Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT HUKUM ISLAM

KARAKTERISTIK HUKUM ISLAM

DI SUSUN OLEH :

1. Radha Amirah (2020103104)

2. Nadya Syavira Arani (2020103099)

3. Thesya Yolanda (2020103096)

Dosen Pengampu : Dr. Ulya Kencana, M.H

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
SEMESTER GENAP 2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Masalah..................................................................................................... 1
BAB II................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
A. Keistimewaan dan Karakteristik Hukum Islam................................................. 2
B. Sifat dan Karakteristik Hukum Islam................................................................. 4
C. Tujuan Hukum Islam (Maqashid al-syariah)..................................................... 7
BAB III..............................................................................................................................11
PENUTUP.........................................................................................................................11
A. Kesimpulan........................................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Bismillahir-Rahmanir-Rahim
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi
rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat mempersembahkan sebuah makalah
Pemikiran Modern Hukum Islam dengan judul “Karakteristik Hukum Islam”.
Ucapan terimakasih kami yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak
yang telah bersedia dalam pembuatan makalah kami ini:
1. Dosen mata pelajaran Filsafat Hukum Islam yaitu: Dr. Ulya Kencana, M.H.
2. Teman-teman sekelompok yang telah bekerja dengan sebaik-baiknya dalam
pembuatan makalah ini.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat menjadi bahan ajar yang baik,
berguna, dan bermanfaat untuk kita semua yang mempelajarinya. Dan juga kritik
dan saran kalian atas kekurangan makalah ini sangat-sangat kami harapkan dalam
penyempurnaan pembuatan makalah kami yang selanjutnya.

Palembang, 08 Oktober 2021

Penyusun

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hukum Islam adalah hukum yang berwatak, ia mempunyai karakteristik


yang berbeda dengan ilmu hukum lainnya, Karakter tersebut merupakan
ketentuan-ketentuan yang tidak berubah-ubah, yaitu dimana hukum Islam bersifat
takamul (sempurna), wasatiyah (seimbang, harmonis), harakah (bergerak dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman). AI-Qur'an memperkenalkan
satu konsepsi hukum yang bersifat integra1, Di dalamnya terpadu antara
Sunatullah dengan Sunnah. Sebagaimana terpadu antara aqidah dan moral,
terpadunya dengan hukum dalam rumusan yang diajarkan al-Qur'an. Dengan
sifatnya yang demikian, maka hukum Islam memiliki kekuatan sendiri yang tidak
tergantung pada adanya sesuatu kekuasaan sebagai kekuatan pemaksa dari luar
hukum tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Karakteristik hukum Islam?
2. Tujuan hukum Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui karakteristik hukum Islam.
2. Untuk mengetahui tujuan hukum Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keistimewaan dan Karakteristik Hukum Islam
Sebagai sebuah agama penyempurna, Islam datang dengan membawa
aturan dan hukum untuk umat manusia. Hukum yang ada di dalam Islam adalah
berdasarkan ketetapan Allah yang disampaikan melalui Nabi Muhammad sebagai
utusan-Nya. Oleh karena itu, terdapat berbagai perbedaan antara hukum Islam
dengan hukum-hukum lain buatan manusia. Hukum Islam memiliki keistimewaan
dan karakteristik khusus, antara lain sebagai berikut:
1. Hukum Islam didasarkan pada Wahyu Ilahi
Keistimewaan hukum Islam dibanding undang-undang buatan manusia
adalah bahwa hukum Islam bersumber pada wahyu Allah yang tersurat dalam Al
Qur'an dan sunnah Nabi. Maka setiap mujtahid dalam melakukan istimbath
(penggalian) hukum-hukum syara' selalu merujuk pada dua sumber tersebut, baik
secara langsung maupun melalui yang tersirat darinya, yaitu dengan memahami
ruh syari'at, tujuan-tujuannya secara umum, kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip
umum.

Jadi pada dasarnya, setiap hukum Islam pasti didasarkan pada Al Qur'an dan
As Sunnah meskipun hanya dengan mengambil yang tersirat dari keduanya.
Sebagai contoh, digunakannya urf, mashlahah mursalah, istihsan, dan lain lain
dalam pengambilan hukum syara' oleh seorang mujtahid, bukan berarti bahwa
mujtahid tersebut meninggalkan Al Qur'an dan As Sunnah, namun hal itu
dilakukan setelah terlebih dahulu memahami ruh syari'at yang tersirat pada nash
Al Qur'an dan As Sunnah, berupa tujuan, kaidah dan prinsip-prinsip umumnya.

Tujuan Syari' dalam pembentukan hukumnya yaitu merealisir kemaslahatan


manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya (dloruriyah) dan memenuhi
kebutuhan sekunder (hajiyah) serta melengkapi kebutuhan pelengkap (tahsiniyah)
mereka. Jadi setiap hukum syara' tidak ada tujuan kecuali salah satu dari tiga
unsur tersebut, dimana dari tiga unsur tersebut dapat terbukti kemaslahatan
manusia.

2. Hukum Islam bersifat Komprehensif

2
Hukum Islam bersifat komprehensif, yakni mencakup seluruh tuntutan
kehidupan manusia. Disini akan sangat tampak kelebihan hukum Islam dibanding
dengan undang-undang yang lain, karena hukum Islam mencakup tiga aspek
hubungan, yaitu manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dirinya sendiri dan
manusia dengan masyarakatnya.

Oleh karena itu, hukum Islam yang terkait dengan perbuatan seorang
mukallaf selalu mencakup dua aspek, yaitu hukum-hukum ibadah dan hukum-
hukum mu'amalah. Hukum ibadah meliputi segala hal yang terkait dengan
hukum-hukum yang dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara manusia
dengan Tuhannya. Sedangkan hukum-hukum mu'amalah meliputi segala hal yang
dimaksudkan untuk mengatur hubungan sesama manusia, baik bersifat pribadi
maupun kelompok.

3. Hukum Islam terkait dengan masalah akhlak/moral


Hukum Islam berbeda dengan undang-undang pada umumnya, karena ia
terpengaruh dengan tatanan moral, bahkan sebagaimana ditegaskan oleh Nabi
Muhammmad, bahwa Islam datang untuk menyempurnakan akhlak/moral
manusia. Hal ini sangat berbeda dengan hukum positif buatan manusia yang
hanya mengacu pada aspek manfaat, yaitu menjaga sistem dan stabilitas
masyarakat meskipun kadang menghancurkan sebagian prinsip moral.
Adapun hukum Islam bertujuan menjaga keutamaan, idealitas dan
tegaknya moralitas. Diharamkannya riba misalnya, dimaksudkan untuk
menyebarkan semangat tolong-menolong (ruh ta'awun) kasih sayang di antara
manusia dan melindungi orang-orang miskin dari keserakahan para pemilik harta.
Demikian pula diharamkannya minuman keras yang dimaksudkan untuk menjaga
akal yang salah satu fungsinya adalah sebagai tolak ukur baik dan buruk.
4. Adanya orientasi kolektivitas dalam hukum Islam
Artinya, dalam hukum Islam itu selalu menjaga kemaslahatan individu dan
sosial secara bersama-sama, tanpa harus melanggar hak orang lain. Ooleh karena
itu, kemaslahatan yang bersifat umum atau sosial harus didahulukan dibanding
dengan kemaslahatan yang bersifat individual terutama ketika terjadi
peretentangan antara keduanya.
5. Hukum Islam berbicara tentang halal-haram

3
Dalam hukum Islam selalu ada pemikiran mengenai halal-haram terhadap
setiap tindakan, tidak hanya pada persoalan-persoalan yang bersifat duniawi, tapi
juga yang bersifat ukhrawi. Hukum duniawi titik tekannya adalah pada hal-hal
yang tampak atau eksoteris dan tidak mempersoalkan hal-hal yang bersifat
esoteris. Dan itulah yang disebut keputusan hukum (al hukmu al qada'i) dari
seorang hakim. Oleh karena itu seorang hakim hanya memutuskan hukum
berdasarkan bukti-bukti formal saja.oleh karena itu, sebenarnya keputusan hakim
tidak dapat merubah yang halal menjadi haram atau sebaliknya.
Sedangkan hukum akhirat itu didasarkan pada kebenaran material yang
hakiki, meskipun bagi seseorang (misalnya hakim) hal itu sangat samar dan tidak
tampak. Sebab yang memutuskan dalam hal ini adalah Allah dan diberlakukan
langsung kepada hamba-hamba-Nya.
6. Hukuman bagi pelanggar hukum di dunia dan akhirat
Ciri khusus lain yang membedakan hukum Islam dengan hukum-hukum
lain buatan manusia adalah bahwa hukum Islam memberikan sangsi hukuman
bagi yang melanggar pada dua hal, yaitu hukuman dunia, baik berupa hukuman
hudud yang sudah ditentukan maupun ta'zir yang yang tidak ditentukan, dan
hukuman akhirat.
B. Sifat dan Karakteristik Hukum Islam

Hakikat hukum Islam itu tiada lain adalah syari'ah itu sendiri, yang
bersumber dari al-Qur'an, Sunnah Rasul dari al-Ra'yu Doktrin pokok dalam Islam
itu sendiri yaitu konsep tauhid merupakan fondasi dalam struktur hukum Islam,
yaitu hubungan hablun min Allah (hubungan vertikal), dari hablun Min al-nas
(hubungan horizontal), al-anirit bil nia'ruf wa alnahyu al-munkar, taqwa, adil,
dan bijaksana serta mendahulukan kewajiban daripada hak dan kewenangan.
Sehubungan dengan doktrin di atas, maka terdapat lima sifat dan karakteristik
hukum Islam yaitu:
1. Sempurna
Syari'at Islam diturunkan dalam bentuk yang umum dari garis besar
permasalahan. Oleh karena itu hukum-hukumnya bersifat tetap, tidak berubah-
ubah lantaran berubahnya masa dari berlainannya tempat. Untuk hukum-hukum
yang lebih rinci, syari'at isi am hanya menetapkan kaedah dan memberikan

4
patokan umum. Penjelasan dan rinciannya diserahkan pada ijtihad pemuka
masyarakat.
Menurut M. Hasbi AshShiddieciy, salah satu ciri hukum Islam adalah
takamul yaitu, lengkap, sempurna dan bulat, berkumpul padanya aneka pandangan
hidup. Menurutnya hukum Islam menghimpun segala sudut dan segi yang
berbeda-beda di dalam suatu kesatuan karenanya hukum Islam tidak menghendaki
adanya pertentangan antara Ushuldengan Furu', tetapi satu sama lain saling
lengkap-melengkapi kuat-menguatkan.
2. Elastis
Hukum Islam juga bersifat elastis (lentur, Luwes), Ia meliputi Segala
bidang dan lapangan kehidupan manusia,. Hukum Islam memperhatikan berbagai
segi kehidupan baik bidang muamalah, ibadah, jinayah dan lain-lain. Meski
demikian ia tidak memiliki dogma yang kaku, keras dan memaksa. Hukum Islam
hanya memberikan kaidah kaidah urn urn yang mesti dijalankan oleh umat
manusia. Sebagai bukti bahwa hukum Islam bersifat elastis. Dapat dilihat
dalam salah
satu contoh dalam kasus jual beli; bahwa ayat hukum yang berhubungan dengan
jual beli (Q.S. al-Bagarah (2): 275, 282, Q.S. an-Nisa' (4): 29, dan Q.S. (62): 9).
Dalam ayat-ayat tersebut diterangkan hukum bolehnya jual beli, persyaratan
keridhaan antara kedua belah pihak, larangan riba, dan larangan jual beli waktu
azan Jum'at. Kemudian Rasul menjelaskan beberapa aspek jual beli yang lazim
berlaku pada masa beliau. Selebihnya, tradisi atau adat masyarakat tertentu dapat,
dijadikan sebagai bahan penetapan hukum jual beli.
3. Universal dan Dinamis
Ajaran Islam bersifat universal. Ia meliputi seluruh alam tanpa tapal batas,
tidak dibatasi pada daerah tertentu seperti ruang lingkup ajaranajaran Nabi
sebelumnya. Berlaku bagi orang Arab dan orang `Ajam (non Arab). Universalitas
hukum Islam ini sesuai dengan pemilik hukum itu sendiri yang kekuasaan tidak
terbatas. Di samping itu, hukum Islam mempunyai sifat yang dinamis (cocok
untuk setiap zaman).
Hukum Islam memberikan kepada kemanusiaan sejumlah hukum yang
positif yang dapat dipergunakan untuk segenap masa dan tempat. Dalam

5
gerakannya hukum Islam menvertai perkembangan manusia, mempunyai kaidah
asasiyah, yaitu ijtihad. Ijtihadlah yang akan menjawab segala tantangan masa,
dapat memenuhi harapan zaman dengan tetap memelihara kepribadian. dari nilai-
nilai asasinya.
Dalam kaitannya dengan keuniversalan tersebut dapat dipahami lewat
konstitusi negara mushm pertama. Madinah, menyetujui dan melindungi
kepercayaan non-muslim dan kebebasan mereka untuk mendakwahkan. Konstitusi
ini merupakan kesepakatan antara Muslim dan Yahudi, serta orang-orang Arab
yang bergabung di dalamnya. Non-Muslim dibebaskan dari keharusan membela
Negara dengan membayar Jizyah, yang berarti hak hidup dan hak milik mereka
dijamin.
Istilah Zimmi, berarti orang non-Muslim yang dilindungi Allah dan Rasul.
Kepada orang-orang non-Muslim itu di berikan hak Otonomi yudisial tertentu.
Warga Negara dan kalangan ahli kitab dipersilahkan menyelenggarakan keadilan
sesuai dengan apa yang Allah wahyukan.
4. Sistematis
Arti dari peryataan bahwa hukum Islam itu bersifat sistematis adalah
bahwa hukum Islam nu mencerminkan sejumlah doktrin yang bertalian secara
logis, sating berhubungan satu dengan lainnya. Perintah shalat dalam al-Qur'an
senantiasa diiringi dengan perintah zakat. Dan berulang-ulang Allah berfirman
"makan dan minumlah kamu tetapi jangan benlebihan". Dalam hal ini dipahami
bahwa hukum Islam melarang seseorang hanya bermuamalah dengan Allah dan
melupakan dunia. Manusia diperintahkan mencari rezeki, tetapi hukum Islam
melarang sifat imperial dan kolonial kctika mencari rezeki tersebut.
5. Hukum Islam bersifat Ta'aquli dan Ta'abbudi.
Sebagaimana dipahami bahwa syari'at Islam mencakup bidang mu'amalah
dan bidang ibadah. Dalam bidang ibadah terkandung nilai-nilai ta'abbudil ghairu
ma' qulah al ma'na (Irasional), artinya manusia tidak boleh beribadah kecuali
dengan apa yang telah disyari'atkan dalam bidang ini, tidak ada pintu ijtihad bagi
umat manusia. Sedangkan bidang muamalah, didalamnya terkadang nilai-nilai
ta'aquli/ma’aqulah al-ma’na (rasional). Artinya, umat Islam dituntut untuk
berijtihad guna membumikan ketentuan-ketentuan syari'at tersebut.

6
Dengan demikian hukum Islam yang bersifat irasional, aturanaturan
hukum Islam itu sah atau baik, karena semata-mata eksistensi kebajikan yang
terkandung di dalamnya, bukan karena rasionalitasnya. Dari uraian di atas bahwa
sifat hukum Islam tersebut, mempunyai hubungan simbiosis (sangat erat),
sehingga dapat dipahami bahwa kelima sifat yang telah disebutkan itu, merupakan
satu keterpaduan karakteristik hukum Islam yang sangat sesuai dengan fitrah
manusia sebagai makhluk Allah SWT, yang dilengkapi dengan dua kelebihan
daripada makhluk lainnya yaitu akal (intelegensia) dari kalbu (hati nurani).
Selanjutnya ciri-ciri kekhusushukum Islam yang membedakannya dengan hukum
lain, adalah:
1. Hukum Islam berdasar atas wahyu Allah AWT, yang terdapat dalam al-
Qur'an dan dijelaskan oleh Sunnah Rasul-Nya.
2. Hukum Islam dibangun berdasarkan prinsip akidah (iman dan tauhid) dan
akhlak (moral).
3. Hukum Islam bersifat universal (alami), dan diciptakan untuk kepentingan
seluruh umat manusia (rahmatan lil 'alamin).
4. Hukum Islam memberikan sanksi di dunia dan sanksi di akhirat (kelak).
5. Hukum Islam mengarah kepada jama'iyah (kebersamaan) yang seimbang
antara kepentingan individu dan masyarakat.
6. Hukum Islam dinamis dalam menghadapi perkembangan sesuai dengan
tuntutan waktu dan tempat.
7. Hukum Islam bertujuan menciptakan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

C. Tujuan Hukum Islam (Maqashid al-syariah)


Maqasid Syari’ah berarti tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan
hukum-hukum Islam. Tujuan itu dapat ditelusuri dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah sebagai alasan logis bagi rumusan suatu hukum yang
berorientasi kepada kemaslahatan umat manusia.
Maqashid al-Syariah terdiri dari dua kata yaitu maqashid dan al-Syari’ah
yang berhubungan antara satu dan lainnya dalam bentuk mudhaf dan mudhafun
ilaih. Kata maqashid adalah jamak dari kata maqshad yang berarti adalah maksud
dan tujuan. Kata Syariah yang sejatinya berarti hukum Allah, baik yang

7
ditetapkan sendiri oleh Allah, maupun ditetapkan Nabi sebagai penjelasan atas
hukum yang ditetapkan Allah atau dihasilkan oleh mujtahid berdasarkan apa yang
ditetapkan Allah atau dijelaskan oleh Nabi. Karena yang dihubungkan kepada kata
syari’at itu adalah kata “maksud”, maka kata syari’ah berarti pembuat hukum
atau syar’i, bukan hukum itu sendiri. Dengan demikian, kata maqashid al-
syari’ah berarti apa yang dimaksud oleh Allah dalam menetapkan hukum, apa
yang dituju Allah dalam menetapkan hukum atau apa yang ingin di capai oleh
Allah dalam menetapkan suatu hukum.
Dalam kajian ilmu ushul fiqh ditemukan pula kata al-hikmah (bukan
hikmah yang sudah menjadi bahasa Indonesia) yang diartikan Roma R iartika
Rlaka llama (tujuan yang dimaksud Allah dalam penetapan suatu hukum). Dengan
demikian, maqashid al-syari’ah itu mengandung arti yang sama dengan kata
hikmah.
Secara umum sering dirumuskan bahwa tujuan hukum islam adalah
kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan akhirat kelak, dengan jalan
mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudhorot
yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. Dengan kata lain, tujuan
hukum islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jamani,
individual dan sosial.
Secara umum tujuan syariat Islam dalam menetapkan hukum-hukumnya
adalah untuk kemaslahatan manusia seluruhnya, baik kemaslahatan di dunia
maupun kemashlahatan di akhirat. Hal ini berdasarkan Firman Allah ta’ala:
 ĀĀ Ā
Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam” (Qs. Al-Anbiya;107)
Dalam ayat yang lainnya Allah ta’ala berfirman:
rĀ m emim rĀi ĀĀ e r m ຺ ĀĀ r Ā˴ m ຺ rĀ ˴ rĀ ˶ ϝϭĀ ﴿ Ro﴾ Āi
erĀ m a Ā 㘶 m Āϭ r e Ā ϝϭ ﴿ R ﴾
Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka".Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang
mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya” (Qs. Al-Baqarah;
201-202)

8
Ayat 201 surat Al-Baqarah dan seterusnya di atas memuji orang yang
berdoa untuk mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat , dimaksudkan
sebagai contoh teladan bagi kaum muslimin.
Apabila dipelajari secara seksama ketetapan Allah dan Rasul-Nya yang
terdapat di dalam Al-Quran dan kitab-kitab hadis yang sahih, kita segera dapat
mengetahui tujuan hukum Islam. Sering dirumuskan bahwa tujuan hukum Islam
adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak, dengan jalan
mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat
yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.
Dengan kata lain, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia,
baik rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya
untuk kehidupan dunia ini saja tetapi juga untuk kehidupan yang kekal di akhirat
kelak. Abu Ishaq al-Shatibi merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni:
a. Memelihara agama (hifz al-din / R຺ka Ra)
b. Memelihara jiwa (hifz al-nafs / Roka Ra)
c. Memelihara akal (hifz al-‘aql / t຺ka Ra )
d. Memelihara keturunan (hifz al-nasl / 쪸oka Ra)
e. Memelihara harta (hifz al-mal / lika Ra)
Tujuan hukum Islam tersebut dapat dilihat dari dua segi yakni segi
Pembuat Hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya. Dan segi manusia yang
menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam itu. Jika dilihat dari pembuat hukum
Islam tujuan hukum Islam itu adalah: Untuk memelihara keperluan hidup manusia
yang bersifat primer, sekunder, dan tersier, yang dalam kepustakaan hukum Islam
masing-masing disebut dengan istilah daruriyyat, hajjiyat dan tahsniyyat.
1. Kebutuhan primer ( al-umur al-dlaluriyyah / R-doaka -aRma)
Kebutuhan primer adalah kebutuhan utama yang harus dilindungi dan
dipelihara sebaik-baiknya oleh hukum Islam agar kemaslahatan hidup manusia
bener-benar terwujud, Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi kehidupan manusia
akan menjadi kacau balau, kemaslahatan tidak tercapai, dan kebahagiaan
ukhrawi tidak bakal dapat diraih.
2. Kebutuhan sekunder ( al-umur al-hajjiyyah / l-lmka -aRma)

9
Kebutuhan yang diperluakn untuk mencapai kehidupan primer, seperti
kemerdekaan, persamaan, dan sebagaianya, yang bersifat menunjang eksistensi
kebutuahan primer, kebutuhan untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan dan
kesempitan atau kekhawatiran dalam menjaga kelima kebutuhan pokok.
3. Kebutuhan tertier ( al-ummur al-tahsiniyyah / lol쪸m ka -aRma)
Kebutuhan hidup manusia selain yang bersifat primer dan sekunder itu yang
perlu diadakan dan dipelihara untuk kebaikan hidup manusia dalam masyarakat,
misalnya sandang, pangan, perumahan dan lain-lain, kebutuhan pelengkap bagi
manusia dalam menunjang pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder.

Tujuan hukum Islam adalah untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia
dalam kehidupannya sehari-hari. Agar dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik
dan benar, manusia wajib meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum
Islam dengan mempelajari Ushul Fiqh yakni dasar pembentukan dan pemahaman
hukum Islam sebagai metodologinya.
Di samping itu dari segi pelaku hukum Islam yakni manusia sendiri, tujuan
hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera.
Caranya adalah, dengan mengambil yang bermanfaat, mencegah atau menolak
yang mudarat bagi kehidupan. Dengan kata lain tujuan hakiki hukum Isalm, jika
dirumuskan secara umum, adalah tercapainya keridaan Allah dalam kehidupan
manusia di bumi ini dan di akhirat kelak.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum yang ada di dalam Islam adalah berdasarkan ketetapan Allah yang
disampaikan melalui Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Hukum Islam
memiliki keistimewaan dan karakteristik diantaranya:
1. Hukum Islam didasarkan pada Wahyu Ilahi
2. Hukum Islam bersifat Komprehensif
3. Hukum Islam terkait dengan masalah akhlak/moral
4. Adanya orientasi kolektivitas dalam hukum Islam
5. Hukum Islam berbicara tentang halal-haram
6. Hukuman bagi pelanggar hukum di dunia dan akhirat
Sifat dan karakteristik hukum Islam diantaranya:
1. Sempurna
2. Elastis
3. Universal dan dinamis
4. Sistematis
5. Bersifat ta’aqquli dan ta’abbudi
Maqashid al-Syari’ah berarti maksud-maksud ditetapkannya hukum Islam.
Tujuan hukum Islam adalah untuk kemaslahatan umat manusia. Dalam rangka
mewujudkan kemaslahatan di dunia dan di akhirat, ada lima unsur pokok yang
harus dipelihara dan diwujudkan (al-kulliyyat al-khamsah), yaitu agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harta.
Untuk memelihara keperluan hidup manusia yang bersifat primer,
sekunder, dan tersier, yang dalam kepustakaan hukum Islam masing-masing
disebut dengan istilah daruriyyat, hajjiyat dan tahsniyyat.
B. Saran
Demikian makalah mengenai sumber dan dalil hukum yang bisa penulis
paparkan, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan khususnya
pembaca dan semoga bisa menjadi bahan bacaan dalam menambah
wawasan.Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran, penulis harapkan dari
pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Maktabah ad-Da'wah al-Islamiyyah, Mesir, 1956,
hal. 197
http://legalstudies71.blogspot.com/2015/09/tujuan-hukum-islam.html
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-marzuki-mag/38-ppt-dr-
marzuki-mag-karakteristik-prisnsip-dan-tujuan-hukum-islam.pdf
https://www.kompasiana.com/lismanto/55119a3f813311914dbc5fbd/ushul-fiqh-
maqashid-al-syari-ah
https://ddhongkong.org/syariat-islam-untuk-kemaslahatan-manusia/

12

Anda mungkin juga menyukai