STRUMA
Disusun oleh:
Dana Madya Puspita
6120018002
Pembimbing:
dr. Ainul Rofiq, Sp.An, KIC
Oleh :
Dana Madya Puspita
Case Base Disscussion “Struma” ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepanitraan klinik di bagian
Ilmu Anesthesi dan Reanimasi RSI Jemursari Surabaya, Fakultas Kedokteran
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
BAB IV ................................................................................................................. 29
PENUTUP ............................................................................................................. 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pembesaran kelenjar (nodul) tiroid atau struma, sering dihadapi dengan sikap
yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan yang begitu
berarti dan pada sebagian besar golongan masyarakat di daerah tertentu, keadaan
ini merupakan suatu hal yang biasa di jumpai. Nodul tiroid bisa merupakan suatu
neoplasma (5-10%), baik jinak atau ganas dan keadaan ini bergantung pada usia
dan ukuran tumor. Prevalensi nodul tiroid meningkat secara linier dengan
bertambahnya usia.7
Tiroid merupakan kelenjar endokrin yang paling besar pada tubuh manusia.
Pada kelenjar tiroid cukup sering ditemukan nodul tumor. Sekitar 4–8% nodul tiroid
ditemukan pada wanita. Nodul tiroid pada orang dewasa umumnya adalah nodul
jinak dan hanya sekitar 5% yang ganas. Nodul tiroid yang ditemukan pada anak-
Beberapa hal yang dapat digunakan untuk menilai nodul tersebut bersifat
ganas atau tidak, antara lain adanya riwayat paparan sinar radiasi pada daerah leher,
usia saat nodul tersebut timbul, kadar yodium yang dikonsumsi dan konsistensi
nodul.9
Diagnosis klinis nodul tiroid ditentukan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
4
USG, pemeriksaan scanning tiroid/sidik tiroid. Pemeriksaan FNAB (Fine Needle
potong beku.10,11
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena
folikel tumbuh semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut
menjadi noduler. Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang
secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme.1,6
2.2 PATOFISIOLOGI
untuk membuat hormone tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormone
tiroid dalam julah cukup jika tidak memiliki cukup yodium. Akibatnya tingkat
hormon tiroid terlalu rendah, sehingga tiroid akan mengirim sinyal ke hipotalamus
dan hipofisis. Sinyal ini akan direspon hipofisis dengan meningkatkan produksi
upaya untuk menormalkan kembali kadar hormone tiroid. Jika proses ini
6
Pada penyakit graves tubuh secara patologis membentuk anti TSH reseptor
yang akan berikatan dengan reseptor TSH di kelenjar tiroid, dan merangsang kerja
hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi hormon
tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta faktor pengikat dalam plasma
hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar
posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat
mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehngga
terjadi kesulian bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan
pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan
2.3 DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa
atau hipotiroidnya. Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher, maka harus
7
digali lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif atau lamban, disertai
dengan gangguan menelan, gangguan bernafas dan perubahan suara. Setelah itu
baru ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala hiper dan hipofungsi dari kelenjer tiroid.
Perlu juga ditanyakan tempat tinggal pasien dan asupan garamnya untuk
pasien datang dengan keluhan ke arah gejala-gejala hiper maupun hipofungsi dari
tiroid, harus digali lebih jauh ke arah hiper atau hipo dan ada tidaknya benjolan di
leher.1,6
Pemeriksaan Fisik1
Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli anterior, yang paling
pertama dilakukan adalah inspeksi, dilihat apakah pembesaran simetris atau tidak,
timbul tanda-tanda gangguan pernapasan atau tidak, ikut bergerak saat menelan
atau tidak.
benar adalah kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening. Perbedaannya terasa pada
saat pasien diminta untuk menelan. Jika benar pembesaran tiroid maka benjolan
akan ikut bergerak saat menelan, sementara jika tidak ikut bergerak maka harus
8
Nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
sternokleidomastoideus
1. Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan
4. 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang
ganas, tetapi nodul multipel dapat ditemukan 40% pada keganasan tiroid
5. Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurgai ganas
terutama yang tidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba
membesar progresif.
9
7. Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus sternokleido
1. Sangat mencurigakan
metastasis jauh
2. Kecurigaan sedang
pria
batuk.
3. Nodul jinak
besarnya tetap
FNAB: jinak
10
kista simpleks
atas:4,5
11
1. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid
dalam serum atau plasma darah. Pemeriksaan T4 total dikerjakan pada semua
penderita penyakit tiroid, kadar normal pada orang dewasa 60-150 nmol/L atau
orang dewasa antara 1,0-2,6 nmol/L atau 0,65-1,7 ng/dL; TSH sangat
a. antibodi tiroglobulin
b. antibodi mikrosomal
trakea, atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis
pun sudah bisa diduga, foto rontgen leher [posisi AP dan Lateral] diperlukan
CT-scan leher.
12
USG bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk:
tiroid.
fungsi kelenjar tiroid dapat juga dilakukan karena adanya sistem transport pada
Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisapcairan
jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya penyebaran sel-sel
ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena
13
lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat
yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.
6. Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum.
Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak rata-rata 323
2.5 TATALAKSANA1
Medika Mentosa
bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu
untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini
1. Operasi/Pembedahan
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
14
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.
Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik
atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan
makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan
sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang
tersisa mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat
kosmetik.
Struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik yang lain yang
belum terkontrol
Struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan
15
yang biasanya karena karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering
dari tipe anaplastik yang jelek prognosanya. Perlekatan pada trakea ataupun
perlekatan dengan jaringan lunak leher yang luas sulit dilakukan eksisi yang
baik.
Struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior. Biasanya karena
sternotomi, dan bila dipaksakan akan memberikan mortalitas yang tinggi dan
2. Yodium Radioaktif
kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau
Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus
diminum di rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah
16
BAB III
DISKUSI KASUS
Nama : Ny I
No RM : 317720
Usia : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Bandung
Suku : Jawa
3.2 ANAMNESIS
Pasien datang ke Poli RSI Jemursari diantar oleh suaminya. Pasien langsung
minta diarahkan ke TPPRI untuk pesanan kamar. Pasien mengatakan datang ke RSI
Jemursari karna ingin melakukan operasi pada bagian lehernya. Awal keluhan
muncul satu tahun yang lalu, pasien mudah merasa lemas, kemudian pasien
17
menceritakan keluhan nya tersebut kepada kakaknya dan disarankan untuk
melakukan pemeriksaan pada tiroid nya. Kemudian pada bulan Agustus tahun 2018
pasien merasakan ada benjolan dibagian leher sebelah kiri bagian depan sebesar
GCS : E4 V25 M6
Temperatur : 37o C
18
a. Kulit, Rambut, Kuku
Tonus normal, turgor normal, kulit normal, rambut rontok (-), koilonichia (-),
b. Kepala
Pendarahan nasal (-), deviasi septum nasal (-), fraktur os nasal (-),
c. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid kiri (+), hiperemi (-), fluktuatif, padat, tepi rata,
d. Thorax
Cor:
Paru :
19
Inspeksi : Pergerakan dinding dada tidak simetris.
e. Abdomen
Inspeksi : Flat, tidak ada penonjolan, tidak ada bekas luka operasi
tidak ada tumor, tidak ada dilatasi vena (-), jejas (-)
palmaris (-), ikterus (-), deformitas sendi (-), tremor (-), bekas luka (-), jejas (-
Isthmus : Tampak massa solid, berbatas tegas, tepi regular pada isthmus
sisi kanan, ukuran 0,90 x 0,95 x 1,06 cm
Thyroid Dextra :
Ukuran normal
Intensitas parenkim normal
Tak tampak nodul solid/kistik
20
Vaskularisasi meningkat
Thyroid Sinistra :
Ukuran normal
Intensitas parenkim normal
Tak tampak nodul solid/kistik
Vaskularisasi meningkat
Kesan :
1. Massa solid pada isthmus sisi kanan, ukuran 0,90 x 0,95 x 1,06
cm
Saran : FNAB
2. Peningkatan vaskularisasi pada thyroid
Laporan Pemeriksaan:
koloid.
21
Pemeriksaan Laboratorium 04/09/2019
22
AB: 0.04 AG:
0.00
Metode III Non Reaktif Non Reaktif
Kesimpulan Hasil Non Reaktif
(Anti HIV)
3.5 DIAGNOSIS
a. Diagnosis Kerja
Struma Nodusa
b. Diagnosis Akhir
Struma Uninodusa Toksik
3.6 TERAPI
1. Rencana anastesi :
Anestesi general dengan teknik intubasi
2. Rencana post operasi kembali ke ruangan
3. Persiapan pre anestesi :
Sebelum operasi di ruang perawatan :
a. Informed consent
b. Surat persetujuan operasi
4. Kunjungan Pra-Anestesi
23
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
c. Edukasi : Puasa 6-8 jam sebelum operasi
5. Persiapan pre operatif
a. Ruang persiapan operasi
Identifikasi pasien
Memakai pakaian operasi yang sudah disiapkan
Anamnesa singkat
Pemeriksaan vital sign :
- TD : 130/75 mmHg
- Nadi : 80 x/mnt
- RR : 16 x/mnt
- SpO2: 99%
b. Ruang operasi
Posisi pasien
Pemasangan manset tensi, EKG, Oxymeter, nasal kanul dan
kateter
Pemeriksaan vital sign pre operatif
7. Persiapan alat dan bahan
a. Persiapan Alat (STATICS):
1) Scope : Laringoscope, Stetoscope
2) Tubes : Endotrakheal Tube (ETT) sesuai ukuran
3) Airway : Pipa orofaring / OPA atau hidung-faring/NPA
4) Tape : Plester untuk fiksasi dan gunting
5) Introducer : Mandrin / Stylet, Magill Forcep
6) Conector : Penyambung antara pipa dan pipa dan peralatan
anestesi.
7) Suction : Penghisap lendir siap pakai.
8) Bag dan masker oksigen (biasanya satu paket dengan mesin
anestesi yang siap pakai, lengkap dengan sirkuit dan sumber
gas).
24
9) Sarung tangan steril
10) Xylocain jelly/ Spray 10%
11) Gunting plester
12) Spuit 20 cc untuk mengisi cuff
13) Bantal kecil setinggi 12 cm
14) Obat-obatan (premedikasi, induksi/sedasi, relaksan, analgesi
dan emergency).
b. Persiapan mesin anastesi
1) Pastikan mesin dan peralatan kaitannya tidak ada kerusakan dan
sambungan nya sudah benar
2) Pastikan alat penguap (vaporizer) terisi obat, penutupnya tidak
longgar atau bocor
3) Pastikan sambungan silinder gas atau pipa gas ke mesin sudah
benar
4) Pastikan flowmeter sudah berfungsi baik
5) Periksa aliran gas O2 dan N2O
c. Pelaksanaan
1) Mesin siap pakai
2) Cuci tangan
3) Memakai sarung tangan steril
4) Periksa balon pipa/ cuff ETT
5) Pasang macintosh blade yang sesuai
6) Beri oksigen 100% dengan masker/ ambu bag 4 liter/ menit
7) Masukkan obat-obat sedasi dan relaksan
8) Lakukan bagging sesuai irama pernafasan
9) Buka mulut dengan teknik cross finger dengan tangan kanan
10) Masukkan laringoskop dengan tangan kiri sampai terlihat
epiglotis, dorong blade sampai pangkal epiglottis
11) Berikan anestesi daerah laring dengan xylocain spray 10%
25
12) Masukkan ETT yang sebelumnya sudah diberi jelly dengan
tangan kanan1
13) Sambungkan dengan bag/ sirkuit anestesi, berikan oksigen
dengan nafas kontrol 8-10 kali/ menit dengan tidal volume 8-10
ml/kgBB
14) Kunci cuff ETT dengan udara ± 4-8 cc, sampai kebocoran tidak
terdengar
15) Cek suara nafas/ auskultasi pada seluruh lapangan paru kiri
kanan
16) Pasang OPA/NPA sesuai ukuran
17) Lakukan fiksasi ETT dengan plester
18) Lakukan pengisapan lendir bila terdapat banyak lendir
Medikamentosa
Premedikasi
Midazolam, dosis 7 mg, IV
Sulfas atropine, dosis 0.7 mg, IV
Induksi
Sedatif : Propofol, dosis 70 mg, IV
Analgesik : Morphine, dosis 7 mg, IV
Fentanyl, dosis 140 mg, IV
Muscle relaxan : Atracurium, dosis 3.5 mg, IV
Maintanance
O2
Isofluran, 1 MAC = 1,2%
Cairan yang masuk selama operasi
RL 200 cc
PZ 100 cc
Pasca anastesi
Infus RL 1000cc/24 jam
26
Ketorolac 3 x 30 mg, IV
Ondancetron 3 x 4 mg, IV
Dexamethasone 3 x 1 mg, IV
Pelaksanaan :
Tahapan operasi:
Pembiusan dengan endotrakeal, posisi kepala penderita hiperekstensi
dengan bantal di bawah pundak penderita.
Desinfeksi dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen
steril.
Insisi collar dua jari di atas jugulum, diperdalam dengan memotong
muskulus platisma sampai fasia kolli superfisial.
Dibuat flap keatas sampai emnensia kartilago tiroid dan kebawah sampai
jugulum.
Kedua flap diteugel keatas dan kebawah pada linen.
Fasia kolli superfisial dibuka pada garis tengah dari kartilago hioid sampai
jugulum.
Otot pretrakealis (sternohioid dan sternotiroid) kanan kiri dipisahkan
kearah lateral dengan melepaskannya dari kapsul tiroid.
Struma diluksir keluar, dievaluasi tentang ukuran, konsistensi, nodularitas
dan adanya lobus piramidalis.
Ligasi dan pemotongan vena tiroidea media, dan arteri tiroidea inferior
sedikit proksimal dari tempat masuknya ke tiroid, hati-hati jangan
mengganggu vaskularisasi dari kelenjar paratiroid.
Identifikasi nerves rekuren pada sulkus trakeoesofagikus. Syaraf ini diikuti
sampai menghilang pada daerah krikotiroid.
Identifikasi kelenjar paratiroid interior pada permukaan posterior kelenjar
tiroid berdekatan dengan arteri tiroidea inferior.
27
Kutub atas kelenjar tiroid dibebaskan dari kartilago tiroid mulai dari
posterior dengan identifikasi cabang eksterna nerves laringikus superior
dengan memisahkannya dari arteri dan vena tiroidea superior.
Kedua pembuluh darah tersebut diligasi dan dipotong.
Untuk melakukan lobektomi subtotal maka dengan menggunakan klem
lurus dibuat “markering” padajaringan tiroid di atas nerves rekuren dan
glandula paratiroid atas bawah dan jaringan tiroid disisakan sebesar satu
ruas jari kelingking penderita.
Perdarahan yang masih ada dirawat, kemudian luka pembedahan ditutup
lapis demi lapis dengan meninggalkan drain Redon.
Perawatan pasca bedah :
Pasca bedah penderita dirawat di ruangan selama 1-2 hari
Diobservasi kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang
membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan dan obstruksi jalan
nafas.
Drain Redon dilepas setelah 24 jam, dan jahitan luka pembedahan
diangkat pada hari ke 7.
Follow-Up tahun pertama setiap 3 bulan, tahun kedua setiap 4 bulan, tahun
keempat dan kelima setiap 6 bulan.
28
BAB IV
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Alogaritma atau prosedur pada struma satu sisi yang pertama adalah
FNAB untuk menentukan termasuk jinak atau ganas. Apabila jinak dapat langsung
dilakukan lobektomi total atal atau subtotal. Apabila didapatkan hasil ganas, maka
maka bisa langsung dilakukan lobektomi total atau subtotal. Untuk hasil ganas
maka tentukan dulu prognosisnya, bila prognosisnya baik maka dapat dilakukan
Komplikasi yang dapat timbul pasca operasi adalah perdarahan. Bila darah
di botol Redon > 300 ml per 1 jam, perlu dilakukan re-open. Jika perdarahan
arterial, drain Redon kurang cepat menampung perdarahan dan darah mengumpul
pada leher membentuk hematoma dan dapat menekan trakea sehingga penderita
sesak napas. Jika hal tersebut terjadi maka lakukan intubasi atau tusukkan Medicut
no.12 perkutan menembus membran krikotiroid. Luka operasi dibuka dan evakuasi
29
DAFTAR PUSTAKA
2. Institute for Quality and Efficiency in Health Care. 2015. How does
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0072572/?report
= printable
Letters; 23:351-355.
http://www.emedicine.com/med/topic919.htm
http://www.emedicine.com/MED/topic916.htm
71.
10. Pasaribu TE. 2006. Epidemiologi dan gambaran klinis kanker tiroid.
30
MajalahKedokteran Nusantara. 39(3): 270-73.
http://www.thyroidmanager.org/chapter/thyroid-
nodules/#toctherapy-for-nodules-table-18-318-4-figure-18-13.
31