Anda di halaman 1dari 9

JARIMAH QISAS DAN DIYAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

FIQH JINAYAH
Dosen pengampu: Dr.Ahmad fauzan,S,H.I.,M.H

Disusun oleh:
Kelompok 5
MALA DEWI 2221020295
MANDA CIPTA ANGELINA 2221020296
VARAH AULIA FITRIYANI 2221020365
AHMAD AL AMIN 2221020416

FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI FIQH JINAYAH
-UIN RADEN INTAN LAMPUNG
2023/2024

1
BAB I

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JARIMAH

JarimahYang dimaksud dengan kata-kata "arimah" ialah, larangan- larangan Syara' yang
diancamkan oleh Allah dengan hukuman had atau ta'zir.Larangan-larangan tersebut adakalanya
berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan perbuatan yang
diperintahkang Dengan kata-kata "Syara" pada pengertian tersebut di atas, yang dimaksud ialah
bahwa sesuatu perbuatan baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh Syara'. Juga berbuat atau
tidak berbuat tidak kalangan fuqaha, hukuman biasa disebut dengan kata-kata "ajziyah" dan
mufradnya, "jaza"
Pengertian jarimah tersebut tidak berbeda dengan pengertian tindak-pidana, (peristiwa
pidana, delik) pada hukum-pidana positif.Dengan mengenyampingkan perbedaan pemakaian
kata-kata "jinayah" di kalangan fuqaha, dapatlah kita katakan bahwa kata- kata "jinayah" dalam
istilah fuqaha sama dengan kata-kata "jari- mah".Kata-kata "Jinayah" juga dipakai dalam Kitab
Undang undang Hukum Pidana Republik Persatuan Arab (KUHP RPA), akan tetapi dengan
pengertian yang berbeda dengan pengertian yang berlaku di kalangan fuqaha. Dalam KUHP
RPA, terdapat tiga macam penggolongan tindak pidana, yang didasarkan kepada berat
ringannya hukuman, yaitu "jinayah".

B.PENGERTIAN QISHAS
Qishash berasal dari kata “qaseha” yang artinya dia memutuskan atau diamengikuti jejak
buruannya, dan karenanya ia bermakna sebagai hukum balas(yang adil) atau pembalasan yang
sama atas pembunuhan yang telah dilakukan.Secara etimologis qishash berasal dari kata
mengikuti; menelusuri jejak atau langkah. Hal ini sebagaimana firman Allah: Katanya, “Inilah
yang biasa kami hasilkan.” Lalu ia menelusuri kembali jejak mereka dan menjadi buronan.
Musa berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.”
Kemudian keduanya kembali, menelusuri kembali langkah mereka. (QS. Al-Kahfi (18):
64) Adapun arti qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani, yaitu
mengenakan sebuah tindakan (sanksi hukum) kepada pelaku persis seperti tindakan yang
dilakukan oleh pelaku tersebut (terhadap korban). Sementara itu dalam Al-Mu'jam Al-Wasit,
qishash diartikan dengan menjatuhkan sanksi hukum kepada pelaku tindak pidana sama persis
dengan tindak pidana yang dilakukan, nyawa dengan nyawa dan anggota tubuh dibalas dengan
anggota tubuh.Menurut Kamus Munawwir, secara literal qishash adalah turunan dari kata
gashsha yang berarti menggunting, men- dekati , menceritakan, mengikuti (jejak), dan
membalas.
Adapun menurut istilah sebagaimana menurut Ibnu Manzur di dalam Lisan al-Arab yang
dimaksud qishash adalahSuatu hukuman yang ditetapkan dengan cara mengikuti bentuk tindak
pidana yang dilakukan seperti membunuh dibalas dengan membunuh.Kalau al-Dhahar
mengartikan qishash dengan menghukum pelaku kriminal yang melakukannya dengan sengaja,
seperti pembunuhan, melukai atau memotong anggota tubuh dan semisalnya, dengan
2
hukuman yang sama dengan kriminalnya.

3
A. Macam -macam Qishash
Dalam fiqh jinayah, sanksi qishash ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Qishash karena melakukan jarimah pembunuhan.
2. Qishash karena melakukan jarimah penganiayaan.
Sanksi hukum qishash yang diberlakukan terhadap pelaku pembunuhan sengaja
terencana terdapat dalam firman Allah berikut.

‫ُ ص ِفي ا‬
َ ‫ينه الَّ ِذي َن َ َ منُ ُ ك َ علَ ْي‬
‫ْلَقتَْلى‬ ‫م وا ِت ُك ُم ا ْل ص‬
‫ِق ا‬ ‫َب‬ ‫ا‬

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh. (QS. Al-Baqarah (2): 178)
Ayat ini berisi tentang hukuman qishash bagi pembunuh yang melakukan kejahatannya
secara sengaja dan pihak keluarga korban tidak memaafkan pelaku.Kalau keluarga korban
ternyata memaafkan pelaku, maka sanksi qishash tidak berlaku dan beralih menjadi hukuman
diyat."Dengan demikian, tidak setiap pelaku tindak pidana pembunuhan pasti diancam sanksi
qishash. Segala sesuatunya harus diteliti secara mendalam mengenai motivasi, cara, faktor
pendorong, dan teknis ketika melakukan jarimah pembunuhan ini.Qisas juga diartikan sebagai
keseimbangan dan kesepadaan sehingga kisah dapat diartikan memberikan balasan pada pelaku
kejahatan sesuai dengan kejahatan yang telah diperbuatnya itu.
C. PENGERTIAN DIYAT
Kata diyat secara etimologi berasal dari kata wada-yadi- wadayan-diyatan yang berarti
mengalir. Akan tetapi, jika yang digunakan adalah kata mashdar (diyat) berarti membayar harta
tebusan yang diberikan kepada korban atau walinya de- ngan sebab tindak pidana penganiayaan
(jinayat).Adapun secara terminologi, syariat adalah harta yang wa- jib dibayar dan diberikan
oleh pelaku jinayat kepada korban atau walinya sebagai ganti rugi, disebabkan jinayat yang di-
lakukan oleh si pelaku kepada korban.
3. Dasar hukum Qishash dan Diyat
1. Dasar Hukum Qishash

Para ulama’ dalam hal ini mengambil rujukan untuk menyandarkan hukum qishash.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT antara lain:
Artinya :“
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishashberkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh; orang merdeka dengan orangmerdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan
wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya hendaklah (yang
memaafkan)mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)
membayardiyat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu
adalah suatu keringanan dari tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas
4
sesudah itu, baginya siksa yang sangat pedih.

5
(QS. Al Baqarah: 178)
Dalam ayat ini, islam telah mengurangi kengerian. Pembalasan dendamyang yang berkesumat
dan bahkan lebih. Kesamaan dalam pembalasan ditetapkandengan rasa keadilan yang ketat,
tetapi ini memberikan kesempatan jelas bagi perdamaian dan kemampuan.
Menurut ayat ini bahwa masalah balas bunuh itu ada beberapa macam:
a.Seorang laki-laki merdeka kalau membunuh seorang laki-laki merdeka,
makawajib dia dibunuh .
b.Seorang hamba jika membunuh seorang hamba maka wajib dia dibunuh.
c. Seorang perempuan merdeka jika dia membunuh seorang perempuanmerdeka maka wajib dai
dibunuh.
Seorang hamba jika membunuh seorang merdeka, maka wajib dia dibunuhserta tuannya
wajib memberi diyat kepada waris orang merdeka yangterbunuh itue.Seorang merdeka jika
membunuh seorang hamba, maka wajib dia dibunuhtetapi tuan dari si hamba harus membayar
diyat kepada waris si merdeka yangdibalas bunuh ituf.Seorang perempuan jika membunuh
seorang laki-laki merdeka, maka wajibdia dibunuh serta waris si wanita itu wajib membayar
diyat kepada waris silaki-laki yang terbunuh itu.
Seorang laki-laki merdeka kalau membunuh seorang perempuan, maka diawajib
dibunuh, tetapi waris si perempuan itu wajib memberi diyat kepadawaris si laki-laki yang di
balas bunuh ituBarang siapa mendapatkan sebagian pengampunan dari pihak waris si matimaka
lepas dia dari hukum balas bunuh. Tetapi dia wajib menyerahkan diyatkepada ahli waris si mati.
Karena itu merupakan satu kelonggaran dan rahmat dariAllah. Sehingga jika melanggar batas
(melakukan pembunuhan lagi) makaniscaya akan mendapat siksa yang pedih di akhirat.
“Dan tentang (menjalankan hukuman) qishash itu ada (keselamatan)
nyawa buat kamu, hai orang-orang yang mempunyai fikiran. Supaya kamu
terpelihara (dari pada kejahatan)”
Allah memberikan hukuman yang berat untuk menjaga keselamatan danketentraman
umum. Memang hukuman terhadap orang salah terutama adalahuntuk menakut-nakuti
masyarakat, agar jangan terjadi lagi perbuatan seperti itu.Hal inilah salah satu bukti bahwa
kecintaan dan keadilan Allah dalam mejagaumat manusia agar dapat hidup rukun dan sejahtera.
Sehingga semua hal yangkelihatannya menakutkan bukan berarti itu akan merusak peradaan
manusia.
Dan kami telah tetapkan terhadap mereka didalamnya At Taurat)bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung denganhidung, telinga dengan telinga, gigi
dengan gigi, dan luka-luka pun adaqishashnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qishash)
nya maka melepaskanhak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan
perkaramenurut apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang zalim

” (QS .Al-Maidah:45)Sedangkan hadist nabi yang digunakan sebagai


rujukan sebagai dasarhukum jarimah qishash adalah

6
dari Ibnu Mas’ud ia berkata: telah bersabdarasullulah saw: “tidak halal darah seorang muslim
yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya saya rasullulah,
kecuali dengan salahsatu dari tiga perkara: duda yang berzina(zina muhshan), membunuh jiwa,
dan orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan diri dari jama’ah.” Muttafaqun
alaih.
2. Dasar Hukum Diyat

Untuk dasar hukum dari diyat kita dapat menyimak sebagaimana yang telah difirmankan Allah
dalam surat An Nisa" ayat 92
“dan barang siapa membunuh orang mukmin dengan tiak sengaja,”
maka hendaklah dia memerdekakan seorang hamba yang mukmin (kafarat) serta membayar
denda (diyat) kepada keluarga yang telah terbunuh kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh)
bersedekah." (QS An Nisa ayat 92).

7
BAB II
PENUTUP
A.Kesimpulan

Qishash adalah hukuman atau balasan yang setimpal yang diberikan terhadap suatu tindak
pidana yang dilakukan. Sedangkan diyat adalah pemberian suatu harta dengan ketentuan
tertentu yang diberikan kepada ahli waris dari orang yang dianiaya dengan imbalan qishash
yang ditunda karena alasan yang dibolehkan syariat.
Qishash dalam pembagiannya dapat dibedakan menjadi:
1. Pembunuhan
2. Pembunuhan serupa dengan pembunuhan disengaja
3. Pembunuhan tidak sengaja 4. Pemutungan atau perlukaan tubuh dengan sengaja
5. Pemutungan atau perlukaan tubuh dengan tidak sengaja.
seperti apa yang dilakukannya. Hukuman qishash dapat dilaksanakan apabila syarat-syaratnya
terpenuhi, yaitu; 1. Pelaku pembunuhan harus mukallaf, yaitu baligh dan berakal 2. Korban
harus orang yang yang dilindungi keselamatannya 3. Pelaku dalam kondisi bebas memilih 4.
Korban bukan bagian dari pelaku 5. Pelaku melakukan pembunuhan dengan sengaja 6.
Mayoritas ulama selain Hanafiyah menetapkan bahwa pengorbanan harus sebanding dengan
pelakunya.
Sedangkan pembagian diyat di bagi menjadi dua yaitu:
1. Pola makannya ringan
2. Diyat berat

8
DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnain Lubis & Bakti Ritonga , Dasar – dasar Hukum Acara Jinayah, Perpustakaan Nasional,
Jakarta, 2016
Nurul Irfan & Masyofah , Fiqih Jinayah, Perpustakaan Nasional, Jakarta, 2018
Ahmad Hanafi, Asas- Asas Hukum Pidana Islam, PT. Bulan Bintang, Jakarta 1967
Sudarti,(2021)
Sudarti, S. (2021). Hukum Qishash Diyat: Sebuah Alternatif Hukuman Bagi Pelaku Kejahatan
Pembunuhan Berencana di Indonesia. YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam,
12(1), 35-50.
Kusuma, M., & Diani, R. (2022). Qishash Diyat dalam Hukum Pidana Islam Lebih Mencerminkan
Keadilan dari Sisi Korban. Jurnal Dinamika, 2(2), 45-54.
Sudarti, S. (2021). Hukum Qishash Diyat: Sebuah Alternatif Hukuman Bagi Pelaku Kejahatan
Pembunuhan Berencana di Indonesia. YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam,
12(1), 35-50.

Anda mungkin juga menyukai