Disusun oleh:
Arya Nugraha Karya (1102014040)
Rizky Agustian Hadi (1102011238)
Pembimbing:
MEDIKOLEGAL
Pendahuluan
Penggalian mayat (exhumation) adalah pemeriksaan terhadap mayat yang sudah
dikuburkan dari dalam kuburnya yang telah disahkan oleh hukum untuk membantu peradilan. Ex
dalam bahasa latin berarti keluar dan humus berarti tanah. Pada umumnya, penggalian mayat
dilakukan kembali karena adanya kecurigaan bahwa mayat mati secara tidak wajar, adanya
laporan yang terlambat terhadap terjadinya pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik atau
adanya anggapan bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak akurat.
Indikasi ekshumasi
Indikasi dilakukan penggalian mayat adalah sebagai berikut :
1. Terdakwa telah mengaku dia telah membunuh seseorang dan telah menguburnya disuatu
tempat.
2. Jenazah setelah dikubur beberapa hari baru kemudian ada kecurigaan bahwa jenazah
meninggal secara tidak wajar.
3. Atas perintah hakim untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap jenazah yang telah
dilakukan pemeriksaan dokter untuk membuat visum et repertum.
4. Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematian atau karena alasan
kriminal.
5. Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan kematian tidak
jelas dan menimbulkan pertanyaan seperti keracunan dan gantung diri.
6. Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya atau
diragukan.
7. Pada kasus kriminal untuk menentukan penyebab kematian yang diragukan, misalnya
pada kasus pembunuhan, yang ditutupi seakan bunuh diri.
Metode dan Bahan
Untuk penelitian ini telah dikumpulkan laporan kasus penggalian yang dilakukan oleh
departemen Kedokteran Forensik, Osmania Medial College, Hyderabad selama periode Juli 2004
– Mei 2007. Protokol standar yang ditentukan telah diikuti. Setelah menerima perintah
penggalian dari otoritas yang kompeten yaitu Hakim, Polisi, Petugas Yuridiksi dan Petugas
Medis yang mendukung otopsi medicolegal, maka penggalian mayat dilakukan. Setelah tubuh
dikeluarkan dari kubur, lalu dilakukan konfirmasi identitas hanya dalam kasus-kasus yang
kerabat dekatnya diketahui. Maka prosedur otopsi dimulai untuk memenuhi tujuan belajar.
Sejumlah 18 kasus yang telah selesai ada lebih dari 10 kasus yang diikuti secara pribadi,
lalu dilakukan pengambilan foto, pencatatan penemuan, berinteraksi dengan orang dari berbagai
bagian, mempelajari topografi, dan observasi kondisi lapangan. Dilakukan pengumpulan semua
data yang diperoleh dari laporan pemeriksaan, observasi lapangan, laporan pemeriksaan
postmortem, foto, dan laporan laboratorium, lalu data dimasukkan dalam tabel dan bagan, serta
semua komponen dibahas dan lalu dibuat kesimpulan.
Diskusi
Dari hasil penelitian menunjukakkan jumlah penggalian yang dilakukan selama periode
mei 2004 – November 2007 sebanyak 18 kasus, dengan 11 kasus dengan pasal 174/176 CrPC, 6
kasus ditangani dengan pasal 302 IPC dan 1 kasus ditangani dengan pasal 304 IPC.
Dari 18 kasus juga didapatkan 6 kasus dengan penyebab kematian yang tidak dapat ditentukan,
8 kasus dengan pembunuhan, 1 kasus pembunuhan dan 3 kasus dengan kecelakaan.
Kesimpulan