Anda di halaman 1dari 6

JOURNAL READING

Analytical Study of Exhumations and its Medico-Legal Importance

Disusun oleh:
Arya Nugraha Karya (1102014040)
Rizky Agustian Hadi (1102011238)

Pembimbing:

dr. Suryo Wijoyo, Sp.KF, MH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN

MEDIKOLEGAL

RSUD KABUPATEN BEKASI


PERIODE 7 JUNI 2021 – 26 JUNI 2021
BAB I
PENDAHULUAN

Istilah penggalian kubur (exhumation) berasal dari kata, ex – Out of (mengeluarkan),


Humus (tanah), secara medikolegal berarti menggali kuburan orang mati. Penggalian kubur ada
sejak munculnya umat manusia dibumi ini tetapi kegunaannya telah berubah dengan berlalunya
waktu dan peradaban. Ada beberapa keperluan dimana penggalian kubur (exhumation) dilakukan
untuk penelitian, kanibalisme, ritual, dll.
Dalam masa sekarang, penggalian kubur dilakukan untuk tujuan yang berbeda oleh
lembaga yang berbeda seperti misi penyelamatan, tim arkeologi, lembaga penegak hukum,
Antropolog, dll. Jika seseorang meninggal dalam keadaan yang mencurigakan dan terkubur, agen
investigasi yang sah (polisi) dapat menggali kubur dan dilanjutkan dengan dilakukan
pemeriksaan oleh dokter forensik untuk menentukan penyebab kematian. Penggalian kubur juga
harus ada izin dari pihak yang berwenang sebelum penggalian bisa dipertimbangkan. Semua
kasus yang digali ditangani dibawah bagian 176 Cr.P.C. yaitu, Eksekutif Magistrate harus
melakukan pemeriksaan resmi.
BAB II
ISI

Pendahuluan
Penggalian mayat (exhumation) adalah pemeriksaan terhadap mayat yang sudah
dikuburkan dari dalam kuburnya yang telah disahkan oleh hukum untuk membantu peradilan. Ex
dalam bahasa latin berarti keluar dan humus berarti tanah. Pada umumnya, penggalian mayat
dilakukan kembali karena adanya kecurigaan bahwa mayat mati secara tidak wajar, adanya
laporan yang terlambat terhadap terjadinya pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik atau
adanya anggapan bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak akurat.
Indikasi ekshumasi
Indikasi dilakukan penggalian mayat adalah sebagai berikut :
1. Terdakwa telah mengaku dia telah membunuh seseorang dan telah menguburnya disuatu
tempat.
2. Jenazah setelah dikubur beberapa hari baru kemudian ada kecurigaan bahwa jenazah
meninggal secara tidak wajar.
3. Atas perintah hakim untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap jenazah yang telah
dilakukan pemeriksaan dokter untuk membuat visum et repertum.
4. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian atau karena alasan
kriminal.
5. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan kematian tidak
jelas dan menimbulkan pertanyaan seperti keracunan dan gantung diri.
6. Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya atau
diragukan.
7. Pada kasus kriminal untuk menentukan penyebab kematian yang diragukan, misalnya
pada kasus pembunuhan, yang ditutupi seakan bunuh diri.
Metode dan Bahan
Untuk penelitian ini telah dikumpulkan laporan kasus penggalian yang dilakukan oleh
departemen Kedokteran Forensik, Osmania Medial College, Hyderabad selama periode Juli 2004
– Mei 2007. Protokol standar yang ditentukan telah diikuti. Setelah menerima perintah
penggalian dari otoritas yang kompeten yaitu Hakim, Polisi, Petugas Yuridiksi dan Petugas
Medis yang mendukung otopsi medicolegal, maka penggalian mayat dilakukan. Setelah tubuh
dikeluarkan dari kubur, lalu dilakukan konfirmasi identitas hanya dalam kasus-kasus yang
kerabat dekatnya diketahui. Maka prosedur otopsi dimulai untuk memenuhi tujuan belajar.
Sejumlah 18 kasus yang telah selesai ada lebih dari 10 kasus yang diikuti secara pribadi,
lalu dilakukan pengambilan foto, pencatatan penemuan, berinteraksi dengan orang dari berbagai
bagian, mempelajari topografi, dan observasi kondisi lapangan. Dilakukan pengumpulan semua
data yang diperoleh dari laporan pemeriksaan, observasi lapangan, laporan pemeriksaan
postmortem, foto, dan laporan laboratorium, lalu data dimasukkan dalam tabel dan bagan, serta
semua komponen dibahas dan lalu dibuat kesimpulan.
Diskusi

Dari hasil penelitian menunjukakkan jumlah penggalian yang dilakukan selama periode
mei 2004 – November 2007 sebanyak 18 kasus, dengan 11 kasus dengan pasal 174/176 CrPC, 6
kasus ditangani dengan pasal 302 IPC dan 1 kasus ditangani dengan pasal 304 IPC.
Dari 18 kasus juga didapatkan 6 kasus dengan penyebab kematian yang tidak dapat ditentukan,
8 kasus dengan pembunuhan, 1 kasus pembunuhan dan 3 kasus dengan kecelakaan.

Kesimpulan

Dalam penelitian ,total 18 kasus penggalian dilakukan di Departemen Kedokteran


Forensik, Osmania Medical Collage,Hyderabad, India (Periode Juli 2004-Mei 2007). Terdapat
18 kasus kematian dalam kurun waktu 3 tahun ini layak dipertimbangkan karena kelangkaan
kasus-kasus ini dalam hukum medis biasa. Studi kasus dari pendaftaran untuk penggalian ulang
telah menghasilkan banyak informasi dari sudut pandang hukum medis, karena temuan analitis
adalah bukti nyata dari pada praduga analitik. Setelah penelitian bekerja pada kasus penggalian
ini proforma untuk penggalian disiapkan untuk kepentingan ahli hukum medicolegal yang
mebantu mereka untuk Menyusun semua informasi yang relevan untuk mencapai tujuan
penggalian.

Anda mungkin juga menyukai