Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

Al-Baqarah ayat 178-179

 Ayat dan Terjemahan

Surat Al-baqarah Ayat 178

ِ‫ص ففي‬ ‫صاَ ص‬ ‫ب صع لص لي صك صم ا لل قف ص‬ ‫صيِاَ أص يَيِ صهاَ ا لل فذيِ صن آ صم صنوُا صك تف ص‬


‫ا لل قص لت صلى ا لل صح يَر فباَ لل صح رر صوا لل صع لب صد فباَ لل صع لب فد صوا للص لن ثص ىى‬
‫فباَ للص لن ثص ىى ٰ فص صم لن صع فف صيِ لص هص فم لن أص فخي فه صش ليِ عء صفاَ تر صباَ ع‬
‫ع‬
‫ف فم لن‬ ‫ك تص لخ ففي ع‬ ‫ف صو أص صدا عء إف لص لي فه بف إ ف لح صساَ نن ٍ ىصذ لف ص‬
‫فباَ لل صم لع صرو ف‬
‫ب‬‫ك فص لص هص صع صذا ع‬ ‫صر بر صك لم صو صر لح صم ةع ٍ فص صم فن ا لع تص صد ىى بص لع صد ىصذ لف ص‬
‫أص فلي عم‬
Artinya:

"Hai orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishas berkenaan
dengan orang orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba, wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang
mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik,dan hendaklah (yang diberi maaf)
membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan yang baik (pula).
yang demikian itu adalah suatu keringanan dari tuhan kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu maka baginya siksa
yang amat pedih."
Isi Kandungan :

telah diwajibkan atas kamu berlaku adil dan seimbang di dalam


melaksanakan hukum qishash. tidak seperti yang dilakukan oleh orang
orang yang merasa dirinya kuat terhadap orang orang yang lemah, yaitu
mereka yang menuntut secara berlebihan, karna membunuh seseorang.

Orang yang merdeka dihukum qishash karena telah membunuh


orang yang merdeka, tanpa penundaan atau maksud maksud berbuat
zalim. Jika seseorang yang merdeka melakukan pembunuhan terhadap
orang yang merdeka, maka pelaku pembunuhan itu harus dihukum
qishash, Jika seseorang membunuh hamba lainnya, maka ia sebagai
seorang yang harus dihukum qishash bukan orang lain dari orang yang
merdeka dari kabilah tertentu. Demikian seorang wanita, apabila
melakukan pembunuhan maka ia harus menjalani hukum qishash dan
bukan orang lain sebagai tebusan. Barang siapa yang memberi maaf atas
perbuatan pembunuhan yang dilakukan, maka sekalipun pemberi maaf itu
hanya seorang diantara ahli waris terbunuh, hakim harus memperhatikan
pemberiaan maaf itu, dan gugurlah hukum qisas. Hak memberikan maaf
ini diserahkan sepenuhnya kepada ahli waris terbunuh. Mereka adalah
orang yang merasa kehilangan karena terbunuhnya seorang keluargannya.
berarti mereka kehilangan seorang yang sering memberi pertolongan dan
bantuan kepada mereka. karennanya, siapapun yang membunuh, mereka
berhak menuntut agar pembunuh dihukum serupa, yakni bunuh juga. dan
karena didorong oleh perasaan kekeluargaan, sudah wajar jika mereka
menuntut agar dilakukannya hukum qishash. jika hakim menolak tuntutan
ahli warisnya itu, terkadang sering terjadi penculikan untuk melampiaskan
perasaan dendam, dan akibatnnya, permusuhaan akan semakin meluas.
tetapi jika kata maaf dilontarkan oleh ahli waris, maka fitnah yang
dkhawatirkan itu praktis hilang. dan bagi hakim tidak dibolehkan menolak
pemberiaan maaf kepada pembunuh, jika ternyata keluargannya menuntut
dilaksanakannya hukum qhishash. sebab jika hakim tetap pada prinsipnya
(tanpa memperdulikan usul ahli waris ), maka akan terjadi dendam
berkepanjangan yang tetap membara dikalangan ahli waris terbunuh. Dan
ini mendorong mereka untuk melakukan balas dendam jika memang ada
kemampuan. Sebagai akibatnnya, permusuhan akan bertambah meluas,
dan mereka akan hidup dalam suasana dendam antara yang satu terhadap
lainnya, terjadi kekacauan dan darah mengalir dimana-mana.

mengikuti orang yang memberi maaf itu diwajibkan bagi hakim.


dan hakim juga tidak boleh mempersulit prosedur orang yang melakukan
pembunuhan. Tetapi wajib bagi hakim untuk memintakan diyat dengan
cara yang baik. dan sebaliknnya, pembunuhan tidak dibolehkan
memperlambat atau mengurangi pembayaran diyat, dan harus
melaksanakan pembayaran diyat tersebut secara baik sebagai ganti
perbuatannya. Baik ahli waris terbunuh, dibolehkan juga memberi maaf
kepada pembunuh untuk tidak membayar diyat.

Barang siapa yang melewati batas dan melakukan balas dendam


sesudah memberi maaf terhadap kepada pelakupembunuhan, dan rela
mengambil diyat, maka ia berhak mendapat siksa yang amat pedih dari
Allah kelak di akhirat, dan ketika itu orang lain tidak bisa berbuat apa-apa
kepada yang lainnya. Kemudian Allah menjelaskan tentang hikmah yang
terkandung di dalam pelaksanaan hukum qisas. Sebab didalam
pelaksanaan hukum qisas ini, maka hukum akan disegani dan dihormati
oleh masyarakat lantaran manfaat yang sangat tepat.

Pada dasarnya didalam pelaksanaan hukum qisas ini akan tercipta


suatu kehidupan yang tenang. Dengan sendirinnya masyarakat akan
terpelihara dari berbagai penganiayaan dan permusuhan antara anggota
masyarakat. Hal ini siapapun yang mengetahui bahwa pelaku
pembunuhan juga akan dihukum dengan dibunuh, maka ia tak akan berani
melakukan pembunuhan. Dengan begitu jiwa masyarakat akan terpelihara,
dan orang yang akan melakukan pembunuhan pun akan terpelihara dari
hukum qisas karena tidak jadi melakukan pembunuhan. Disamping itu,
jika yang diberlakukannya hanya hukum diyat, maka tak segan-segan
orang melakukan pembunuhan terahadap orang lain. Karena sebagian
orang yang mampu mengeluarkan harta benda sebanyaknya itu, demi
untuk melenyapkan saingannya.

Hanya membunuh dengan cara qisaslah yang dapat menghapuskan


kejahatan pembunuhan atau paling tidak mengurangi terjadinnya
pembunuhan. Membunuh untuk mengurangi terjadinya pembunuhan atau
menghentikannya, berarti bisa membenarkan permusuhan suatu kabilah
terhadap kabilah yang lainnya dan meperbanyak pertumpahan darah, hal
ini dinilai sebagai balas dendam. Oleh sebab itu maksud kita membunuh
musuh, berarti memberikan kehidupan kepada kita, mengurangi atau
menghentikan (menumpas) pembunuhan terhadap diri kita (sebagai upaya
pembelaan).

Mufrodat

‫ كتب‬- kutiba: diwajibkan dan wajib dilakukan ketika yang berhak


memintanya.

‫ القصاَص‬- Al Qişāş : mengambil ganti rugi yang sama dan setimpal,


secara bahasa berarti adil atau persamaan. Dan dari kata ini, terdapat kata
miqash (gunting), karena kedua sisinya adalah sama dengan yang
diceritakan.

‫ اتباَع باَلمعروف‬- Ittibā' bil-Ma'rūf : meminta diyat (pengganti) dengan cara


yang baik sesuai dengan peraturan,tanpa ada keinginan menganiaya.

‫واداو اليه باَحسناَن‬: Wa adāun ilahi bi ihsānin : menunaikan pembayaran diyat


dengan segera dan dengan cara yang baik, tidak berniat mengulur waktu
dan tidak menghalangi hak.
‫ اعتدى‬- I'tada : membalas dendam terhadap pembunuh sesudah memberi
maaf.

‫ اللباَب‬- Al- Albāb : maknanya ialah beberapa akal. Lafal ‫ ألباَب‬adalah


bentuk jamak dari kata ‫ لب‬terambil dari kata ‫( لب النخلة‬saripati pohon
kurma).

‫ الحر مت‬- Al- Hurumāt : bentuk tunggalnya ‫( حرمة‬Hurumah). Artinya


sesuatu yang harus dihormati dan dilestarikan.

‫ القصاَص‬- Al - Qisās : balasan yang setimpal.

‫ القاَءالشيىء‬- Ilqausy-Syai'i : membuang dengan sengaja. Kemudian


dipakai untuk pengertian membuang secara umum.

Surat Al-Baqarah ayat 179

‫ب لص صع لل صك لم تص تل قص وُ صن‬ ‫ص صح يص اَ ةع يِص اَ أص و لف يِ ا ل ص‬
‫لللل بص اَ ف‬ ‫صو لص صك لم ففيِ ا لل قف ص‬
‫ص اَ ف‬
Artinya :

“ Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.”

Isi Kandungan :

Dan bagimu, hai orang-orang yang berakal sehat, didalam huku


qisas yang telah Kusyari’atkan kepada kamu mengandung kelangsungan
hidup dengan berbagai dimensinnya. Karena barang siapa telah
mengetahui bahwa orang yang melakukan pembunuhan jiwa akan
dibunuh, maka ia akan takut dan jera untuk melakukan pembuuhan.
Dengan demikian, berarti dia telah menjaga nyawanya sendiri juga nyawa
orang yang akan dihabisi nyawanya. Dengan hukum itulah darah-darah
akan terpelihara kehormatannya, jiwa-jiwa akan terlindungi dan
masyarakat akan hidup aman sentosa. Dan melindungi kehidupan dan
kebahagiaan mat manusia baik didunia maupun di akhirat kelak.

 Tafsir Ayat

Allah swt telah memulaikan ummat Muhammad, lalu mensyariatkan untuk


mereka penerimaan diyat (denda) dalam qishash.

Firman Allah SWT :

‫ولكم فيِ القصاَص حياَة‬

Artinya :

“ Dan dalam hukum qishas itu (mengandung kelangsungan) hidup


bagimu”.

Imam Az Azjjaj berkata : " Apabila seseorang mengetahui,


bahwasanya dia membunuh orang lain, maka ia pun akan dibunuh, tentu
dia akan menahan diri untuk tidak melakukan pembunuhan. Maka dalam
hal itu terkandung kelangsungan hidup bagi orang yang ingin membunuh
ataupun bagi calon korbannya. sebab dengan hukuman qishash itulah ia
akan menahan diri.

Ayat ini dapat menjelaskan tentang hikmah hukum qishash dengan


gaya bahasa yang tidak dapat ditandingi dan bahkan terkenal bahwa ini
merupakan ayat Al Qur’an yang paling bobot susunannya, diantara
kehalusan sastranya ialah dijadikan suatu kata berkumpul dengan lawan
katanya, yaitu “kehidupan” dalam “kematian” yang berupa hukum
qishash. Lafal “AL QISHOSH” dalam ayat tersebut dibuat bentuk
“ma’rifat” (definitif) dan lafal “HAYAT” dibentuk “ nakirah” (in dentitaf)
ini tujuannya untuk memberitahukan bahwa didalam jenis ini terdapat
suatu macam kehidupan yang sangat besar artinya sehingga sulit
diungkapkan. Demikian itu karena dengan mengetahuinnya, orang yang
akan melakukan pembunuhan merasa takut untuk melaksanakan niat
jahatnya, sehingga hal ini menyebabkan adanya kelangsungan hidup
manusia

Jika ditinjau dari segi ijaznya, ayat ini telah mencapai tingkatan
kemu’jizatan yang amat tinggi. Dan telah masyhur adanya ungkapan yang
semakna dengan ayat itu yang diucapkan oleh sebagian orang arab, yang
dimna mereka justru mengagumi segi kesusasteraan dan singkat padatnya.
Dan mereka menduga bahwa kemampuan manusia tidak akan dapat
menjangkaunya, yaitu ucapan mereka :

(‫)القتل أنفى للقتل‬

Artinya :

“ Pembunuhan itu lebih dapat meniadakan pembunuhan”.

Mereka sangat terpikat dengan ungkapan ini dan mengira bahwa ungkapan
seperi ini adalah sebagai puncak yang dapat dicapai dalam
mengemukakan suatu keterangan. Dan mereka telah sepakat untuk
menetapkan bahwasannya kata-kata :

(‫)القتل أنفى للقتل‬

inilah yang lebih berbobot nilainnya dari pada ungkapan-ungkapan lain


secara mutlak. Al Imam Fakhrur Razi berkata: “ Perbedaan antara
susunan ayat yang mulia ini dengan perkataan Orang Aran dapat ditinjau
dari beberapa sisi:

Pertama, bahwasanya susunan ayat yang mulia ( ‫“فى القصاَص حياَة‬.”)

keadaanya lebih singkat dari pada perkataan mereka (‫)”“القتل أنفى للقتل‬
sebab jumlah hurufnya lebih sedikit. Kedua, bahwasanya perkataan

mereka ( ‫ )القتل أنفى للقتل‬ini segi lahirnya menunjukan wujudnya sesuatu itu
sebagai faktor yang meniadakan diri sendiri, sedangkan hal ini mutahil
terjadi. Ketiga, bahwa dalam perkataan mereka itu terdapat pengulangan
kata AL QATL ( ‫ ) القتل‬sedang dalam susunan ayat Al Qur’an tersebut tidak
ada pengulangan seperti itu. Keempat, bahwasanya perkataan mereka
tidaklah berfaedah melainkan hanya menakut-nakuti orang agar tidak
melakukan pembunuhan, sedangkan susunan ayat Al Qur’an keadaanya
lebih berfaedah lebih komplit lagi, yaitu disamping menakut-nakuti
melakukan pembunuhan juga sekaligus melukai. Kelima, bahwasannya
pembunuhan secara aniaya adalah justru merupakan pembunuhan dan
tidaklah meniadakan pembunuhan, bahkan hal itu merupakan sebab utama
yang mengakibatkan tambahnya pembunuhan. Maka secara lahir bahwa
mereka itu batil. Dan dengan demikian itulah, nampak jelas perbedaan
antara susunan ayat Al Qur’an dan perkataan orang Arab tersebut”.)

 Asbabun Nuzul

Telah diriwayatkan dalam kaitannya dengan latar belakang turunnya ayat


ini, dari Qatadah, bahwasannya kaum jahiliyah telh terbiasa melakukan
kejahatan dan menuruti bujukan syetan. Apabila ada suatu suku yang
mempunyai kekuatan, maka hamba mereka berusaha membunuh hamba
lainnya. Mereka berkata : Kami tidak akan membunuh kecuali yang
merdeka, dengan menampakan sikap sombong mereka atas yang lain.
Apabila seorang wanita diantara mereka telah berhasil membunuh seorang
wanita dari suku lain, maka mereka mengatakan : Kami tidak akan
membalas (membunuh) kecuali seorang laki-laki. Maka Allah SWT.
Menurunkan ayat ini :

(‫)الحر باَ لحر والعبد باَلعبد ولنثى باَلنثى‬


Artinya :

“ Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan


wanita dengan wanita “.)

Dan telah diriwayatkan dari Said ibn Jubair, bahwasanya ada dua
suku dari bangsa Arab saling bunuh membunuh di zaman Jahiliyah yang
tidak jauh dari kedatangan Islam. Maka timbulah dikalangan mereka
pembunuhan dan saling melukai, sehingga terbunulah para hamba dan
kaum wanita diantara mereka, belum sampai sebagian mereka berhasil
membalas sebagian lainnya, mereka sudah masuk Islam. Kemudian salah
satu dua suku tersebut menunjukan kesombongannya terhadap suku
lainnya, terutama dalam persediaan hidup dan harta bendannya. Maka
bersumpahlah mereka untuk tidak rela kalau belum berhasil membalas
bunuh orang merdeka karena membunuh hamba mereka, dan membalas
bunuh orang laki-laki dari mereka karena membunuh seorang wanita
mereka. Maka turunlah ayat tentang ikhwal mereka :

(‫ يِآ ايِهاَالذيِن أمنوُا كتب عليكم القصاَص فى القتلى‬.........‫)اليِة‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu


qishash berkenaan dengan orang-orang yang terbunuh .... dan
seterusnya”.)

I’rab
Jumhur dalam menguatkan madzhabnya mengemukakan dalil-dalil dari Al
Kitab, As Sunnah dan rasio (akal).

~ Adapun dalil dari Al Kitab ialah firman Allah Swt :

(‫)كتب عليكم القصاَص فى القتلى‬

Dalam ayat ini Allah swt. Telah mewajibkan adanya 'persamaan'


(musawah), kemudian Ia menerangkan persamaan ini firman-Nya :
(‫)الحر باَلحر والعبد باَلعبدوالنثى باَ ل نثى‬

Artinya : " Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba
dan wanita dengan wanita".

Jadi orang merdeka persamaannya dengan orang merdeka, hamba


persamaannya dengan hamba dan wanita persamaannya juga dengan
wanita. Seolah-olah Ia berfirman : "Bunuhlah sipembunuh itu apabila ia
setaraf dengan yang dibunuh".

Jumhur juga mengatakan,bahwa tidaklah ada persamaan antara orang


merdeka dan hamba, maka ia (orang merdeka) tidak dihukum bunuh sebab
membunuh hamba. Demikian pula tidak ada persamaan antara orang
muslim dan orang kafir, maka ia ( orang muslim) tidak dihukum bunuh
sebab membunuh orang kafir.

- Adapun argumentasi dari As Sunnah adalah adalah sebuah hadits yang


diriwayatkan Al Bukhari dari Ali Karramallahu wajhah, bahwa Rasul saw.
Bersabda :

( ‫)ﻻيِقتل مسلم بكاَفر‬

Artinya : " Tidak boleh dibunuh seorang muslim sebab membunuh orang
kafir".

- Sedangkan dalil dari akal (ma'qul) ialah bahwa mereka berkata,


sesungguhnya hamba itu laksana barang barang dagangan disebabkan sifat
kehambaannya yang termasuk pengaruh-pengaruh kekufuran, sedangkan
orang kafir adalah bagaikan bintang akibat kekufurannya yang keterlaluan.
Allah swt. Telah berfirman :

( ‫)إن شرالدواب عند ا الذ يِن كفر و افهمﻻيِوُمنوُن‬


(‫ النفاَل‬:٥٥)

Artinya : " sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk dalam


pandangan Allah adalah orang-orang yang kafir, karena mereka tidak
beriman". ( QS. Al Anfal,ayat 55)

Surat Al-Ma’idah Ayat 48:

Ayat dan Terjemahan

Surat Al- Maidah ayat 48


ً‫بنن ِ هوممنههنيينممنننننا‬ ‫ينن ِ ينهدنيينمهنن ِ ممنننن ِالينمكنتنهناً م‬ ‫ن‬ ‫ناً ِب‬ ‫ن‬
‫م‬ ‫وأهننَينزلينننناً ِإمنلهنينكنن ِا لينمكنتنناًبنن ِ بنمناًيلن ندقنن ِ منصندد نقننناً ِ لم‬
‫ن‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه هه ي ه ه ه ه م ه‬
‫هعنلهنيينمهنن ِ ِ فنهناً يحنمكنيمنن ِبهن ينينننه نمهنيمنن ِمبنهناً ِ أهننَينهزهلنن ِال لنهنمن ِ ِهوهلنن ِتهنتلنبمنيعنن ِأهنيهنهوا ءهنمهنيمنن ِ هعنلمنناً ِ هجنناًءهنهكنن ِ ممنهنن‬
‫ايلنه ندقنن ِ ٰ ِلمنمكنللنن ِ هجنهعنيلنننهناً ِ ممنيننمكنيمنن ِمشنيرهعنةننن ِ هوممنين نههنناً نجنناً ِ ٰ ِهولهيونن ِ هشنناً ءنهن ِال لنهنمن ِ هلنهنهعنلهنمكنيمنن ِأنملم نةنن‬
‫تنن ِ ٰ ِ إمنهلنن ِال لنمهنن ِ همنيرمجنعمنمكنيمن‬ ‫وامحنهدننةنن ِوللهنمكنننن ِلمنيننب نلمنومكنمنن ِمفنن ِ منناً ِآتنهناًمكنمنن ِ ِ فنهناًسنتنبمنمقنوا ِا يلنني نرا م‬
‫هي ه‬ ‫ي يه‬ ‫ه ي هي ه ي ه‬ ‫ه‬
‫جنني نعنناً ِ فهننيم ننهنبدنئمنمكنيمنن ِمبنهناً ِمكنيننتمنيمنن ِ فنمني مهنن ِ هتين نتهنلمنمفننونه‬
‫هم‬

Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi


wa muhaiminan 'alaihi faḥkum bainahum bimā anzalallāhu wa lā tattabi'
ahwā`ahum 'ammā jā`aka minal-ḥaqq, likullin ja'alnā mingkum syir'ataw wa min-
hājā, walau syā`allāhu laja'alakum ummataw wāḥidataw wa lākil liyabluwakum fī
mā ātākum fastabiqul-khairāt, ilallāhi marji'ukum jamī'an fa yunabbi`ukum bimā
kuntum fīhi takhtalifụn

Artinya:
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.

Kandungan Surat Al Maidah ayat 48


Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Maidah ayat 48:
Al Quran diturunkan Allah, merupakan kitab yang benar, tiada keraguan di
dalamnya. Ia membenarkan kitab-kitab sebelumnya sekaligus menjadi hakim
atas kitab-kitab itu. Sebab kitab-kitab sebelum Al Quran sudah tidak otentik
lagi karena diubah oleh manusia.
Al Quran adalah pegangan hidup. Ia harus menjadi pedoman dalam memutuskan
segala sesuatu.
Setiap umat memiliki syariat dan hukum sendiri-sendiri sesuai dengan zaman dan
kondisi hidup mereka saat itu. Namun secara aqidah dan pokok agama
semuanya sama yakni bertauhid kepada Allah.
Allah menjadikan umat manusia beragam untuk menguji mereka dan memberi
kesempatan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Semua manusia akan kembali kepada Allah dan mendapatkan balasan atas apa
yang mereka yakini dan apa yang mereka kerjakan di dunia.
Ayat ini merupakan ayat yang memotivasi untuk berlomba-lomba dalam
kebaikan. Fastabiqul khairat.

Asbabun nuzul

adapun asbabun nuzul surat al-maidah ayat 48 adalah karena banyaknya


penyelewengan" dari ajaran rosul sebelum nabi muhammad , dan
disembunyikannya atau tidak disampaikannya kebenaran dari ajaran rosul
sebelum nabi muhammad , dan mereka ganti dengan ajaran yg sesuai dengan hati
mereka , karena alasan itulah surat al-maidah ayat 48 ini diturunkan , untuk
menjelaskan bahwa al-qur'an juga menjelaskan ajaran" terdahulu yg
disembunyikan dan menyempurnakannya serta menjaga keasliannya

Mufradat Al – Maidah ayat 48


‫اللفكصتاَ ص‬
‫ب‬ ‫إفلصلي ص‬
‫ك‬ َ‫صوصأنصزللصنا‬
dan Kami telah
Kitab kepadamu menurunkan
َ‫لرصما‬ َ‫صردققا‬
‫صم ص‬ ‫فباَللصح ر‬
‫ق‬
terhadap apa yang membenarkan dengan kebenaran
‫فمصن‬ ‫يِصصدليِفه‬ ‫بصليصن‬
dari dua tangan/sebelumnya antara
‫صعلصلي ٰفه‬ َ‫صوصمهصليفمقنا‬ ‫اللفكصتاَ ف‬
‫ب‬
atasnya dan yang menjaga Kitab
َ‫بفصما‬ ‫بصلينصصهم‬ ‫صفاَلحصكم‬
dengan/menurut
apa diantara mereka maka putuskanlah
‫صوصﻻ‬ ‫ل‬
‫اص‬ ‫صأنصزصل‬
dan janganlah Allah menurunkan
َ‫صعلما‬ ‫أصلهصوُاصءهصلم‬ ‫تصتلبفلع‬
dari apa hawa nafsu mereka kamu mengikuti
‫اللصح ٰ ر‬
‫ق‬ ‫فمصن‬ ‫ك‬
‫صجاَصء ص‬
telah datang
kebenaran dari kepadamu
‫فمنصكلم‬ َ‫صجصعللصنا‬ ‫لفصكلل‬
bagi tiap-tiap
diantara kamu Kami telah menjadikan ummat
ُ‫صولصلو‬ َ‫صوفملنصهاَقج ٰا‬ ‫فشلرصعةق‬
dan sekiranya dan jalan yang terang peraturan
‫لصصجصعلصصكلم‬ ‫ل‬
‫اص‬ ‫صشاَصء‬
niscaya Dia
menjadikan kamu Allah menghendaki
‫صو ىلصفكن‬ ‫صوافحصدةق‬ ‫أصلمةق‬
akan tetapi yang satu ummat
َ‫صما‬ ِ‫ففي‬ ‫لريصلبلصصوُصكلم‬
Dia hendak
apa dalam/terhadap menguji kamu
‫اللصخليصرا ٰ ف‬
‫ت‬ ‫صفاَلستصبفصقوُا‬ ‫آصتاَصكلم‬
maka berlomba- Dia berikan
kebajikan lombalah kepadamu
‫صملرفجصعصكلم‬ ‫ل‬
‫اف‬ ‫إفصلى‬
tempat kembalimu Allah kepada
َ‫بفصما‬ ‫فصيصنصبرئصصكم‬ َ‫صجفميقعا‬
lalu Dia
dengan/tentang memberitahukan
apa padamu semua
‫تصلختصلفصفوُصن‬ ‫ففيفه‬ ‫صكنتصلم‬
kamu
perselisihkan di dalamnya kalian adala
Tafsir Ayat Hukum Pidana Islam

Menafsirkan Ayat Tentang Qishash


Surat Al Baqarah ayat 178-179 Dan Surat Al-Maidah ayat 48

Dosen pengampu :

Bapak Drs.H.M.Faishol Munif,M.Hum

Disusun oleh :

1. An-nisa ayu nur R(C93218066)


2. Ardi rahmat allansyah(C93218068)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt atas segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “sejarah
perkembangan hadist”
Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada Bapak Drs.H.M.Faishol
Munif,M.Hum Selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir ayat hukum pidana islam
yang selalu membimbing kami tanpa pernah lelah dan letih sedikitpun. Juga tak
terlupakan kapada teman-teman semuanya yang telah membantu dengan masukan-
masukan dan menyemangati sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
sangat jauh sekali dari kata sempurna. Oleh karena itu kami meminta maaf atas ketidak
sempurnaan dalam penulisan ini. Oleh karena “tidak ada gading yang tak retak dan tidak
ada pula bunga yang tak layu, serta kesempurnaan itu hanyalah milik Allah Swt”
sekiranya ada kritik dan saran untuk perbaikan tulisan ini, sangat kami harapkan sehingga
penulisan makalah ini bisa disajikan dengan sempurna.
Harapan kami mudah-mudahan makalah yang telah kami buat ini bisa
memberikan maanfaat untuk kami khususnya dan untuk pembaca sekalian pada
umumnya.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai