Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

UNDANG UNDANG MAHAR DI NEGARA FILIPINA

Untuk memenuhi Tugas :

Undang Undang Perkawinan di Negara Muslim

DOSEN PENGAMPU :

H. RIFANTO BIN RIDWAN, P.hd

PENYUSUN :

Ainalmardhiaturrahman (19801002)

Sudirman (198010

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mahar adalah salah satu rukun dalam sahnya sebuah pernikahan islam. Mahar
menjadi hak milik pengantin wanita sebagai wujud kemuliaan dan penghargaan dari
pengantin pria. Dalam sejarah hokum islam, jenis dan jumlah mahar tidak pernah
dibakukan. Mahar terus berubah dan terpolakan secara sosial-kultural-ekonomi1.
Namun saat ini makna mahar mengalami pergeseran makna berupa hadiah untuk para
wali pengantin wanita sebagai sebuah kompensasi karena telah hilangnya salah satu
anggota keluarga.
Sebagian kalangan berasumsi bahwa mahar merupakan harga yang wajib
dibayar pengantin pria untuk memperoleh hak hak istimewa terhadap istrinya. Tentu
hal ini merupakan fenomena keagamaan yang keliru dikarenakan asumsi ini
berimplikasi sangat negative terhadap kelangsungan kehidupan keluarga2.
Pada komunitas tertentu, mahar telah menjadi ekspresi kelas sosial atau
penegasan nobilitas suatu keluarga. Hingga kini dalam adat budaya masyarakat Jawa,
orang tua sering menggunakan pranata mahar untuk revalidasi status sosialnya pada
public. Untuk tujuan hal itu, para orang tua harus merayakan pernikahan anak
gadisnya secara meriah dn tak jarang biaya mahal tersebut dibebankan kepada calon
mempelai laki laki dalam bentuk mahar dalam pemaknaan adat setempat3.
Dari pergeseran makna diatas sangat berkaitan dengan makalah yang akan
ditulis pemakalah tentang Mahar di Negara Filipina dan perbandingannya dengan adat
budaya mahar di Negara Indonesia pada umumnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari Mahar?
2. Bagaimana adat budaya mahar di Negara Filipina?
3. Apakah perbandingan budaya mahar di Negara Filipina dan Negara Indonesia?

1
Noryamin Aini, Tradisi Mahar di Ranah Lokalitas Umat Islam, Jurnal Ahkam Vol. XIV No.1,
Januari, 2014, hlm. 13
2
Halimah B, Konsep Mahar dalam Tafsir Kontemporer, Jurnal Al-Daulah Vol. 6 No.2, Desember,
2017, hlm. 311
3
Noryamin Aini, op.cit, hlm. 14
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAHAR

Secara bahasa mahar )ٌ‫ ( َم ْهر‬merupakan mufrad (tunggal) dari jamaknya yakni
ٌُ َ‫(الصد‬
muhuurunٌ)ٌ‫ ٌ( ُم ُه ْور‬atau disebut juga ash-shidaaqu )‫اق‬ ِّ yang berarti maskawin4.
Mahar secara etimologi artinya maskawin. Secara terminology, mahar adalah
pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri baik dalam bentuk benda atau jasa
sebagai salah satu syarat sah nya sebuah pernikahan5.
Demikian juga dalam istilah Arab mahar lebih dikenal dengan nama ash-shadaq
yang berasal dari kata ash-shidq, untuk menunjukkan ungkapan kejujuran perasaan
betapa kuatnya cinta (keinginan) sang suami terhadap istri. Kata mahar ini mempunyai
delapan nama yakni : sadaaq, mahr, nihlah, fariidhah, hibah, ajr, ‘uqr dan ‘alaaiq.
Beberapa nama tersebut menunjukkan pemberian khusus dari suami terhadap istri
sebagaimana dalam bahasa Indonesia disebut maskawin6.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mahar adalah pemberian wajib berupa
uang atau barang dari mempelai laki laki kepada mempelai perempuan ketika
dilangsungkan akad nikah7.
Pada zaman jahiliyah pranata mahar sudah dilaksanakan, akan tetapi mahar
dianggap seperti transaksi jual beli. Calon suami sebagai pembeli dan ayah perempuan
sebagai penjual. Mahar dijadikannya sebagai alat bayar atas imbalan tugas menjaga dan
membesarkan perempuan. Namun setelah alquran turun, Nabi Muhammad SAW
mengubah tradisi mahar pada kaum jahiliyah yang menjadikan wanita sebagai komoditi
menjadi obyek penerima mahar karena Allah menjelaskan dalam kalamNya bahwa
mahar adalah hak wanita8. Mahar dijelaskan dalam Alquran sebagai shoduqat yang
artinya pemberian penuh kerelaan kepada perempuan sebagaimana dijelaskan dalam Q.S
Annisa : 4

4
Ahmad Warson Munawir, Al-munawir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressip,
1997), 1363
5
Abd. Kohar, Kedudukan dan Hikmah Mahar dalam Perkawinan, IAIN Raden Intan Lampung, hlm.
43
6
Muhammad Luqman Hakim, Konsep Mahar Dalam Al-Qur’an dan Relevansinya dengan Kompilasi
Hukum Islam, Skripsi dalam jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2018, hlm. 8
7
Ibid, hlm. 16
8
Halimah B, op.cit, hlm. 311
ٌٌ‫يءٌ ٌ ٌِّمٌْن ٌهُ ٌنٌَْفسٌا ٌٌفَ ٌُكٌلُ ٌْوهُ ٌ ٌَهنٌٌِّْيئٌا ٌ ٌَم ٌِّرٌْيئا‬
ٌْ ‫ش‬ ٌَ ٌ ‫طٌْبنٌَ ٌٌلَ ٌُك ٌْم‬
ٌْ ‫ع‬
ٌَ ٌ ‫ن‬ ٌْ ِّ ‫حٌلَةٌ ٌٌفٌَإ‬
ٌِّ ٌ ‫ن‬ ٌْ ٌِّ‫ص ٌدٌُقَاتٌِّ ٌِّهنٌ ٌن‬ ٌَ ٌِّ‫ٌَوآٌت ُ ٌْواالن‬
ٌَ ٌ ‫سا ٌَء‬
ٌ )4ٌ:ٌ‫(النساء‬
Artinya : “Berilah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu
sebagian maskawin itu dengan senang hati maka makanlah (ambillah) pemberian itu
(sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.
Mahar pada hakikatnya merupakan symbol bagi seorang suami atas kemauan dan
tanggunng jawab kewajiban pemberian nafkah pada istrinya dalam rumah tangga9.
Mahar juga symbol hadiah atau penghargaan untuk memuliakan, menghormati dan
keinginan membahagiakan seorang istri dalam ikatan perkawinan10.
Menurut Wahbah Azzuhaili dalam kitab Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu
mengartikan mahar sebagai berikut11

ٌ‫المهرٌعواضٌعنٌملكٌالمتعة‬
Artinya : “Mahar adalah pengganti dari kenikmatan yang dimiliki”
Muhammad Bagir dalam bukunya Fiqh Praktis II mengartikan bahwa mahar
adalah sejumlah uang atau barang yang diberikan oleh seorang suami kepada istri pada
saat mengucapkan akad nikah12. Abd Shomad dalam bukunya Hukum Islam mengartikan
bahwa mahar adalah sesuatu yang diserahkan calon suami kepada calon istri dalam akad
perkawinan sebagai lambang kecintaan calon suami terhadap calon istri atas
kesediaannya menjadi istrinya13. Sedangkan menurut Jawad al-Mughniyah dalam
bukunya yang berjudul Fiqh Lima Madzhab mengartikan mahar yaitu satu diantara hak
istri yang didasarkan kitabullah, sunnah Rasulullah dan Ijma kaum muslimin14.

B. MAHAR DI NEGARA FILIPINA


Pada adat Suku Tausung di Jolo, Filipina sebelum melangsungkan pernikahan,
mereka melakukan perjodohan atau pertunangan. Setelah bertunangan, calon mempelai
laki-laki akan mengabdikan dirinya pada keluarga calon mempelai perempuan dengan

9
Abd. Kohar, op.cit, hlm. 42
10
Harijah Damis, Konsep Mahar dalam Perspektif Fikih dan Perundang-Undangan Kajian Putusan
Nomor 23 K/AG/2012, Pengadilan Agama Kelas IA Makassar, 2016
11
Wahbah az-Zuhaili, al- Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, Juz IX, (Beirut Dar al-Fikr, 2004), hlm. 6591
12
Muhammad Bagir, Fiqh Praktes II, (Bandung : Karisma, 2008) hlm. 131
13
Abd. Shomad, Hukum Islam “Phenomena Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia”, (Jakarta :
Kencana, 2010), hlm. 299
14
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab, (Jakarta : Lentera, Cet. 24, 2009), hlm. 364
membersihkan rumah keluarga dan membantu kehidupan rumah tangga. Setelah itu, akan
ada ritual penyembelihan sapi dan menyanyikan doa-doa dan salawat dalam bahasa Arab
maupun Tausug.
Pada hari pernikahan, setelah mengucapkan ijab kabul dalam tatacara islam,
mempelai pria kemudian menyentuh dahi mempelai wanita sebagai simbol pernikahan.
Mahar dalam budaya muslim Filipina biasanya berupa persembahan uang atau binatang
yang dapat disembelih untuk dimasak dan disajikan pada saat pesta pernikahan. Selain
itu, terdapat juga ritual untuk “membayar” orang tua pengantin wanita dengan koin-koin
uang antik Spanyol atau Amerika. Semua biaya pernikahan, termasuk musik dan sajian
makanan pesta dibiayai oleh pengantin pria15.
Budaya lain yang pada umumnya dilaksanakan di Filipina adalah melepaskan
burung merpati sebagai symbol langgengnya sebuah pernikahan. Muslim Filipina di
wilayah Mindanao umumnya mempraktikkan pernikahan dan pertunangan yang telah
diatur sebelumnya. Pernikahan orang Tausog termasuk pangalay , perayaan atau
pengumuman yang dilakukan dengan memainkan alat musik perkusi
seperti gabbang , kulintang , dan agong . Dalam upacara pernikahan terdapat peresmian
oleh seorang imam dengan bacaan yang diambil dari Al - Qur'an16.
Dalam budaya muslim moro, adat dan budaya pernikahan masih memiliki
kemiripan dengan pernikahan non muslim pada umumnya di Filipina. Kekentalan strata
sosial menjadi acuan calon mempelai laki laki mencari calon perempuan dari strata yang
sama dengannya. Mahar dalam komunitas muslim Filipina menjadi hal yang sangat
penting karena bagi mereka, mahar merupakan kompensasi bagi wali mempelai
perempuan atas hilangnya salah satu anggota mereka. Mahar ini dapat dikatakan sebagai
imbalan terhadap wali yang telah membesarkan dan merawat calon mempelai wanita.

C. PERBANDINGAN MAHAR DI NEGARA FILIPINA DAN INDONESIA


Dalam Undang Undang di Indonesia, mahar dijelaskan dalam KHI (Kompilasi
Hukum Islam, UU No.1 Tahun 1974 dan Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam.
Akan tetapi para hakim di Indonesia pada umumnya memakai KHI sebagai rujukan dari
hokum mahar di Indonesia. Berikut isi KHI tentang aturan mahar17 :

15
Isdiana Zulidha, https://www.fimela.com/parenting/read/3822200/pernikahan-muslim-ala-filipina
16
Wikipedia, Pernikahan dan Kebiasaannya di Filipina
17
Kompilasi Hukum Islam BAB V
BAB V
MAHAR
Pasal 30
Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai wanita yang
jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak.
Pasal 31
Penentuan mahar berdasarkan atas kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurkan oleh
ajaran Islam.
Pasal 32
Mahar diberikan langsung kepada calon mempelai wanita dan sejak itumenjadi hak
pribadinya.
Pasal 33
1. Penyerahan mahar dilakukan dengan tunai.
2. Apabila calon mempelai wanita menyetujui, penyerahan mahar boleh ditangguhkan
baik untuk seluruhnya atau sebagian. Mahar yang belum ditunaikan penyerahannya
menjadi hutang calon mempelai pria.
Pasal 34
1. Kewajiban menyerahkan mahar mahar bukan merupakan rukun dalm perkawinan.
2. Kelalaian menyebut jenis dan jumlah mahar pada waktu akad nikah, tidak
menyebabkan batalnya perkawinan. Begitu pula halnya dalam keadaan mahar masih
terhutang, tidak mengurangi sahnya perkawinan.
Pasal 35
1. Suami yang mentalak isterinya qobla al dukhul wajib membayar setengah mahar
yang telah ditentukan dalam akad nikah.
2. Apabila suami meninggal dunia qobla al dukhul tetapi besarnya mahar belum
ditetapkan, maka suami wajib membayar mahar mitsil.
Pasal 36
Apabila mahar hilang sebelum diserahkan, mahar itu dapat diganti dengan barang lain
yang sama bentuk dan jenisnya atau dengan barang lain yang sama nilainya atau dengan
uang yang senilai dengan harga barang mahar yang hilang.
Pasal 37
Apabila terjadi selisih pendapat mengenai jenis dan nilai mahar yang
ditetapkan,penyelasaian diajukan ke Pengadilan Agama.
Pasal 38
1. Apabila mahar yang diserahkan mengandung cacat atau kurang, tetapi calon
mempelai tetap bersedia menerimanya tanpa syarat, penyerahan mahal dianggap
lunas.
2. Apabila isteri menolak untuk menerima mahar karena cacat, suami harus
menggantinya dengan mahar lain yang tidak cacat. Selama Penggantinya belum
diserahkan, mahar dianggap masih belum dibayar.
Tidak ada perbedaan mendasar dalam perbandingan undang undang mahar di
Negara Indonesia dan Filipina, dikarenakan Undang Undang Perkawinan di Negara
Filipina hanya terbatas pada undang undang perdata saja tanpa penjelasan tentang
perkawinan muslim. Ini dikarenakan mayoritas penduduk Negara Filipina beragam
katolik Roma.
Berbeda dengan Undang Undang di Indonesia yang memasukkan segi agama
dalam undang undang yang kemudian dikumpulkan dalam Kompilasi Hukum Islam
sebagai rujukan pemerintah dan otoritas hakim dalam mengatur perkawinan muslim di
Indonesia.
Pada Umumnya mahar di kedua Negara ini sama sama diserahkan oleh mempelai
pria terhadap mempelai wanita sebagai wujud kemuliaan dan kehormatan atas wanita
dan sebagai wujud cinta kasih pria terhadap wanita. Hanya yang berbeda dalam adat
budaya Filipina, segala anggaran pernikahan dibebankan kepada mahar mempelai pria.
Berbeda dengan budaya mahar di Indonesia yang menjadikan mahar sebagai hak
mempelai wanita atas mempelai pria dan tidak dijadikan sebagai salah satu biaya
pernikahan.
BAB III
KESIMPULAN

1. Mahar adalah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri baik dalam bentuk
benda atau jasa sebagai salah satu syarat sah nya sebuah pernikahan
2. Mahar dalam budaya muslim Filipina biasanya berupa persembahan uang atau
binatang yang dapat disembelih untuk dimasak dan disajikan pada saat pesta
pernikahan. Selain itu, terdapat juga ritual untuk “membayar” orang tua pengantin
wanita dengan koin-koin uang antik Spanyol atau Amerika. Semua biaya pernikahan,
termasuk musik dan sajian makanan pesta dibiayai oleh pengantin pria
3. Pada Umumnya mahar di Negara Indonesia dan Negara Filipina ini sama sama
diserahkan oleh mempelai pria terhadap mempelai wanita sebagai wujud kemuliaan
dan kehormatan atas wanita dan sebagai wujud cinta kasih pria terhadap wanita.
Hanya yang berbeda dalam adat budaya Filipina, segala anggaran pernikahan
dibebankan kepada mahar mempelai pria. Berbeda dengan budaya mahar di Indonesia
yang menjadikan mahar sebagai hak mempelai wanita atas mempelai pria dan tidak
dijadikan sebagai salah satu biaya pernikahan.

Anda mungkin juga menyukai