LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH:
Nuril Fauziah, S. Kep
NIM 182311101047
Mahasiswa
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara
kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus
anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine,
meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran
kelenjar thyroid. Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior
merangsang peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid
untuk meningkatkan sekresi hormon thyroid.Thyroxine (T4) berfungsi untuk
mempertahankan metabolisme tubuh. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk
mempercepat metabolisme tubuh.
2. Definisi
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam
jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar,
keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, diare, berat badan menurun, mata
membesar. Penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’ disease).
3. Epidemilogi
Struma koloid , difus, nontoksik dan nodular koloid merupakan gangguan
yang sangat sering dijumpai dan menyerang 16 % perempuan dan 4 % laki-
laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun seperti yang telah dibuktikan
oleh suatu penyelidikan di Tecumseh, suatu komunitas di Michigan. Biasanya
tidak ada gejala-gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang
timbul komplikasi-komplikasi. Struma mungkin membesar secara difus dan
atau bernodula.
4. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan
faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
a. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah
yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam
kol, lobak, kacang kedelai). Penghambatan sintesa hormon oleh obat-
obatan (misalnya: thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
5. Klasifikasi
1) Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara
klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
hypertiroidisme. Jika struma hanya satu maka disebut sebagai uninodusa
namun jika jumlah struma lebih dari satu maka disebul sebagai
multinodusa.
2) Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh
sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini
adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym kelenjar.
3) Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh
asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
6. Patofisiologi/Patologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif
dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik
tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis,
pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin
(T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan
TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.
7. Manifestasi Klinis
a. Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat.
Awalnya kelenjar ini membesar secara difus. Jika struma cukup besar,
akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada
respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
b. Peningkatan simaptis seperti ; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah,
berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih,
konsistensinya kenyal
b. Human thyrologlobulin (untuk keganasan thyroid)
c. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (toraksin) dan T3
(triyodotironin) dalam batas normal (Nilai normal T3=0,6-2,0, T4=4,6-
11)
d. Pemeriksaan USG dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul
e. Kepastian ditegakkan setelah dilakukan biopsy.
c) Penyuntikan lipidol
d) Tindakan operasi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan
operasi bila pengobatan tidak berhasil
e) Pemberian Antitiroid
Antitiroid golongan tionamida, misalnya propiltiourasil, menghambat
proses inkorporasi yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin, dan juga
menghambat penggabungan residu iyodotirosil ini untuk membentuk
iyodotironin. Kerjanya dengan menghambat enzim peroksidase sehingga
oksidasi ion yodida dan gugus yodotirosil terganggu. Propiltiourasil juga
menghambat deyodinasi tiroksin menjadi triyodotironin di jaringan perifer,
sedangkan metimazol tidak.Tiourasil didistribusi ke seluruh jaringan tubuh
dan diekskresi melalui urin dan ASI, tetapi tidak melalui tinja.
Propiltiourasil jarang sekali menimbulkan efek samping. Meski jarang,
agranulositosis merupakan efek samping yang serius. Gejala lain yang
jarang terjadi adalah nyeri dan kaku sendi, terutama pada tangan dan
pergelangan ( Suherman, 2007).
f) Penyekat beta
Penyekat beta seperti propanolol diberikan bersamaan dengan obat
antitiroid. Karena manifestasi klinis hipertiroid adalah akibat dari
pengaktifan simpatis yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka
manifestasi klinis tersebut akan berkurang dengan pemberian penyekat
beta; penyekat beta menurunkan takikardia, kegelisahan, dan keringat
berlebih. Propanolol juga menghambat perubahan tiroksin perifer menjadi
triyodotironin.
struma
Merangsang
Gangguan Gangguan Tidak efektifnya
reseptor nyeri
menelan rasa perawatan
nyaman
Resiko
Nyeri akut Resiko infeksi
perdarahan
C. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan TD : 130/90, mengeluh nyeri pada leher
dan nyeri bertambah pada saat beraktivitas. Pasein mengeluh cemas, susah
tidur.
Pasien mengatakan ada anggota keluarga yang juga memiliki riwayat stuma.
Pasien dengan dengan struma mengeluh tidak bisa makan dengan baik,
karena nyeri telan
2. Eliminasi
3. Pola istirahat-tidur
Bagaimana pola istirahat pasien sebelum dan sesudah mengalami struma
4. Pola aktivitas-latihan
7. Pengkajian nyeri
S : sakala nyeri 6
T : 15 menit
8. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : pasein sadar penuh, tampak nyeri pada leher.
2. TTV
a. TD : 130/90
b. N : 80 x/menit
c. RR: 24 x/menit
d. S : 37oC
3. Kepala : bentuk simetris tidak terdapat nyeri tekan
4. Mata : keadaan bentuk mata, respon cahaya, pupil
5. Telinga : tidak ada benjolan tidak ada serumen pada telinga
6. Mulut : bentuk simetris, bibir tampak kering
7. Leher : lener mangalami nyeri tekan dan terlihat bengkak.
8. Thorak : simetris, auskultasi normal, tidak ada nyeri tekan
9. Abdomen : simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat asites
10. Ekstremitas : kaki simetris, tidak ada luka ataupun nyeri tekan.
DIAGNOSA
Batasan karakteristik:
INTERVENSI
D. Discharge Planning
1. Berikan pendidikan kesehatan klien mengenai perawatan luka (Jika
dilakukan pembedahan)
2. Berikan pendidikan kesehatan mengenai konsumsi makanan sehat dan
seimbang
DAFTAR PUSTAKA