Anda di halaman 1dari 34

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.

SpF(K),SH,SPAK

PEMERIKSAAN JENAZAH DITEMPAT


PENGGALIAN KUBURAN
(EKSHUMASI)
Prof.dr.H.Amri Amir,SpF(K),SH,DFM,SPAK,dr.Asan Petrus
Departemen Forensik dan Medikolegal FK-USU
RSUPH.Adam Malik-RSU.dr.Pirngadi Medan

ABSTRAK
Korban penganiayaan pada umumnya baik oleh karena penganiayaan dengan
benda tumpul maupun dengan benda tajam dan kombinasi keduanya merupakan
korban yang banyak dilayani dalam pelayanan kedokteran forensik, selain kasus
kecelakaan lalu lintas yang juga tidak kalah banyaknya.
Pada kasus penganiayaan dengan benda tumpul korban umumnya dapat
mengalami memar maupun luka lecet serta luka robek dan patah tulang pada trauma
tumpul yang cukup kuat.
Dilaporkan sebuah kasus seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, yang mati
pada hari kelima setelah sebelumnya korban dianiaya oleh tiga orang teman
sekelasnya
Pada hari kejadian (7 Oktober 2010 jam 14.00 Wib) sepulang sekolah pada saat
diperjalanan pulang ke rumah korban dianiaya oleh tiga orang teman sekelasnya
dengan cara korban dipegangi oleh dua orang rekannya lalu seorang lagi
menganiayanya dengan cara dipukul dan ditendang .
Sampai di rumah korban tampak kesakitan terutama daerah perut dan pinggang
.keesokan harinya (hari kedua) korban dibawa berobat . hari ketiga korban masih
merasa kesakitan lalu korban dibawa kembali berobat ketempat yang berbeda. Hari
keempat korban belum juga pulih kesehatannya lalu korban kembali dibawa berobat
ketempat yang berbeda. Hari kelima (11 Oktober 2010) kondisi korban masih sakit
malah tampak makin parah lalu korban dibawa ke Rumah Sakit .sekitar setengah jam
korban berada di Rumah Sakit akhirnya korban meninggal dunia (11 Oktober 2010
jam 18.00 WIB).
oleh karena keluarga curiga bahwa kematian korban terkait dengan adanya unsurunsur perkelahian sebelumnya maka keluarga akhirnya melaporkannya ke polisi .
sore harinya jenazah dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan jenazah.
Keesokan hari korban di kubur.
Dr. Asan Petrus

Page 1

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Hasil pemeriksaan dokter di Puskesmas tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan,
namun keluarga tidak merasa puas dengan hasil yang ditemukan oleh dokter
Puskesmas yang menyatakan kematian korban bukan karena tindakan penganiayaan
sebagaimana yang disangkakan oleh keluarga tetapi kematian korban oleh karena
penyakit yang dideritanya. Keluarga kemudian melaporkannya kembali dan meminta
untuk dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik pada tanggal 16 Oktober 2010.

Dr. Asan Petrus

Page 2

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

I.PENDAHULUAN
Eksumasi adalah penggalian kuburan yaitu mengeluarkan kembali mayat
yang sudah dimakamkan dari kuburnya.

Di India yang memiliki penduduk mayoritas beragama Hindu jarang dilakukan


ekshumasi. Hal ini disebabkan masyarakat India melakukan kremasi(pembakaran)
setelah beberapa jam terjadi kematian.(8)
Di negara kita ini sering kali ada suatu laporan tentang telah terjadimya
peristiwa pembunuhan yang terlambat disampaikan kepada penyidik, sehingga dapat
menimbulkan kesulitan, baik bagi pihak penyidik maupun bagi pihak dokter untuk
melakukan tugasnya memeriksa mayat oleh karena korban telah dikubur.
Keterlambatan laporan tentang kecurigaan kejadian/ kematian bisa disebabkan
oleh berbagai faktor, misalnya karena kebutaan tentang hukum, masalah transportasi,
saksi dibawah tekanan/ ancaman serta anggapan yang tidak tepat tentang pemeriksaan
mayat yang dilakukan sebelumnya.(6) (ada kecurigaan pelaporan yang tidak benar).
Walaupun tidak biasa dilakukan, penggalian kuburan kadang-kadang harus
dikerjakan dimana selain karena kasus mayat yang munculnya kemudian/ belakangan,
tetapi bisa pula karena faktor budaya/ adat (pada suku tertentu,karo misalnya )
ataupun karena ditutupnya tempat pekuburan umum (TPU)/ lokasi pemakaman
tersebut.(2)
Kasus yang umumnya mengakibatkan penggalian mayat dilakukan adalah
menyangkut:
a. kasus-kasus kriminal, misalnya pembunuhan yang disamarkan seperti bunuh
diri, kecurigaan keracunan, kematian karena abortus provokatus kriminalis atau
malpraktik,
b. kasus-kasus sipil, misalnya tuntutan asuransi, pertanggung jawaban kasus
malpraktik, tuntutan mengenai warisan atau masalah dalam menentukan identitas.(5)
Dr. Asan Petrus

Page 3

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

Dalam rangkaian penyidikannya, apabila penyidik merasa perlu bantuan


dokter untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenazah yang telah dikubur maka
dokter wajib melaksanakan pemeriksaan tersebut. Inilah tantangan yang berat bagi
para dokter pada umumnya, sehingga biasanya mereka akan merujuk ke bagian
kedokteran kehakiman di rumah sakit terdekat.(4,7)

Biasanya kuburan yang dibongkar mayatnya masih baru. Mayat yang


diperiksa umumnya baru beberapa hari atau beberapa minggu di kubur, sehingga
proses pembusukan masih sangat baru. Yang diperlukan kalangan dokter dalam hal
penggalian mayat ini dituntut untuk melakukan secara lebih teliti dan seksama.
Dalam hal ini perlu diingat oleh semua kalangan bahwa hasil pemeriksaan terhadap
mayat yang telah dikubur tidak akan memberikan hasil sebaik sebagaimana
apabila mayat diperiksa ketika sebelum dikubur. Apabila mayat dikubur telah
lama maka hasil yang diperoleh juga semakin kurang maksimal. (2,4)

Dr. Asan Petrus

Page 4

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
II. PENGGALIAN KUBURAN (EKSUMASI)
A.Defenisi
Kata ekshumasi berasal dari bahasa latin ex berarti keluar dan Humus
berarti tanah. Dalam hal ini bahwa yang dimaksud penggalian kuburan atau
ekshumasi yang dilakukan Kedokteran Kehakiman yaitu pengeluaran kembali mayat
yang sudah dimakamkan dari dalam kuburnya, dimana umumnya dilakukan karena
setelah beberapa waktu mayat dikubur, timbul kecurigaan bahwa korban mati secara
tidak wajar (adanya tindak pelanggaran hukum) yang dimungkinkan karena
kecelakaan yang disengaja ataupun keracunan. (6)
B.Tujuan Penggalian Kuburan
Bila dirinci, ada beberapa kemungkinan kenapa penggalian kuburan harus
ditempuh. Biasanya berkaitan dengan perkara tindak pidana, dimana diperlukan
keterangan mengenai penjelasan yang masih kabur bagi penyidik atau badan lain
(misalnya asuransi), seperti:
1.

Penguburan mayat secara ilegal untuk menyembunyikan kematiannya atau


karena alasan-alasan kriminal, seperti abortus kriminalis.

2.

Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam surat keterangan
kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan, seperti keracunan dan
gantung diri.

3.

Pada kasus yang identitas mayat yang dikubur tidak jelas kebenarannya.

4.

Pada kasus untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak asuransi. (6)

C.Dasar Pertimbangan Penggalian Kuburan


Dasar pertimbangan pelaksanaan penggalian mayat sebenarnya hanya kepada
persoalan hukum. Dimana pihak keluarga korban ataupun pihak penyidik merasa
adanya kecurigaan atas kematian korban.
Namun pada kasus kasus tertentu juga untuk identifikasi lanjutan karena
keluarga korban terlambat memperoleh informasi, ataupun pada kasus-kasus dimana
kuburan dibongkar kembali karena si pelaku/ tersangka didapat/ tertangkap dan
kemudian menunjukan lokasi korban pembunuhan dikubur. (8)

Dr. Asan Petrus

Page 5

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
D. Ketentuan Hukum Tentang Penggalian Kuburan
Permintaan penyidik untuk melakukan pemeriksaan mayat dari penggalian
kuburan ini diatur dalam pasal 135 disini terkait pula pasal 133, 134, dan 136
KUHAP.
Pasal 135 berbunyi :
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian
mayat ,dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat
(2) dan pasal 134 ayat (1) undang-undang ini .
Penyidik berhak pula untuk memerintahkan dilakukan penggalian mayat, dan
bagi yang menghalang-halangi atau menolak membantu pihak peradilan dapat
dikenakan sanksi hukum seperti yang tercantum dalam pasal 222 KUHP.
Pasal 222 berbunyi :
Barangsiapa

dengan

sengaja

mencegah,

menghalang-halangi

atau

menggagalkan pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan pidana penjara paling


lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Dalam proses pemeriksaan mayat maka sebaiknya dokter bekerja seteliti
mungkin karena apabila tidak maka pihak peradilan / penegak hukum dapat
meragukan kebenaran hasil pemeriksaan tersebut dan visum et repertum yang dibuat
dokter mungkin tidak akan dipergunakan sebagai benda bukti di pengadilan.
Pekerjaan dokter menjadi sia-sia serta yang lebih merepotkan lagi bahwa dokter dapat
dituntut karena membuat keterangan palsu, terkait dengan pasal 163 dan pasal 180
KUHAP, dan penggalian mayat dapat dilakukan kembali. (6)
Pasal-pasal yang terkait dengan exumasi lainnya sebagai berikut :
Pasal 133 KUHAP
Ayat 1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia mengajukan permintaan keterangan kepada ahli
kedokteran kehakiman, atau dokter atau ahli lainnya.

Dr. Asan Petrus

Page 6

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Ayat 2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan
secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Pasal 134 KUHAP
Ayat 1

Dalam hal sangat diperlukan untuk keperluan pembuktian bedah mayat


tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih
dahulu kepada keluarga korban.

Pasal 163 KUHAP


Jika keterangan saksi di sidang berbeda dengan keterangan yang terdapat
dalam berita acara, hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal itu
serta meminta keterangan mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam
berita acara pemeriksaan sidang.
Pasal 180 KUHAP
Ayat 2

dalam hal timbul keberatan beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

Ayat 3. hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian


ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).
E. Yang Berhak Memerintahkan Penggalian Kuburan
Pada beberapa negara terdapat perbedaan siapasiapa yang berhak
memerintahkan

penggalian

kuburan,

akan

tetapi

semuanya

menyebutkan

permintaannya harus tertulis. Di India dilaksanakan atas perintah seorang kepala


daerah (Distrik Magistrate) atau seorang coroner (hakim atau pegawai yang
berwenang untuk menyelidiki penyebab kematian). Di Amerika Serikat dilaksanakan
atas perintah jaksa. Di Skotlandia atas perintah kepala polisi daerah, sedangkan di
Indonesia dilakukan atas perintah penyidik sesuai dengan pasal 133 ayat 1 KUHAP,
permintaan bantuan penggalian kuburan harus diajukan secara tertulis.(9)

Dr. Asan Petrus

Page 7

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
F.Penetapan Waktu Penggalian Mayat
Pada kasus dimana penguburan baru dilakukan, maka pemeriksaan harus
dilakukan dengan segera. Tetapi bila telah dikubur satu bulan atau lebih maka
penggalian kuburan dapat ditunda beberapa hari mencari waktu yang tepat, sebab
penundaan beberapa hari tidak akan membawa pengaruh buruk terhadap pemeriksaan.
Apalagi kalau tertinggal diduga hanya tulang belulang saja, tidaklah perlu terburuburu menentukan saat yang baik untuk melakukan pemeriksaan. Dalam hal ini
mungkin dokter masih dapat melakukan identifikasi, kadang-kadang masih dapat
melihat sisa-sisa kekerasan pada tulang seperti fraktur atau retak tulang dan beberapa
jenis racun mungkin masih bisa didapat. (6)
Penetapan batas waktu untuk penggalian mayat di beberapa negara memang
berbeda, seperti:
India dan Inggris

: tidak ada batas waktu (ter masuk Indonesia)

Perancis

: 10 tahun

Skotlandia

: 20 tahun

Jerman

: 30 tahun(4,5)

G.Pelaksanaan Penggalian Kuburan


Penggalian kuburan seperti pada pemeriksaan lainnya haruslah merupakan
tindakan yang terencana , dan berikut ini untuk melakukan penggalian kuburan /
mayat haruslah dilaksanakan hal-hal berikut ini :
1.harus ada surat perintah tertulis dari penyidik yang isinya adalah mengenai
keterangan kematian berdasarkan KUHAP pasal 133 dan pasal 136.
Penyidik berhak memerintahkan untuk melakukan penggalian mayat menurut
KUHAP 133 :
Ayat 1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia mengajukan permintaan keterangan kepada ahli
kedokteran kehakiman, atau dokter atau ahli lainnya.
Ayat 2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan
secara tertulis yang dalam surat disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Dr. Asan Petrus

Page 8

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

KUHAP pasal 136 :


Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pelaksanaan sebagaimana
dimaksud dalam bagian kedua Bab XIV ditanggung oleh negara.
2.pada saat pelaksanaan penggalian mayat harus hadir ;

Penyidik / polisi beserta pihak keamanan

Pemerintah setempat.

Dokter beserta pembantunya.

Keluarga korban.

Petugas pemakam / penjaga kuburan.

Penggali kuburan.

Ada beberapa tahab penggalian kuburan dengan pencegahan yang perlu dilakukan
antara lain yaitu :
1. Tindakan pencegahan umum.
2. Identifikasi dan pembukaan kuburan, pengambilan sampel dari tanah.
3. Identifikasi dari peti mayat dan pendapat hakim ataupun penyidik.
4. Autopsi.

Dr. Asan Petrus

Page 9

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

Ad. 1 TINDAKAN PENCEGAHAN UMUM.


Penggalian kuburan harus dilakukan dibawah pengawasan team dokter dan
dihadiri oleh anggota polisi sesudah memproleh ijin khusus dari hakim atau penyidik.
Anggota polisi menyediakan saksi untuk mengidentifikasi kuburan, peti mayat dan
mayat tersebut .

penggalian kuburan ini harus lah pada pagi hari, karena pada pagi hari daerah
kuburan masih sunyi dan masyarakat belum banyak berdatangan untuk menyaksikan
penggalian tersebut, karena penggalian mayat adalah sangat asing terutama di daerah
pinggiran kota, hingga masyarakat datang berbondong-bondong seandainya
panggalian kuburan ini tidak dilaksanakan pagi hari. Jadi ada kebebasan pribadi
dalam melakukan proses penggalian kuburan dan autopsi jika perlu dapat diselesaikan
hari itu juga.
Daerah disekitar dilakukan penggalian itu haruslah di jaga oleh petugas
kepolisian, oleh karena dapat nanti menimbulkan gangguan pada waktu penggalian
dan pemeriksaan.

Dr. Asan Petrus

Page 10

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Ad.2.

IDENTIFIKASI DAN PEMBUKAAN KUBURAN, PENGAMBILAN


SAMPLE DARI TANAH.
Terutama haruslah dilakukan identifikasi terhadap kuburan dan batu nisan

korban oleh penyidik dan dibantu oleh pengawasan kuburan dan sanak famili korban
yang hadir, berdasarkan identitas lokasi dan surat penggalian kuburan guna untuk
memperjelas identifikasi.

Setelah identifikasi kuburan sudah jelas dan tepat maka daerah disekitar kuburan itu
dipasang tirai yang tidak tembus pandangan untuk menghindari pandangan
masyarakat disekitarnya.

Kemudian kuburan digali oleh petugas penggali kuburan dengan hati-hati untuk
mencegah kerusakan pada peti mayat dan isinya

Dr. Asan Petrus

Page 11

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

Pada kasus yang dicurigai karena keracunan maka tanah disekeliling mayat
diambil sebanyak 500 gram dari keempat sisi mayat dan tanah setentang dengan
lambung mayat (dibawah lambung) diambil juga. Tanah disekitar kuburan diambil
sebagai kontrol dan dimasukkan kedalam botol yang kering dan bersih untuk
pemeriksaan kimia. Bila mayat telah mengalami pembusukan dan mengeluarkan
cairan

, maka kain pembungkus mayat harus diambil untuk pemeriksaan kimia

terutama kain yang terdapat setentang daerah punggung mayat.


Sangat baik bila diketahui sifat-sifat dari tanah ditempat perkuburan tersebut dan arah
aliran airnya, jika kuburan terdapat pada tanah yang berair, sampel dari air juga harus
diambil.

Dr. Asan Petrus

Page 12

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Ad. 3. IDENTIFIKASI DARI PETI MAYAT DAN PENGUMPULAN SAMPEL.
Setelah peti mayat nampak lalu diukur jaraknya dari atas kuburan sampai
kepeti dan sebaiknya difoto.

Kemudian peti mayat dikeluarkan, tutup dan peti mayat harus dibersihkan dan harus
terlihat dengan jelas dan kemudian diidentifikasi oleh sanak famili korban, kemudian
barulah dibuka penutupnya untuk mengeluarkan gas-gas.
Untuk mencegah terjadinya penghirupan gas-gas seseorang harus berdiri pada tempat
datangnya arah angin yang menuju mayat dan memakai masker muka yang tipis.

Jika peti mayat berisi air harus dikeringkan dan isi total seluruhnya beserta tanah
lumpur dikumpulkan untuk sampel analisa. Sampel selanjutnya dikumpulkan dari
kayu peti mayat dan baju mayat untuk meniadakan segala kemungkinan kontaminasi
dari sumber-sumber dari luar.
Dr. Asan Petrus

Page 13

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Ad. 4.

IDENTIFIKASI DARI MAYAT DAN PENDAPAT HAKIM ATAUPUN


PENYIDIK.
Untuk mengidentifikasi

mayat, peti dibuka dan mayat dikeluarkan dari

petinya dan diletakkan diatas meja otopsi yang telah disediakan sebelumnya dipinggir
kuburan.

Mayat diangkat dari peti mayat ke meja autopsi

Sebelum dilakukan pemeriksaan mayat haruslah diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Dokter harus mengetahui secara lengkap riwayat dari korban yang akan
ditanganinya.

Dr. Asan Petrus

Page 14

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

Tidak boleh memakai desinfektan pada tubuh mayat walaupun telah


mengalami pembusukan, terutama pada kasus keracunan, oleh karena percikan
desinfektan mengenai korban, maka sukar untuk mendeteksi racun nantinya.

Desinfektan dapat dipercikkan disekitar kuburan untuk menghindari


terhirupnya gas-gas yang bau dan merangsang , petugas yang memeriksa
dapat memakai masker yang telah dicelupkan kedalam larutan potasium
permanganas dan memakai sarung tangan yang tebal.

Hendaklah berdiri membelakangi arah datangnya angin terhadap mayat , guna


untuk menghindari bau yang tidak sedap.

Bila mayat itu baru saja dikubur , pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin
,karena benda bukti akan dapat diperoleh dengan sebaik-baiknya. Bila mayat telah
mengalami pembusukan , haruslah diusahakan untuk menentukan jenis kelamin, umur
,tinggi badan serta tanda-tanda untuk identifikasi korban, baik dari organ-organ atau
tulang-tulang yang dijumpai pada tubuh korban. Bila mayat sudah hancur semuanya,
maka setiap organ yang masih tinggal harus diambil untuk pemeriksaan kimia, jika
organ dalam tidak dijumpai lagi maka diambil rambut, gigi, kuku,tulang dan kulit
korban dan dikumpulkan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kemudian hakim atau penyidik melihat dan membuat ulasan tentang mayat
dan selanjutnya hakim ataupun penyidik memerintahkan untuk dikubur kembali atau
diautopsi jika perlu.
Ad. 5 . AUTOPSI
Autopsi keseluruhan dilakukan dengan cara seperti biasa, sebaiknya dilakukan
di kamar mayat kalau mungkin , atau didekat kuburan tersebut , dan data autopsi
dibuat dengan sebagaimana biasanya.

Dr. Asan Petrus

Page 15

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

Petunjuk penting adalah sebagai berikut : adalah sangat penting bagi seorang dokter
jika dokter tersebut mempunyai data yang lengkap tentang kasus tersebut, jadi
perhatiannya terarah dengan benar pada sasaran yang penting.
Mayat harus di foto, dan kalau perlu pemeriksaan X-Ray pada mayat harus
dilakukan, jika ada cedera harus diuraikan secara mendetail, karena cedera jaringan
lunak dapat hilang pada proses pembusukan. Fraktur tulang misalnya seperti tulang
tengkorak, tulang hyoid dan tulang iga, harus dicatat lebih teliti. Kemungkinan fraktur
yang terjadi pada proses penggalian harus diperhatikan, harus diingat bahwa bagian
dari tulang-tulang sternum ,tulang rawan, iga dan epipisa dari tulang-tulang panjang
dapat disalah tafsirkan dengan fraktur pada anak anak.
Organ apapun atau bagian manapun yang tampak yang dapat memberi bukti
harus dipisahkan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan analisa kimia oleh pemeriksa.
Jika organ tidak dapat dibedakan, massa yang diperoleh dari area tempat organ
tersebut terletak diawetkan . Kalau alat-alat dalam tidak ditemukan, rambut, kuku,
gigi, tulang dan kulit harus dikumpulkan.
Sebelum meninggalkan tempat, team dokter harus yakin bahwa dia sudah
mengambil semua contoh yang mungkin diperlukan untuk pemeriksaan berikutnya
karena tidak mungkin memeriksa kembali sisa-sisa penggalian tersebut lagi. Jadi
hasil pemeriksaan harus disiapkan hari itu juga dan visum et repertumnya hendaklah
disiapkan secepatnya, untuk menentukan bagaimana caranya korban menemui
kematiannya serta apa penyebabnya kira-kira. Hal ini sangat perlu bagi penyidik
untuk menegakkan keadilan dan kebenaran , tetapi kadang-kadang dokter tidak dapat
banyak memberi bantuannya kepada penyidik, walaupun sudah dilakukan penggalian
kuburan . Hal ini dapat dijumpai bila kasusnya sudah lama mengalami pembusukan,
terlebih lagi bila kematiannya diduga oleh karena keracunan.

Dr. Asan Petrus

Page 16

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

terhirupnya gas-gas yang berbau merangsang. Sebelum meninggalkan tempat


penggalian, setelah semuanya diperiksa, terlebih dahulu pastikan bahan-bahan yang
diperlukan sudah cukup, untuk menghindari proses penggalian ulangan. Karena lebih
baik mengambil bahan yang lebih dari pada kekurangan. Hasil pemeriksaan haruslah
disiapkan hari itu juga dan visum et repertumnya hendaknya disiapkan secepatnya.
(6,7,8)

Dalam pekerjaan forensik, tubuh yang cepat membusuk biasa ditemukan terutama
didaerah yang beriklim panas. Walaupun hasil autopsi pada ekshumasi menurun
dengan cepat yang disebabkan pembusukan lanjut, sebaiknya tidak ada satu
kelainanpun dilewatkan. Bagaimanapun buruknya kondisi mayat, harus dilakukan
usaha yang membawa hasil autopsi sedekat mungkin dengan autopsi pada
pemeriksaan rutin.
Dari luar, proses pembusukan menimbulkan berbagai tingkatan, warna kehijauan
pada kulit biasanya disebabkan oleh kontusio. Abrasi, laserasi, luka robek, dan luka
tembak dapat bertahan pada berbagai tingkat pembusukan. Keluarnya darah dari
mulut dan lubang hidung yang disebut purging sering diartikan salah oleh polisi dan
masyarakat awam, bahkan oleh beberapa dokter sebagai adanya perdarahan. Padahal
itu merupakan tingkat lanjut dari pembusukan. Pengelupasan kulit dapat
menyembunyikan adanya abrasi, walaupun abrasi dapat dilihat ketika epidermis yang
terkelupas dibuka dan dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kulit. Tanda
disekeliling leher yang disebabkan oleh strangulasi dapat menjadi kabur oleh adanya
pembengkakan jaringan yang disebabkan gas.
Jika terdapat larva lalat atau serangga lain pada tubuh mayat, ahli entomologi
dapat dihadirkan untuk menentukan lama kematian.

Dr. Asan Petrus

Page 17

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Menentukan identitas mungkin menjadi masalah jika wajah membengkak atau sudah
hancur. Sidik jari mungkin dibutuhkan polisi untuk identifikasi, tapi proses
pembusukan dapat menyebabkan pembengkakan bahkan menghancurkan jari tangan.
Beberapa metode digunakan untuk menormalkan jari yang membengkak antara lain
dengan merendam jari dalam asam asetat 20 % selama 28-48 jam. Cara lain dengan
merendam jari dalam larutan gliserin.
Pemeriksaan organ dalam disesuaikan dengan tempat pembusukan. Jantung bisa
rusak dan tidak berwarna, atau warna hemolisis pada endokardium dan pembuluh
darah. Arteri koroner biasanya lebih tahan khususnya jika terjadi ateromatous atau
kalsifikasi atau keduanya. Thrombus ante mortem dapat bertahan bahkan setelah otot
membusuk. Laring dapat pucat tapi kerusakan atau fraktur pada hyoid dan tiroid dapat
dilihat dengan menggunakan x-ray. Akan sulit untuk menentukan perdarahan ante
mortem pada bagian yang fraktur.

III.LAPORAN KASUS
Dilaporkan sebuah kasus seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, yang mati
pada hari kelima setelah sebelumnya korban dianiaya oleh tiga orang teman
sekelasnya
Pada hari kejadian (7 Oktober 2010 jam 14.00 Wib) sepulang sekolah pada saat
diperjalanan pulang ke rumah korban dianiaya oleh tiga orang teman sekelasnya
dengan cara korban dipegangi oleh dua orang rekannya lalu seorang lagi
menganiayanya dengan cara dipukul dan ditendang .
Sampai di rumah korban tampak kesakitan terutama daerah perut dan pinggang
.keesokan harinya (hari kedua) korban dibawa berobat . hari ketiga korban masih
merasa kesakitan lalu korban dibawa kembali berobat ketempat yang berbeda. Hari
keempat korban belum juga pulih kesehatannya lalu korban kembali dibawa berobat
ketempat yang berbeda. Hari kelima (11 Oktober 2010) kondisi korban masih sakit
malah tampak makin parah lalu korban dibawa ke Rumah Sakit .sekitar setengah jam
korban berada di Rumah Sakit akhirnya korban meninggal dunia (11 Oktober 2010
jam 18.00 WIB).
oleh karena keluarga curiga bahwa kematian korban terkait dengan adanya unsurunsur perkelahian sebelumnya maka keluarga akhirnya melaporkannya ke polisi .
Dr. Asan Petrus

Page 18

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
sore harinya jenazah dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan jenazah.
Keesokan hari korban di kubur.
Hasil pemeriksaan dokter di Puskesmas tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan,
namun keluarga tidak merasa puas dengan hasil yang ditemukan oleh dokter
Puskesmas yang menyatakan kematian korban bukan karena tindakan penganiayaan
sebagaimana yang disangkakan oleh keluarga tetapi kematian korban oleh karena
penyakit yang dideritanya. Keluarga kemudian melaporkannya kembali dan meminta
untuk dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik pada tanggal 16 Oktober 2010.

VISUM ET REPERTUM
PRO JUSTITIA
Permintaan :
Tanggal
No.Pol
Perihal
Penyidik
Pangkat
NRP
Jabatan

Dokter Pemeriksa :

: 13 Desember-2010

Nama: Prof. dr. H. Amri Amir, SpF(K),


SH, DFM, SpAK
: B /2791/XII /2010/ Reskrim. NIP : 130 318 045
: Permintaan Otopsi mayat Instalasi : Dep. Kedokteran Kehakiman
Yang telah dikubur
RSU.dr.Pirngadi, Medan.
: Suriadi Bahar,SH.MH
: AJUN KOMBES POL.
Pemeriksaan : Luar dan dalam.
: 60090095
Tanggal
: 18 Desember 2010
: KAPOLRES pakpak Barat
Pukul
: 13.30 WIB
Tempat : TPU desa Majanggut I
Kec.Kerajaan
Kab.
P.Barat

Identitas Korban
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Warganegara
Alamat

: Hendro Solin
: 14 Tahun
: laki-laki
: Pelajar
: Kristen
: Indonesia
: Kutarih Desa Majanggut I Kec.Kerajaan Kab.Pakpak Barat.

Identifikasi Kuburan
Dijumpai gundukan tanah berwarna coklat muda dengan tinggi gundukan 25 cm,
panjang kuburan 186 cm, lebar kuburan 73 cm.
Dr. Asan Petrus

Page 19

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

Disebelah kanan kuburan dengan jarak 45 cm dijumpai kuburan lain yang telah
ditembok batu bata, dan bermotip tanda salip.
Disebelah kiri terdapat kuburan lain dengan jarak 70 cm .
Disebelah depan kuburan berbatasan dengan lahan kuburan yang masih
kosong.dijumpai nisan kayu berbentuk salip berwarna coklat dengan dengan
ukuran panjang 150 cm, lebar 60 cm.
Disebelah belakang kuburan berbatasan dengan kuburan lain dengan jarak 50 cm.
Setelah tanah kuburan digali sedalam 100 cm, dijumpai sebuah peti kayu yang
dilapisi kain warna hitam .

Peti tersebut berukuran panjang 150 cm, lebar 25 cm, tingi 20 cm. terdapat 6
kunci atau pengail disepanjang sisi peti.

Setelah peti dibuka diumpai sesosok mayat dan disekitar mayat terdapat ijazah,
celana panjang warna hitam, bantal dengan sarung warna putih, baju tiga potong,
celana pendek tiga potong , sandal sepasang, sepatu sepasang, obat-obatan berupa
Ranitidin satu papan,Ampisilin 500 mg satu papan, spasminal satu papan, topi
pramuka, cream rambut satu botol.

PEMERIKSAAN
Benda di tubuh korban :
Label Mayat
Dr. Asan Petrus

: Tidak dijumpai.
Page 20

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Pembungkus Mayat : kain putih bergambar salip, kain sarung petak-petak
hijau, kain sarung ungu petak-petak.

Penutup Mayat
Pakaian Mayat

: Peti mayat.
: tidak dijumpai

Perhiasan / aksesori
di tubuh Mayat
: Tidak dijumpai
Benda di samping tubuh korban
: Tidak dijumpai

Tanda tanda kematian :


Lebam mayat : Tidak dijumpai
Kaku Mayat : Tidak dijumpai
Pembusukan :Dijumpai pembusukan lanjut pada seluruh tubuh, anggota
gerak atas dan bawah .

Identifikasi umum

Dijumpai sesosok mayat anak laki-laki , tidak berkitan,dikenal, panjang badan 135
cm, rambut hitam ,lurus, telah mengalami proses pembusukan lanjut seluruh tubuh.

Identifikasi Khusus

: Tidak dijumpai.

PEMERIKSAAN LUAR

Dr. Asan Petrus

KEPALA
:Dijumpai rambut hitam, lurus dan
mudah dicabut , panjang rambut depan 1 cm, rambut
belakang 2 cm, rambut samping kiri 1 cm, rambut
samping kanan 1 cm.
Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Page 21

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

Wajah

Dijumpai bercak putih, dengan tebal 0,1 cm.


Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Dahi

Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Mata

bola mata mengempis


Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Hidung

Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Pipi

Dijumpai bercak berwarna putih, dengan tebal 0,1 cm


Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Dr. Asan Petrus

Page 22

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Telinga

Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Mulut

Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Gigi

:jumlah gigi 28 buah

Nomenklatur gigi
Rahang atas kanan
atas kiri
1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1
4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1

Rahang
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7

Rahang bawah kanan


bawah kiri
Keterangan :

Rahang

Jumlah gigi 28 buah.


Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.
Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

LEHER

Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

DADA

Dijumpai bercak putih, dengan tebal 0,1 cm.


Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Rahang

Dr. Asan Petrus

Page 23

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

PERUT

ALAT KELAMIN

PUNGGUNG

Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

PINGGANG
PINGGUL
BOKONG
DUBUR

:
:
:
:

Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.


Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.
Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.
Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

ANGGOTA GERAK ATAS:

Dr. Asan Petrus

Dijumpai bercak putih, dengan tebal 0,1 cm.


Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.
Dijumpai alat kelamin laki-laki,tidak berkitan.
Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Dijumpai ujung jari tangan kanan dan kiri pucat.


Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan.

Page 24

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

ANGGOTA GERAK BAWAH:

PEMERIKSAAN DALAM

dijumpai warna kulit hijau kehitaman pada tungkai


bawah kanan sebelah depan dengan ukuran
panjang 30 cm, lebar 4 cm
Dijumpai ujung jari kaki kanan dan kiri pucat.

KEPALA
:
Pada pembukaan kulit kepala
:
Dijumpai warna coklat kehitaman yang melintang dari belakang telinga kiri
melalui belakang kepala sampai bagian belakang telingan kanan dengan
ukuran panjang 20cm, lebar 5 cm
Tidak dijumpai patah tulang kepala sebelah luar.

Pada pembukaan tulang kepala


:
Tidak dijumpai patah tulang kepala sebelah dalam.
Tidak dijumpai resapan darah pada selaput tebal otak.

Dr. Asan Petrus

Page 25

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

Pada pembukaan selaput tebal otak


Dijumpai jaringan otak lunak seperti bubur.

Pada pengangkatan jaringan otak :


Tidak dijumpai adanya pecah tulang dasar tengkorak

LEHER
:
Pada pembukaan kulit leher :
Tidak dijumpai resapan darah pada kulit leher sebelah dalam.
Pada pembukaan otot leher
Tidak dijumpai resapan darah pada otot leher
Tidak dijumpai patah tulang leher.

Pada pembukaan saluran pernafasan bagian atas


Tidak dijumpai kelainan .

Pada pembukaan saluran cerna bagian atas


Tidak dijumpai kelainan.

Dr. Asan Petrus

Page 26

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

DADA :
Pada pembukaan kulit dada: tidak dijumpai resapan darah.
Pada pembukaan otot dada : dijumpai perubahan warna kemerahan yang luas
didaerah otot dada sebelah kanan dan kiri bagian belakang bawah

Tidak dijumpai patah tulang dada.

Pada pembukaan tulang dada : kedua paru bebas.


Pada pembukaan kantong jantung : isi kantong jantung kosong.
Pada pemeriksaan Jantung
: dijumpai jantung sebesar kepalan
tangan korban, warna kuning kehitaman, proses pembusukan lanjut.

Pada pemeriksaan paru


: paru kanan lebih besar dari paru kiri,
warna coklat keputihan, mengecil dan proses pembusukan lanjut.
Dr. Asan Petrus

Page 27

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

PERUT
:
Lambung

Hati

Limpa:
Ginjal:
Usus

isi lambung kosong, Tidak dijumpai kelainan,


Tidak dijumpai bau yang merangsang,
Proses pembusukan lanjut.

warna kehitaman, kenyal, tidak dijumpai kelainan.


Proses pembusukan lanjut.
limpa mengecil, warna kehitaman,tidak dijumpai
kelainan,proses pembusukan lanjut.
pembungkus mudah dilepas,warna kehitaman, tidak
dijumpai kelainan, proses pembusukan lanjut.

Kandung kemih:

warna pucat,tidak dijumpai kelainan,


Proses pembusukan lanjut.

isi kandung kemih kosong, tidak dijumpai kelainan.


Proses pembusukan lanjut.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Patologi Anatomi :
Dilakukan pemeriksaan laboratorium patologi anatomi terhadap jaringan kulit kepala,
kulit dada, kulit tungkai bawah kanan depan , jaringan paru,jantung,limpa ,hati,limpa.
Hasil pemeriksaan laboratorium departemen patologi anatomi

Dr. Asan Petrus

Page 28

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

RINGKASAN PEMERIKSAAN
Ringkasan Pemeriksaan Luar
:
Dijumpai pembusukan lanjut pada seluruh tubuh, anggota gerak atas dan
bawah.
Dijumpai bercak putih seperti pengapuran pada hampir seluruh tubuh.
Dijumpai warna kulit hijau kehitaman pada tungkai bawah kanan sebelah
depan.
Dijumpai ujung jari tangan dan kaki sebelah kanan dan kiri warna pucat.
Ringkasan Pemeriksaan Dalam
:
Dijumpai warna coklat kehitaman yang melintang dari belakang telinga kiri
melalui belakang kepala sampai bagian belakang telinga kanan.
Dijumpai jaringan otak membubur.
Dijumpai perubahan warna kemerahan yang luas di daerah otot dada sebelah
kanan dan kiri bagian belakang bawah.
Dijumpai proses pembusukan lanjut pda seluruh organ dalam.

KESIMPULAN
Telah diperiksa sesosok mayat laki-laki,tidak berkitan, dikenal, umur tahun, panjang
badan 135 cm, rambut hitam, lurus, telah mengalami proses pembusukan lanjut
seluruh tubuh.
Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam dijumpai memar di kulit kepala bagian
belakang dan otot dada sebelah belakang bawah, namun penyebab kematian korban
tidak dapat ditentukan oleh karena proses pembusukan lanjut
Dr. Asan Petrus

Page 29

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK

PENUTUP
Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan
keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.

Dokter yang memeriksa,

Prof.dr.H.Amri Amir,SpF(K),SH,DFM, SpAK


NIP : 130 308 145

IV.PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penyelidikan dan penyidikan polisi bahwa pada hari kejadian
(7 Oktober 2010 jam 14.00 Wib) sepulang sekolah pada saat diperjalanan pulang ke
rumah korban dianiaya oleh tiga orang teman sekelasnya dengan cara korban
dipegangi oleh dua orang rekannya lalu seorang lagi menganiayanya dengan cara
dipukul dan ditendang .
Sampai di rumah korban tampak kesakitan terutama daerah perut dan pinggang
.keesokan harinya (hari kedua) korban dibawa berobat . hari ketiga korban masih
merasa kesakitan lalu korban dibawa kembali berobat ketempat yang berbeda. Hari
keempat korban belum juga pulih kesehatannya lalu korban kembali dibawa berobat
ketempat yang berbeda. Hari kelima (11 Oktober 2010) kondisi korban masih sakit
malah tampak makin parah lalu korban dibawa ke Rumah Sakit .sekitar setengah jam
korban berada di Rumah Sakit akhirnya korban meninggal dunia (11 Oktober 2010
jam 18.00 WIB).
oleh karena keluarga curiga bahwa kematian korban terkait dengan adanya unsurunsur perkelahian sebelumnya maka keluarga akhirnya melaporkannya ke polisi .
Dr. Asan Petrus

Page 30

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
sore harinya jenazah dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan jenazah.
Keesokan hari korban di kubur.
Hasil pemeriksaan dokter di Puskesmas tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan,
namun keluarga tidak merasa puas dengan hasil yang ditemukan oleh dokter
Puskesmas yang menyatakan kematian korban bukan karena tindakan penganiayaan
sebagaimana yang disangkakan oleh keluarga tetapi kematian korban oleh karena
penyakit yang dideritanya. Keluarga kemudian melaporkannya kembali dan meminta
untuk dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik pada tanggal 16 Oktober 2010.
Pada tanggal 13 Desember 2010 sesuai dengan surat permintaan eksumasi no.pol
B/2791/XII/2010/Reskrim, penyidik meminta untuk dilakukan eksumasi dengan
dugaan adanya unsur tindak pidana maka pada tanggal 18 Desember 2010 dilakukan
penggalian kuburan .
Pada pemeriksaan bedah jenazah setelah dilakukan eksumasi pada tanggal 18
Desember 2010 pukul 13.30 WIB ,hasil pemeriksaan dokter Forensik , berdasarkan
pemeriksaan luar dan dalam didapati bahwa jenazah telah mengalami pembusukan
lanjut seluruh tubuh serta organ-organ tubuh lainnya , tidak dijumpai adanya trauma
maupun keracunan pada tubuh korban, hasil pemeriksaan laboratorium patologi
Anatomi belum selesai.
Jadi dari hasil pemeriksaan luar dan dalam maka kematian korban diyakini
tidak ada unsur pidananya.

V.TINJAUAN HUKUM
Menentukan penyebab kematian korban dengan autopsi tidak selalu harus
dapat ditentukan (diketahui), ada sekitar 25 % kasus kematian tidak dapat ditentukan
penyebabnya.
Pada kasus ini memang sangat disayangkan oleh karena autopsi dilakukan setelah
korban mengalami pembusukan lanjut sehingga tanda-tanda trauma minimal yang
mungkin ada sebagai petunjuk tidak dapat dijumpai lagi .
Namun sebagaimana prinsip dari Visum et Repertum itu sendiri (lihat dan laporkan)
maka dari pemeriksaan luar dan dalam pada korban ini tidak dijumpai adanya tandatanda trauma dan tidak dijumpai adanya bau yang merangsang, maka disimpulkaan
bahwa penyebab kematian korban tidak dapat ditentukan.namun diyakini bahwa
Dr. Asan Petrus

Page 31

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
penyebab kematian sebagai akibat dari unsur penganiayaan sebagaimana disangkakan
sebelumnya dapat disingkirkan. Artinya bahwa kasus ini tidak ada unsur tindak pidana
ataupun orang yang menjadi tersangka.

VI. KESIMPULAN
Eksumasi adalah penggalian kuburan yaitu mengeluarkan kembali mayat yang
sudah dimakamkan dari kuburnya,
Tujuan penggalian mayat adalah untuk menjelaskan dan menerangkan suatu perkara,
khususnya perkara pidana dan juga untuk pemindahan kuburan ketempat yang lain
yang sah menurut hukum.
Tindakan penggalian mayat (ekshumasi) dilakukan ketika sesudah dilakukan
penguburan, dan beberapa waktu kemudian dicurigai bahwa kematian pada korban
meninggalkan kecurigaan adanya unsur tindak pidana . Dapat pula terjadi bahwa
tindakan tersebut terjadi karena pelaku tindak kejahatan tertangkap dan mengakui
bahwa telah melakukan penguburan terhadap korban pada tempat tertentu.
Pemeriksaan terhadap mayat yang telah dikubur tidak lebih baik apabila mayat
tersebut diperiksa ketika masih segar. Penggalian mayat memerlukan persiapan
khusus dan pelaksanaannya juga memerlukan tindakan dan kecakapan / keahlian
tersendiri.

Dr. Asan Petrus

Page 32

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
Setiap dokter khususnya ahli kedokteran kehakiman harus bersedia setiap saat
untuk melakukan pemeriksaan dan penggalian mayat dimana memerlukan keahlian
yang khusus pula.

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Amir A, : Kapita Selekta Kedokteran Forensik, FKUSU, Medan;1995:pp.57-62.


2. Chadha P.V, : Ilmu Forensik dan Toksikologi , Alih bahasa Johan Hutauruk,
Widya Medika, Jakarta;1975:pp.
3. Hamdani N, : Ilmu Kedokteran Kehakiman, Edisi Kedua, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta;1992:p.447.
4. Idries AM, : Pedoman Ilmu Kedokteran Forensic, Edisi Pertama, PT. Binarupa
Aksara, Jakarta, 1989, pp.254 6.
5. Knight B, Arnold, : Simsons Forensic Medicine, 11th Edition, Oxford university
Press. Inc, New York USA;1997:p.19.
6. Modi NJ, : Medical Jurisprudence and Toksikologi, 18

th

Edition, Bombay

India, 1972, pp.8890.


7. Nandy A, : Principles of Forensic Medicine, New General Book Agency (P) Ltd,
Calcuta India;1995:p.184.

Dr. Asan Petrus

Page 33

Pembimbing:Prof.dr.H.Amri Amir.SpF(K),SH,SPAK
8. Parikh C.K, : Parikhs textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology, Medical
Publication, Bombay India;1979:pp.1268

Dr. Asan Petrus

Page 34

Anda mungkin juga menyukai