Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Penggalian mayat atau ekshumasi adalah merupakan tindakan yang jarang


dilakukan, hanya pada kasus-kasus tertentu saja penggalian mayat ini dilakukan
atas perintah penyidik (KUHAP Pasal 135 dan Pasal 136) alasan penyidik
memerintahkan penggalian mayat antara lain ialah :
Pada kasus penguburan mayat secara illegal untuk menyembunyikan kematian
seseorang atau karena alasan-alasan kriminal.
Pada kasus dimana penyebab kematian yang tertera didalam surat keterangan
kematian (death certificate), tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan.
Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur perlu dibuktikan
kebenarannya atau sebaliknya.1
Penggalian mayat yang dilakukan atas perintah penyidik, oleh karena
mempunyai tujuan untuk membuat terang dan jelas suatu perkara, khususnya
perkara pidana, maka dengan sendirinya pasal-pasal yang terdapat didalam KUHP
yaitu pasal 179 dan pasal 180 (KUHP ps 179, merusak makam dengan melawan
hokum, 180 mengeluarkan mayat dengan melawan hukum) tidak dapat
dikenakan.1

Pelaksanaan Penggalian Makam


Pada saat melakukan penggalian makam, petugas-petugas yang harus hadir
adalah:
Penyidik
Dokter
Keluarga
Petugas pemakaman
Penggali mayat
Sebelum penggalian mayat dilakukan, harus dilakukan identifikasi atas kuburan
yang akan digali, yaitu oleh :
Petugas pemakaman
Penggali mayat yang menguburkan mayat tersebut
Petugas yang membuat batu nisan atau membuat kuburan tersebut.1

Pada saat melakukan penggalian mayat, tindakan yang harus dilakukan adalah :
Pengambilan sampel atau contoh tanah dari permukaaan kuburan dan dari
beberapa tempat di pemakaman tersebut.
Pengambilan tanah dari empat sisi mayat dan sekitar 30 sentimeter tanah dari
atas mayat.
Identifikasi peti yang telah dibersihkan dan buatlah foto dari peti / mayat
sebelum diangkat dari lubang kubur.
Buat foto setelah peti mati / mayat dikeluarkan dan diambil sampel tanah
dibawah peti / mayat tersebut dan air jika ada.1

Pemeriksaan Mayat
sebaiknya dilakukan ditepat penggalian tersebut hal ini mengingat masalah
transportasi, waktu membuang dan kecepatan mendapatkan hasil pemeriksaan
; serta untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang timbul dari
masyarakat ; oleh karena tidak terbiasa melihat hal-hal tersebut atau menurut
anggapan bertentangan dengan kepercayaan atau agamanya,
pemeriksaan mayat ditempat penggalian, mempermudah petugas untuk
melaksanakan penguburan kembali; dan hal ini sangat diharapkan oleh pihak
keluarga atau ahli waris korban.
Pemeriksaan di kamar mayat rumah sakit, sedikit member kebaikan, yaitu
dalam arti pemeriksaan dapat tenang tanpa ditonton oleh masyarakat banyak
sebagaimana pemeriksaan di tempat kejadian penggalian mayat.
Selama pemeriksaan sebaiknya difoto, khususnya, bila ditemukan kelainan,
hal ini untuk lebih mudah mengingat kembali akan kasusnya, sewaktu dokter
membuat laporan hasil pemeriksaan atau Visum et Repertum.2

PROSEDUR EKSHUMASI / PEMBONGKARAN MAKAM

1. Ada permintaan secara tertulis dari penyidik.


2. Penyidik melakukan koordinasi dengan forensik.
3. Sesampai di lokasi protocol mecatat identitas secara lengkap semua saksisaksi yang ada di lokasi pembongkaran.
4. Masuk ke dalam bangunan darurat dan memeriksa semua peralatan

dan

meja otopsi darurat yang akan digunakan.


5. Dibuka dengan doa.
6. Pemeriksaan dimulai dengan mencatat waktu mulai melakukan pemeriksaan
7. Mencatat keadaan makam
8. Penggalian makam dilakukan lapis demi lapis, diperhatikan dan dicatat apa
saja yang dijumpai pada saat penggalian lapis demi lapis
9. Setelah jenazah ditemukan, dilakukan dokumentasi
10. Jenazah dinaikkan di meja otopsi daruruat dan dilakukan otopsi
11. Mengambil sampel yang akan digunakan untuk pemeriksaan penunjang
12. Melakukan penyegelan barang bukti yang diperoleh dan organ-oragan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan penunjang
13. Setelah selesai pemeriksaan jenazah dikuburkan kembali
14. Ditutup dengan doa

ALGORITMA EKSHUMASI / PEMBONGKARAN MAKAM

PERMINTAAN BONGKAR MAKAM

PEMAKAMAN
UMUM

SEMBARANG/
TERSEMBUNYI

KOORDINASI TPU

PENGAMANAN

PENGAMANAN

PENGGALIAN MAKAM

EVAKUASI JENAZAH

OTOPSI + PEMERIKSAAN PENUNJANG

ANALISIS HASIL
VISUM ET REPERTUM

DAFTAR PUSTAKA

1. Idries A. M., Tjiptomartono A. L., 2008, Penerapan Ilmu Kedokteran


Forensik Dalam Proses Penyidikan, Sagung Setu ; Jakarta.
2. Idries A. M., 1997, Pedoman Kedokteran Forensik, Binarupa Aksara ; Jakarta
3. Tim UGM, 2012, Panduan Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ; Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai