Disusun Oleh:
Mata Kuliah:
Hadist Jinayah
Dosen Pengampu:
PADANG SIDEMPUAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Hadis Jinayah yang berjudul
“Hadis Tentang Diyat” dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan
kelulusan pada mata kuliah yaitu tugas yang sudah diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah yakni Bapak Dr. H. Ali Sati, M.Ag.. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis tentang Hadis Jinayat.
Selain itu, penulis berharap agar makalah ini dapat menambah referensi bagi setiap
pembaca dalam memahami sistem yang ada selama ini. Penulis menyadari masih banyak
kesalahan dan kekurangan yang ada dalam penulisan makalah ini. Sehingga penulis berharap
kepada pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang membangun sehingga penulis
bisa berubah menjadi lebih baik.
Kelompok 02
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
C. Manfaat .............................................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
PENUTUP.................................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan........................................................................................................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukuman diancamkan kepada seorang pembuat jarimah. Jarîmah diartikan sebagi
larangan-larangan syara‟ yang diancam oleh Allah dengan hukuman had atau ta‟zîr.
Larangan-larangan syara‟ yang dimaksud ada kalanya mengerjakan perbuatan yang dilarang
dan adakalanya meninggalkan perbuatan yang diperintah. (Al-Mawardi, 1973 : 219).
Hukuman dimaksudkan sebagai pembalasan perbuatan jahat, pencegahan secara umum dan
pencegahan secara khusus, serta perlindungan terhadap hak-hak korban (Makhrus Munajat,
2009 : 111). Bila dilihat dari berat ringannya hukuman, dalam pidana islam diklasisfikasikan
dalam tiga bentuk yaitu: jarîmah ḣudûd, jarîmah qiṣâṣ- diyat, dan jarîmah ta‟zîr.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diyat?
2. Hadits tentang Diyat
3. Apa penyebab Diyat?
4. Jenis-jenis Diyat
C. Manfaat
1. Memahami dan menambah wawasan mengenai pengertian, Hadits, penyebab dan
Jenis-jenis Diyat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diyat
Diyat secara terminologi adalah harta yang wajib karena suatu kejahatan terhadap
jiwa atau sesuatu yang dihukumi sama seperti jiwa.2 Menurut Abdul Qadir Audah diyat
adalah sejumlah harta dalam ukuran tertentu. Meskipun bersifat hukuman, diat merupakan
harta yang diberikan kepada korban, bukan kepada perbendaharaan (kas) Negara.1
Artinya : “Diyat adalah sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku, karena
terjadinya tindak pidana (pembunuhan atau penganiayaan) dan diberikan kepada korban atau
walinya.”2
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini mendefinisikan diyat adalah harta yang
wajib dibayarkan karena berbuat kriminal terhadap orang merdeka, baik dengan
membunuhnya maupun dengan mencederai anggota tubuhnya.3
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa diyat merupakan uqubah maliyah (hukuman
bersifat harta), yang diserahkan kepada korban apabila ia masih hidup, atau kepada wali
(keluarga) apabila korban sudah meninggal, bukan kepada pemerintah.
2
(yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik
(pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat.
Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.
(Q.S. Al-Baqarah:178)
b. Hadits
ًََحذثَىَا َع ْث ُذ انشحْ َم ِه ت ُْه إِت َْشا ِهي َم ان ِّذ َم ْشقِ ُّي َحذثَىَا ْان َىنِي ُذ َحذثَىَا ْاْلَ ْو َصا ِع ُّي َحذثَىِي يَحْ ي
صهً َّللاُ َعهَ ْي ِه َو َسه َم
َ ِال َسسُى ُل َّللا َ َال ق َ َيش َع ْه أَتِي َسهَ َمحَ َع ْه أَتِي هُ َشي َْشجَ ق ٍ ِت ُْه أَتِي َكث
َم ْه قُتِ َم نَهُ قَتِي ٌم فَه َُى تِ َخي ِْش انىظَ َشي ِْه إِما أَ ْن يَ ْقتُ َم َوإِما أَ ْن يُ ْف َذي
a. Pembunuhan Sengaja
1) Korban yang dibunuh adalah manusia yang masih hidup, yang mendapat
jaminan keselamatan jiwanya dari Islam (negara), baik jaminan tersebut
dengan cara iman (masuk islam), maupun dengan jalan perjanjian keamanan.
2) Kematian adalah akibat dari perbuatan pelaku.
4
Ibnu Qadamah, al-Mugni, cet. Ke-1 Riyad: Maktabah ar-Riyad alHadisah, t.t , h. 636
3
3) Pelaku menghendaki atas kematiannya
b. Pembunuhan Seperti
Sengaja Pembunuhan seperti sengaja adalah membunuh dengan alat yang tidak biasa
mematikan tiba-tiba orang tersebut mati. Dalam hal ini perbuatan ini dilakukan dengan
sengaja tetapi ia tidak menghendaki korbannya mati. Seperti seseorang yang melempar batu
kerikil atau memukul orang lain dengan kayu yang kecil, ternyata orang yang terkena
lemparan atau pukulan itu mati, walaupun benda yang digunakan untuk melempar atau
memukul menurut adat kebiasaan tidak akan berakibat korbannya mati dan tidak bertujuan
untuk mematikan korban.5
5
Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, h. 772.
4
Unsur-unsur pembunuhan menyerupai sengaja ada tiga macam:
c. Pembunuhan Tersalah
2. Diyat penganiayaan
Dalam diyat penganoiayaan secara lebih detail, Marsun merinci sebagai berikut:7
1) Mudhihah (luka sampai tulang), diyatnya 5 ekor unta (50 dinar), jika muka menjadi
cacat ditambah setengahnya menjadi 75 dinar.
2) Hasyimah (luka sampai pecah tulang), diyatnya 10 ekor unta (100 dinar).
3) Munaqqilah (luka sampai tulang melesat), diyatnya 15 ekor unta (150 dinar).
4) Mukmumah (luka samapai kulit tengkorak), diyatnya 1/3 diyat.
6
A. djazuli, fiqh jinayat, Jakarta: PT. Raja Grafido Persada, 1977, h. 51.
7
Marsun. Jinayat (Hukum Pidana Islam). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press, 1988, h.86
5
5) Jaifah (pelukaan anggota badan), diyatnya 1/3 diyat.
6
12) Rusaknya satu saluran sehingga air mani tidak bias sampai pada Rahim, wajib satu
diyat.
13) Lenyapnya daya gerak tangan sehingga lumpuh wajib satu diyat.
14) Lenyapnya daya berjalan, wajib satu diyat.
D. Jenis-Jenis Diyat
Sebagai bentuk pemberatan dan peringanan pembayaran diyat dibagi menjadi:
Adapun yang dimaksud dengan diyat berat adalah 100 ekor unta, diyat ini
diberlakukan kepada pembunuhan sengaja yang mendapat pengampunan dari wali korban
dan pembunuhan semi sengaja. Komposisi hewan untanya menurut Malikiyah, Syafi‟iyah,
dan Imam Muhammad ibn Hasan (Wahbah Zuhaili,VI,1989: 304), dibagi menjadi tiga yaitu:
Pendapat ini didasarkan kepada Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan
Abu Dawud dari Amr Ibnu Syu‟aib, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Diat itu adalah tiga
puluh ekor unta jaża‟ah, tiga puluh hiqqah, dan empat puluh khalifah yang didalam perutnya
ada anaknya”. (Al- Kahlani, III : 249)
Pemberatan dalam pembunuhan semi sengaja hanya satu yakni usia dan kadar jumlah
unta sama dengan pembunuhan sengaja. Namun, mendapat keringanan daru dua sisi yaitu:
Pembayarannya dapat dibebankan kepada „Aqilah (keluarga) dan pembayarannya dapat
diangsur dalam waktu tiga tahun. „Aqilah adalah kelompok yang secara bersama- sama
menanggung pembayaran diyat. Mereka adalah kelompok aṣâbah, yaitu semua kerabat laki-
laki dari pihak bapak yang baligh, berakal, dan mampu (Sayid Sabiq, tth, II, 470). Hal
didasarkan ijma‟ sebagaimana dikatakan Ibnu Qudamah, ”Diriwayatkan dari Umar ra. Bahwa
7
keduanya menetapkan diyat kepada al-„aqilah selama tiga tahun dan tidak ada yang
menyelisihi keduanya di zaman mereka sehingga itu menjadi ijma‟ (Qudamah, 1413, XII: 17)
Diyat ini diwajibkan atas pembunuhan tidak sengaja. Berlawanan dengan diyat
mugalladzah keringanan diyat ini terlihat dalam aspek : pembayaran ditanggung sepenuhnya
oleh pelaku, pembayaran dapat diangsur selama tiga tahun, komposisi umur unta yang
menurut hanafiyah dan hanabilah dibagi menjadi lima kelompok:
(a) 20 ekor unta bintu makhaż ( unta betina umur 1-2 tahun)
(b) 20 ekor unta ibnu makhaż (unta jantan umur 1-2 tahun)
(c) 20 ekor unta bintu labun (unta betina umur 2-3 tahun)
(d) 20 ekor unta hiqqah (umur 3-4 tahun) (e)
(e) 20 ekor unta jaża‟ah (umur 4-5 tahun)
Adapun menurut malikiyah dan syafi‟iyah untuk unta ibnu makhaż diganti ibnu labun
(unta jantan umur 2-3 tahun) (Wahbah Zuhaili, VI, 1989: 306). Jika diperhatikan uraian di
atas maka nampaklah bahwa pengampunan/ pemaafan yang diberikan oleh wali korban
kepada si pelaku sangat besar pengaruhnya, karena dapat menghapus dan menggugurkan
hukuman qiṣâṣh yang telah ditetapkan
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa diyat merupakan uqubah maliyah (hukuman
bersifat harta), yang diserahkan kepada korban apabila ia masih hidup, atau kepada wali
(keluarga) apabila korban sudah meninggal, bukan kepada pemerintah.
ًََحذثَىَا َع ْث ُذ انشحْ َم ِه ت ُْه إِت َْشا ِهي َم ان ِّذ َم ْشقِ ُّي َحذثَىَا ْان َىنِي ُذ َحذثَىَا ْاْلَ ْو َصا ِع ُّي َحذثَىِي يَحْ ي
صهً َّللاُ َعهَ ْي ِه َو َسه َم
َ ِال َسسُى ُل َّللا َ َال ق َ َيش َع ْه أَتِي َسهَ َمحَ َع ْه أَتِي هُ َشي َْشجَ ق ٍ ِت ُْه أَتِي َكث
َم ْه قُتِ َم نَهُ قَتِي ٌم فَه َُى تِ َخي ِْش انىظَ َشي ِْه إِما أَ ْن يَ ْقتُ َم َوإِما أَ ْن يُ ْف َذي
2. Diyat Penganiayaan
Jenis-Jenis Diyat
Sebagai bentuk pemberatan dan peringanan pembayaran diyat dibagi menjadi:
9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Husaini Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar, Kifayatul Akhyar, Surabaya: PT Bina Ilmu,
1997
Marsun. Jinayat (Hukum Pidana Islam). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press,
1988,
Qadamah ,Ibnu, al-Mugni, cet. Ke-1 Riyad: Maktabah ar-Riyad alHadisah, t.t ,
Qadir ,Abdul „Audah, At-Tasyri‟ al-jinai al-islami, Juz 1, Kairo: dar al-kitab al-arabi, t.t,
Sabiq ,Sayid, Fiqh As-Sunnah, Juz II, Dar Al-Fikr, Beirut, cetakan II, 1980.
10