SpF(K),SH,SPAK
ABSTRAK
Korban penganiayaan pada umumnya baik oleh karena penganiayaan dengan
benda tumpul maupun dengan benda tajam dan kombinasi keduanya merupakan
korban yang banyak dilayani dalam pelayanan kedokteran forensik, selain kasus
kecelakaan lalu lintas yang juga tidak kalah banyaknya.
Pada kasus penganiayaan dengan benda tumpul korban umumnya dapat
mengalami memar maupun luka lecet serta luka robek dan patah tulang pada trauma
tumpul yang cukup kuat.
Dilaporkan sebuah kasus seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, yang mati
pada hari kelima setelah sebelumnya korban dianiaya oleh tiga orang teman
sekelasnya
Pada hari kejadian (7 Oktober 2010 jam 14.00 Wib) sepulang sekolah pada saat
diperjalanan pulang ke rumah korban dianiaya oleh tiga orang teman sekelasnya
dengan cara korban dipegangi oleh dua orang rekannya lalu seorang lagi
menganiayanya dengan cara dipukul dan ditendang .
Sampai di rumah korban tampak kesakitan terutama daerah perut dan pinggang
.keesokan harinya (hari kedua) korban dibawa berobat . hari ketiga korban masih
merasa kesakitan lalu korban dibawa kembali berobat ketempat yang berbeda. Hari
keempat korban belum juga pulih kesehatannya lalu korban kembali dibawa berobat
ketempat yang berbeda. Hari kelima (11 Oktober 2010) kondisi korban masih sakit
malah tampak makin parah lalu korban dibawa ke Rumah Sakit .sekitar setengah jam
korban berada di Rumah Sakit akhirnya korban meninggal dunia (11 Oktober 2010
jam 18.00 WIB).
oleh karena keluarga curiga bahwa kematian korban terkait dengan adanya unsurunsur perkelahian sebelumnya maka keluarga akhirnya melaporkannya ke polisi .
sore harinya jenazah dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan jenazah.
Keesokan hari korban di kubur.
Dr. Asan Petrus
Page 1
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Hasil pemeriksaan dokter di Puskesmas tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan,
namun keluarga tidak merasa puas dengan hasil yang ditemukan oleh dokter
Puskesmas yang menyatakan kematian korban bukan karena tindakan penganiayaan
sebagaimana yang disangkakan oleh keluarga tetapi kematian korban oleh karena
penyakit yang dideritanya. Keluarga kemudian melaporkannya kembali dan meminta
untuk dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik pada tanggal 16 Oktober 2010.
Page 2
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
I.PENDAHULUAN
Eksumasi adalah penggalian kuburan yaitu mengeluarkan kembali mayat
yang sudah dimakamkan dari kuburnya.
Page 3
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Page 4
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
II. PENGGALIAN KUBURAN (EKSUMASI)
A.Defenisi
Kata ekshumasi berasal dari bahasa latin ex berarti keluar dan Humus
berarti tanah. Dalam hal ini bahwa yang dimaksud penggalian kuburan atau
ekshumasi yang dilakukan Kedokteran Kehakiman yaitu pengeluaran kembali mayat
yang sudah dimakamkan dari dalam kuburnya, dimana umumnya dilakukan karena
setelah beberapa waktu mayat dikubur, timbul kecurigaan bahwa korban mati secara
tidak wajar (adanya tindak pelanggaran hukum) yang dimungkinkan karena
kecelakaan yang disengaja ataupun keracunan. (6)
B.Tujuan Penggalian Kuburan
Bila dirinci, ada beberapa kemungkinan kenapa penggalian kuburan harus
ditempuh. Biasanya berkaitan dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan
keterangan mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik atau badan lain
(misalnya asuransi), seperti:
1.
2.
Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan
kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan, seperti keracunan dan
gantung diri.
3.
Pada kasus yang identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya.
4.
Pada kasus untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi. (6)
Page 5
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
D. Ketentuan Hukum Tentang Penggalian Kuburan
Permintaan penyidik untuk melakukan pemeriksaan mayat dari penggalian
kuburan ini diatur dalam pasal 135 disini terkait pula pasal 133, 134, dan 136
KUHAP.
Pasal 135 berbunyi :
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian
mayat ,dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat
(2) dan pasal 134 ayat (1) undang-undang ini .
Penyidik berhak pula untuk memerintahkan dilakukan penggalian mayat, dan
bagi yang menghalang-halangi atau menolak membantu pihak peradilan dapat
dikenakan sanksi hukum seperti yang tercantum dalam pasal 222 KUHP.
Pasal 222 berbunyi :
Barangsiapa
dengan
sengaja
mencegah,
menghalang-halangi
atau
Page 6
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Ayat 2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan
secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Pasal 134 KUHAP
Ayat 1
dalam hal timbul keberatan beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
penggalian
kuburan,
akan
tetapi
semuanya
menyebutkan
Page 7
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
F.Penetapan Waktu Penggalian Mayat
Pada kasus dimana penguburan baru dilakukan, maka pemeriksaan harus
dilakukan dengan segera. Tetapi bila telah dikubur satu bulan atau lebih maka
penggalian kuburan dapat ditunda beberapa hari mencari waktu yang tepat, sebab
penundaan beberapa hari tidak akan membawa pengaruh buruk terhadap pemeriksaan.
Apalagi kalau tertinggal diduga hanya tulang belulang saja, tidaklah perlu terburuburu menentukan saat yang baik untuk melakukan pemeriksaan. Dalam hal ini
mungkin dokter masih dapat melakukan identifikasi, kadang-kadang masih dapat
melihat sisa-sisa kekerasan pada tulang seperti fraktur atau retak tulang dan beberapa
jenis racun mungkin masih bisa didapat. (6)
Penetapan batas waktu untuk penggalian mayat di beberapa negara memang
berbeda, seperti:
India dan Inggris
Perancis
: 10 tahun
Skotlandia
: 20 tahun
Jerman
: 30 tahun(4,5)
Page 8
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Pemerintah setempat.
Keluarga korban.
Penggali kuburan.
Ada beberapa tahab penggalian kuburan dengan pencegahan yang perlu dilakukan
antara lain yaitu :
1. Tindakan pencegahan umum.
2. Identifikasi dan pembukaan kuburan, pengambilan sampel dari tanah.
3. Identifikasi dari peti mayat dan pendapat hakim ataupun penyidik.
4. Autopsi.
Page 9
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
penggalian kuburan ini harus lah pada pagi hari, karena pada pagi hari daerah
kuburan masih sunyi dan masyarakat belum banyak berdatangan untuk menyaksikan
penggalian tersebut, karena penggalian mayat adalah sangat asing terutama di daerah
pinggiran kota, hingga masyarakat datang berbondong-bondong seandainya
panggalian kuburan ini tidak dilaksanakan pagi hari. Jadi ada kebebasan pribadi
dalam melakukan proses penggalian kuburan dan autopsi jika perlu dapat diselesaikan
hari itu juga.
Daerah disekitar dilakukan penggalian itu haruslah di jaga oleh petugas
kepolisian, oleh karena dapat nanti menimbulkan gangguan pada waktu penggalian
dan pemeriksaan.
Page 10
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Ad.2.
korban oleh penyidik dan dibantu oleh pengawasan kuburan dan sanak famili korban
yang hadir, berdasarkan identitas lokasi dan surat penggalian kuburan guna untuk
memperjelas identifikasi.
Setelah identifikasi kuburan sudah jelas dan tepat maka daerah disekitar kuburan itu
dipasang tirai yang tidak tembus pandangan untuk menghindari pandangan
masyarakat disekitarnya.
Kemudian kuburan digali oleh petugas penggali kuburan dengan hati-hati untuk
mencegah kerusakan pada peti mayat dan isinya
Page 11
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Pada kasus yang dicurigai karena keracunan maka tanah disekeliling mayat
diambil sebanyak 500 gram dari keempat sisi mayat dan tanah setentang dengan
lambung mayat (dibawah lambung) diambil juga. Tanah disekitar kuburan diambil
sebagai kontrol dan dimasukkan kedalam botol yang kering dan bersih untuk
pemeriksaan kimia. Bila mayat telah mengalami pembusukan dan mengeluarkan
cairan
Page 12
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Ad. 3. IDENTIFIKASI DARI PETI MAYAT DAN PENGUMPULAN SAMPEL.
Setelah peti mayat nampak lalu diukur jaraknya dari atas kuburan sampai
kepeti dan sebaiknya difoto.
Kemudian peti mayat dikeluarkan, tutup dan peti mayat harus dibersihkan dan harus
terlihat dengan jelas dan kemudian diidentifikasi oleh sanak famili korban, kemudian
barulah dibuka penutupnya untuk mengeluarkan gas-gas.
Untuk mencegah terjadinya penghirupan gas-gas seseorang harus berdiri pada tempat
datangnya arah angin yang menuju mayat dan memakai masker muka yang tipis.
Jika peti mayat berisi air harus dikeringkan dan isi total seluruhnya beserta tanah
lumpur dikumpulkan untuk sampel analisa. Sampel selanjutnya dikumpulkan dari
kayu peti mayat dan baju mayat untuk meniadakan segala kemungkinan kontaminasi
dari sumber-sumber dari luar.
Dr. Asan Petrus
Page 13
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Ad. 4.
petinya dan diletakkan diatas meja otopsi yang telah disediakan sebelumnya dipinggir
kuburan.
Dokter harus mengetahui secara lengkap riwayat dari korban yang akan
ditanganinya.
Page 14
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Bila mayat itu baru saja dikubur , pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin
,karena benda bukti akan dapat diperoleh dengan sebaik-baiknya. Bila mayat telah
mengalami pembusukan , haruslah diusahakan untuk menentukan jenis kelamin, umur
,tinggi badan serta tanda-tanda untuk identifikasi korban, baik dari organ-organ atau
tulang-tulang yang dijumpai pada tubuh korban. Bila mayat sudah hancur semuanya,
maka setiap organ yang masih tinggal harus diambil untuk pemeriksaan kimia, jika
organ dalam tidak dijumpai lagi maka diambil rambut, gigi, kuku,tulang dan kulit
korban dan dikumpulkan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kemudian hakim atau penyidik melihat dan membuat ulasan tentang mayat
dan selanjutnya hakim ataupun penyidik memerintahkan untuk dikubur kembali atau
diautopsi jika perlu.
Ad. 5 . AUTOPSI
Autopsi keseluruhan dilakukan dengan cara seperti biasa, sebaiknya dilakukan
di kamar mayat kalau mungkin , atau didekat kuburan tersebut , dan data autopsi
dibuat dengan sebagaimana biasanya.
Page 15
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Petunjuk penting adalah sebagai berikut : adalah sangat penting bagi seorang dokter
jika dokter tersebut mempunyai data yang lengkap tentang kasus tersebut, jadi
perhatiannya terarah dengan benar pada sasaran yang penting.
Mayat harus di foto, dan kalau perlu pemeriksaan X-Ray pada mayat harus
dilakukan, jika ada cedera harus diuraikan secara mendetail, karena cedera jaringan
lunak dapat hilang pada proses pembusukan. Fraktur tulang misalnya seperti tulang
tengkorak, tulang hyoid dan tulang iga, harus dicatat lebih teliti. Kemungkinan fraktur
yang terjadi pada proses penggalian harus diperhatikan, harus diingat bahwa bagian
dari tulang-tulang sternum ,tulang rawan, iga dan epipisa dari tulang-tulang panjang
dapat disalah tafsirkan dengan fraktur pada anak anak.
Organ apapun atau bagian manapun yang tampak yang dapat memberi bukti
harus dipisahkan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan analisa kimia oleh pemeriksa.
Jika organ tidak dapat dibedakan, massa yang diperoleh dari area tempat organ
tersebut terletak diawetkan . Kalau alat-alat dalam tidak ditemukan, rambut, kuku,
gigi, tulang dan kulit harus dikumpulkan.
Sebelum meninggalkan tempat, team dokter harus yakin bahwa dia sudah
mengambil semua contoh yang mungkin diperlukan untuk pemeriksaan berikutnya
karena tidak mungkin memeriksa kembali sisa-sisa penggalian tersebut lagi. Jadi
hasil pemeriksaan harus disiapkan hari itu juga dan visum et repertumnya hendaklah
disiapkan secepatnya, untuk menentukan bagaimana caranya korban menemui
kematiannya serta apa penyebabnya kira-kira. Hal ini sangat perlu bagi penyidik
untuk menegakkan keadilan dan kebenaran , tetapi kadang-kadang dokter tidak dapat
banyak memberi bantuannya kepada penyidik, walaupun sudah dilakukan penggalian
kuburan . Hal ini dapat dijumpai bila kasusnya sudah lama mengalami pembusukan,
terlebih lagi bila kematiannya diduga oleh karena keracunan.
Page 16
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Dalam pekerjaan forensik, tubuh yang cepat membusuk biasa ditemukan terutama
didaerah yang beriklim panas. Walaupun hasil autopsi pada ekshumasi menurun
dengan cepat yang disebabkan pembusukan lanjut, sebaiknya tidak ada satu
kelainanpun dilewatkan. Bagaimanapun buruknya kondisi mayat, harus dilakukan
usaha yang membawa hasil autopsi sedekat mungkin dengan autopsi pada
pemeriksaan rutin.
Dari luar, proses pembusukan menimbulkan berbagai tingkatan, warna kehijauan
pada kulit biasanya disebabkan oleh kontusio. Abrasi, laserasi, luka robek, dan luka
tembak dapat bertahan pada berbagai tingkat pembusukan. Keluarnya darah dari
mulut dan lubang hidung yang disebut purging sering diartikan salah oleh polisi dan
masyarakat awam, bahkan oleh beberapa dokter sebagai adanya perdarahan. Padahal
itu merupakan tingkat lanjut dari pembusukan. Pengelupasan kulit dapat
menyembunyikan adanya abrasi, walaupun abrasi dapat dilihat ketika epidermis yang
terkelupas dibuka dan dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kulit. Tanda
disekeliling leher yang disebabkan oleh strangulasi dapat menjadi kabur oleh adanya
pembengkakan jaringan yang disebabkan gas.
Jika terdapat larva lalat atau serangga lain pada tubuh mayat, ahli entomologi
dapat dihadirkan untuk menentukan lama kematian.
Page 17
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Menentukan identitas mungkin menjadi masalah jika wajah membengkak atau sudah
hancur. Sidik jari mungkin dibutuhkan polisi untuk identifikasi, tapi proses
pembusukan dapat menyebabkan pembengkakan bahkan menghancurkan jari tangan.
Beberapa metode digunakan untuk menormalkan jari yang membengkak antara lain
dengan merendam jari dalam asam asetat 20 % selama 28-48 jam. Cara lain dengan
merendam jari dalam larutan gliserin.
Pemeriksaan organ dalam disesuaikan dengan tempat pembusukan. Jantung bisa
rusak dan tidak berwarna, atau warna hemolisis pada endokardium dan pembuluh
darah. Arteri koroner biasanya lebih tahan khususnya jika terjadi ateromatous atau
kalsifikasi atau keduanya. Thrombus ante mortem dapat bertahan bahkan setelah otot
membusuk. Laring dapat pucat tapi kerusakan atau fraktur pada hyoid dan tiroid dapat
dilihat dengan menggunakan x-ray. Akan sulit untuk menentukan perdarahan ante
mortem pada bagian yang fraktur.
III.LAPORAN KASUS
Dilaporkan sebuah kasus seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, yang mati
pada hari kelima setelah sebelumnya korban dianiaya oleh tiga orang teman
sekelasnya
Pada hari kejadian (7 Oktober 2010 jam 14.00 Wib) sepulang sekolah pada saat
diperjalanan pulang ke rumah korban dianiaya oleh tiga orang teman sekelasnya
dengan cara korban dipegangi oleh dua orang rekannya lalu seorang lagi
menganiayanya dengan cara dipukul dan ditendang .
Sampai di rumah korban tampak kesakitan terutama daerah perut dan pinggang
.keesokan harinya (hari kedua) korban dibawa berobat . hari ketiga korban masih
merasa kesakitan lalu korban dibawa kembali berobat ketempat yang berbeda. Hari
keempat korban belum juga pulih kesehatannya lalu korban kembali dibawa berobat
ketempat yang berbeda. Hari kelima (11 Oktober 2010) kondisi korban masih sakit
malah tampak makin parah lalu korban dibawa ke Rumah Sakit .sekitar setengah jam
korban berada di Rumah Sakit akhirnya korban meninggal dunia (11 Oktober 2010
jam 18.00 WIB).
oleh karena keluarga curiga bahwa kematian korban terkait dengan adanya unsurunsur perkelahian sebelumnya maka keluarga akhirnya melaporkannya ke polisi .
Dr. Asan Petrus
Page 18
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
sore harinya jenazah dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan jenazah.
Keesokan hari korban di kubur.
Hasil pemeriksaan dokter di Puskesmas tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan,
namun keluarga tidak merasa puas dengan hasil yang ditemukan oleh dokter
Puskesmas yang menyatakan kematian korban bukan karena tindakan penganiayaan
sebagaimana yang disangkakan oleh keluarga tetapi kematian korban oleh karena
penyakit yang dideritanya. Keluarga kemudian melaporkannya kembali dan meminta
untuk dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik pada tanggal 16 Oktober 2010.
VISUM ET REPERTUM
PRO JUSTITIA
Permintaan :
Tanggal
No.Pol
Perihal
Penyidik
Pangkat
NRP
Jabatan
Dokter Pemeriksa :
: 13 Desember-2010
Identitas Korban
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Warganegara
Alamat
: Hendro Solin
: 14 Tahun
: laki-laki
: Pelajar
: Kristen
: Indonesia
: Kutarih Desa Majanggut I Kec.Kerajaan Kab.Pakpak Barat.
Identifikasi Kuburan
Dijumpai gundukan tanah berwarna coklat muda dengan tinggi gundukan 25 cm,
panjang kuburan 186 cm, lebar kuburan 73 cm.
Dr. Asan Petrus
Page 19
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Disebelah kanan kuburan dengan jarak 45 cm dijumpai kuburan lain yang telah
ditembok batu bata, dan bermotip tanda salip.
Disebelah kiri terdapat kuburan lain dengan jarak 70 cm .
Disebelah depan kuburan berbatasan dengan lahan kuburan yang masih
kosong.dijumpai nisan kayu berbentuk salip berwarna coklat dengan dengan
ukuran panjang 150 cm, lebar 60 cm.
Disebelah belakang kuburan berbatasan dengan kuburan lain dengan jarak 50 cm.
Setelah tanah kuburan digali sedalam 100 cm, dijumpai sebuah peti kayu yang
dilapisi kain warna hitam .
Peti tersebut berukuran panjang 150 cm, lebar 25 cm, tingi 20 cm. terdapat 6
kunci atau pengail disepanjang sisi peti.
Setelah peti dibuka diumpai sesosok mayat dan disekitar mayat terdapat ijazah,
celana panjang warna hitam, bantal dengan sarung warna putih, baju tiga potong,
celana pendek tiga potong , sandal sepasang, sepatu sepasang, obat-obatan berupa
Ranitidin satu papan,Ampisilin 500 mg satu papan, spasminal satu papan, topi
pramuka, cream rambut satu botol.
PEMERIKSAAN
Benda di tubuh korban :
Label Mayat
Dr. Asan Petrus
: Tidak dijumpai.
Page 20
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Pembungkus Mayat : kain putih bergambar salip, kain sarung petak-petak
hijau, kain sarung ungu petak-petak.
Penutup Mayat
Pakaian Mayat
: Peti mayat.
: tidak dijumpai
Perhiasan / aksesori
di tubuh Mayat
: Tidak dijumpai
Benda di samping tubuh korban
: Tidak dijumpai
Identifikasi umum
Dijumpai sesosok mayat anak laki-laki , tidak berkitan,dikenal, panjang badan 135
cm, rambut hitam ,lurus, telah mengalami proses pembusukan lanjut seluruh tubuh.
Identifikasi Khusus
: Tidak dijumpai.
PEMERIKSAAN LUAR
KEPALA
:Dijumpai rambut hitam, lurus dan
mudah dicabut , panjang rambut depan 1 cm, rambut
belakang 2 cm, rambut samping kiri 1 cm, rambut
samping kanan 1 cm.
Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.
Page 21
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Wajah
Dahi
Mata
Hidung
Pipi
Page 22
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Telinga
Mulut
Gigi
Nomenklatur gigi
Rahang atas kanan
atas kiri
1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1
4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1
Rahang
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7
Rahang
LEHER
DADA
Rahang
Page 23
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
PERUT
ALAT KELAMIN
PUNGGUNG
PINGGANG
PINGGUL
BOKONG
DUBUR
:
:
:
:
Page 24
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
PEMERIKSAAN DALAM
KEPALA
:
Pada pembukaan kulit kepala
:
Dijumpai warna coklat kehitaman yang melintang dari belakang telinga kiri
melalui belakang kepala sampai bagian belakang telingan kanan dengan
ukuran panjang 20cm, lebar 5 cm
Tidak dijumpai patah tulang kepala sebelah luar.
Page 25
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
LEHER
:
Pada pembukaan kulit leher :
Tidak dijumpai resapan darah pada kulit leher sebelah dalam.
Pada pembukaan otot leher
Tidak dijumpai resapan darah pada otot leher
Tidak dijumpai patah tulang leher.
Page 26
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
DADA :
Pada pembukaan kulit dada: tidak dijumpai resapan darah.
Pada pembukaan otot dada : dijumpai perubahan warna kemerahan yang luas
didaerah otot dada sebelah kanan dan kiri bagian belakang bawah
Page 27
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
PERUT
:
Lambung
Hati
Limpa:
Ginjal:
Usus
Kandung kemih:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Patologi Anatomi :
Dilakukan pemeriksaan laboratorium patologi anatomi terhadap jaringan kulit kepala,
kulit dada, kulit tungkai bawah kanan depan , jaringan paru,jantung,limpa ,hati,limpa.
Hasil pemeriksaan laboratorium departemen patologi anatomi
Page 28
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
RINGKASAN PEMERIKSAAN
Ringkasan Pemeriksaan Luar
:
Dijumpai pembusukan lanjut pada seluruh tubuh, anggota gerak atas dan
bawah.
Dijumpai bercak putih seperti pengapuran pada hampir seluruh tubuh.
Dijumpai warna kulit hijau kehitaman pada tungkai bawah kanan sebelah
depan.
Dijumpai ujung jari tangan dan kaki sebelah kanan dan kiri warna pucat.
Ringkasan Pemeriksaan Dalam
:
Dijumpai warna coklat kehitaman yang melintang dari belakang telinga kiri
melalui belakang kepala sampai bagian belakang telinga kanan.
Dijumpai jaringan otak membubur.
Dijumpai perubahan warna kemerahan yang luas di daerah otot dada sebelah
kanan dan kiri bagian belakang bawah.
Dijumpai proses pembusukan lanjut pda seluruh organ dalam.
KESIMPULAN
Telah diperiksa sesosok mayat laki-laki,tidak berkitan, dikenal, umur tahun, panjang
badan 135 cm, rambut hitam, lurus, telah mengalami proses pembusukan lanjut
seluruh tubuh.
Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam dijumpai memar di kulit kepala bagian
belakang dan otot dada sebelah belakang bawah, namun penyebab kematian korban
tidak dapat ditentukan oleh karena proses pembusukan lanjut
Dr. Asan Petrus
Page 29
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
PENUTUP
Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan
keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
IV.PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penyelidikan dan penyidikan polisi bahwa pada hari kejadian
(7 Oktober 2010 jam 14.00 Wib) sepulang sekolah pada saat diperjalanan pulang ke
rumah korban dianiaya oleh tiga orang teman sekelasnya dengan cara korban
dipegangi oleh dua orang rekannya lalu seorang lagi menganiayanya dengan cara
dipukul dan ditendang .
Sampai di rumah korban tampak kesakitan terutama daerah perut dan pinggang
.keesokan harinya (hari kedua) korban dibawa berobat . hari ketiga korban masih
merasa kesakitan lalu korban dibawa kembali berobat ketempat yang berbeda. Hari
keempat korban belum juga pulih kesehatannya lalu korban kembali dibawa berobat
ketempat yang berbeda. Hari kelima (11 Oktober 2010) kondisi korban masih sakit
malah tampak makin parah lalu korban dibawa ke Rumah Sakit .sekitar setengah jam
korban berada di Rumah Sakit akhirnya korban meninggal dunia (11 Oktober 2010
jam 18.00 WIB).
oleh karena keluarga curiga bahwa kematian korban terkait dengan adanya unsurunsur perkelahian sebelumnya maka keluarga akhirnya melaporkannya ke polisi .
Dr. Asan Petrus
Page 30
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
sore harinya jenazah dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan jenazah.
Keesokan hari korban di kubur.
Hasil pemeriksaan dokter di Puskesmas tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan,
namun keluarga tidak merasa puas dengan hasil yang ditemukan oleh dokter
Puskesmas yang menyatakan kematian korban bukan karena tindakan penganiayaan
sebagaimana yang disangkakan oleh keluarga tetapi kematian korban oleh karena
penyakit yang dideritanya. Keluarga kemudian melaporkannya kembali dan meminta
untuk dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik pada tanggal 16 Oktober 2010.
Pada tanggal 13 Desember 2010 sesuai dengan surat permintaan eksumasi no.pol
B/2791/XII/2010/Reskrim, penyidik meminta untuk dilakukan eksumasi dengan
dugaan adanya unsur tindak pidana maka pada tanggal 18 Desember 2010 dilakukan
penggalian kuburan .
Pada pemeriksaan bedah jenazah setelah dilakukan eksumasi pada tanggal 18
Desember 2010 pukul 13.30 WIB ,hasil pemeriksaan dokter Forensik , berdasarkan
pemeriksaan luar dan dalam didapati bahwa jenazah telah mengalami pembusukan
lanjut seluruh tubuh serta organ-organ tubuh lainnya , tidak dijumpai adanya trauma
maupun keracunan pada tubuh korban, hasil pemeriksaan laboratorium patologi
Anatomi belum selesai.
Jadi dari hasil pemeriksaan luar dan dalam maka kematian korban diyakini
tidak ada unsur pidananya.
V.TINJAUAN HUKUM
Menentukan penyebab kematian korban dengan autopsi tidak selalu harus
dapat ditentukan (diketahui), ada sekitar 25 % kasus kematian tidak dapat ditentukan
penyebabnya.
Pada kasus ini memang sangat disayangkan oleh karena autopsi dilakukan setelah
korban mengalami pembusukan lanjut sehingga tanda-tanda trauma minimal yang
mungkin ada sebagai petunjuk tidak dapat dijumpai lagi .
Namun sebagaimana prinsip dari Visum et Repertum itu sendiri (lihat dan laporkan)
maka dari pemeriksaan luar dan dalam pada korban ini tidak dijumpai adanya tandatanda trauma dan tidak dijumpai adanya bau yang merangsang, maka disimpulkaan
bahwa penyebab kematian korban tidak dapat ditentukan.namun diyakini bahwa
Dr. Asan Petrus
Page 31
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
penyebab kematian sebagai akibat dari unsur penganiayaan sebagaimana disangkakan
sebelumnya dapat disingkirkan. Artinya bahwa kasus ini tidak ada unsur tindak pidana
ataupun orang yang menjadi tersangka.
VI. KESIMPULAN
Eksumasi adalah penggalian kuburan yaitu mengeluarkan kembali mayat yang
sudah dimakamkan dari kuburnya,
Tujuan penggalian mayat adalah untuk menjelaskan dan menerangkan suatu perkara,
khususnya perkara pidana dan juga untuk pemindahan kuburan ketempat yang lain
yang sah menurut hukum.
Tindakan penggalian mayat (ekshumasi) dilakukan ketika sesudah dilakukan
penguburan, dan beberapa waktu kemudian dicurigai bahwa kematian pada korban
meninggalkan kecurigaan adanya unsur tindak pidana . Dapat pula terjadi bahwa
tindakan tersebut terjadi karena pelaku tindak kejahatan tertangkap dan mengakui
bahwa telah melakukan penguburan terhadap korban pada tempat tertentu.
Pemeriksaan terhadap mayat yang telah dikubur tidak lebih baik apabila mayat
tersebut diperiksa ketika masih segar. Penggalian mayat memerlukan persiapan
khusus dan pelaksanaannya juga memerlukan tindakan dan kecakapan / keahlian
tersendiri.
Page 32
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Setiap dokter khususnya ahli kedokteran kehakiman harus bersedia setiap saat
untuk melakukan pemeriksaan dan penggalian mayat dimana memerlukan keahlian
yang khusus pula.
th
Edition, Bombay
Page 33
Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
8. Parikh C.K, : Parikhs textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology, Medical
Publication, Bombay India;1979:pp.1268
Page 34