Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HADITS TENTANG DIYAT

Disusun Oleh:

Wanda Aulia Hasibuan (2210700033)

Nur Halimah Dalimunthe (2210700035)

Mata Kuliah:

Hadits Jinayah

Dosen Pengampu:

Dr. H. Ali Sati, M.Ag.

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY

PADANG SIDEMPUAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Hadits Jinayah yang berjudul
“Hadis Tentang Diyat” dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan
kelulusan pada mata kuliah yaitu tugas yang sudah diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah yakni Bapak Dr. H. Ali Sati, M.Ag.. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis tentang Hadis Jinayat.

Selain itu, penulis berharap agar makalah ini dapat menambah referensi bagi setiap
pembaca dalam memahami sistem yang ada selama ini. Penulis menyadari masih banyak
kesalahan dan kekurangan yang ada dalam penulisan makalah ini. Sehingga penulis berharap
kepada pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang membangun sehingga penulis
bisa berubah menjadi lebih baik.

Padang Sidempuan, 13 Maret 2024

Kelompok 02

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1

C. Manfaat .............................................................................................................................. 1

BAB II........................................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2

A. Pengertian Diyat ................................................................................................................ 2

2. Dasar Hukum Diyat ............................................................................................................ 2

C. Faktor Penyebab dikenakannya hukuman diyat ................................................................ 3

D. Jenis-Jenis Diyat ................................................................................................................ 7

BAB III ...................................................................................................................................... 9

PENUTUP.................................................................................................................................. 9

A. Kesimpulan........................................................................................................................ 9

Faktor Penyebab dikenakannya hukuman diyat ..................................................................... 9

Jenis-Jenis Diyat ..................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukuman diancamkan kepada seorang pembuat jarimah. Jarîmah diartikan sebagi
larangan-larangan syara‟ yang diancam oleh Allah dengan hukuman had atau ta‟zîr.
Larangan-larangan syara‟ yang dimaksud ada kalanya mengerjakan perbuatan yang dilarang
dan adakalanya meninggalkan perbuatan yang diperintah. (Al-Mawardi, 1973 : 219).
Hukuman dimaksudkan sebagai pembalasan perbuatan jahat, pencegahan secara umum dan
pencegahan secara khusus, serta perlindungan terhadap hak-hak korban (Makhrus Munajat,
2009 : 111). Bila dilihat dari berat ringannya hukuman, dalam pidana islam diklasisfikasikan
dalam tiga bentuk yaitu: jarîmah ḣudûd, jarîmah qiṣâṣ- diyat, dan jarîmah ta‟zîr.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diyat?
2. Hadits tentang Diyat
3. Apa penyebab Diyat?
4. Jenis-jenis Diyat

C. Manfaat
1. Memahami dan menambah wawasan mengenai pengertian, Hadits, penyebab dan
Jenis-jenis Diyat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diyat
Diyat secara terminologi adalah harta yang wajib karena suatu kejahatan terhadap
jiwa atau sesuatu yang dihukumi sama seperti jiwa.2 Menurut Abdul Qadir Audah diyat
adalah sejumlah harta dalam ukuran tertentu. Meskipun bersifat hukuman, diat merupakan
harta yang diberikan kepada korban, bukan kepada perbendaharaan (kas) Negara.1

Sayid sabiq berpendapat sebagai berikut:

Artinya : “Diyat adalah sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku, karena
terjadinya tindak pidana (pembunuhan atau penganiayaan) dan diberikan kepada korban atau
walinya.”2

Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini mendefinisikan diyat adalah harta yang
wajib dibayarkan karena berbuat kriminal terhadap orang merdeka, baik dengan
membunuhnya maupun dengan mencederai anggota tubuhnya.3

Dari definisi tersebut jelaslah bahwa diyat merupakan uqubah maliyah (hukuman
bersifat harta), yang diserahkan kepada korban apabila ia masih hidup, atau kepada wali
(keluarga) apabila korban sudah meninggal, bukan kepada pemerintah.

2. Dasar Hukum Diyat


a. Al-qur‟an

Diantara dalil-dalil al-qur‟an adalah firmah Allah:

۟ ُ‫يه َءامى‬ َٰٓ


‫صاصُ فًِ ْٱنقَ ْتهًَ ۖ ْٱنحُشُّ تِ ْٱنحُشِّ َو ْٱن َع ْث ُذ تِ ْٱن َع ْث ِذ‬ َ ِ‫ة َعهَ ْي ُك ُم ْٱنق‬َ ِ‫ىا ُكت‬ َ َ ‫يَأ َ ُّيهَا ٱن ِز‬
ۗ ‫ُوف َوأَ َد َٰٓا ٌء إِنَ ْي ِه تِإِحْ َس ٍه‬ ِ ‫ع تِ ْٱن َم ْعش‬ ٌ ٌۢ ‫َو ْٱْلُوثًَ تِ ْٱْلُوثًَ ۚ فَ َم ْه ُعفِ ًَ نَ ۥهُ ِم ْه أَ ِخي ِه َش ًْ ٌء فَٱتِّثَا‬
‫ك فَهَ ۥهُ َع َزابٌ أَنِي ٌم‬َ ِ‫يف ِّمه ستِّ ُك ْم َو َسحْ َمحٌ ۗ فَ َم ِه ٱ ْعتَ َذي تَ ْع َذ َرن‬ ٌ ِ‫ك تَ ْخف‬ َ ِ‫َرن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba,
dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari
saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah
1
Abdul Qadir „Audah, At-Tasyri‟ al-jinai al-islami, Juz 1, Kairo: dar al-kitab al-arabi, t.t, h. 325
2
Sayid sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz II, Dar Al-Fikr, Beirut, cetakan II, 1980. h. 429.
3
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997, h. 29.

2
(yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik
(pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat.
Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.
(Q.S. Al-Baqarah:178)

b. Hadits

ًَ‫َحذثَىَا َع ْث ُذ انشحْ َم ِه ت ُْه إِت َْشا ِهي َم ان ِّذ َم ْشقِ ُّي َحذثَىَا ْان َىنِي ُذ َحذثَىَا ْاْلَ ْو َصا ِع ُّي َحذثَىِي يَحْ ي‬
‫صهً َّللاُ َعهَ ْي ِه َو َسه َم‬
َ ِ‫ال َسسُى ُل َّللا‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫يش َع ْه أَتِي َسهَ َمحَ َع ْه أَتِي هُ َشي َْشجَ ق‬ ٍ ِ‫ت ُْه أَتِي َكث‬
‫َم ْه قُتِ َم نَهُ قَتِي ٌم فَه َُى تِ َخي ِْش انىظَ َشي ِْه إِما أَ ْن يَ ْقتُ َم َوإِما أَ ْن يُ ْف َذي‬

Telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Ibrahim Ad Dimasyqi], telah


menceritakan kepada kami [Al Walid], telah menceritakan kepada kami [Al 'Auza'i], telah
menceritakan kepadaku [Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah], ia
berkata; Rasulullah bersabda: "Barangsiapa memiliki saudara yang dibunuh, maka
hendaklah memilih yang terbaik di antara dua pilihan: membunuh (qisas) atau menerima
diyat." (H.R Ibnu Majah no. 2614)

C. Faktor Penyebab dikenakannya hukuman diyat


1. Diyat pembunuhan

a. Pembunuhan Sengaja

Pembunuhan sengaja adalah perbuatan menghilangkan nyawa seseorang dengan alat


untuk membunuh orang yang dimaksud. Dengan menggunakan bermacam-macam alat yang
lazim dapat mematikan orang. Pembunuhan seperti ini tergolong kedalam kejahatan yang
dapat dijatuhi hukuman qishas, dimana si pembunuh dikenakan hukuman yang sama dengan
kejahatan yang dilakukannya, yaitu si pembunuh dibunuh sebagaimana ia membunuh.4

Unsur-unsur pembunuhan sengaja, yaitu;

1) Korban yang dibunuh adalah manusia yang masih hidup, yang mendapat
jaminan keselamatan jiwanya dari Islam (negara), baik jaminan tersebut
dengan cara iman (masuk islam), maupun dengan jalan perjanjian keamanan.
2) Kematian adalah akibat dari perbuatan pelaku.

4
Ibnu Qadamah, al-Mugni, cet. Ke-1 Riyad: Maktabah ar-Riyad alHadisah, t.t , h. 636

3
3) Pelaku menghendaki atas kematiannya

Wajib kepada si pembunuh dihukum dengan qishas, kalau pembunuhnya diampuni


maka wajib diyat yang diberatkan denga tunai dari harta pembunuhnya, sebagaiman firman
Allah surat Al-maidah ayat 45

‫ف َو ْاْلُ ُر َن‬ َ ‫س َو ْان َعي َْه تِ ْان َع ْي ِه َو ْاْلَ ْو‬


ِ ‫ف تِ ْاْلَ ْو‬ ِ ‫س تِانى ْف‬َ ‫َو َكتَ ْثىَا َعهَ ْي ِه ْم فِ ْيهَآَٰ اَن انى ْف‬
‫اسجٌ نهٗ ۗ َو َم ْه‬
َ ‫ق تِ ٖه فَه َُى َكف‬ َ ‫صذ‬ َ َ‫اصٌ فَ َم ْه ت‬ ۗ ‫ص‬ َ ِ‫تِ ْاْلُ ُر ِن َوانسِّه تِانس ِّۙ ِِّّه َو ْان ُجش ُْو َح ق‬
ٰۤ
‫َّللاُ فَاُون ِى َك هُ ُم انظّهِ ُم ْى َن‬
ّ ‫ن ْم يَحْ ُك ْم تِ َمآَٰ اَ ْو َض َل‬
Artinya: “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya
jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan
(hak qisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa
tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah
orangorang yang zalim.”

b. Pembunuhan Seperti

Sengaja Pembunuhan seperti sengaja adalah membunuh dengan alat yang tidak biasa
mematikan tiba-tiba orang tersebut mati. Dalam hal ini perbuatan ini dilakukan dengan
sengaja tetapi ia tidak menghendaki korbannya mati. Seperti seseorang yang melempar batu
kerikil atau memukul orang lain dengan kayu yang kecil, ternyata orang yang terkena
lemparan atau pukulan itu mati, walaupun benda yang digunakan untuk melempar atau
memukul menurut adat kebiasaan tidak akan berakibat korbannya mati dan tidak bertujuan
untuk mematikan korban.5

Pembunuhan seperti sengaja termasuk kedalam kejahatan yang tidak dikenakan


qishas, tetapi diwajibkan membayar diyat yang diberatkan dan dibebankan kepada ahli
warisnya selain bapak dan anaknya, serta boleh diteguhkan dalam masa tiga tahun. Akan
tetapi Imam Malik berpendapat bahwa syibhul „amd (menyerupai sengaja) sama dengan
dalam pembebanan diyat kepada harta pelaku, kecuali dalam hal pembunuhan oleh orang tua
terhadap anaknya yang pada mulanya dilakukan dalam rangka pendidikan dengan pedang
atau tongkat.

5
Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, h. 772.

4
Unsur-unsur pembunuhan menyerupai sengaja ada tiga macam:

1) Adanya perbuatan dari pelaku yang mengakibatkan kematian.


2) Adanya kesengajaan dalam melakukan perbuatan, tetapi tidak adanya niat untuk
membunuh
3) Kematian adalah sbagai akibat dari perbuatan pelaku.

c. Pembunuhan Tersalah

Pembunuhan tersalah atau karena kekeliruan adalah pembunuhan yang tidak


bermaksud dan tidak direncankan terlebih dahulu oleh si pelaku atau tidak sengaja
dilakukan.6 Perbuatan ini terjadi karena kelalaian atau ketidak hati-hatian si pelaku, seperti
penembakan yang dilakukan oleh pemburu terhadap binatang buruan, akan tetapi mengenai
manusia. Demikian pula seorang pengemudi kendaraan bermotor, karena kelalaiannya
menyebabkan terjadinya kecelakaan yang menyebabkan matinya orang lain.

Unsur-unsur dalam pembunuhan tidak sengaja ada tiga macam:

1) Adanya perbuatan yang mengakibatkan matinya korban.


2) Perbuatan tersebut terjadi karena kesalahan (tidak sengaja) pelaku.
3) Antara perbuatan kesalahan dan kematian korban terdapat hubungan sebab akibat.17

Pembunuhan tersalah tidak dikenakan hukuman qishas, tetapi diwajibkan membayar


diyat ringan yang dibebankan kepada ahli warisnya selain bapak dan anaknya serta boleh
ditangguhkan dalam masa tiga tahun.

2. Diyat penganiayaan

Dalam diyat penganoiayaan secara lebih detail, Marsun merinci sebagai berikut:7

a. Mengenai pelukaan pada kepala, yaitu:

1) Mudhihah (luka sampai tulang), diyatnya 5 ekor unta (50 dinar), jika muka menjadi
cacat ditambah setengahnya menjadi 75 dinar.
2) Hasyimah (luka sampai pecah tulang), diyatnya 10 ekor unta (100 dinar).
3) Munaqqilah (luka sampai tulang melesat), diyatnya 15 ekor unta (150 dinar).
4) Mukmumah (luka samapai kulit tengkorak), diyatnya 1/3 diyat.

6
A. djazuli, fiqh jinayat, Jakarta: PT. Raja Grafido Persada, 1977, h. 51.
7
Marsun. Jinayat (Hukum Pidana Islam). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press, 1988, h.86

5
5) Jaifah (pelukaan anggota badan), diyatnya 1/3 diyat.

b. Mengenai menghilangkan anggota badan:

1) Telinga, diyatnya ½ kalau 2 telinga diyatnya penuh.


2) Mata, masing-masing setengah diyat.
3) Kelopak mata, masing-masing ¼ diyat.
4) Hidung, diyat penuh.
5) Bibir, masing-masing setengah diyat.
6) Lidah, satu diyat penuh
7) Gigi asli yang tak berguyah, satu gigi diyatnya lima ekor unta.
8) Rahang, untuk setiap rahang diyatnya setengah diyat.
9) Tangan, untuk setiap tangan setengah diyat. Diperhitungkan dari pergelangan tangan.
Kalau hanya menghilangkan jari, diyatnya 5 ekor unta.
10) Kaki, sama dengan diyat tangan.
11) Putting susu, untuk setiap putting setengah diyat.
12) Dua buah pelir, diyatnya sama dengan putting susu
13) Dua buah pelir, diyatnya sama dengan putting susu. Dzakar, satu diyat penuh.
14) Dua buah pinggul, sama dengan putting susu.
15) Kedua bibir kemaluan wanita, pada salah satunya setengah diyat. 16) Penyanyatan
kulit, satu diyat penuh.

c. Diyat melenyapkan manfaat anggota badan:

1) Akal, diyatnya satu diyat penuh


2) Pendengaran, diyatnya satu diyat penuh.
3) Daya pandangan, pada setiap mata setengah diyat.
4) Penciuman, diyatnya satu diyat penuh.
5) Kemampuan berbicara, diyatnya satu diyat penuh.
6) Lenyapnya suara, diyatnya satu diyat penuh.
7) Lenyapnya perasaan, diyatnya satu diyat penuh.
8) Lenyapnya rasa pengunyahan, diyatnya satu diyat penuh.
9) Lenyapnya kemampuan inzal, wajib satu diyat.
10) Lenyapnya perempuan untuk berketurunan, wajib satu diyat.
11) Lenyapnya kemempuan bersetubuh, wajib satu diyat.

6
12) Rusaknya satu saluran sehingga air mani tidak bias sampai pada Rahim, wajib satu
diyat.
13) Lenyapnya daya gerak tangan sehingga lumpuh wajib satu diyat.
14) Lenyapnya daya berjalan, wajib satu diyat.

D. Jenis-Jenis Diyat
Sebagai bentuk pemberatan dan peringanan pembayaran diyat dibagi menjadi:

1) Diyat mughallaẓah (diyat berat)

Adapun yang dimaksud dengan diyat berat adalah 100 ekor unta, diyat ini
diberlakukan kepada pembunuhan sengaja yang mendapat pengampunan dari wali korban
dan pembunuhan semi sengaja. Komposisi hewan untanya menurut Malikiyah, Syafi‟iyah,
dan Imam Muhammad ibn Hasan (Wahbah Zuhaili,VI,1989: 304), dibagi menjadi tiga yaitu:

(a) 30 ekor unta hiqqah (umur 3-4 tahun)

(b) 30 ekor unta jaża‟ah (umur 4-5 tahun)

(c) 40 ekor unta khalifah (umur 4-5 tahun)

Pendapat ini didasarkan kepada Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan
Abu Dawud dari Amr Ibnu Syu‟aib, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Diat itu adalah tiga
puluh ekor unta jaża‟ah, tiga puluh hiqqah, dan empat puluh khalifah yang didalam perutnya
ada anaknya”. (Al- Kahlani, III : 249)

Sisi pemberatan hukuman diyat pembunuhan sengaja yaitu: pertama, pembayarannya


ditanggung sendiri oleh pelaku pembunuhan, ini sudah menjadi ijma‟ sebagaimana
disampaikan Ibnu Qudamah (1413 : 12-13). Kedua, diwajibkan pembayaran secara kontan.
Ketiga, diperberat dari sisi usia unta.

Pemberatan dalam pembunuhan semi sengaja hanya satu yakni usia dan kadar jumlah
unta sama dengan pembunuhan sengaja. Namun, mendapat keringanan daru dua sisi yaitu:
Pembayarannya dapat dibebankan kepada „Aqilah (keluarga) dan pembayarannya dapat
diangsur dalam waktu tiga tahun. „Aqilah adalah kelompok yang secara bersama- sama
menanggung pembayaran diyat. Mereka adalah kelompok aṣâbah, yaitu semua kerabat laki-
laki dari pihak bapak yang baligh, berakal, dan mampu (Sayid Sabiq, tth, II, 470). Hal
didasarkan ijma‟ sebagaimana dikatakan Ibnu Qudamah, ”Diriwayatkan dari Umar ra. Bahwa

7
keduanya menetapkan diyat kepada al-„aqilah selama tiga tahun dan tidak ada yang
menyelisihi keduanya di zaman mereka sehingga itu menjadi ijma‟ (Qudamah, 1413, XII: 17)

2) Diyat mukhaffafah (diyat yang diperingan)

Diyat ini diwajibkan atas pembunuhan tidak sengaja. Berlawanan dengan diyat
mugalladzah keringanan diyat ini terlihat dalam aspek : pembayaran ditanggung sepenuhnya
oleh pelaku, pembayaran dapat diangsur selama tiga tahun, komposisi umur unta yang
menurut hanafiyah dan hanabilah dibagi menjadi lima kelompok:

(a) 20 ekor unta bintu makhaż ( unta betina umur 1-2 tahun)
(b) 20 ekor unta ibnu makhaż (unta jantan umur 1-2 tahun)
(c) 20 ekor unta bintu labun (unta betina umur 2-3 tahun)
(d) 20 ekor unta hiqqah (umur 3-4 tahun) (e)
(e) 20 ekor unta jaża‟ah (umur 4-5 tahun)

Adapun menurut malikiyah dan syafi‟iyah untuk unta ibnu makhaż diganti ibnu labun
(unta jantan umur 2-3 tahun) (Wahbah Zuhaili, VI, 1989: 306). Jika diperhatikan uraian di
atas maka nampaklah bahwa pengampunan/ pemaafan yang diberikan oleh wali korban
kepada si pelaku sangat besar pengaruhnya, karena dapat menghapus dan menggugurkan
hukuman qiṣâṣh yang telah ditetapkan

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa diyat merupakan uqubah maliyah (hukuman
bersifat harta), yang diserahkan kepada korban apabila ia masih hidup, atau kepada wali
(keluarga) apabila korban sudah meninggal, bukan kepada pemerintah.

Hadits tentang Diyat:

ًَ‫َحذثَىَا َع ْث ُذ انشحْ َم ِه ت ُْه إِت َْشا ِهي َم ان ِّذ َم ْشقِ ُّي َحذثَىَا ْان َىنِي ُذ َحذثَىَا ْاْلَ ْو َصا ِع ُّي َحذثَىِي يَحْ ي‬
‫صهً َّللاُ َعهَ ْي ِه َو َسه َم‬
َ ِ‫ال َسسُى ُل َّللا‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫يش َع ْه أَتِي َسهَ َمحَ َع ْه أَتِي هُ َشي َْشجَ ق‬ ٍ ِ‫ت ُْه أَتِي َكث‬
‫َم ْه قُتِ َم نَهُ قَتِي ٌم فَه َُى تِ َخي ِْش انىظَ َشي ِْه إِما أَ ْن يَ ْقتُ َم َوإِما أَ ْن يُ ْف َذي‬

Telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Ibrahim Ad Dimasyqi], telah


menceritakan kepada kami [Al Walid], telah menceritakan kepada kami [Al 'Auza'i], telah
menceritakan kepadaku [Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah], ia
berkata; Rasulullah bersabda: "Barangsiapa memiliki saudara yang dibunuh, maka
hendaklah memilih yang terbaik di antara dua pilihan: membunuh (qisas) atau menerima
diyat." (H.R Ibnu Majah no. 2614)

Faktor Penyebab dikenakannya hukuman diyat


1. Diyat pembunuhan

2. Diyat Penganiayaan

Jenis-Jenis Diyat
Sebagai bentuk pemberatan dan peringanan pembayaran diyat dibagi menjadi:

1) Diyat mughallaẓah (diyat berat)


2) Diyat mukhaffafah (diyat yang diperingan)

9
DAFTAR PUSTAKA

A. djazuli, fiqh jinayat, Jakarta: PT. Raja Grafido Persada, 1977,

Al-Fauzan ,Saleh, Fiqh Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005,

Al-Husaini Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar, Kifayatul Akhyar, Surabaya: PT Bina Ilmu,
1997

Marsun. Jinayat (Hukum Pidana Islam). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press,
1988,

Qadamah ,Ibnu, al-Mugni, cet. Ke-1 Riyad: Maktabah ar-Riyad alHadisah, t.t ,

Qadir ,Abdul „Audah, At-Tasyri‟ al-jinai al-islami, Juz 1, Kairo: dar al-kitab al-arabi, t.t,

Sabiq ,Sayid, Fiqh As-Sunnah, Juz II, Dar Al-Fikr, Beirut, cetakan II, 1980.

10

Anda mungkin juga menyukai