Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PERI ANESTESI DENGAN GENERAL ANASTESI

JENIS ENDOTRACHEAL TUBE (ETT) PADA Ny. M DENGAN DIAGNOSA


MEDIS STRUMA DILAKUKAN TINDAKAN STRUMEKTOMI DI RUANG IBS
RSU AGHISNA MEDIKA KROYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Parktik Klinik Keperawatan Peminatan Anaestesi

Disusun Oleh :

Syaif Al-Islam

(A12020142)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2024
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa “Asuhan


Keperawatan General Anestesi Pada Ny M dengan Struma Di Ruang
IBS (Instalasi Bedah Sentral) RS Aghisna Medika Kroya”

Disusun oleh : Syaif Al-Islam


NIM : A12020142

Telah disetujui pada tanggal 20 Januari 2024

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Fajar Agung Nugroho, MNS Wahyu Koko Wijanarko,


A.Md.Kep., CAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tiroid merupakan kelenjar endokrin yang terletak di bawah leher, yang
menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3).
Hormon T4 dan T3 terikat dalam darah dengan protein khusus yang mengikat
T4 dan T3, yaitu thyroxyne binding globulin (TBG) dan thyroxine binding
prealbumin (TBPA) dan hanya satu persen hormon yang tidak terikatberada
dalam bentuk bebas (free) sehingga disebut FT4 dan FT3 yang berperan dalam
mengendalikan metabolisme tubuh. Kadar hormon tiroid akan selalu berada
pada range normalnya dikarenakan adanya feedback terhadap hormon Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) di hipofisis anterior yang mengatur dalam
pertumbuhan sel tiroid, sintesis serta sekresi dari hormon tiroid. Pada keadaan
tertentu, hormon TSH mengalami peningkatan dan penurunan yang abnormal.
Keadaan ini lah yang mengakibatkan terjadinya pertumbuhan kelenjar tiroid
abnormal dan memicu terbentuknya struma pada kelenjar tiroid.
Struma merupakan pembesaran dari kelenjar tiroid yang diakibatkan oleh
kelainan kelenjar tiroid berupa gangguan fungsi atau gangguan dari susunan
kelenjar dan morfologinya (Irfan Fadilah, 2021). Penyebab paling umum dari
struma di seluruh dunia ialah defisiensi yodium. Menurut WHO 1,6 miliar orang
berisiko mengalami gangguan defisiensi yodium dan diantaranya terdapat 655
juta yang struma dimana 27% terdapat di Asia Tenggara. Prevalensi kelainan
tiroid dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia. Kelainan kelenjar tiroid pada
wanita terjadi 4 hingga 10 kali lebih sering dibandingkan dengan pria (Hassan et
al., 2018).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba merumuskan
suatu masalah yaitu bagaimana asuhan keperawatan perianestesi kepada Ny. M
dengan struma di ruang IBS RSU Aghisna Medika Kroya?
C. Ruang Lingkup
Sesuai dengan pasien yang dijadikan kasus dalam penulisan asuhan
keperawatan prianestesi pada pasien Ny. M dengan struma yang dilakukan
tindakan strumektomi dengan tindakan general anestesi di IBS RSU Aghisna
Medika Kroya
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan serta
dapat mengaplikasikan pada pasien dengan struma di ruang IBS RSU
Aghisna Medika Kroya
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan struma di ruang IBS
RSU Aghisna Medika Kroya
b) Mampu menyusun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
dengan struma di ruang IBS RSU Aghisna Medika Kroya
c) Mampu melaksanakan rencana keperawatan pada pasien dengan struma
di ruang IBS RSU Aghisna Medika Kroya
E. Manfaat
1. Bagi Institusi
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis struma sebagaimana yang
sudah dijelaskan dalam perkuliahan.
2. Bagi Lahan Praktisi
Sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan di bidang
keperawatan khususnya pada pasien dengan diagnosa medis struma yang
dilakukan tindakan strumektomi.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber pengetahuan untuk masyarakat saat melakukan
perawatan pada anggota keluargan dengan diagnosa medis struma yang
dilakukan strumektomi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Kelenjar tiroid gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini


memiliki dua bagian lobus yang dihubungkan oleh isnis yang masing- masing
berbetuk lonjong berukuran panjang 2.5-5 cm, lebar 1.5 cm, tebal 1- 1.5 cm dan
berkisar 10-20 gram.
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laring yang
terdiri atas dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama
oleh secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea
dua dan tiga. Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh
cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi
protein. Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik
antara kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus
anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine,
meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran
kelenjar thyroid.
Apabila ada penurunan hormon tiroid, hipofisis anterior merangsang
peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk
meningkatkan sekresi hormon thyroid : Thyroxine (T4) berfungsi untuk
mempertahankan metabolisme tubuh dan Tridothyronin (T3), berfungsi untuk
mempercepat metabolisme tubuh. Hormon tiroid memiliki efek pada
pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi. Selain itu hormon
tiroid mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi,
mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah
sintesis asam ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal
terhadap glukosa merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam
perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon ini,
membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan
bayi.
B. Definisi
Struma merupakan pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah
banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, berat badan menurun, mata membesar (Amin
Huda Nurarif, 2015)
Struma atau biasa yang disebut dengan goiter merupakan suatu
pembesaran dari kelenjar tiroid yang diakibatkan oleh kelainan kelenjar tiroid
berupa gangguan fungsi atau gangguan dari susunan kelenjar dan morfologinya
dimana gangguan tersebut menginduksi sel dari kelenjar tiroid untuk melakukan
pembelahan sel yang terus menerus sehingga bentuk dari kompensasinya ialah
terjadinya peningkatan volume (hipertrofi dan hiperplasi) dari kelenjar tiroid
(Irfan Fadilah, 2021)
C. Tanda Gejala
1. Adanya pembesaran kelenjar tiroid
2. Pembesaran kelenjar limfe
3. Nyeri tekan pada kelenjar tiroid
4. Kesulitan menelan
5. Kesulitan bernafas
6. Kesulitan dalam berbicara
7. Gangguan body image
D. Patofisiologi
Kelenjar tiroid dikendalikan oleh tirotropin (TSH), yang disekresikan
oleh kelenjar pituitari, yang mana, pada gilirannya, dipengaruhi oleh tirotropin
releasing hormone (TRH) dari hipothalamus. TSH menyebabkan pertumbuhan,
diferensiasi sel dan produksi hormon tiroid serta sekresinya oleh kelenjar tiroid.
Tirotropin bekerja pada reseptor TSH pada kelenjar tiroid Hormon tiroid dalam
serum (levothyroxine dan triiodothyronme) menyebabkan feedback ke pituitari,
yang mengatur produksi TSH.
Rangsangan pada reseptor TSH oleh TSH. TSH-receptor antibodi atau
TSH receptor agonist, seperti chorionic gonadotropin, bisa menyebabkan struma
diffuse. Ketika sejumlah kecil sel tiroid, sel-sel peradangan atau sel-sel
keganasan bermetastase ke tiroid bisa terbentuk nodul tiroid.
Kekurangan sintesis hormon tiroid atau kurangnya pemasukan
menyebabkan peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan
peningkatan jumlah sel dan hiperplasia dari kelenjar tiroid untuk menormalkan
kadar hormon tiroid. Bila proses ini terus terjadi, bisa terbentuk struma.
Penyebab kekurangan hormon tiroid bisa karena gangguan pada sintesisnya,
kekurangan iodium, dan goitrogen.
Struma bisa terbentuk dari sejumlah TSH receptor agonist. TSH receptor
merangsang TSH receptor antibodies, resistensi pituitari terhadap hormon tiroid,
adenoma dari kelenjar tiroid atau pituitari dan tumor yang menghasilkan human
chorionic gonadotropin.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sidik tiroid
2. Pemeriksaan USG
3. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)
4. Termografi
5. Petanda tumor (Amin Huda Nurarif, 2015)
F. Therapi
Penatalaksanaan pada pasien dengan struma yaitu :
1. Pembedahan atau operasi
a) Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid lobus
kiri atau kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan
kelenjar yang masih tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh
akan hormon-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penganti
hormone.
b) Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang
menjalani tindaakan ini harus mendapat terapi hormon penganti yang
besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh
usia, pekerjaan dan aktivitas.
2. Yodium raidoaktif
Yaitu memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi
maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50%.
3. Pemberian tiroksin dan obat anti tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma (Amin Huda Nurarif,
2015)
G. Fokus Pengkajian
1. Anamnesis
a) Konfirmasi identitas pasien yang bertujuan untuk
menghindarimkesalahan pasien.
b) Riwayat penyakit yang diderita, termasuk riwayat pengobatan. Perlu juga
ditanyakan alergi yang dimiliki dan pencetus serta obat yang biasa
digunakan untuk mengatasinya.
c) Gaya hidup dan kebiasaan seperti merokok, minum alkohol atau
penggunaan obat-obat rekreasional (metamfetamin, heroin, kokain).
d) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular dalam keluarga
e) Riwayat kematian anggota keluarga diatas meja operasi. Hal ini perlu
ditanyakan secara hati-hati dan seksama. Terutama pada pasien dewasa
muda atau yang memiliki kelainan sistem muskuloskeletal. Yang perlu
diingat adalah jenis kematian yang dapat merupakan informasi penting
adalah kematian selama operasi dengan anestesi inhalasi dengan gejala
kekakuan otot disertai panas tinggi atau Hiperthermy Maligna.

2. Pemeriksaan fisik
a) Kemungkinan kesulitan ventilasi dan intubasi diperkirakan dari bentuk
wajah. Leher pendek dan kaku, jarak tiro-mental, lidah besar, maksila
yang protusif.
b) Pasien sesak nafas dapat dilihat dari posisi berbaring, frekuensi nafas,
jenis pernafasan dan tingkat saturasi HbO, dari pulse oxymeter.
c) Auskultasi dada selain untuk mendengarkan bunyi nafas atau bunyi nafas
tambahan, juga untuk mendeteksi murmur jantung dan bunyi abnormal
lain
3. Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan tambahan ang direkomendasikan untuk Isthmolobectomy
antara lain :
a) Pemeriksaan darah tepi : Hb, Het, leukosit, hitung jenis, trombosit serta
pemeriksaan faal hemostasis: BT/CT, PPT/APTT.
b) Laboratorium Pemeriksaan : T4 total. Serum T3. FT4, Tunda operasi
sampai klinis dan lab eutiroid.
c) Diharapkan preoperatif tes fungsi tiroid normal, HR < 85 x menit saat
istirahat). Pasien dengan hipotiroid berat yang tidak terkoreksi (T4 <1
µg/dl) atau koma myxedema, harus dibatalkan untuk operasi elektif dan
harus diterapi segera dengan hormon tiroid terutama untuk operasi
emergensi. Pasien yang telah dicutiroidkan biasanya menerima dosis
obat tiroid pada pagi hari pembedahan, harus di ingat bahwa rata rata
preparat yang diberikan mempunyai waktu paruh yang lama (t1/2 T4
adalah 8 hari). Tidak ada bukti yang mendukung untuk menunda bedah
elektif (termasuk bedah by-pass arteri koronaria) menyebabkan
perubahan hipotiroidisme ringan ke hipotiroidisme yang sedang.
d) BMR: 0,75 (0.74 (sistole-diastole)+N))-72 Nilai normal: -10 s/d 10
e) Pemeriksaan radiologi thorak dan leher, untuk melihat ada gangguan atau
tidak pada paru jantung, serta perubahan anatomis trakhea.
f) Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan atas indikasi.
4. Penentuan status fisik pasien
Status fisik menggambarkan tingkat kebugaran pasien untuk menjalani
anesthesia. Klasifikasi stasus fisik yang disusun oleh American Society of
Ahli anestesi (ASA) :
ASA I : Pasian sehat yang akan menjalani operasi
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang tanpa
pembatasan aktivitas.
ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang membatasi aktivitas
rutin.
ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang menyebabkan
ketidakmampuan melakukan aktivitas rutin, yang mengancam nyawanya
setiap waktu.
ASA V : Pasien tidak ada harapan, dengan atau tanpa pembedahan
diperkirakan akan meninggal dalam 24 jam.
5. Puasa
Puasa sangat diperlukan demi keselamatan pasien karena dapat mencegah
terjadinya pneumonia aspirasi yang berakibat fatal. Pasien-pasien
Isthmolobectomy adalah orang dewasa sehingga puasa yang diperlukan yaitu
6-8 jam untuk pengosongan lambung dari makanan padat. Minuman bening,
air putih atau teh manis diperbolehkan maksimal 3 jam sebelum induksi.
Untuk keperluan minum obat, air putih dalam jumlah terbatas diperbolehkan
maksimal 1 jam sebelum induksi anestesi.
H. Intervensi
1. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
Kriteria hasil berdasarkan SLKI yaitu perilaku gelisah cukup menurun,
perilaku tegang cukup menurun, frekuensi nadi cukup menurun, tekanan
darah cukup menurun (L.09093)
Terapi Relaksasi (I.09326)
a) Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
- Identifikasi relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan dan penggunaan teknik
sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
- Monitor terhadap terapi relaksasi
b) Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan pakain longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
tau tindakan medis lain, jika sesuai
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis. musik, meditasi nafas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan pilih latihan teknik elaksasi (mis. nafas
dalam, peregangan atau imajinasi terbimbing)
2. Resiko jatuh b.d efek agen farmakologis (anastesi umum) (D.0143)
Kriteria hasil berdasarkan SLKI yaitu kekuatan otot cukup meningkat,
kontrol gerakan cukup meningkat, keseimbangan gerakan cukup meningkat
(L.05041)
Pencegahan Jatuh (I.14540)
a) Observasi
- Identifikasi faktor resiko jatuh (mis.usia>65 tahun, penurunan
tingkat kesadaran, defisit kogitif, hipotensi ortostatik, gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
- Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh
- Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala
- Monitor kemampuan dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
b) Terapeutik
- Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
- Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalm kondisi
terkunci
- Pasang handrall tempat tidur
- Alur temapt tidur mekanis posisi terendah
- Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station
- Gunakan alat bantu berjalan
- Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
c) Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
- Ajarkan cara menggunakan bel panggil untuk memanggil perawat
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Hari : Jum’at
Tempat : 12 Januari 2024
Jam : 21.00
Oleh : Syaif
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin :P
Alamat : Tanalum 1/3 Purbalingga
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Diagnosa : Struma
No. RM : 0114xxx
B. Penanggung jawab
Nama : Ny. N
Umur : 38 tahun
Alamat : Tanalum 1/3 Purbalingga
Hubungan dengan pasien : Anak
PENGKAJIAN PRE ANESTESI
A. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Ny. M mengatakan cemas dan takut karena akan dilakukan Tindakan
pembedahan yang pertama kalinya.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 6 Januari 2023 pasien dibawa ke ruang IBS RSU Aghisna
Medika Kroya dengan diagnosa medis struma. Ny. M mengatakan
merasa cemas dan takut karena pertama kali melakukan pembedahan.
Tanda-tanda vital didapatkan TD : 150/80 mmHg, N : 90 x/menit, RR :
20 x/menit, S : 36,7oC.
3. Riwayat Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak memiliki penyakit
menurun.
B. Pola fungsional menurut V H
1) Keb. Bernafas dengan Normal
Sebelum : Pasien mengatakan dalam bernafas tidak ada masalah,
tidak menggunakan alat bantu pernafasan
Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam bernafas masih normal
2) Keb. Nutrisi
Sebelum : Pasien mengatakan makan 3x sehari, makan dengan
nasi, sayur dan lauk
Saat dikaji : Pasien mengatakan sedang berpuasa
3) Keb. Eliminasi
Sebelum : Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAK sekitar 6x
sehari
Saat dikaji : Pasien mengatakan belum BAB, BAK 2 kali sebelum
dilakukan operasi
4) Keb. Gerak dan kesetimbangan tubuh
Sebelum : Pasien mengatakan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari baik tanpa adanya gangguan
Saat dikaji : Pasien mengatakan aktivitasnya terganggun karena
terpasang infus
5) Keb. Istirahat dan Tidur
Sebelum : Pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya tdiur 5-6 jam

6) Keb. Berpakaian
Sebelum : Pasien mengatakan biasanya ganti baju 2x sehari
dilakukan setelah mandi
Saat dikaji : Pasien mengatakan dalam memakai pakaian dibantu oleh
perawat ataupun keluarga karena terpasang infus memakai pakaian
pasien rumah sakit
7) Keb. Mempertahankan Suhu Tubuh dan Temperature
Sebelum : Pasien mengatakan dalam keseharian biasa jika suhu
dingin menggunakan pakaian tebal, sedangkan jika suhu panas memakai
pakaian yang lebih tipis
Saat dikaji : Pasien mengatakan menggunakan pakaian operasi dari
rumah sakit saat di ruangan dan selimut dari rumah sakit
8) Keb. Personal Hygine
Sebelum : Pasien mengatakan mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore
hari
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak ada masalah, mandi seperti
biasa namum jarang keramas semala di rawat di rumah sakit
9) Keb. Rasa Aman dan Nyaman
Sebelum : Pasien mengatakan merasa aman dan nyaman bersama
keluarganya dirumahberkumpul bersama
Saat dikaji : Pasien mengatakan merasa tidak aman dan nyaman
dengan kondisi saat ini
10) Keb. Komunikasi dengan Orang Lain
Sebelum : Pasien mengatakan berkomunikasi menggunakan bahasa
jawa
Saat dikaji : Pasien mengatakan masih bisa berkomunikasi
11) Keb. Spiritual
Sebelum : Pasien mengatakan beragama islam, sholat 5 waktu
Saat dikaji : Pasien mengatakan sholat dilakukan ditempat tidur
12) Keb. Bekerja
Sebelum : Pasien mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak bekerja selama dirawat di
rumah sakit
13) Keb. Rekreasi
Sebelum : Pasien mengatakan biasanya berekreasi bersama
keluarganya
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak bisa berekreasi selama dirinya
dirawat di rumah sakit
14) Keb. Belajar
Sebelum : Pasien mengatakan belajar dan mendapatkan informasi
dari televisi dan internet
Saat dikaji : Pasien mengatakan belajar dan mendapatkan informasi
dari perawat dan dokter
C. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) GCS : E4M6V5
4) TTV
TD : 150/80 mmHg
N : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7oC
5) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Bentuk mesosephal, wajah simetris, tidak ada nyeri tekan sinus,
warna rambut hitam dan sedikit beruban.
b) Mata
Bentuk normal, kedudukan bola mata simetris, palpebra normal,
tidak terdapat ptosis, gerakan mata normal, konjungtiva anemis,
sklera unikterik, pupil bulat, isokor diameter 2 mm, refleks cahaya
positif pada mata kanan dan kiri.

c) Telinga
Simetris, tidak ditemukan penumpukan serumen pada telinga kanan
dan kiri, tidak ada nyeri pada bagian telinga.
d) Hidung
Tidak ada hiperemis, terdapat nyeri tekan, simetris.
e) Mulut
Bentuk bibir normal, simetris, lembab, tidak sianosis, gigi tampak
bersih, lidah bersih
f) Leher
Ada benjolan di leher, terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
g) Thorak
- Paru-Paru
Inspeksi : Pengembangan paru kiri dan kanan sama
Palpasi : Gerak simetris vocal fremitus sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara vesikuler
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 dan S2 reguler
h) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan
Perkusi : Bunyi timpani
i) Genetalia : Perempuan
j) Ekstermitas
- Atas : Tangan kiri terpasang infus RL 500 ml dengan 20 tpm
disebelah kanan, turgor kulit baik, CRT < 2 detik kekuatan otot
dan persendian baik.
- Bawah : Tidak ada kelainan
D. Pemeriksaan Penunjang
Item Hasil Satuan Normal
Hemoglobin 12.1 g/dL 12.0-16.0
Lekosit 7.840 /uL 4.500-11.000
Trombosit 244.000 /uL 150.000-45.000
Hematrokit 36 % 35.00-47.00
Eritrosit 4.2 juta/uL 3.80-5.80
MCV 85.00 fL 80.00-96.00
MCH 28.80 pg/mL 28.00-33.00
MCHC 33.90 g/dL 33.00-36.00
Masa Pendarahan (BT) 2 menit 1-3
Masa Pembekuan (CT) 4 menit 1-6
AST (SGOT) 27 U/L < 35
ALT (SGPT) 17 U/L <= 45
Ureum 24.8 mg/dL 17.00-43.00
Kreatinin 0.66 mg/dL 0.80-1.30
Gula Darah Sewaktu 118 g/dL 60-120
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

E. Diagnosa Anestesi
Perempuan dengan diagnosa medis struma, ASA I di rencanakan general
anstesi dengan ETT.
F. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi
1. Persiapan Obat
a) Obat premedikasi
No Nama Obat Fungsi Jenis Dosis
1 Ketorolac Meredakan peradangan dan Inj IV 30 mg
nyeri
2 Ondansentron Anti mual dan muntah Inj IV 4 mg

b) Obat sedasi
No Nama Obat Fungsi Jenis Dosis
1 Sedacum Menghilangkan rasa sakit Inj IV 5 mg
sebelum melakukan
pembedahan atau operasi

c) Obat induksi
No Nama Obat Fungsi Jenis Dosis
1 Fentanyl Meredakan nyeri akut yang Inj IV 100 mg
disebebkan oleh pembedahan
2 Propofol Menenangkan, menrunkan Inj IV 100 mg
kesadaran dan membius pasien
selama operasi berlangsung

d) Obat pelumpuh otot


No Nama Obat Fungsi Jenis Dosis
1 Tramus Tambahan untuk anastesi Inj IV 25 mg
umum agar intubasi tracheal
dapat dilakukan serta untuk
relaksasi otot rangka selama
pembedahan atau ventilasi
terkendali

G. Persiapan Pasien
1) Pasien tiba di IBS pukul 21.00 WIB
2) Serah terima pasien dengan petugas ruangan, periksa setatus pasien
termasuk inform consent dan obat-obatan yang telah diberikan diruang
perawatan
3) Mengecek ulang identitas pasien (nama, alamat dan tanggal lahir) dan
menanyakan ulang jam berapa mulai puasa, riwayat penyakit, alergi serta
berat badan saat ini.
4) Memasang monitor tanda-tanda vital
TD : 150/80 mmHg, N : 96 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,7oC
5) Memeriksa kelancaran tetesan infus
6) Lapor dokter anestesi hasil observasi, dari kolaborasi dengan dokter
pasien dipindahkan ke meja operasi dan diberikan premedikasi

PENGKAJIAN INTRA ANESTESI


1. Jenis Pembedahan : Strumektomi
2. Jenis Anestesi : General anestesi
3. Teknik Anestesi : ETT
4. Mulai Anestesi : 21.20 WIB Selesai : 22.35 WIB
5. Mulai Operasi : 21.30 WIB Selesai : 22.30 WIB
6. Posisi : Supine
7. Premedikasi : Pasien dilakukan pemberian premedikasi yaitu ketorolac
30 mg dan ondansentron 4 mg dan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 140/75 mmHg, N : 90 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,7oC.
8. Melakukan General Anestesi (Induksi) : Pasien dilakukan general anestesi
menggunakan fentanyl 100 mg dan propofol 100 mg.
Monitoring selama operasi

Jam TD N SPO2 O2 RR Tindakan


21.20 140/75 90 100% 3 l/menit 20 x/menit Pemberian obat premedikasi
ketorolac 30 mg
ondansentron 2 mg.
Pemberian tramus 25 mg
21.25 150/80 99 99% 3 l/menit 20 x/menit Pemberian sedacum 5 mg,
fentanyl 100 mg, propofol
100 mg
21.30 135/75 89 99% 3 l/menit 20 x/menit Melakukan operasi
21.35 140/80 90 100% 3 l/menit 19 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
21.40 135/75 87 100% 3 l/menit 18 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
21.45 130/80 86 99% 3 l/menit 18 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
21.50 125/88 84 99% 3 l/menit 20 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
21.55 127/82 82 97% 3 l/menit 20 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
22.00 130/87 84 98% 3 l/menit 19 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
22.05 135/76 85 99% 3 l/menit 19 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
22.10 141/81 88 99% 3 l/menit 20 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
22.15 126/86 84 99% 3 l/menit 20 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
22.20 132/80 88 98% 3 l/menit 18 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
22.25 120/85 75 98% 3 l/menit 18 x/menit Monitoring TTV, cairan
infus, kepatenan jalan nafas
22.30 127/87 82 99% 3 l/menit 20 x/menit Selesai operasi
22.35 130/80 85 100% 3l/menit 20 x/menit Anestesi selesai
22.40 120/80 80 100% 3 l/menit 20 x/menit Pasien dipindahan ke RR
Pengakhiran anestesi

a) Pasien selesai operasi pukul 22.30 WIB, nafas spontan 20x/menit


b) Pasien dipindahkan keruang RR pukul 22.40 WIB
c) Pasien menggunakan nasal canul dengan oksigen 3 lt/menit
d) Monitor tanda-tanda vital sebelum pasien dibawah keruang pemulihan
TD: 120/80 , N : 80 x/menit, SpO2 : 100%, RR : 20 x/menit
e) Pasien dipindahkan ke recovery room dan dilakukan monitor selama 30
menit lalu dipindahkan keruang perawatan dengan Aldrete score minimal
8.

PENGKJIAN POST ANESTESI


Pasien di RR dilakukan pemantauan tanda-tanda vital dan pengawasan post
operasi apakah ada tanda-tanda perdarahan, perubahan hemodinamik akibat
operasi dan anestesi, keluhan pasien post operasi. Pasien masuk ke ruang
recovery room pukul 22.40 WIB
Pemantauan di Recovery Room

Jam TD N SPO2 O2 RR Tindakan


22.40 120/70 80 100% 3 l/menit 19 x/menit Pasien tiba di RR
dilakukan monitor
22.45 130/80 85 99% 3 l/menit 20 x/menit Monitor TTV
22.50 126/76 79 99% 3 l/menit 19 x/menit Monitor TTV
22.55 118/89 75 100% 3 l/menit 18 x/menit Monitor TTV
23.00 120/80 80 100% 3 l/menit 20 x/menit Monitor TTV
23.05 125/80 82 100% 3 l/menit 20 x/menit Pasien dipindah
keruang perawatan
ALDRETE SCORE

Pra Waktu
TD Skore Ket
Anestesi/mmHg 5 15 30 45 60 90 120
Sirkulasi TD +/- 20 2 
mmHg dari
normal
TD +/- 20-50 1
mmHg dari
normal
TD +/- 50 0
mmHg dari
normal
Kesadaran Sadar penuh 2 
Respon terhadap 1
panggilan
Tidak ada 0
respon
Oksigenasi SPO2 > 90 % 2 
(dengan udara
bebas)
SPO2 > 90 % 1
(dengan
suplemen
oksigen)
SPO2 < 90 % 0
(dengan
suplemen
oksigen)
Pernafasan Bisa tarik nafas 2 
dalam dan batuk
bebas
Dispneu atau 1
limitasi bernafas
Apneu atau 0
tidak bernafas
Aktifitas Menggerakan 4 2 
ekstremitas
Menggerakan 2 1
ekstremitas
Tidak mampu 0
menggerakkan
esktremitas
Total 10
Pasien bisa dipindahkan ke bangsal dengan skor minimal 8

ANALISA DATA
a) Pre Anestesi

Hari/Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem


Jum’at/12 Januari DS : Pasien mengatakan Krisis Ansietas
2024/ 21.00 WIB merasa dan takut karena situasional (D.0080)
akan dilakukan tindakan (prosedur
pembedahan atau operasi tindakan
yang pertama kalinya operasi)
DO :
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
tegang
- TTV
TD : 150/80 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7oC

b) Intra Anestesi

Hari/Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem


Jum’at/12 Januari DS : - Efek agen Resiko
2024/ 21.30 WIB DO : farmakologis aspirasi
- Pasien mengalami (general (D.0006)
penurunan
kesadaran anestesi)
- Pasien diberikan
terapi general
anestesi
- TTV
TD : 135/75 mmHg
N : 89 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7oC

c) Post Anestesi

Hari/Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem


Jum’at/12 Januari DS : - Efek agen Risiko
2024/ 22.45 WIB DO : farmakologis jatuh
- Efek agen (anastesi (D.0143)
farmakologis umum)
(general anestesi)
- Pasien bergerak tak
terkontrol (mulai
sadar atau bangun)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Pre Anestesi
Ansietas b.d krisis situasional (prosedur tindakan operasi)
b) Intra Anestesi
Resiko aspirasi b.d efek agen farmakologis (general anestesi)
c) Post Anestesi
Resiko jatuh b.d efek agen farmakologis (anastesi umum)
INTERVENSI
a) Pre Anestesi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Ansietas Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326)
b.d krisis tindakan keperawatan Observasi
situasional selama 1 x 10 menit 1. Identifikasi teknik
(prosedur diharapkan masalah relaksasi yang pernah
tindakan keperawatan ansietas efektif digunakan
operasi) dapat diatasi dengan 2. Periksa ketegangan otot,
kriteria hasil : frekuensi nadi, tekanan
Tingkat Ansietas darah, dan suhu sebelum
(L.09093) dan sesudah latihan
- Perilaku gelisah 3. Monitor respon terhadap
cukup menurun (4) terapi relaksasi
- Perilaku tegang Terapeutik
cukup menurun (4) 1. Ciptakan lingkungan tenang
- Frekuensi nadi dan tanpa gangguan dengan
cukup menurun (4) pencahayaan dan suhu
ruangan nyaman, jika
memungkinkan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. musik,
meditasi, nafas dalam ,
relaksasi otot progresif
2. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
3. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
4. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (nafas
dalam)

b) Intra Anestesi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Aspirasi (I.01018)
aspirasi b.d tindakan keperawatan Observasi
efek agen selama 1 x 1 jam 1. Monitor tingkat kesadaran,
farmakologis diharapkan masalah batuk, muntah dan
(general keperawatan resiko kemampuan menelan
anestesi) aspirasi dapat diatasi 2. Monitor status pernafasan
dengan kriteria hasil : Terapeutik
Tingkat Aspirasi 1. Pertahankan kepatenan jalan
(L.01006) nafas
- Kelemahan otot
cukup menurun (4)
- Frekuensi nafas
cukup membaik (4)

c) Post Anestesi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Resiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh (I.14540)
b.d efek tindakan keperawatan Observasi
agen selama 1 x 30 menit 1. Identifikasi faktor resiko
farmakologis diharapkan masalah jatuh (mis.usia>65 tahun,
(anastesi keperawatan resiko penurunan tingkat
umum) jatuh dapat diatasi kesadaran, defisit kogitif,
dengan kriteria hasil : hipotensi ortostatik,
Koordinasi Pergerakan gangguan keseimbangan,
(L.05041) gangguan penglihatan,
- Kekuatan otot neuropati)
cukup meningkat Terapeutik
(4) 1. Pasang handrall tempat
- Kontrol gerakan tidur
cukup meningkat Edukasi
(4) 1. Anjurkan berkonsentrasi
- Keseimbangan untuk menjaga
gerakan cukup keseimbangan tubuh
meningkat (4)

IMPLEMENTASI
a) Pre Anestesi

Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Respon


Ansietas 12 Januari Mengidentifikasi DS : Pasien
b.d krisis 2024/ 21.00 teknik relaksasi mengatakan untuk
situasiona WIB yang pernah efektif menenangkan dirinya
l digunakan dengan beristighfar
(prosedur DO : Pasien tampak
tindakan beritighfar
operasi)
Meonitor respon DS : -
terhadap terapi DO : Pasien tampak
relaksasi lebih tenang setelah
berdzikir

Menjelaskan tujuan, DS : Pasien


manfaat, batasan dan mengatakan paham
jenis relaksasi yang dengan penjelasan
tersedia (mis. musik, perawat
meditasi, nafas dalam DO : Pasien dapat
, relaksasi otot menjelaskan kembali
progresif apa yang dijelaskan
oleh perawat

Menganjurkan sering DS : Pasien


mengulangi atau mengatakan bersedia
melatih teknik yang mengulah teknik
dipilih latihan yang dipilih
DO : Pasien tampak
mengangguk

Mendemonstrasikan DS : -
dan latih teknik DO : Psien dapat
relaksasi (nafas dalam) mempraktekan teknik
relaksasi nafas dalam
yang sudah dianjurkan

b) Intra Anestesi

Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Respon


Resiko 12 Januari Memonitor tingkat DS : -
aspirasi 2024/21.30 kesadaran, batuk, DO : Pasien tampak
b.d efek WIB muntah dan tidak sadar
agen kemampuan menelan
farmakol
ogis Memonitor status DS : -
(general pernafasan DO : RR 24 x/menit
anestesi)
Mempertahankan DS : -
kepatenan jalan nafas DO : Jalan nafas paten

c) Post Anestesi

Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Respon


Resiko jatuh 12 Januari Mengidentifikasi DS : -
b.d efek 2024/22.45 faktor resiko jatuh DO : Pasien tampak
agen WIB (mis. usia > 65 cukup tenang setelah
farmakologis tahun, penurunan dipindahkan keruangan
(anastesi tingkat kesadaran,
umum) defisit kogitif,
hipotensi
ortostatik,
gangguan
keseimbangan,
gangguan
penglihatan,
neuropati)

Memasang DS : -
handrail tempat DO : Pasien tampak
tidur terlindungi dengan
memasang handrall di
tempat tidur

Menganjurkan DS : Pasien
berkonsentrasi memahami penjelasan
untuk menjaga untuk menjaga
keseimbangan keseimbangan tubuh
tubuh DO : Pasien tampak
paham

EVALUASI
a) Pre Anestesi

Tanggal/Jam Evaluasi TTD


12 Januari S : Syaif
2024/21.20 - Pasien mengatakan rasa cemas
WIB berkurang
- Pasien mengatakan masih takut
akan menjalani operasi
O:
- Pasien sudah tidak gelisah
- Pasien sudah tidak tegang
- TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7%
A : Masalah keperawatan ansietas teratasi
P : Hentikan intervensi
b) Intra Anestesi

Tanggal/Jam Evaluasi TTD


12 Januari S : - Syaif
2024/21.30 O:
WIB - Tidak terdapat suara nafas
tambahan
- RR : 20 x/menit
- SPO2 : 100%
A : Masalah keperawatan resiko aspirasi
teratasi
P : Hentikan intervensi (pindah ke ruang
recovery room)

c) Post Anestesi

Tanggal/Jam Evaluasi TTD


12 Januari S : - Syaif
2024/23.00 O:
WIB - Pasien tampak lebih tenang
- Pasien tidak banyak bergerak
- Total Aldrette Score : 10
A : Masalah keperawatan resiko jatuh
teratasi
P : Hentikan intervensi (pindah ke ruang
perawatan)
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian merupakan tahap awal untuk melakukan suatu asuhan keperawatan


yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan
klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam
pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dan observasi dengan
mengunakan pemeriksaan fisik serta menggunakan studi dokumentasi pada status
pasien.

Berdasarkan anamnesa tanggal 12 Januari 2024 pada Ny. M berusia 62 tahuan


diketahui bahwa pasien dengan diagnosa medis struma dan didapatkan hasil bahwa
kesadaran pasien compos mentis, pasien merasa takut dan cemas karena akan dilakukan
pembedahan pada penis dan ini merupakan pertama kali bagi pasien akan dilakukan
tindakan operasi.

Berdasarkan kasus tersebut penulis mengambil diagnosa ansietas b.d kurang


terpapar informasi, resiko aspirasi b.d efek general anestesi dan resiko jatuh b.d efek
agen farmakologis (anastesi umum)

Salah satu permasalahan yang timbul dari pasca pembedahan adalah rasa
ketidaknyaman atau rasa nyeri akut, pasien akan merasakan nyeri setelah pulih dari
pengaruh anestesi. Nyeri didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
yang digambarkan sebagai kerusakan. (International Association fot the study of paint)
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi (T. Heather Herdman, 2015). Penanganan nyeri non
farmakologi dengan relaksasi benson adalah pengembangan dari metode respon
relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien (Baehaqi, 2018)
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Struma atau biasa yang disebut dengan goiter merupakan suatu
pembesaran dari kelenjar tiroid yang diakibatkan oleh kelainan kelenjar tiroid
berupa gangguan fungsi atau gangguan dari susunan kelenjar dan morfologinya
dimana gangguan tersebut menginduksi sel dari kelenjar tiroid untuk melakukan
pembelahan sel yang terus menerus sehingga bentuk dari kompensasinya ialah
terjadinya peningkatan volume (hipertrofi dan hiperplasi) dari kelenjar tiroid
(Irfan Fadilah, 2021)
Pemeriksaan penunjang dari struma yaitu pemeriksaan sidik tiroid,
pemeriksaan USG, biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA),
termografi dan petanda tumor. Sedangkan penatalaksanaan dari struma meliputi
pembedahan operasi, yodium radiaktif dan pemeberian tiroksin dan anti tiroid
B. SARAN
Diharapkan agar para pembaca dapat memahami asuhan keperawatan
perianestesi pada pasien dengan struma secara komprehensif, sehingga mampu
mengatasi masalah keperawatan dan mencapai hasil yang terbaik pada pasien
struma di ruang IBS RSU Aghisna Medika Kroya.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta:
Mediaction.

Baehaqi, M. C. (2018). PENERAPAN TERAPI RELAKSASI BENSON UNTUK


MENURUNKAN RASA NYERI PADA PASIEN POST OPERASI STRUMA.
Diploma thesis: Universitas Islam Sultan Agung.

Irfan Fadilah, D. A. (2021). Gambaran Pemeriksaan Ultrasonografi pada Pasien Struma


di Bagian/SMF Radiologi RSUP DR. M. Djamil Periode Januari Desember
2019. JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA, VOL. 2 NO. 1.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


DIagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteri Hasil
Keperawatan Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

T. Heather Herdman, S. K. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-


2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai