Disusun Oleh :
Radha Amirah (2020103104)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang di tentukan. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafaatnya di dunia dan akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ulumul Hadist
dengan judul Qiyash dan Diyat.
Kami selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya..
Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 4
1. Latar Belakang................................................................................................................ 4
2. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4
3. Tujuan Masalah............................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................... 6
ISI.................................................................................................................................................. 6
BAB III............................................................................................................................................9
Penutup........................................................................................................................................... 9
1. Kesimpulan......................................................................................................................9
2. Penutup............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jarimah merupakan ilmu tentang hukum yang berkaitan dengan pembuatan tindak pidana dan
hukumannya, misalnya pembunuhan, merusak atau menghilangkan anggota tubuh orang lain
sedangkan untuk hukuman yang dikenakan terdapat tingkatan tingkatan yang terperinci misalnya
pada kasus pembunuhan .tingkatan tingkatan hukuman ini disesuaikan dengan jenis tindak pidana
yang dilakukan dalam islam melakukan tindak pidana yang dilakukan.hal ini yang disebut qishash,
selain itu juga ada hukuman yang mewajibkan pihak terpidana untuk membayar denda terhadar
pihak teraniaya dan hal ini sering disebut dengan diyat.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah
4
BAB II
ISI
Pembahasan
I. Qishash
A. Pengertian Jarimah Qishash
Secara etimologis ق اdari kata Qashoshon- Yaqushu- Qoshan yang berarti ( تتبعتهmengikuti),
menelusuri jejak atau langkah ( لثRﺐع ا㈠ ) تseperti لثRﺺت ا棈 قberarti: “aku mengikuti jejaknya”. Hal ini
sebagaimana firman Allah :
Artinya : Musa berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak
mereka semula. (QS. Al- Kahfi (18) : 64)
Adapun arti qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al- Jurnani adalah yang mengenakan
sebuah tindakan (sanki hukum) kepada pelaku persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku
tersebut (terhadap korban).
Sementara itu dalam Al- Mu’jam Al- Wasit, qishash diartikan dengan menjatuhkan sanki hukum
kepada pelaku tindak pidana sama persis dengan tindak pidana yang dilakukan, nyawa dengan nyawa
dan anggota tubuh dibalas dengan anggota tubuh.
Dengan demikian, nyawa pelaku pembunuhan dapat dihilangkan karena ia pernah menghilangkan
nyawa korban atau pelaku penganiyaan boleh dianiaya karena ia pernah menganiaaya korban.
7
D. Penerapan Hukuman Qishash
a) Bagi pembunuhan sengaja ( )القتل العمmaka sanksinya ada 3 yaitu :
1. Hukuman Pokok (al-‘uqubat al-ashliyah )
2. Hukuman Pengganti (al-‘uqubat al-badaliyah)
3. Hukuman Tambahan (al-‘uqubat al-thaba’iyah)
Hukuman pokok (uqubat ashliyah) untuk pembunuhan sengaja adalah Qishash. Qishash di sini adalah
hukum bunuh. Ketika mustahiq al-qishâsh memaafkan dengan tanpa meminta diyat, maka menurut
mazhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’I dalam sebuah pendapat ; maka tidak wajib bagi pembunuh tadi
membayar diyat secara paksa. Hanya saja baginya ia boleh memberinya sebagai gantian dari
pemaafan dari mustahiq al-qishâsh tadi. Secara hukum si mustahiq al-qishâsh berhak untuk
memaafkan secara gratis tanpa ada tuntutan diyat.
Mustahiq al-qishâsh juga berhak untuk memberi kemaafan dengan tuntutan diyat, banyak dan
sedikitnya sesuai dengan kesepakatan pembunuh. Diyat di sini dianggap sebagai gantian dari Qishash.
Dalam hal ini, hakim tidak boleh menetapkan hukuman pokok dengan gantiannya secara bersamaan
bagi sebuah pekerjaan. Dalam arti, ia tidak boleh diqishash dan sekaligus membayar diyat.
Sedangkan cara qishash pula terjadi khilaf. Menurut madzhab Hanafi, Qishash hanya boleh
dilaksanakan menggunakan senjata seperti pedang. Maksudnya, hukuman qishash dilaksanakan
hanya dengan senjata, tidak dengan membalas seperti cara pembunuh tersebut membunuh atau
lainnya. Hukum ini juga ditetapkan menurut sebuah riwayat yang paling shahih menurut madzhab
hambali.
Hukuman Pengganti (al-uqubat badaliyah) adalah membayar diyat mughalladzah. Menurut Imam al-
Syafi’I sebagai qaul jadîd diyat tersebut adalah 100 unta bagi pembunuh lelaki yang merdeka. Jumlah
8
100 itu dibagi 3: 30 berupa unta hiqqah, 30 unta jadza’ah, dan 40 unta khalifah. Ketika tidak dapat
ditemukan maka berpindah pada harga unta-unta tersebut. Sedangkan menurut qaul qadîm jika tidak
ada maka boleh membayar 100 dinar atau 12000 dirham.
Seumpama pembunuhnya perempuan merdeka maka ia adalah separuhnya diyat lelaki; yaitu 50 unta.
15 berupa unta hiqqah, 15 unta jadza’ah, dan 20 unta khalifah.
b) Bagi Pembunuhan yang seperti sengaja ( )القتل شبه العمmaka sanksinya ada 3 yaitu :
1. Hukuman Pokok (al-‘uqubat ashliyah)
2. Hukuman Pengganti (al-‘uqubat badaliyah)
3. Hukuman Tambahan (al-‘uqubat al Thaba’iyah).
Hukuman Pokok (uqubat ashliyah) bagi pembunuhan yang seperti sengaja adalah membayar diyat
mughalladzah. Diyat ini sama dengan membunuh dengan sengaja. Hanya saja bedanya berada pada
penangung jawab dan waktu membayarnya.
Hukuman pengganti (uqubat badaliyah) bagi pembunuhan seperti sengaja ini adalah ta’zir. dan
hukuman tambahan (uqubat al-thaba’iyah) pembunuhan yang menyamai sengaja adalah terhalang
untuk menerima waris dan wasiat seperti yang telah lewat.
Yang dimaksud dengan hilangnya tempat yang diqishash adalah hilangnya anggota badan atau jiwa
orang yang akan diqishash sebelum dilaksanakan hukuman qishash. Para ulama berbeda pendapat
9
dalam hal hilangnya tempat utnuk diqishash itu mewajibkan diyat. Imam Malik dan Imam Abu
Hanifah berpendapat bahwa hilangnya anggota badan atau jiwa yang akan diqishash itu
menyebabkan hapusnya diyat, karena bila qishash itu tidak meninggal dan tidak hilang anggota
badan yang akan diqishash itu, maka yang wajib hanya qishash bukan diyat.
Sedang menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad dalam kasus diatas qishash dan segala aspeknya
menjadi hapus, akan tetapi menjadi wajib diyat, karena qishash dan diyat itu kedua-duanya wajib,
bila salah satunya tidak dapt dilaksanakan maka diganti dengan hukuman lainnya. Sehubungan
dengan dengan pemaafan para ulama sepakat tentang pemaafan qishash, bahkan lebih utama daripada
menuntunya. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT :
Artinya : “barang siapa mendapat dari saudara-saudaranya...(QS.Al Baqarah (2) : 178)
Yang dimaksud pemaafan menurut imam syafi’i dan imam ahmad adalah memaafkan qishash atau
diyat tanpa imbalan apa-apa. Sedang menurut imam malik dan imam abu hanifah terhadap diyat itu
bisa dilaksanakan bila ada kerelaan pelaku/terhukum. Jadi menurut kedua ulama terakhir ini
pemaafan adalah pemaafan qishash tanpa imbalan apa-apa. Adapun memaafkan diyat itu, bukan
pemaafan, melainkan perdamaian. Orang yang berhak memaafkan qishash adalah orang yang berhak
menuntunya.
II. Diyat
A. Pengertian Diyat
Diyat adalah sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku, karena terjadi tindak pidana
(pembunuhan atau penganiayaan) dan diberikan kepada korban atau walinya. Dalam definisi lain
disebutkan bahwa diat adalah denda / suatu harta yang wajib di berikan pada ahli waris dengan sebab
melukai jiwa atau anggota badan yang lain pada diri manusia.[22] Dari definisi diatas jelaslah bahwa
diat merupakan uqubah maliyah (hukuman yang bersifat harta), yang diserahkan kepada korban atau
kepada wali (keluarganya) apabila ia sudah meninggal, bukan kepada pemerintahan.
B. Macam-macam Diat
Diat terbagi kedalam dua macam, yaitu :
1. Diyat Mughaladhah.
2. Diyat Mukhafafah.
10
Diat Mughaladhah adalah denda disebabkan karena membunuh seorang yang merdeka islam secara
sengaja (‘amdin). dan Diat Mukhafafah yaitu denda disebabkan karena pembunuhan seseorang islam
tanpa disengaja (syibhul ‘amdin).
Perbedaan mendasar antara diyat ringan dan diyat berat terletak pada jenis dan umur unta. Dari segi
jumlah unta, antara diyat ringan dan diyat berat sama-sama berjumlah 100 ekor. Akan tetapi, klo
diyat ringan hanya terdiri dari 20 ekor unta umur 0-1 tahun, 20 ekor yang lain umur 1-2 tahun, 20
ekor yang lain 2-3 tahun, 20 ekor yang lain umur 3-4 tahun, dan 20 ekor yang lain berumur 4-5 tahun.
Sedangkat diyat berat terdiri dari tiga katagori terakhir diatas ditambah 40 ekor unta yang disebut
dengan khalifah, yaitu unta yang sedang mengandung atau bunting. Kasus aktual tentang uang diyat
ini terkait kasus Darsem (tahun 2011), seorang TKW asal Subang, Jawa Barat yang dituntut
membayar diyat sebesar 4,7 miliar rupiah. Sungguh besar apabila dibandingkan dengan harga 100
ekor unta, walaupun 40 ekor di antaranya berupa unta bunting.
Menurut ayat ini, hukuman diat dikenakan kepada pelaku pembunuhan tersalah (qatlu al-khatha),
namun disini kedudukannya sebagai hukuman pokok (al-‘uqubat ashliyah).
Sabda Nabi SAW :
Artinya : “Dari Abu Bakar Ibnu Muhammad Ibnu Amar Ibnu Hazem, dari ayahnya, dari kakeknya
Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah mengirim surat kepada
penduduk Yaman -dan dalam hadits itu disebutkan- "Bahwa barangsiapa yang secara nyata membunuh
seorang mukmin dengan sengaja maka ia harus dibunuh, kecuali ahli waris yang terbunuh rela; diyat
(denda) membunuh jiwa ialah seratus unta; hidung yang dipotong habis ada diyatnya; dua buah mata
ada diyatnya; lidah ada diyatnya; dua buah bibir ada diyatnya; kemaluan ada diyatnya; dua biji penis
ada diyatnya; tulang belakang ada diyatnya; kaki sebelah diyatnya setengah; ubun-ubun diyatnya
sepertiga; luka yang mendalam diyatnya sepertiga; pukulan yang menggeser tulang diyatnya lima belas
11
unta; setiap jari-jari tangan dan kaki diyatnya sepuluh unta; gigi diyatnya lima unta; luka hingga
tulangnya tampak diyatnya lima unta; laki-laki yang dibunuh karena membunuh seorang perempuan,
bagi orang yang biasa menggunakan emas dapat membayar seribu dinar." Riwayat Abu Dawud dalam
hadits-hadits mursal, Nasa'i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu al-Jarud, Ibnu Hibban, dan Ahmad. Mereka
berselisih tentang shahih tidaknya hadits tersebut.
Artinya: Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan dari jalan Amar dan Ibnu Syu'aib, dari ayahnya,
dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu dalam hadits marfu': "Diriwayatkan 30 ekor hiqqah, 30 ekor
jadz'ah, dan 40 ekor unta bunting yang diperutnya ada anaknya.
30 ekor unta hiqqah(yang telah berumur 3 tahun)
30 ekor unta jadza’ah(yang telah berumur 4 tahun)
40 ekor unta khalifah(unta yang telah positif bunting) yang dinyatakan oleh ahli dan disaksikan oleh
dua orang yang adil.
Pembunuhan seperti di sengaja.adapun diyat bagi si pelaku pidana yaitu sama
denganpembunuhan dengan sengaja,yaitu dangan 100 ekor unta dengan pengelompokan yang sama.
Artinya: Dari dia bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Diyat orang yang
membunuh seperti disengaja itu berat, seperti diyat orang yang membunuh dengan sengaja, namun
pembunuhnya tidak dibunuh. Yang demikian itu karena godaan syetan sehingga terjadi pertumpahan
darah antara orang-orang tanpa rasa dengki dan tanpa membawa senjata." riwayat Daruquthni.
Dan pembunuhan yang tidak di sengaja atau kekliruan(khata’) adapun diyatnya sebagai berikut.
12
Artinya: Dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Denda bagi
yang membunuh karena kekeliruannya seperlima-seperlima dari 20 ekor hiqqah (unta yang memasuki
tahun keempat), 20 ekor jadz'ah (unta yang memasuki tahun kelima), 20 ekor bintu labun (unta betina
yang memasuki tahun ketiga), dan 20 ekor ibnu labun (unta jantan yang memasuki tahun ketiga).
Riwayat Daruquthni. Imam Empat juga meriwayatkan hadits tersebut dengan lafadz: 20 ibnu
makhodl menggantikan lafadz labun. Sanad hadits pertama lebih kuat. Ibnu Abu Syaibah
meriwayatkan dari jalan lain secara mauquf. Ia lebih shahih daripada marfu'.
Diyat yang harus di tanggung oleh pelaku jani terhadap ahliwaris dari korban pembunuhan yang
khata’ ialah,100 ekor unta yang di tentukan dalam 5 kelompok jenisnya yaitu:
20 ekor unta hiqqah
20 ekor unta jadza’ah
20 ekor unta makhadh
20 ekor unta bintu labun
20 ekor unta ibnu labun.
Adapun diyat pembunuhan orang wanita,maka adalah separoh dari diyat pembunuhan orang
laki-laki,jika pelaku jinayat belum baligh atau dewasa maka wajib di tahan kecuali ada jaminan yang
setara dengan diyat yang di tanggung pelaku jina hal ini berlaku pada selain pembegal,jika pelaku
tidak dapat membayar diyat seketika maka diyat dapat di angsur selama tiga tahun dengan ansuran
setiap akhir tahun.
Adapun diyat bagi orang yahudi,nasrani kafir mustakam,maka diyatnya yaitu sepertiga diyat
orang islam,baik membunuh atau melukai. sedangkan untuk kafir dzimmi yaitu setengah dari diyat
kaum muslimin dan kafir mu’ahad setengah diyat orang merdeka,
Artinya: Dari dia Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Diyat kafir dzimmi (kafir yang keamanannya atas tanggung jawab pemerintah Islam) setengah diyat
kaum muslimin." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Sedang lafadz menurut riwayat Abu Dawud:
Diyat kafir mu'ahad (yang terikat perjanjian dengan pemerintahan Islam) setengah diyat orang
merdeka." Menurut Nasa'i: "Diyat perempuan setengah diyat laki-laki hingga sepertiga diyatnya."
Hadits dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah.
13
2) Penganiayaan terhadap seorang muslim
Sedangkan diyat dalam hal penganiayaan atau mencederai jika yang di cederai adalah anggota
badan yang tunggal yang membawa banyak kemanfaatan dan kebaikan seperti lidah,maka diyatnya
sama dengan diyat dari pembunuhan secara di sengaja atau diyat mugholadloh,namun jika yang di
cederai salah satu dari anggota yang ganda seperti kedua kaki dan tangan maka maka separoh dari
diyat,namun jika keduanya berlaku hukum diyat penuh.
Artinya: Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ini dan ini sama
saja yaitu jari kelingking dan ibu jari-." Riwayat Bukhari. Menurut riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi:
"Denda jari sama-sama dan gigi-gigi juga sama; gigi depan dan geraham sama." Menurut
Riwayat
Ibnu Hibban: "Denda jari-jari kedua tangan dan kaki sama, sepuluh unta untuk setiap jari."
Artinya: Dari dia bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Luka yang tulangnya tampak
dendanya lima, yaitu lima ekor unta." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Ahmad menambahkan: "Dan
jari-jari masing-masing sepuluh unta." Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Ibnu al- Jarud
Jadi diyat untuk setiap pemotongan sebuah jari itu sama,baik jari jempol,kelingking yaitu
diyatnya sepuluh ekor unta,dan setiap masing-masing sebuah gigi diyatnya adalah lima ekor unta,dan
begitu juga dengan diyat dari luka yang tulangnya nampak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Qishas adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun pengrusakan
anggota badan seseorang yang dilakukan dengan di sengaja. Sedangkan Diyat artinya denda, yaitu
denda yang diwajibkan kepada pembunuh yang tidak dikenakan hukun atau qishas, dengan
membayarkan sejumlah barang atau uang sebagai pengganti hukum qishas karena di maafkan oleh
anggota keluarga.
Diyat artinya denda, yaitu denda yang diwajibkan kepada pembunuh yang tidak dikenakan
hukun atau qishas, dengan membayarkan sejumlah barang atau uang sebagai pengganti hukum qishas
karena di maafkan oleh anggota keluarga.
B. SARAN
Dalam Penulisan dan pembutan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kami (penulis) butuh saran dan kritik yang konstruktif agar penulis
dapat lebih baik dalam penyusunan makalah selanjutnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16