Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

EKSHUMASI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam


Mengikuti Program Pendidikan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik
RS Bhayangkara

Oleh:
Indah Rizqiatul Maula Hasim
(16711005)

Pembimbing :
dr. Syamsu Tatang T

PENDIDIKAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
RS BHAYANGKARA YOGYAKARTA
2022
1. DEFINISI EKSHUMASI

Kata ekshumasi berasal dari Bahasa latin, “Ex” yang berarti keluar dan
“Humus” yang berarti tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah keluar dari
tanah, yang artinya menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal.

2. TUJUAN EKSHUMASI

Di luar negeri, ekshumasi sering diminta ketika timbul masalah pada


asuransi kesehatan. Beberapa kasus di luar negeri lebih banyak diminta oleh
asuransi kesehatan daripada atas permintaan keluarga. Pada prinsipnya, keluarga
berhak menolak autopsi yang diminta oleh pihak asuransi, namun risiko yang harus
dihadapi oleh keluarga adalah kehilangan seluruh klaim yang seharusnya mereka
dapatkan sebagai konsekuensi asuransi.

Sedangkan di Indonesia sendiri, sering kali ada suatu laporan tentang


terjadinya peristiwa pembunuhan yang terlambat disampaikan kepada penyidik,
sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pihak penyidik maupun pihak dokter
oleh karena korban telah dikubur. Keterlambatan laporan tentang kecurigaan
kejadian/ kematian bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena kebutaan
tentang hukum, masalah transportasi, saksi dibawah tekanan/ ancaman serta
anggapan yang tidak tepat tentang pemeriksaan mayat yang dilakukan sebelumnya,
dan ada kecurigaan pelaporan yang tidak benar.

Proses ini paling sering diikuti dengan melakukan pemeriksaan post mortem
pada tubuh, untuk mengetahui patogenesis dan patofisiologi kejadian yang
menyebabkan kematian. Selain untuk mengetahui penyebab dan cara kematian,
bukti tidak langsung lainnya dapat dilihat dari ekshumasi dan pemeriksaan post
mortem yang dilakukan dengan baik. Hal ini juga dilakukan untuk menentukan
identitas, kecurigaan yang terlambat dari kematian yang tidak wajar, atau karena
masalah asuransi kesehatan.
Tubuh yang sebelumnya diotopsi dan dikubur juga dapat dilakukan
ekshumasi dan pemeriksaan post mortem (EPME). Hal ini dapat dilakukan sebagai
pengulangan (otopsi kedua), dalam situasi di mana kerabat almarhum merasa
bahwa ada tindakan kelalaian oleh dokter ketika almarhum sedang dalam
perawatan, atau karena kecurigaan bahwa penyelidikan polisi tidak tepat atau
kerabat merasa bahwa otopsi pertama tidak dilakukan dengan benar. Indikasi lain
yang jarang dilakukan untuk ekshumasi adalah relokasi sisa-sisa dalam kasus
pembangunan kembali perkotaan atau untuk menjawab pertanyaan arkeologi atau
sejarah atau budaya.

3. DASAR HUKUM

Ekshumasi harus dilakukan sesuai hukum dan mentaati prosedur pemeriksaan


dan dilakukan secara ilmiah oleh pakar dari institusi yang netral dan imparsial.
Semakin dini ekshumasi dilakukan semakin baik. Selain itu pengamanan barang
bukti harus dilakukan semaksimal mungkin sejak awal penggalian dengan
melibatkan ahli.

Pada beberapa negara terdapat perbedaan siapa–siapa yang berhak


memerintahkan penggalian kuburan, akan semuanya menyebutkan harus atau
permintaan tertulis. Di India dilaksanakan atas perintah seorang kepala daerah
(Distrik Magistrate) atau seorang “coroner” (hakim atau pegawai yang berwenang
untuk menyelidiki penyebab kematian). Di Amerika Serikat dilaksanakan atas
perintah jaksa. Di Skotlandia atas perintah kepala polisi daerah, sedangkan di
Indonesia dilakukan atas perintah penyidik sesuai dengan pasal 135 KUHAP,
permintaan bantuan penggalian kuburan harus diajukan secara tertulis.

- Ekshumasi diatur dalam pasal 135, 133, dan 134 KUHAP.


a. Pasal 135 KUHAP
“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan
penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 133 ayat 2 dan pasal 134 ayat 1 undang-undang
ini”
b. Pasal 133 Ayat 1 KUHAP
“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia mengajukan permintaan keterangan
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya”.
c. Pasal 133 Ayat 2 KUHAP

“Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan


secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat”.

d. Pasal 134 Ayat 1 KUHAP


“Dalam hal sangat diperlukan untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih
dahulu kepada keluarga korban”.

- Yang berhak memerintah penggalian kuburan yaitu penyidik sesuai dengan


pasal 135 KUHAP yang diajukan secara tertulis
- Jika setelah penyidik menerangkan kepada keluarga korban tentang maksud
dan tujuan pembedahan mayat dengan sejelas – jelasnya tetapi keluarga
korban tetap keberatan maka keluarga dianggap dengan sengaja
menghalang – halangi, merintangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat
untuk pengadilan maka perbuatan itu diancam dengan pidana seperti dalam
pasal 222 KUHP:
“Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan dihukum dengan penjara selama-
lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus ribu rupiah”
- Penyidik menetapkan waktu dua hari untuk menanti tanggapan dari
keluarga jenazah yang akan di autopsi, maupun untuk mencari keluarga
jenazah yang tidak dikenal. Jika dalam waktu dua hari itu tidak adak ada
tanggapan dari pihak keluarga atau keluarga jenazah tidak ditemukan maka
autopsi akan tetap dilaksanakan segera sesuai dengan permintaan penyidik.
Hal ini diatur dalam KUHAP pasal 134 ayat (3):
“Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga
atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat ( 3 )
undang – undang ini”.
- Karena proses penggalian mayat dan autopsi bertujuan untuk kepentingan
peradilan maka semua biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh negara. Hal
tersebut sebagaimana diatur dalam KUHAP pasal 136 :
“Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam bagian kedua bab XIV ditanggung oleh
negara.”

4. EKSHUMASI PERLU DILAKUKAN SESUAI DENGAN


KEPENTINGAN
1. Untuk kepentingan peradilan, yaitu Visum et Repertum
- Tujuan : Biasanya berkaitan dengan perkara tindak pidana yang diperlukan
keterangan mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik/badan lain
(misal : asuransi)
- Penguburan illegal (menyembunyikan kematian)
- Sebab kematian dalam surat keterangan kematian tidak jelas
- Identitas mayat diragukan/tidak jelas
- Kasus kriminal untuk menentukan penyebab kematian diragukan
2. Penggalian non forensik atau bukan untuk peradilan → biasanya untuk
pembangunan kota/gedung atau pemindahan kuburan atas permintaan
keluarga

5. PROSEDUR EKSHUMASI
1. Persiapan sebelum Ekshumasi
- Surat persetujuan keluarga yg meninggal yang menyatakan bahwa tidak
keberatan jika makamnya dibongkar
- Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah setempat /
saksi lain bahwa makam tersebut merupakan makam orang yang dimaksud
- Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti yang
dikuasi oleh penyidik (kepolisian) untuk sementara
- Surat permintaan Visum et Repertum kepada dokter
- Berita acara pembongkaran (dibuat secara kronologis dan sesuai metode)
- Alat dan sarana yang dibutuhkan
2. Pelaksanaan Ekshumasi
- Dihadiri oleh dokter, penyidik, pemuka masyarakat setempat, pihak
keamanan, petugas pemakaman & penggali kubur.
- Memastikan makam yang harus digali dengan kehadiran pihak keluarga
atau ahli waris atau saksi yang mengetahui & menyaksikan penguburan
sebelumnya.
- Mencatat kronologis acara pembongkaran makam :

• Siapa saja yang hadir di tempat penggalian (nama dan alamat).


• Tempat dan alamat penggalian.
• Jam berapa dimulai pemeriksaan kuburan (dari luar).
• Tanda-tanda yang ada dicatat, misalnya nisan dibuat dari apa, berapa
tingginya dan bagaimana bentuknya.
• Identitas, nama, tanggal kematian dan sebagainya.
• Keadaan cuaca, mendung, panas dan sebagainya.
• Setiap mencapai kedalaman tertentu harus dicatat diukur dengan mistar dan
difoto. Misalnya jam 09.30 mencapai kedalaman 1 meter.
• Keadaan tanah , komposisi tanah, pasir, tanah liat warna merah atau coklat
dan sebagainya. Tanah yang berada disekitar jenazah diatas, dibawah dan
disisi kanan kiri jenazah. Sebaiknya harus diambil dan dimasukkan kedalam
gelas kaca, yang ditempel kertas label identitas. Sebaiknya sekurang-
kurangnya dua sampel tanah diambil dengan jarak kurang lebih 25 sampai
30 kaki dari kuburan, hal ini sangat penting pada kasus keracunan. Pada
kasus keracunan Arsenic racun akan ditemukan di tubuh jenazah pada saat
penggalian kubur dan tanah disekitar jenazah akan mengandung arsenic.
• Pada jam berapa mencapai papan penutup liang lahat atau peti mayat dan
sebagainya dan pada kedalaman berapa meter jangan lupa selalu dibuat
fotonya.
• Jam berapa peti mayat atau papan penutup diangkat, atau bila tidak ada peti,
jenazah diangkat dari liang lahat.
• Bagaimana keadaan jenazah, posisi mayat, keadaan kain kafan dan lain lain.
• Barang barang yang ditemukan.
- Jika autopsi akan dilakukan di Rumah Sakit maka mayat harus dibungkus, disegel
dan sebagainya sebelum dikirim ke Rumah Sakit dan harus disertai dengan Berita
Acara
- Menggunakan mistar kayu 1 meter atau pita logam 2-5 meter untuk pengukuran
- Peralatan fotografi dilakukan oleh polisi sendiri tidak boleh ada pihak ketiga
- Hal yang perlu diperhatikan:
• Memusatkan perhatian dan pemeriksaan kepada hal yang dicurigai
• Identitas seperti jenis kelamin, umur, panjan badan, warna dan panjang
rambut, keadaan gigi, tattoo jika ada, cacat bawaan
• Apabila pemeriksaan dilakukan ditempat perlu membawa ember, stoples
bersih, alcohol, formalin, dan kantong plastic
• Dilakukan pada pagi hari ketika belum banyak orang
• Diberikan tirai disekitar tempat penggalian agar tidak menimbulkan
gangguan pada waktu penggalian dan pemeriksaan
3. Penyerahan ke Penyidik
Dilakukan penyerahan kembali ke penyidik bahwa pemeriksaan terhadap jenazah
telah selesai. Yang selanjutnya akan dibuat berita acara pemakaman kembali dan
berita acara penyerahan kembali makam kepada keluarga.

6. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT PELAKSANAAN


EKSHUMASI
a. Persiapan Penggalian Kuburan

Dokter harus mendapat keterangan yang lengkap tentang peristiwa


kematian atau modus operasi kejahatan, supaya dokter dapat
memusatkan perhatian dan pemeriksaan kepada hal yang dicurigai.
Begitu pula sebelum penggalian dilakukan, identitas mayat harus telah
diberikan kepada dokter, terutama mengenai : jenis kelamin, umur,
panjang badan, warna dan panjang rambut, keadaan gigi-geligi, tato
kalau ada, cacat didapat atau bawaan dan lain-lain. Biasanya jenazah
tidak bisa dibawa ke rumah sakit. Hanya pada keadaan tertentu, mayat
harus dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Oleh karena itu
perlengkapan autopsi harus dibawa, termasuk ember, stoples bersih
yang belum dipakai, alkohol 95% 2 liter atau lebih, formalin 10%,
kantong plastik untuk membawa sampel tanah, sabun, kapas dan kain
kasa.

b. Waktu yang baik


Pelaksanaan penggalian kuburan sebaiknya dilakukan pada pagi hari,
karena pada pagi hari daerah kuburan masih sunyi dan masyarakat
belum banyak yang berdatangan untuk menyaksikan penggalian
tersebut, karena panggalian mayat masih sangat asing, sehingga
kemungkinan mereka akan datang berbondong-bondong untuk
menyaksikannya. Bila tidak memungkinkan pagi hari, pemeriksaan
dapat dilakukan siang hari dalam cuaca yang baik.
c. Kehadiran petugas
Pada saat pelaksanaan penggalian mayat haruslah hadir: Penyidik/
Polisi beserta pihak keamanan, Pemerintah setempat/ Pemuka
masyarakat, dokter beserta pembantunya, keluarga korban/ Ahli waris
korban, petugas pemakaman / Penjaga kuburan, penggali kuburan.
d. Keamanan
Daerah di sekitar dilakukannya penggalian haruslah dipasang tirai yang
tidak tembus pandang untuk menghindari tatapan langsung dari
masyarakat sekitarnya dan dijaga oleh petugas kepolisian, oleh karena
nantinya dapat menimbulkan gangguan pada waktu penggalian dan
pemeriksaan.
e. Proses penggalian kuburan
Proses penggalian kuburan ini dilakukan secara praktis dengan
tindakan-tindakan pencegahan gangguan dari masyarakat. Pertama
tentu diperlukan pengenalan dan pemastian dimana korban dikubur.
Peranan petugas pemakaman/ penjaga kuburan dan keluarga korban
sangat penting agar tidak salah dalam melakukan pemeriksaan dan
pembongkaran kuburan. Pengenalan ini dilakukan oleh penyidik
dibantu oleh penjaga kuburan dan sanak famili korban yang hadir pada
saat penggalian kuburan tersebut. Setelah identifikasi kuburan sudah
jelas dan tepat maka kuburan digali oleh petugas penggali kuburan.
Setelah peti tampak, lalu diukur jaraknya dari atas kuburan sampai ke
peti dan sebaiknya difoto. Kemudian peti mati dikeluarkan dan setelah
dibersihkan dari tanah permukaannya, barulah panjang, lebar, tinggi
peti tersebut diukur dan diidentifikasi oleh famili korban. Setelah peti
dibuka, mayat dikeluarkan dari peti dan diletakkan di atas meja
pemeriksaan yang telah disediakan sebelumnya di pinggir kuburan.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memakai masker penutup
hidung untuk menghindari bau gas yang menusuk hidung. Bila
kematian korban diduga karena keracunan, maka tanah di sekeliling
mayat diambil sebanyak 500 gram dari keempat sisi mayat dan tanah
yang setentang dengan lambung mayat (di bawah lambung) diambil
juga. Tanah di sekitar diambil juga sebagai kontrol dan dimasukkan ke
dalam botol yang kering untuk pemeriksaan kimia. Bila mayat telah
mengalami pembusukan dan mengeluarkan cairan, maka kain
pembungkus mayat harus diambil juga untuk pemeriksaan kimia
terutama kain yang setentang daerah punggung mayat
f. Pemeriksaan Mayat
Sebaiknya dilakukan ditempat penggalian tersebut. Hal ini mengingat
masalah transportasi, waktu yang terbuang, untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan yang timbul dari masyarakat, oleh karena tidak
terbiasa melihat hal tersebut atau menurut anggapannya bertentangan
dengan kepercayaan dan agamanya. Pemeriksaan mayat yang
dilakukan di tempat penggalian juga mempermudah petugas untuk
melaksanakan penguburan kembali, dan hal ini sangat diharapkan oleh
pihak keluarga atau ahli waris korban. Pemeriksaan di kamar mayat
memang lebih baik, dalam arti pemeriksaan dapat dilakukan dengan
tenang tanpa harus ditonton oleh masyarakat banyak sebagaimana bila
dilakukan di tempat penggalian mayat. Dengan demikian pemeriksaan
di kamar mayat diharapkan dapat dilakukan lebih teliti, walaupun hal
ini sangat tergantung keahlian serta pengalaman dokter yang
melakukan pemeriksaan. Petugas pemeriksa mayat haruslah memakai
masker yang telah dicelupkan ke dalam larutan potasium permanganas
dan memakai sarung tangan yang tebal. Bila mayat sudah hancur
semuannya, maka setiap organ yang masih tinggal harus diambil untuk
pemeriksaan kimia. Jika organ dalam tidak dijumpai lagi maka diambil
rambut, gigi, kuku, tulang dan kulit korban yang kemudian
dikumpulkan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada kasus keracunan
arsen, selain tanah harus juga diambil rambut, kuku dan tulang-tulang
panjang untuk pemeriksaan laboratorium. Perlu diingat, dalam
pemeriksaan tubuh mayat tidak boleh disirami desifektan meskipun
resiko penularan dari bakteri-bakteri patogen besar sekali. Tindakan ini
dapat merusak bahan-bahan pemeriksaan, terutama pada kasus-kasus
keracunan, sehingga racun menjadi sukar dideteksi. Mayat yang baru
dikubur lebih berbahaya daripada mayat yang sudah mengalami
pembusukan lanjut. Begitupun, desinfektan dapat dipercikan di sekitar
kuburan untuk menghindari terhirupnya gas-gas yang berbau
merangsang. Sebelum meninggalkan tempat penggalian, setelah
semuanya diperiksa, terlebih dahulu pastikan bahan-bahan yang
diperlukan sudah cukup, untuk menghindari proses penggalian ulangan.
Karena lebih baik mengambil bahan yang lebih dari pada kekurangan.
Hasil pemeriksaan haruslah disiapkan hari itu juga dan visum et
repertumnya hendaknya disiapkan secepatnya.
7. AUTOPSI PADA EKSHUMASI
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan
menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretsi atas
penemuan-penemuan tersebut, dan menerangkan penyebabnya serta mencari
hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan
penyebab kematian. Ada 3 jenis autopsi:
A. Autopsi klinik
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, dirawat di
Rumah Sakit tetapi kemudian meninggal dunia. Tujuan dilakukannya
autopsi klinik adalah :
- Menentukan sebab kematian yang pasti.
- Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan
sesuai dengan diagnosis postmortem.
- Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis
klinis dan gejala-gejala klinis.
- Menentukan efektivitas pengobatan.
- Mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit.
B. Autopsi forensik
Dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan undang-
undang, dengan tujuan:

- Membantu dalam hal penentuan identitas mayat.


- Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian,
serta saat kematian.
- Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan
identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan.
- Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam
bentuk visum et repertum.
- Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam
penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah.
C. Autopsi anatomi.
Pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para dokter.

- Autopsi yang digunakan pada ekshumasi adalah autopsi forensik.


- Pemeriksaan autopsi pada ekshumasi dibagi menjadi dua bagian :
1. Identifikasi (setiap hal harus direkam atau dibuat dokumentasi) → Jika
identitas jenazah telah diketahui maka tahap identifikasi ini tidak perlu
dilakukan.
- Batu nisan.
- Gambaran kuburan.
- Berat, jenis kelamin, jaringan parut, sidik jari dan lain-lain.
2. Penyebab kematian
- Lakukan foto rontgen atas tubuh jenazah.
- Tubuh jenazah harus di foto.
- Autopsi seluruh tubuh harus dilakukan dan jaringan tubuh di ambil untuk
pemeriksaan histologi, lalu diawetkan. Pengawet terbaik adalah alkohol.
- Semua jaringan harus dikirim untuk diperiksa. Pada kasus-kasus ekshumasi
sebaiknya disimpan semua jaringan, juga semua cairan dari kubur, rambu,
kuku dan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Gonzales, Thomas. A, Morgan Vance, dkk, Legal Medicine Pathology And


Toxicology second edition. Appleton-Century-Crofts Inc. 1825.

https://ejfs.springeropen.com/articles/10.1186/s41935-019-0175-x . Exhumations:
rarely done procedure but useful in many circumstances—a review of 47 cases in
Nigeria

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Karya Anda, Surabaya

Modi NJ, Medical Jurisprudence and Toksikologi, 18 th Edition, BombayIndia,


1972, pp.88

Nandy A, Principles of Forensic Medicine, New General Book Agency (P) Ltd,
Calcuta-India, 1995, p.184.

Parikh C. K, Parikhs textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology, Medical


Publication, Bombay – India,1979, pp.126

Anda mungkin juga menyukai