Disusun Oleh :
Syaif Al-Islam
(A12020142)
2024
HALAMAN PENGESAHAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiroid merupakan kelenjar endokrin yang terletak di bawah leher, yang
menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3).
Hormon T4 dan T3 terikat dalam darah dengan protein khusus yang mengikat
T4 dan T3, yaitu thyroxyne binding globulin (TBG) dan thyroxine binding
prealbumin (TBPA) dan hanya satu persen hormon yang tidak terikatberada
dalam bentuk bebas (free) sehingga disebut FT4 dan FT3 yang berperan dalam
mengendalikan metabolisme tubuh. Kadar hormon tiroid akan selalu berada
pada range normalnya dikarenakan adanya feedback terhadap hormon Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) di hipofisis anterior yang mengatur dalam
pertumbuhan sel tiroid, sintesis serta sekresi dari hormon tiroid. Pada keadaan
tertentu, hormon TSH mengalami peningkatan dan penurunan yang abnormal.
Keadaan ini lah yang mengakibatkan terjadinya pertumbuhan kelenjar tiroid
abnormal dan memicu terbentuknya struma pada kelenjar tiroid.
Struma merupakan pembesaran dari kelenjar tiroid yang diakibatkan oleh
kelainan kelenjar tiroid berupa gangguan fungsi atau gangguan dari susunan
kelenjar dan morfologinya (Irfan Fadilah, 2021). Penyebab paling umum dari
struma di seluruh dunia ialah defisiensi yodium. Menurut WHO 1,6 miliar orang
berisiko mengalami gangguan defisiensi yodium dan diantaranya terdapat 655
juta yang struma dimana 27% terdapat di Asia Tenggara. Prevalensi kelainan
tiroid dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia. Kelainan kelenjar tiroid pada
wanita terjadi 4 hingga 10 kali lebih sering dibandingkan dengan pria (Hassan et
al., 2018).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba merumuskan
suatu masalah yaitu bagaimana asuhan keperawatan perianestesi kepada Ny. M
dengan struma di ruang IBS RSU Aghisna Medika Kroya?
C. Ruang Lingkup
Sesuai dengan pasien yang dijadikan kasus dalam penulisan asuhan
keperawatan prianestesi pada pasien Ny. M dengan struma yang dilakukan
tindakan strumektomi dengan tindakan general anestesi di IBS RSU Aghisna
Medika Kroya
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan serta
dapat mengaplikasikan pada pasien dengan struma di ruang IBS RSU
Aghisna Medika Kroya
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan struma di ruang IBS
RSU Aghisna Medika Kroya
b) Mampu menyusun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
dengan struma di ruang IBS RSU Aghisna Medika Kroya
c) Mampu melaksanakan rencana keperawatan pada pasien dengan struma
di ruang IBS RSU Aghisna Medika Kroya
E. Manfaat
1. Bagi Institusi
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis struma sebagaimana yang
sudah dijelaskan dalam perkuliahan.
2. Bagi Lahan Praktisi
Sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan di bidang
keperawatan khususnya pada pasien dengan diagnosa medis struma yang
dilakukan tindakan strumektomi.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber pengetahuan untuk masyarakat saat melakukan
perawatan pada anggota keluargan dengan diagnosa medis struma yang
dilakukan strumektomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
2. Pemeriksaan fisik
a) Kemungkinan kesulitan ventilasi dan intubasi diperkirakan dari bentuk
wajah. Leher pendek dan kaku, jarak tiro-mental, lidah besar, maksila
yang protusif.
b) Pasien sesak nafas dapat dilihat dari posisi berbaring, frekuensi nafas,
jenis pernafasan dan tingkat saturasi HbO, dari pulse oxymeter.
c) Auskultasi dada selain untuk mendengarkan bunyi nafas atau bunyi nafas
tambahan, juga untuk mendeteksi murmur jantung dan bunyi abnormal
lain
3. Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan tambahan ang direkomendasikan untuk Isthmolobectomy
antara lain :
a) Pemeriksaan darah tepi : Hb, Het, leukosit, hitung jenis, trombosit serta
pemeriksaan faal hemostasis: BT/CT, PPT/APTT.
b) Laboratorium Pemeriksaan : T4 total. Serum T3. FT4, Tunda operasi
sampai klinis dan lab eutiroid.
c) Diharapkan preoperatif tes fungsi tiroid normal, HR < 85 x menit saat
istirahat). Pasien dengan hipotiroid berat yang tidak terkoreksi (T4 <1
µg/dl) atau koma myxedema, harus dibatalkan untuk operasi elektif dan
harus diterapi segera dengan hormon tiroid terutama untuk operasi
emergensi. Pasien yang telah dicutiroidkan biasanya menerima dosis
obat tiroid pada pagi hari pembedahan, harus di ingat bahwa rata rata
preparat yang diberikan mempunyai waktu paruh yang lama (t1/2 T4
adalah 8 hari). Tidak ada bukti yang mendukung untuk menunda bedah
elektif (termasuk bedah by-pass arteri koronaria) menyebabkan
perubahan hipotiroidisme ringan ke hipotiroidisme yang sedang.
d) BMR: 0,75 (0.74 (sistole-diastole)+N))-72 Nilai normal: -10 s/d 10
e) Pemeriksaan radiologi thorak dan leher, untuk melihat ada gangguan atau
tidak pada paru jantung, serta perubahan anatomis trakhea.
f) Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan atas indikasi.
4. Penentuan status fisik pasien
Status fisik menggambarkan tingkat kebugaran pasien untuk menjalani
anesthesia. Klasifikasi stasus fisik yang disusun oleh American Society of
Ahli anestesi (ASA) :
ASA I : Pasian sehat yang akan menjalani operasi
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang tanpa
pembatasan aktivitas.
ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang membatasi aktivitas
rutin.
ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang menyebabkan
ketidakmampuan melakukan aktivitas rutin, yang mengancam nyawanya
setiap waktu.
ASA V : Pasien tidak ada harapan, dengan atau tanpa pembedahan
diperkirakan akan meninggal dalam 24 jam.
5. Puasa
Puasa sangat diperlukan demi keselamatan pasien karena dapat mencegah
terjadinya pneumonia aspirasi yang berakibat fatal. Pasien-pasien
Isthmolobectomy adalah orang dewasa sehingga puasa yang diperlukan yaitu
6-8 jam untuk pengosongan lambung dari makanan padat. Minuman bening,
air putih atau teh manis diperbolehkan maksimal 3 jam sebelum induksi.
Untuk keperluan minum obat, air putih dalam jumlah terbatas diperbolehkan
maksimal 1 jam sebelum induksi anestesi.
H. Intervensi
1. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
Kriteria hasil berdasarkan SLKI yaitu perilaku gelisah cukup menurun,
perilaku tegang cukup menurun, frekuensi nadi cukup menurun, tekanan
darah cukup menurun (L.09093)
Terapi Relaksasi (I.09326)
a) Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
- Identifikasi relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan dan penggunaan teknik
sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
- Monitor terhadap terapi relaksasi
b) Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan pakain longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
tau tindakan medis lain, jika sesuai
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis. musik, meditasi nafas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan pilih latihan teknik elaksasi (mis. nafas
dalam, peregangan atau imajinasi terbimbing)
2. Resiko jatuh b.d efek agen farmakologis (anastesi umum) (D.0143)
Kriteria hasil berdasarkan SLKI yaitu kekuatan otot cukup meningkat,
kontrol gerakan cukup meningkat, keseimbangan gerakan cukup meningkat
(L.05041)
Pencegahan Jatuh (I.14540)
a) Observasi
- Identifikasi faktor resiko jatuh (mis.usia>65 tahun, penurunan
tingkat kesadaran, defisit kogitif, hipotensi ortostatik, gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
- Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh
- Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala
- Monitor kemampuan dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
b) Terapeutik
- Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
- Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalm kondisi
terkunci
- Pasang handrall tempat tidur
- Alur temapt tidur mekanis posisi terendah
- Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station
- Gunakan alat bantu berjalan
- Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
c) Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
- Ajarkan cara menggunakan bel panggil untuk memanggil perawat
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari : Jum’at
Tempat : 12 Januari 2024
Jam : 21.00
Oleh : Syaif
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin :P
Alamat : Tanalum 1/3 Purbalingga
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Diagnosa : Struma
No. RM : 0114xxx
B. Penanggung jawab
Nama : Ny. N
Umur : 38 tahun
Alamat : Tanalum 1/3 Purbalingga
Hubungan dengan pasien : Anak
PENGKAJIAN PRE ANESTESI
A. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Ny. M mengatakan cemas dan takut karena akan dilakukan Tindakan
pembedahan yang pertama kalinya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 6 Januari 2023 pasien dibawa ke ruang IBS RSU Aghisna
Medika Kroya dengan diagnosa medis struma. Ny. M mengatakan
merasa cemas dan takut karena pertama kali melakukan pembedahan.
Tanda-tanda vital didapatkan TD : 150/80 mmHg, N : 90 x/menit, RR :
20 x/menit, S : 36,7oC.
3. Riwayat Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak memiliki penyakit
menurun.
B. Pola fungsional menurut V H
1) Keb. Bernafas dengan Normal
Sebelum : Pasien mengatakan dalam bernafas tidak ada masalah,
tidak menggunakan alat bantu pernafasan
Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam bernafas masih normal
2) Keb. Nutrisi
Sebelum : Pasien mengatakan makan 3x sehari, makan dengan
nasi, sayur dan lauk
Saat dikaji : Pasien mengatakan sedang berpuasa
3) Keb. Eliminasi
Sebelum : Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAK sekitar 6x
sehari
Saat dikaji : Pasien mengatakan belum BAB, BAK 2 kali sebelum
dilakukan operasi
4) Keb. Gerak dan kesetimbangan tubuh
Sebelum : Pasien mengatakan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari baik tanpa adanya gangguan
Saat dikaji : Pasien mengatakan aktivitasnya terganggun karena
terpasang infus
5) Keb. Istirahat dan Tidur
Sebelum : Pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya tdiur 5-6 jam
6) Keb. Berpakaian
Sebelum : Pasien mengatakan biasanya ganti baju 2x sehari
dilakukan setelah mandi
Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam memakai pakaian dibantu oleh
perawat ataupun keluarga karena terpasang infus memakai pakaian
pasien rumah sakit
7) Keb. Mempertahankan Suhu Tubuh dan Temperature
Sebelum : Pasien mengatakan dalam keseharian biasa jika suhu
dingin menggunakan pakaian tebal, sedangkan jika suhu panas memakai
pakaian yang lebih tipis
Saat dikaji : Pasien mengatakan menggunakan pakaian operasi dari
rumah sakit saat di ruangan dan selimut dari rumah sakit
8) Keb. Personal Hygine
Sebelum : Pasien mengatakan mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore
hari
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak ada masalah, mandi seperti
biasa namum jarang keramas semala di rawat di rumah sakit
9) Keb. Rasa Aman dan Nyaman
Sebelum : Pasien mengatakan merasa aman dan nyaman bersama
keluarganya dirumahberkumpul bersama
Saat dikaji : Pasien mengatakan merasa tidak aman dan nyaman
dengan kondisi saat ini
10) Keb. Komunikasi dengan Orang Lain
Sebelum : Pasien mengatakan berkomunikasi menggunakan bahasa
jawa
Saat dikaji : Pasien mengatakan masih bisa berkomunikasi
11) Keb. Spiritual
Sebelum : Pasien mengatakan beragama islam, sholat 5 waktu
Saat dikaji : Pasien mengatakan sholat dilakukan ditempat tidur
12) Keb. Bekerja
Sebelum : Pasien mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak bekerja selama dirawat di
rumah sakit
13) Keb. Rekreasi
Sebelum : Pasien mengatakan biasanya berekreasi bersama
keluarganya
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak bisa berekreasi selama dirinya
dirawat di rumah sakit
14) Keb. Belajar
Sebelum : Pasien mengatakan belajar dan mendapatkan informasi
dari televisi dan internet
Saat dikaji : Pasien mengatakan belajar dan mendapatkan informasi
dari perawat dan dokter
C. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) GCS : E4M6V5
4) TTV
TD : 150/80 mmHg
N : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7oC
5) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Bentuk mesosephal, wajah simetris, tidak ada nyeri tekan sinus,
warna rambut hitam dan sedikit beruban.
b) Mata
Bentuk normal, kedudukan bola mata simetris, palpebra normal,
tidak terdapat ptosis, gerakan mata normal, konjungtiva anemis,
sklera unikterik, pupil bulat, isokor diameter 2 mm, refleks cahaya
positif pada mata kanan dan kiri.
c) Telinga
Simetris, tidak ditemukan penumpukan serumen pada telinga kanan
dan kiri, tidak ada nyeri pada bagian telinga.
d) Hidung
Tidak ada hiperemis, terdapat nyeri tekan, simetris.
e) Mulut
Bentuk bibir normal, simetris, lembab, tidak sianosis, gigi tampak
bersih, lidah bersih
f) Leher
Ada benjolan di leher, terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
g) Thorak
- Paru-Paru
Inspeksi : Pengembangan paru kiri dan kanan sama
Palpasi : Gerak simetris vocal fremitus sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara vesikuler
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 dan S2 reguler
h) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan
Perkusi : Bunyi timpani
i) Genetalia : Perempuan
j) Ekstermitas
- Atas : Tangan kiri terpasang infus RL 500 ml dengan 20 tpm
disebelah kanan, turgor kulit baik, CRT < 2 detik kekuatan otot
dan persendian baik.
- Bawah : Tidak ada kelainan
D. Pemeriksaan Penunjang
Item Hasil Satuan Normal
Hemoglobin 12.1 g/dL 12.0-16.0
Lekosit 7.840 /uL 4.500-11.000
Trombosit 244.000 /uL 150.000-45.000
Hematrokit 36 % 35.00-47.00
Eritrosit 4.2 juta/uL 3.80-5.80
MCV 85.00 fL 80.00-96.00
MCH 28.80 pg/mL 28.00-33.00
MCHC 33.90 g/dL 33.00-36.00
Masa Pendarahan (BT) 2 menit 1-3
Masa Pembekuan (CT) 4 menit 1-6
AST (SGOT) 27 U/L < 35
ALT (SGPT) 17 U/L <= 45
Ureum 24.8 mg/dL 17.00-43.00
Kreatinin 0.66 mg/dL 0.80-1.30
Gula Darah Sewaktu 118 g/dL 60-120
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
E. Diagnosa Anestesi
Perempuan dengan diagnosa medis struma, ASA I di rencanakan general
anstesi dengan ETT.
F. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi
1. Persiapan Obat
a) Obat premedikasi
No Nama Obat Fungsi Jenis Dosis
1 Ketorolac Meredakan peradangan dan Inj IV 30 mg
nyeri
2 Ondansentron Anti mual dan muntah Inj IV 4 mg
b) Obat sedasi
No Nama Obat Fungsi Jenis Dosis
1 Sedacum Menghilangkan rasa sakit Inj IV 5 mg
sebelum melakukan
pembedahan atau operasi
c) Obat induksi
No Nama Obat Fungsi Jenis Dosis
1 Fentanyl Meredakan nyeri akut yang Inj IV 100 mg
disebebkan oleh pembedahan
2 Propofol Menenangkan, menrunkan Inj IV 100 mg
kesadaran dan membius pasien
selama operasi berlangsung
G. Persiapan Pasien
1) Pasien tiba di IBS pukul 21.00 WIB
2) Serah terima pasien dengan petugas ruangan, periksa setatus pasien
termasuk inform consent dan obat-obatan yang telah diberikan diruang
perawatan
3) Mengecek ulang identitas pasien (nama, alamat dan tanggal lahir) dan
menanyakan ulang jam berapa mulai puasa, riwayat penyakit, alergi serta
berat badan saat ini.
4) Memasang monitor tanda-tanda vital
TD : 150/80 mmHg, N : 96 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,7oC
5) Memeriksa kelancaran tetesan infus
6) Lapor dokter anestesi hasil observasi, dari kolaborasi dengan dokter
pasien dipindahkan ke meja operasi dan diberikan premedikasi
Pra Waktu
TD Skore Ket
Anestesi/mmHg 5 15 30 45 60 90 120
Sirkulasi TD +/- 20 2
mmHg dari
normal
TD +/- 20-50 1
mmHg dari
normal
TD +/- 50 0
mmHg dari
normal
Kesadaran Sadar penuh 2
Respon terhadap 1
panggilan
Tidak ada 0
respon
Oksigenasi SPO2 > 90 % 2
(dengan udara
bebas)
SPO2 > 90 % 1
(dengan
suplemen
oksigen)
SPO2 < 90 % 0
(dengan
suplemen
oksigen)
Pernafasan Bisa tarik nafas 2
dalam dan batuk
bebas
Dispneu atau 1
limitasi bernafas
Apneu atau 0
tidak bernafas
Aktifitas Menggerakan 4 2
ekstremitas
Menggerakan 2 1
ekstremitas
Tidak mampu 0
menggerakkan
esktremitas
Total 10
Pasien bisa dipindahkan ke bangsal dengan skor minimal 8
ANALISA DATA
a) Pre Anestesi
b) Intra Anestesi
c) Post Anestesi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Pre Anestesi
Ansietas b.d krisis situasional (prosedur tindakan operasi)
b) Intra Anestesi
Resiko aspirasi b.d efek agen farmakologis (general anestesi)
c) Post Anestesi
Resiko jatuh b.d efek agen farmakologis (anastesi umum)
INTERVENSI
a) Pre Anestesi
b) Intra Anestesi
c) Post Anestesi
IMPLEMENTASI
a) Pre Anestesi
Mendemonstrasikan DS : -
dan latih teknik DO : Psien dapat
relaksasi (nafas dalam) mempraktekan teknik
relaksasi nafas dalam
yang sudah dianjurkan
b) Intra Anestesi
c) Post Anestesi
Memasang DS : -
handrail tempat DO : Pasien tampak
tidur terlindungi dengan
memasang handrall di
tempat tidur
Menganjurkan DS : Pasien
berkonsentrasi memahami penjelasan
untuk menjaga untuk menjaga
keseimbangan keseimbangan tubuh
tubuh DO : Pasien tampak
paham
EVALUASI
a) Pre Anestesi
c) Post Anestesi
PEMBAHASAN
Salah satu permasalahan yang timbul dari pasca pembedahan adalah rasa
ketidaknyaman atau rasa nyeri akut, pasien akan merasakan nyeri setelah pulih dari
pengaruh anestesi. Nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
yang digambarkan sebagai kerusakan. (International Association fot the study of paint)
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi (T. Heather Herdman, 2015). Penanganan nyeri non
farmakologi dengan relaksasi benson adalah pengembangan dari metode respon
relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien (Baehaqi, 2018)
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Struma atau biasa yang disebut dengan goiter merupakan suatu
pembesaran dari kelenjar tiroid yang diakibatkan oleh kelainan kelenjar tiroid
berupa gangguan fungsi atau gangguan dari susunan kelenjar dan morfologinya
dimana gangguan tersebut menginduksi sel dari kelenjar tiroid untuk melakukan
pembelahan sel yang terus menerus sehingga bentuk dari kompensasinya ialah
terjadinya peningkatan volume (hipertrofi dan hiperplasi) dari kelenjar tiroid
(Irfan Fadilah, 2021)
Pemeriksaan penunjang dari struma yaitu pemeriksaan sidik tiroid,
pemeriksaan USG, biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA),
termografi dan petanda tumor. Sedangkan penatalaksanaan dari struma meliputi
pembedahan operasi, yodium radiaktif dan pemeberian tiroksin dan anti tiroid
B. SARAN
Diharapkan agar para pembaca dapat memahami asuhan keperawatan
perianestesi pada pasien dengan struma secara komprehensif, sehingga mampu
mengatasi masalah keperawatan dan mencapai hasil yang terbaik pada pasien
struma di ruang IBS RSU Aghisna Medika Kroya.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteri Hasil
Keperawatan Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP PPNI.