Anda di halaman 1dari 8

Hadis Ahkam Jinayah

Qishash Dan Diyat


Di

Oleh :

AFDZAL KAUTSAR

180104038

Hukum Pidana Islam

Prodi Hukum Pidana Islam


Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kesehatan dan kekuatan serta kesempatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan baik yang berjudul “Qishash Dan Diyat”. Selanjutnya shalawat dan salam
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan bagi
semua insan manusia disetiap segi kehidupan, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan. Pengarahan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, melalui tulisan ini penulis
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Saifuddin S.Ag, M.Ag,. sebagai
dosen yang sudah memberikan tugas dan membimbingnya dengan baik. Semoga Allah
membalas semua kebaikan dengan pahala yang setimpal.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa terlalu banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan makalah ini. Maka oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
demi kebaikan makalah ini.

Sigli, 24 November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Qisas dan diyat merupakan salah satu aturan dalam syari’at Islam mengenai hukum
pidana dan berlaku bagi tindak pidana-tindak pidana yang berkaitan dengan pembunuhan dan
penganiayaan. Qisas yang berasal dari bahasa Arab al-qisās bermakna an yaf’ala bil-fā’il mi£la
mā fa’ala yang berarti melakukan seperti apa yang telah dilakukan pelakunya. Sedangkan diyat
yang berasal dari bahasa Arab ad-diyat (singular) atau diyāt (plural) adalah bentuk ma¡dar
(bentuk jadian) dari wadā yang berarti mā yu’ta in al-māl badala an-nafs al-qatīl (harta yang
diberikan sebagai ganti dari jiwa yang terbunuh). Bentuk asli dari ad-diyat adalah al-wad. Huruf
ta’ digunakan sebagai ganti dari huruf wau yang dibuang sebagaimana dalam kata ‘iddat.
Dalam beberapa segi, aturan mengenai qisas-diyat ini mempunyai beberapa keunikan
tersendiri yang tidak dimiliki oleh aturan-aturan jarimah lain, seperti dalam hudud maupun ta'zir.
Keunikan-keunikan itu antara lain adalah, pertama, posisi qisas-diyat dalam hukum pidana Islam.
Dalam literatur-literatur fiqh disebutkan bahwa aturan mengenai qisas-diyat ini tidak termasuk
ke dalam pembahasan mengenai hudud, namun berdiri sendiri sebagai cabang dari jinayat
(hukum pidana Islam).
Kedua, aturan-aturan mengenai qisas-diyat dalam al-Qur’an lebih banyak dari pada
aturan-aturan jarimah yang lain. Paling tidak ada lima ayat al-Qur’an yang membahas mengenai
qisas-diyat ini. Ketiga, sanksi pidana bagi jarimah qisas-diyat lebih komprehensif dan
menyediakan berbagai macam alternatif pidana bagi pelakunya. Pidana dengan berbagai
alternatif ini tidak dikenal dalam bentuk jarimah-jarimah yang lain, khususnya dalam jarimah
hudud.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan hadist tentang Qishash ?
2. Pengertian dan hadist tentang Diyat ?
C. Tujuan
1.      Memberikan penjelasan secara rinci tentang Qishash
2.      Memberikan penjelasan secara rinci tentang Diyat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Qishash
1. Pengertian Qishash
Qisas dari segi bahasa mempunyai beberapa makna. Ada kalanya berarti “mengikut”
seperti yang terdapat surah Al-Qasas ayat 11 :
ِّ ُ‫ت اِل ُ ْختِ ِه ق‬
‫ص ْي ِه‬ ْ َ‫َوقَال‬
“dan (ibu Musa berkata) kepada saudara perempuan Musa. ikutlah dia”
dan dalam surah Al-Kahfi ayat 64
ً ‫صصا‬ ِ َ‫فَارْ تَ َّدا َعلَى اَث‬
َ َ‫ار ِه َماق‬
“Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula”
Secara istilah qisas adalah suatu hukuman terhadap tindak kejahatan dengan hukuman
atau balasan setimpal. Sedangkan menurut istilah syara’ adalah kesamaan akibat yang
ditimpakan kepada pelaku tindak pidana yang melakukan pembunuhan atau penganiayaan
terhadap korban.
Berdasarkan berbagai macam pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa qisas
adalah hukuman yang diberlakukan terhadap pelaku kejahatan yang berupa pembunuhan dan
penganiayaan dengan cara mengikut terhadap tindakan kejahatan yang dilakukan, atau dengan
kata lain balasan setimpal. Misalnya seseorang melakukan tindak kejahatan dengan sengaja
mencederai jari kelingking kiri seseorang hingga putus, maka hukuman secara qisas terhadap
orang yang melakukan tindak kejahatan tersebut adalah dengan cara dipotong pula jari
kelingking kirinya.
Qisas adalah hukuman pokok bagi tindak pidana yang objek (sasarannya) adalah jiwa atau
anggota badan yang dilakukan dengan sengaja, seperti membunuh, melukai, menghilangkan
anggota badan.
Pembunuhan sengaja adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan
menghilangkan nyawa korban baik secara langsung maupun tidak langsung. Penganiayaan
sengaja adalah tindakan yang dilakukan terhadap anggota badan yang menyebabkan luka,
hilangnya anggota badan, ataupun hilangnya fungsi dari anggota badan.
2. Hadist tentang Qishash

ُ‫ َو َمنْ َجدَع َع ْب َده‬،ُ‫ " َمنْ قَتَ َل َع ْب َدهُ قَتَ ْلنَاه‬:‫سلّم‬ َ ‫صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫ قا َل َر‬:‫س ُم َرةَ َرض َي هَّللا ُ تَ َعالَى َع ْنهُ قا َل‬ َ ْ‫َوعَن‬
‫ َوفي‬،ُ‫اع ِه ِم ْنه‬ِ ‫س َم‬َ ‫اختُلِفَ في‬ ْ ‫س ُم َرةَ َوقَ ْد‬ َ ْ‫ي عَن‬ ِّ ‫صر‬ ْ َ‫س ِن ا ْلب‬ َ ‫الح‬
َ ‫ي َو ُه َو من رواية‬ ّ ‫َج َد ْعنَاهُ" َر َواهُ أَ ْح َم ُد واألَ ْربَ َعةُ َو َح‬
ُّ ‫سنَهُ الت ِّْر ِم ِذ‬
‫ص ّح َح ا ْل َحا ِك ُم َه ِذ ِه ال َّزيَادَة‬َ ‫ص ْينَاهُ" َو‬
َ ‫ " َو َمنْ َخصى َع ْب َدهُ َخ‬:‫سائ ِّي بزيَا َد ِة‬ َ ّ‫ر َواي ِة أبي دَاو َد والن‬

Artinya: “ Dari Samurah Ra, bahwa Rasulullah Sawa bersabda : “ Barangsiapa membunuh
hambanya akan kami akan membunuhnya dan barangsiapa memotong hidung hambanya kami
akan memotong hidungnya.” Hadis riwayat Hasan Bashri dari Samurah, namun masih
dipertentangkan Hasan Bashri mendengarnya dan Samurah. Dalam riwayat Abu Dawud dan
Nasa’i ada tambahan: “ Dan barangsiapa mengebiri hambanya kami akan mengebirinya.”

 Penjelasan dari Hadist diatas

Hadis tersebut menjelaskan mewajibkan Qishas tetapi dalam pembunuhan dengan


sengaja atau yang menghilangkan anggota badan seperti hidungnya atau mengebirinya dengan
sengaja. Berlakunya qishas tuan atau budaknya, pernyataan tersebut menjadi ikhtilat para ulama
apakah tuan atau budak di qishas karena membunuh hamba sahayanya, atau budak karena
membunuh anaknya, dilihat dari keumuman mengenai Qishas.

 Pendapat Ulama dari Hadist diatas

Menurut Abu Hanifah apabila tuannya yang melakukan maka tidak akan di qishas baik
dia membunuh maupun melukai. Menurut Hasan ‘Ani bahwa hadis diatas tidak dikatakan
dengan hujjah karena hadis diatas dhaif, oleh karena itu ayat Al-Quran lebih diutamakan. Imam
mazhab yang tiga berpendapat selain Abu Hanifah bahwa maka seseorang tuan tidak di qishas
apabila menghilangkan nyawa atau melukai budaknya karena ini menggunakan dalil dalam Al-
Quran surah Al-Baqarah ayata 178, “ Yang mereka dengan merdeka, budak dengan budak, laki-
laki dengan laki....”, itu menjadi acuan tidak diqishas.
B. Diyat
1. Pengertian Diyat
Diyat adalah suatu harta yang wajib dibayar sebab telah melakukan tindak pidana yang
menyebabkan kematian, luka, ataupun hilangnya fungsi anggota badan. Diyat merupakan
hukuman pokok bagi tindak pidana berupa pembunuhan seperti disengaja, tidak disengaja,
pelukaan, dan penghilangan fungsi anggota badan. Diyat juga merupakan hukuman pengganti
dari qisas yang di maafkan.
2. Hadist Tentang Diyat

‫َم ْن قُتِ َل لَهُ قَتِ ْي ٌل فَهُ َو بِ َخي ِْر النَّظَ َر ْي ِن ِإ َّما أَ ْن يُ ْفدَى َوإِ َّما أَ ْن يُ ْقتَل‬

Artinya : “Barang siapa keluarganya terbunuh maka ia bisa memilih dua pilihan, bisa
memilih diyat dan bisa juga memilih pelakunya dibunuh (qishas).” (HR Al-Jamaah)

 Penjelasan tentang Hadist diatas

Orang yang telah terbukti secara sah menurut hukum membunuh orang Mukmin, secara
tidak di sengaja atau mirip sengaja. Namun, apabila ahli waris korban merelakan diyat tersebut,
terhukum dan keluarganya tidak wajib membayar diyat tersebut. Orang yang telah terbukti
secara sah menurut hukum membunuh kafir dzimmi (orang kafir yang mengadakan perjanjian
untuk tidak saling memerangi dengan orang Islam). Orang yang dijatuhi hukuman karena
qishâsh (pembunuhan atau pelukaan dengan sengaja),tetapi dimaafkan oleh ahli waris korban.

Akan tetapi, diyat ketiga jenis pembunuhan ini berbeda dari sisi ringan dan beratnya
diyat. Diyat pembunuhan sengaja diperberat dari tiga sisi dan diyat pembunuhan mirip sengaja
diperberat dari satu sisi dan mendapat keringanan dari dua sisi. Sedangkan diyat pembunuhan
tidak sengaja mendapat keringanan dari tiga sisi sekaligus.

 Pendapat Ulama tentang Hadist diatas

Manyoritas ulama sependapat mengenai diyat untuk seorang mukmin yang apabila
keluarga dari si Muslim tidak meminta si pembunuh untuk di qishas boleh digantikan dengan
diyat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Qisas adalah hukuman yang diberlakukan terhadap pelaku kejahatan yang berupa
pembunuhan dan penganiayaan dengan cara mengikut terhadap tindakan kejahatan yang
dilakukan, atau dengan kata lain balasan setimpal. Misalnya seseorang melakukan tindak
kejahatan dengan sengaja mencederai jari kelingking kiri seseorang hingga putus, maka
hukuman secara qisas terhadap orang yang melakukan yindak kejahatan tersebut adalah dengan
cara dipotong pula jari kelingking kirinya.

Qisas adalah hukuman pokok bagi tindak pidana yang objek (sasarannya) adalah jiwa
atau anggota badan yang dilakukan dengan sengaja, seperti membunuh, melukai, menghilangkan
anggota badan.

Diyat adalah suatu harta yang wajib dibayar sebab telah melakukan tindak pidana yang
menyebabkan kematian, luka, ataupun hilangnya fungsi anggota badan.[14] Diyat merupakan
hukuman pokok bagi tindak pidana berupa pembunuhan seperti disengaja, tidak disengaja,
pelukaan, dan penghilangan fungsi anggota badan. Diyat juga merupakan hukuman pengganti
dari qisas yang di maafkan
Daftar Pustaka

Ahmad Bahiej, Memahami Keadilan Hukum Tuhan dalam Qisas dan Diyat, Yogyakarta, 2008.

Abdul Azis Ahmad dkk, Robbani, Jakarta: PT Surprise, 2013.

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh.

Haliman, Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Ajaran Ahlus Sunnah, h. 372-374

H.A.Jazuli, Hukum Pidana Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Asy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazali, Terjemah Fat-hul Qarib, Surabaya: Al-Hidayah,
1992.

Anda mungkin juga menyukai