraba, nyeri tekan (-), mass (-)
- Regio inguinal : hernia (-), pembesaran KGB (-)
- Regio Genitaia Eksterna : Penis tidak ada bekas luka, benjolan/ massa (-)
pada penis , perubahan warna (-), memar (-). Pada skrotum tak tampak
adanya pembesaran testis ataupun teraba hangat.

10
Diagnosis Kerja :
Susp. Nephrolithiasis sinistra dd ISK

11
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Leukosit 8,57 ribu/uL 4.300-10.600
Basofil 1 % 0-1
Neutrofil 59 % 39.3-73.7
Limfosit 29 % 18-48
Eosinofil 3 % 2-4
Monosit 8 % 4.4-12.7
DL Eritrosit 5,54 juta/uL 4.4-5.9
(12-12-2019) Hemoglobin 15,6 g/dL 11.7-15.5
Hematokrit 47,7 % 35-47
MCV 87,6 fL 84-96
MCH 28,6 Pg 28-34
MCHC 34,1 % 32-36
Trombosit 408 ribu/uL 150-436
MPV 6,655 fL 7,2-11,1
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
FAAL HATI SGOT (AST) 27 U/L L < 40
(12-12-2019) SGPT (ALT) 40 U/L L < 41
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Fungsi Ginjal BUN 13,5 mg/dL 10-20
(12-12-2019) Serum Kreatinin 1,23 mg/dL 0,62-1,10
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Makroskopis urin
UL Warna urin kuning Kuning
(12-12-2019) Kejernihan urin jernih Jernih
Kmia Urin
pH urin 6,5 5-8
Specific Gravity 1,010 1.005-1.030
Nitrit urine Negatif Negatif
Protein urine Negatif Negatif
Glukosa urine Negatif Negatif
Keton urine Negatif Negatif
Urobilinogen urine Negatif 3.2-16
Leukosit urine 100 Negatif
Bilirubin urin Negatif Negatif
Blood 150 /uL Negatif
Mikroskopis
Eritrosit 5-7 0-1
Leukosit 4-6 0-1
Sel Epitel Negatif 0-1
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
13
Parasit Negatif Negatif
Serum Elektrolit Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan
(12-12-2019) rujukan
Serum Natrium 137,60 mEq/L 135-147
Elektrolit Kalium 4,69 mEq/L 3,5-5,0
(16-12-2019) Klorida 103,60 mEq/L 95-105

14
USG Abdomen (12/12/19)

15
HASIL :

Ren Sinistra: ukuran normal, intensitas echo parencym


normal, batas echo cortex jelas, tak tampak
ectasis pelviocalyceal system, tampak
multiple batu ukuran +/- 1,6 cm yang
mengisi pole atas hingga bawah, tampak
lesi kistik di pole tengah hinga bawah

KESIMPULAN:

- Multiple nefrolithiasis kiri ukuran +/- 1,6 cm


- Lesi kistik pole tengah hingga bawah ginjal kiri,
dapat merupakan kista ginjal DD hidronefrosis kiri
- Kalsifikasi prostat

16
Foto BOF (12/12/19)
Hasil :
• Gas usus normal
• Hepar dan lien kesan tak membesar
• Psoas shadow normal
• Bayangan ginjal kanan kiri tidak membesar
• Tampak lipping VL 2-5
• Pedicle dan spatium intervertebralis tampak baik
• Tampak bayangan radio-opaque yang
terproyeksi setinggi VL 1-3 sisi kiri dan
terproyeksi di cavum pelvis sisi kiri ukuran +/-
0,34 cm
Kesan :
• Curiga staghorn calculi ginjal kiri dan
ureterolothiasis kiri
• Spondylosis lumbalis
17
Diagnosis Akhir :
Nefrolithiasis multiple kiri + Hidronefrosis kiri +
Kista ginjal kiri

18
Tatalaksana
Rencana Tindakan :
• Inf PZ 14 tpm
• Inj Antrain 3x1 amp IV
• Inj Buscopan 2x1 amp IV
• Inj Ranitidin 2x2 amp IV
• Pro Nefrolithotomi
• Inj Ceftriaxon 2 g pre-op
• Cek Lab faal hemostasis, HbsAg rapid, anti HIV Rapid pre op
Edukasi
 Banyak minum air putih
 Hindari menahan kencing,normalnya dalam sehari 6x buang
air kecil
 Kurangi konsumsi teh,kopi
 Aktivitas cukup dan olahraga teratur
19
Pemeriksaan Penunjang Pre-Op
Hemostasis (16-12-2019)

PPT 15,1 11,8-15,1

APPT 34,8 25.0-38.4

Imunoserologi (16-12-2019)

HbsAg Rapid non reaktif non reaktif

Anti HIV Rapid Pre OP non reaktif non reaktif

20
Laporan Operasi
Diagnosis Pra Bedah : Nefrolithiasis S + HN S Tgl Operasi : 18-12-2019
Batu Staghorn S + Mulai Jam 10.00
Diagnosis Pasca Bedah :
Kista Ren S + HN S Selesai Jam 11.30
Jenis Tindakan : Bivalve Nefrolithotomi Asisten I : Ali Antono Tan A.MD Kep
Dwimantoro Iman
Nama Operator : Asisten II : -
Prilistiyo, dr. Sp. U
Jenis
Mulai Jam 10.00
Nama Instrumentor : Yusna Aneste
Selesai Jam 12.45
si : GA
Urgensi
Ardian Medianto, dr. No. K. Operasi : 4
Nama Anestesist Operasi
Sp.An Ronde Ke : 2
: Elektif

21
Isi Laporan : Penjelasan Teknik Operasi Secara Kronologi (Kalo Perlu dilanjutkan baliknya )
Persiapan Operasi : Inj. Ceftriaxone 2 g Profilaksis
Posisi Pasien : Lumbotomy dalam lindungan anestesi
Desinfeksi : Povidone Iodine 10%
Insisi Kulit Dan Pembukaan Lapangan Op : Incisi lumbotomi kiri 7 cm
Pendapatan Pada Explorasi : Batu ginjal multiple (staghorn), kista ginjal kiri uk 3 cm
Bivalve nephrolithotomy
Apa Yang Dikerjakan :
Kesan batu bersih
Penutupan Lapangan Op & Kulit : Jahit Lapis demi lapis pasang drain
Komplikasi Op : Perdarahan
Pendarahan Durante Op : ± <50 Cc
Deskripsi Jaringan/Organ Yang Di Eksisi &
: Tidak ada
Diapakan Jar/Organ Itu
Lain2 Yang Perlu : -
Kesimpulan : BT Staghorn S + Kista S + HN S

22
23
24
FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assesmen Planning
KU : Tampak sakit •Infus PZ 14tpm / 24 jam
sedang •Inj. Ceftriaxon 2x1 IV
17-12-2019 Nyeri pada bekas Nefrolithiasis
TD : 136/83 mmHg •Inj Ranitidin 2x1 amp IV
operasi •Inj Antrain 3x1 IV
Masih pusing dan ND: 83 x /menit multiple kiri +
•Inj Kalnex 3x500 mg IV
lemas Suhu: 36,2°C
Hidronefrosis kiri •Inj As Tranexamat 3x500 mg IV
Makan minum dbn RR: 24x/menit •Drip Tramadol 2x100 mg
Mual (-), muntah (-) GCS: 456 (Compos + Kista ginjal kiri •Inj Ondansentron 3x4 mg IV
Belum BAB dan mentis) •Harnal 0,2 mg 0-0-1 PO
kentut Dc : 1900 cc •Donperidon 3x1 PO
Blance cairan : + 550 •Aff drain bila 2 hari berturut-turut < 20 cc
BAK DC (+)
Drain : 25 cc
Nyeri pada bekas KU : Tampak sakit •Infus PZ 14tpm / 24 jam
•Inj. Ceftriaxon 2x1 IV
18-12-2019 operasi sedang
Nefrolithiasis
Masih lemas tetapi TD : 146/81 mmHg •Inj Ranitidin 2x1 amp IV K/P
•Inj Antrain 3x1 IV
pusing berkurang ND: 60 x /menit multiple kiri + •Inj As Tranexamat 3x500 mg IV
Makan minum dbn Suhu: 36,2°C
Mual (-), muntah (-) Hidronefrosis kiri •Drip Tramadol 2x100 mg K/P
RR: 24x/menit •Inj Ondansentron 3x4 mg IV
Belum BAB dan GCS: 456 (Compos + Kista ginjal kiri •Inj ketorolac 3x30 mg IV
kentut mentis) •Harnal 0,2 mg 0-0-1 PO
BAK DC (+) DC : 1000 cc •Donperidon 3x1 PO
Balance cairan : + 100 cc
Drain : 18 cc 25
FOLLOW UP

Tanggal Subjective Objective Assesmen Planning


Nyeri pada bekas •Infus PZ 14tpm / 24 jam
20-12-2019 operasi KU : Tampak Baik Nefrolithiasis
•Inj. Ceftriaxon 2x1 IV
Masih lemas tetapi GCS 456 (compos •Inj Ranitidin 2x1 amp IV K/P
pusing berkurang mentis) multiple kiri + •Inj Antrain 3x1 IV
Makan minum dbn TD 138/76 mmHg •Inj As Tranexamat 3x500 mg IV
Mual (-), muntah (-) Hidronefrosis kiri •Drip Tramadol 2x100 mg K/P
RR 20 x/menit
Sudah bisa BAB N 85 x/menit + Kista ginjal kiri •Inj Ondansentron 3x4 mg IV
dan kentut S 36◦C •Inj ketorolac 3x30 mg IV
BAK dbn , DC (-) Drain : 15 cc Acc •Harnal 0,2 mg 0-0-1 PO
aff drain •Donperidon 3x1 PO

26
TINJAUAN PUSTAKA
Embriologi Testis
• Minggu ke 9  sel Leydig memproduksi
testosterone

• Pada fase pertama (minggu ke-15 usia kehamilan)


 penurunan testis

• Pada sekitar minggu ke-25 , prosesus


vaginalis memanjang dan memungkinkan
testis untuk turun.

• Antara minggu ke-30 sampai minggu ke-35 Testis


bergerak turun di dalam prosesus vaginalis

• Fase ke-2 dari penurunan testis ini diatur oleh


calcitonin gene related peptide (CGRP) 
perpindahan gubernakulum ke skrotum
Definisi Undescended Testis
• Testis yang tidak dapat turun ke skrotum
hingga bayi berusia 12 minggu

• Acquired UDT:

Testis dapat turun secara normal sampai ke


skrotum saat bayi lahir hingga bayi berusia
sekitar 3 bulan  testis semakin bergerak naik
keluar dari skrotum.
Epidemiologi
• 4-5% bayi laki-laki dengan umur kehamilan yang cukup

• 33% pada bayi laki-laki prematur

• UDT juga berhubungan dengan kelainan lain, seperti patent prosesus


vaginalis, kelainan epididimis, hypospadia, dan kelainan saluran kencing
bagian atas
Etiologi
Kelainan dari kontrol hormon

Acquired UDT  e.c kegagalan obliterasi dari prosesus vaginalis

Prune Belly syndrome  pembesaran kandung kemih yang menghalangi


pembentukan dan penurunan gubernakulum

Kerusakan dinding abdomen menyebabkan gangguan tekanan abdomen


juga meningkatkan frekwensi UDT, seperti exomphalos, gastroschisis, dan
bladder exstrophy
Klasifikasi
UDT dikelompokkan menjadi 3 tipe:

1. UDT sesungguhnya ( true undescended : testis mengalami penurunan


parsial melalui jalur yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi
teraba (palpable) dan tidak teraba ( impalpable)

2. Testis ektopik: testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yang


normal.

3. Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke dasar skrotum tetapi akibat


refleks kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis
inguinalis, bukan termasuk UDT yang sebenarnya.

32
Klasifikasi berdasarkan lokasi :
1. Skrotal tinggi (supraskrotal) : 40 %

2. Intrakanalikuler ( inguinal ) : 20 %

3. Intraabdominal (abdominal) : 10%

4. Terobstruksi : 30 %

33
Diagnosis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis Penunjang
Fisik
- Keadaan relaksasi • Pemeriksaan
• Tentukan apakah
dan posisi seperti hormonal, yaitu tes
testis pernah stimulasi hCG
Supine position
teraba di skrotum (human chorionic
atau duduk
• Riwayat operasi gonadotropin).
- Tangan pemeriksa • Pengukuran kadar
daerah inguinal
harus dalam testosterone,
• Riwayat keluarga:
keadaan hangat follicle- stimulating
UDT, hipospadia,
- Pemeriksaan testis hormone (FSH),
infertilitas,
kontralateral juga dan luteinizing
intersex, hormone (LH)
perlu dilakukan
• Laparoskopi masih
menjadi gold
standard
Penatalaksanaan
 Palpable UDT  Orkidopeksi
 Non Palpable UDT  Eksplorasi Inguinal atau Laparoskopik Diagnostik

Pelaksanaan Op:
 Waktu yang optimal untuk melakukan orchidopexy adalah saat anak
berusia antara 3-12 bulan,

Evaluasi:
 Saat anak telah berumur 14 tahun, pemeriksaan terhadap
pubertas dan kemungkinan terjadinya infertilitas dan keganasan
juga perlu dilakukan
ORCHIDOPEXY
Komplikasi
Komplikasi Orkidopeksi:
Infeksi, haematoma, dan atrophy testis.

5-10%. Resiko terjadinya atrophy testis

Atrophy testis terjadi pada anak dengan perkembangan testis yang


abnormal di mana ukuran testis lebih kecil daripada ukuran normal
Prognosis
Riwayat Unilateral UDT  Infertilitas mungkin terjadi pada 1 dari 4 laki-laki dewasa
Riwayat Bilateral UDT  terjadi pada 3 dari 4 laki-laki dewasa

Resiko terjadinya keganasan meningkat sebanyak 5-10 kali lebih tinggi pada laki-laki
dengan riwayat unilateral UDT

Orchidopexy yang dilakukan saat anak berusia >10 tahun memiliki resiko 6 kali
lebih tinggi untuk mengalami keganasan,
Jazakumulloh Khoir

Anda mungkin juga menyukai