Anda di halaman 1dari 21

PROYEK PROPOSAL

USAHA TERNAK KAMBING DAN PENGOLAHAN LIMBAH KAMBING SEBAGAI

PUPUK ORGANIK

OLEH :

M.FAUZAN SYAFI’I

KOMARUDIN
KATA PENGANTAR

Proposal usaha ternak kambing dan pengolahan limbah ternak kambing ini bertujuan

untuk mennciptakan lapangan pekerjaan dan membuat peternakan dengan menggunnakan system

semi modern. Yang mana selama ini kita ketahui baha peternakan hanya dengan menggunakan

system tradisional. Yakni hanya mengadalakan pengetahuan seadanya sehingga penanganan dan

hasilnya tidak begitu maksimal.

Menjadi Pelopor peternak kambing dengan konsep modern di masyarakat. Sehingga

efisiensi biaya dan waktu serta manajemen pengelolaannya tepat sasaran. System yang akan

diterapkan adalah Pra Usaha yakni menyiapkan pakan ternaknya terlebih dahulu seperti

menanam rumput odot yang mana rumput odot ini merupakan rumput yang memiliki keunggulan

tersendiri daripada rumput gajah yakni rumputnnya lebih pendek , pertumbuhannya lebih cepat

daunnyab lembut dan tidak berbuku, dapat beradaptasi degan lahan, dapat tumbuh sekitar 50-80

batang dalam satu rumpun dan yang penting tidak memerlukan perawatann khusus.

Pemanfaatan limbah kambing yang dikenal di kalangan petani organic KOHE (kotoran

hewan) yang difermentasikan dengan menggunakan formula tertnetu menjadi pupuk organic

yang mencukupi mineral kebutuhan tanaman. Dan pangsa pasarnya masih terbuka. Dari segi

kelebihan menggunakan pupuk organic dengan kimiawi sangat signifikan perbedaannya serta

pengaruhnya terhadap tanah tidak mengakibatkan PH tanah tinggi dan umur tanaman jauh lebih

panjang daripada dengan meggunakan pupuk kimiawi.


Jakarta ,18 Desember 2019

TIM Penyusun :

1. M.Fauzan Syafi’i

2. Komarudin

RESUME PROPOSAL
KATA PENGANTAR

RESUME PROPOSAL

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

I.1. Dasar Pemikiran

I.2. Motivasi Pelaksanaan Kegiatan

I.3. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan

II. ASPEK PELAKSANAAN KEGIATAN

III.1.Tempat dan Lokasi Peternakan

III.2. Topografi

III.3. Potennsi wilayah

III.4. Sarana dan Prasarana yang Mendukung

III. POTENSI USAHA

III.1. Sumber Daya Alam

III.2. Sumber Daya Manusia

III.3. Potensi Ternak

IV. ASPEK PRODUKSI

IV.1 Jenis Kambing Bakalan

IV.2. Sistem Pemeliharaan dan Jangka Waktu

IV.3. Pengolahan Limbah Ternak Kambing

IV.4. Pakan ternak kambing

IV.5.Pengolahan Rumput Silase Untuk Pakan Alternatif


V. ASPEK PRASARANA

V.1. Kandang Kambing

V.2. Gudang Penyimpanan Pakan Kambing

V.3. Properti Ternak Kambing

VI. ASPEK KEUANGAN

V.1. Rencana Alokasi Biaya (RAB)

V.2. Analisis Usaha

V.3. Sumber Dana

VII. PENUTUP

LAMPIRAN – LAMPIRAN

- Gambar lahan untuk penanaman pakan kambing

- Gambar Kambing ternak yang akan dikembangkan

- Gambar Rumput Odot dan pohon rndigopera

- Gambar Design Kandang Kambing


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Usaha

Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar yaitu lebih dari 200 juta orang, untuk

memenuhi kebutuhan daging pemerintah masih mengimpor dari luar negeri. Menurut

majalah Trobos, lebih dari 50% kebutuhan akan daging di Indonesia dipenuhi dengan

mengimpor dari luar, sedangkan impor sapi bakalan dan daging sapi rata-rata naik

hamper 20% per tahun. Untuk permintaan akan daging kambing di Indonesia setiap

tahunnya laju permintaannya adalah 6% dan tingkat produksinya hanya 3% per tahunnya

sehingga 10 tahun kedepan pemenuhan akan daging kambing khususnya tidak akan

terpenuhi (statistic peternakan). Hal tersebut memberikan peluang usaha yang sangat

besar untuk mendirikan suatu peternakan kambing.

Alas an untuk memmilih kambing sebagai hewan ternaka adalah karena kambing

merupakan hewan yang masa panennya lebih cepat menghasilkan daripada hewan

Ruminansia lainnya seperti Sapi atau Kerbau. Hanya denga satu tahun masa panen untuk

ternak 5 ekor kambing yang terdirii dari 2 jantan ddan betina dapat menghasilkan 25

ekor.sangat mudah dipasarkan , modal relative kecil, investasi yang menjanjikan,

kambing adalah hewan yang mudah beradaptasi.

1.2 Motivasi Pelaksanaan Kegiatan


1.2.1 Upaya peningkatan peranan KTMA dalam meningkatkan sektor ekonomi melalui

pengembangan usaha peternakan.

1.2.2 Pemberdayaan lahan sebagai modal dasar sub sektor peternakan, yang diharapkan

dapat menjadi sumber pendapatan dalam rangka peningkatan kualitas anggota.

1.2.3 Pengembangan wawasan keilmuan dan profesionalitas sebagai potensi umat dan

bangsa.

1.3 Tujuan Pelaksanaan Kegiatan

1.3.1 Tujuan umum kegiatan usaha peternakan KTMA adalah mengembangkan potensi

sumber daya petani dalam menggali potensi sumber daya alam dalam rangka

mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

1.3.2 Tujuan khusus usaha peternakan:

1.3.2.1 Dapat membakali para anggota dengan pengetahuan, keterampilan dan

sikap kewirausahaan.

1.3.2.2 Mendidik warga masyarakat sekitar tentang tata cara dan teknik yang lebih

modern dalam menjalankan usaha peternakan, dan sekaligus

memperkenalkan berbagai komoditi baru yang mempunyai nilai lebih

baik.

1.3.2.3 Meningkatkan dan menambah sumber pendapatan bagi anggota kelompok

tani.
II. ASPEK PELAKSANAAN KEGIATAN / USAHA

2.1 Tempat dan Lokasi Peternakan

2.1.1 Lokasi Peternakan

Lokasi peternakan KTMA adalah Kampung Pasir Karet Desa Cijayanti Kecamatan

Babakan Madang Bogor Jawa Barat.

Batas-batas:

 Utara : Kebun masyarakat

 Timur : Kebun masyarakat

 Selatan: Kebun masyarakat

 Barat : Kebun masyarakat

2.1.2 Luas Peternakan

Luas tanah yang bias dimanfaatkan untuk lokasi peternakan pada kecamatan padang

timur adalah 104 Ha, sedangkan luas lahan yang dimiliki oleh kelompok tani sakato

adalah 10 Ha.

2.2 Topografi

Kelompok Peternak Kelompok Tani Sakato terletak pada ketinggian 200 m di atas

permukaan laut, topografi datar dan tidak bergelombang. Suhu antara 230 sampai dengan

280C. Curah hujan rata-rata 4.700 mm per tahun yang hampir merata sepanjang tahun.

2.3 Potensi wilayah


Luas baku lahan Peternakan KTMA seluas 5001,9 ha terdiri dari:

 Sawah : 824 ha

 Pekarangan :2003,6 ha

 Tegalan : 2056,3 ha

 Kolam : 15,5 ha

 Perairan : 2,5 ha

2.4 Sarana dan Prasarana yang Mendukung

 Akses jalan

 Listrik dan Telekomunikasi

 Sumber air bersih

 Akses Keuangan

 Lahan yang memadai

III. POTENSI USAHA

Menurut prinsip ekonomi, dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya untuk menghasilkan

pemasukan yang sebesar-besarnya tentunya juga perlu diterapkan dalam usaha peternakan

kambing. Untuk menyiasati hal demikian, oleh karenanya perlu sumber daya yang baik yakni

sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Lokasi peternakan yang akan di garap

sangatlah strategis. Baik dari segi akses ketersediaan sumber daya alamnya melimpah. Pada hari
biasa harga kisaran kambing rata –rata dengan harga 1.500.000 per ekor kambing dewasa

sedangakan ketika hari besar umat Islam meningkat menjadi kisaran harga 2.500.000per ekor

kambing dewasa.

BIDANG PETERNAKAN

Peluang investasi dibidang peternakan

KONDISI EKSISTING

1. Konsumsi Daging

2. Tingkat Konsumsi Daging ini masih di bawah Standar LIPI yaitu 10 kg/kapita/tahun atau

8.000 ton/tahun.

3. Kebutuhan Daging sapi untuk Kurban sebanyak 8.400 ekor/tahun atau 672 ton/tahun .

4. Dari 27 Pasar Ternak yang ada di Sumbar, ternyata di Kota Padang belum memiliki Pasar

Ternak.

3.1 Sumber Daya Alam

Adapun sumber daya alam yang mendukung adalah:

 Luas lahan peternakan yang dijadikan sebagai sentra produksi.

 Luas kandang rata-rata 1,5 m2 per ekor untuk indukan kambing

 Lahan pengembalaan yang diintensifkan sebagai sumber hijauan.

 Tempat penyimpanan limbah kotoran yang memadai untuk didaur ulang.

 Adanya listrik Negara (PLN).


 Tersedianya saluran irigasi.

 Kandang relatif jauh dari pemukiman.

 Ada tempat penanaman rumput Odot dan pohon Indigopera.

 Gudang penyimapanan rumput Silase.

3.2 Sumber Daya Manusia

Usaha budidaya kambing dikelola oleh anggota KTMA yang mempunyai pengalaman

beternak kambing yang cukup lama disamping memanfaatkan tenaga penyuluh

peternakan yang bertugas di bawah ini.

3.3 Potensi ternak

Daging kambing merupakan sumber protein hewani yang cukup diminati setelah daging

sapid an ayam. Jumlah populasi kambing di Indonesia saat ini berkisar antara 7 juta ekor

dan 76% diantarnya berada dipulau Jawa. Permintaan akan daging kambing atau domba

ketika bulan Idul Adha sangat sigmifikan naiknya terutama menyupali kebutuhan

Akikah. Serta pasokan daging untuk usaha kuliner di daerah DKI Jakarta sangatlah tinggi

untuk menyupali daging kambing ke warung makan dan usaha kuliner .

IV. ASPEK PRODUKSI

Usaha penggemukan dan pengembang biakan kambing dan domba ini pemeliharaannya relatif

tidak sulit. Berbeda dengan usaha sapi , yang pemeliharaannya harus sangat intensif. Modalnya

pun tidak terlalu besar, karena besarnya modal tergantung banyaknya kambing bakalan yang
akan dikembang biakkan dan digemukkan. Disamping itu, singkatnya masa pemeliharaan yaitu

4-6 bulan juga menjadi faktor penunjang keberhasilan usaha ini. Dengan sistem penggemukan

dan pengembang biakan yang dipadukan dengan usaha pertanian, misalnya pengolahan KOHE

untuk digunakan sebagai pupuk organic yang dijadikan sebagai produk dari ternak KTMA. Maka

usaha ini menjadi usaha tani terpadu tanpa limbah. Penggemukan dan pengembang biakan pun

bisa dipacu dengan teknologi mikroba lignoselullosa (EM4) ke dalam rumput serta

mencampurkannya dengan jerami sebagai pakannya.

Upaya ini akan mampu meningkatkan kemampuan pertambahan berat badan hariannya yang

stabil. Karena cairan itu berfungsi meningkatkan metabolisme tubuh melalui perbaikan kondisi

mikroba dalam perut kambing.

4.1 Jenis Kambing Bakalan

Jenis –jenis kambing di Indonesia sangatlah beragam namun kita melihat dari segi

potensi jenis kambing bakalan yang akan kita pelihara adalah jenis kambing kacang,

kambing Etawa dan Domba. Karena kedua jenis kambing ini masih sangat digemari oleh

masayarakt Jawa pada umumnya dan dari segi harga relative lebih terjangkau serta

resistan terhadap lingkungan. Dan perawatannya lebih mudah. Untuk pembibitan

kambing yang cocok adalah umur di kisaran 8 sampai 12 bualan dengan ukuran normal,

bulunya bersih mengkilap. Garais punggang harus lurus. Pilih yang sehat, tidak cacat,

tidak buta, hidung dan anus bersih.

a. Kambing Etawa

Kambing ini memiliki ciri fisik anatar lain badan besar.Tinggi kambing mencapai

90 cm hingga 127 cm, sedangkan kambing betina mencapai 92 cm. bobotnya bisa
mencapai 91 kg untuk yang jantan, sedangkan betina 63 kg. dahi dan hidung

kasmbing Etawa terlihat cembung , telinganya terkulai ke bawah, dan juga

tanduknya pendek.kambing Etawa terkenal dengan produk susunya 1 hari bisa

menghasilkan 3 liter susu perhari. Selain susu juga dagingnya juga seperti jenis

kambing lainnya.

b. Kambing kacang

Kambing jenis ini merupakan kambing yang sering diminatai dikalangan orang

Indonesia oada umumnya yang merupakan kambing asli Indonesia.keunggulan

kambing kacanag ini adalah mudah untuk dikembang biakkan. Disamping itu juga

dagaingnya yang cukup tebal dan banyak.

c. Domba /Gibas

4.2. Sistem Pemeliharaan dan Jangka Waktu

4.3. Pengolahan Limbah Ternak Kambing

Pengolahan limbah kambing dengan menggunakan teknik ferementasi. Untuk diolah menjadi

pupul organic yakni KOHE . adapun cara pengolahannya yakni dengan mencampurkan mikroba

EM4. Pengolahan KOHE ini sudah lama popular dikalangan para petani organic. Tanaman yang

menggunakan pupuk organic lebih lama umurnya daripada dengan menggunakan pupuk

kimiawi.
4.4. Pakan ternak kambing

Pakan ternak kita menggunakan rumput Odot dan pohon Indigofera . rumput Odot sangat mudah

untuk ditanam dan perkembanganya lebih cepat. Serta kandungan

V. ASPEK SARANA DAN PRASARANA

V.1.Konsep Kandang Kambing

Adapun konsep Kandang Kambing dengan konsep Kandang Koloni Panggung yakni hadap –

hadapan. Sehingga mempermudah untuk membersihkan kandang kambing dan agar pondasi

kambing selalu kering dan tidak terjadi penumpukan dibawahnya yang menyebabkan gas

Amoniak ke atas kandang Kambing.

 Tinggi kandang muka depan kambing 100 cm

 Tinggi muka belakang 80 cm -90 cm

 Tinggi atap kandang 3 m -4 m

 Lorong tengah 2 m

 Lebar total kandang 6 cm

 Lebar per petak kandang 4 m

 Panjang kandang menyesuaikan dengan kapaistas ternak yang akan dipelighara dalam

hal ini penulis memberi acuan 8 m -12 m.

 Lantai kambing dibuat kisi-kisi dengan jarak 1-1,25 cm . tujuanya agar kotoran dan

kencing kambing jatuh ke bawah.

 Kemiringan lantai kambing


Ukuran tempat pakan kambing

 Tinggi dasar tempat pakan atau palungan 25 cm dari lantai kandang

 Tinggi dalam palungan 50 cm

 Palungan harus bebrbentuk trapezium dengan mulut lebih lebar tereletak diatas dengan

ukuran 30 cm

 Sedangkan bagian bawah 25 cm .

 Dinding kandang yang mengarah palungan dibuat lubang ukuran 20 cm x 20 cm (cukup

untuk kepala kambing (Etawa).

Gambar Design Kandang Kambing :

V.2. Gudang Penyimapanan Pakan Teranak Kambing

Gudang untuk penyimpanan pakan ternaka kambing agar tetap terjaga kelembabannya. Agar

terhindar dari air hujan karena rumput Silase atau fermentasi harus di simpan di dalam

kelembaban yang sesuai dengan suhu sekitar ….agra terhindar dari jamur. Kalu musim

penghujan tentu rumput atau pakan yang tersedia sangat melimpah dan untuk mengantisipasi

musim kemarau harus difermentasi. Untuk kambing pakan kambing diperlukan adapatsi paling

lama 7 hari agar terbiasa untuk memakan pakan rumput fermentasi ini.

V.3. Properti Ternak Kambing

Adapun property yang dibutuhkan untuk ternak kambaing adalah sebagai berikut :

1. Sabit
2. Sepatu bot

3. Karung

4. Alat pencacah Rumput

5. Sekop

6. Cangkul

7. Golok

8. Kereta dorong (Artco)

9. Sepeda motor

VI. ASPEK KEUANGAN

6.1 Rencana Alokasi Biaya (RAB)

Kebutuhan biaya untuk merintis dan mengembangkan berbagai usaha, tentu cukup besar.

Sedikitnya kami membutuhkan dana sekitar lima ratus Sembilan juta tiga ratus ribu

rupiah.

Adapun peruntukkannya bisa dilihat pada tabel berikut:

TABEL : RENCANA ALOKASI BIAYA

No URAIAN VOLUME HARGA SUB TOTAL TOTAL


I. Usaha Peternakan Sapi Potong
1 Pengadaan Sapi Bakalan 17 4.000.000 68.000.000
2 Kandang 17 500.000 8.500.000
3 Operasional dan Pakan 6 bulan 20000/e/hr 61.200.000
Jumlah 137.700.000
II. Usaha Peternakan Pengembangan Pembibitan
1 Sapi Bakalan 17 5.000.000 68.000.000
2 Kandang Koloni 17 500.000 8.500.000
6.2 Analisis Usaha

Asumsi:

a. Kambing bakalan (bibit) dan induk kambing

 Jenis Kambing : Simental turunan dan local

 Umur Kambing jantan : ± 2 tahun

 Umur Kambing betina : ± 1,5 tahun

 Harga Kambing jantan : Rp 4.000.000

 Harga Kambing betina : Rp 4.000.000

 Lama pemeliharaan Kambing jantan : 6 bulan

 Lama pemeliharaan Kambing betina : 6 bulan

b. Pakan (kg/ekor/hari)

 HMT : 2 karung

 Konsentrat : 3 kg

 Mineral : 0,5 kg

Harga Pakan (Rp)

HMT : Rp 5.000

Konsentrat : Rp 4.000

Mineral : Rp 1.500

c. Biaya obat cacing : Rp 20.000

d. Biaya vaksin : Rp 30.000


e. Penyusutan kandang (10%) : Rp 2.550.000

f. Tenaga kerja : -

Perhitungan Analisis Usaha

a. Pengeluaran

Investasi :

 Populasi awal 17 ekor Kambing

bakalan umur ± 2 tahun

@ Rp 4.000.000 : Rp 68.000.000

 Pembuatan kandang : Rp 8.500.000

Biaya produksi/operasional (6 bulan)

 HMT 17 ekor x 180 hari : Rp 30.600.000

 Konsentrat 17 ekor x 180 hari : Rp 12.240.000

 Mineral 17 ekor x 180 hari : Rp 4.590.000

 Obat cacing 1 x 17 ekor : Rp 340.000

 Biaya vaksin 1 x 17 ekor : Rp 510.000

 Penyusutan kandang : Rp 2.550.000

Total investasi 17 ekor Kambing + biaya

operasional selama 6 bulan

(tidak termasuk biaya pembuatan

kandang) : Rp 152.830.000

b. Pemasukan

Penjualan Kambing 17 ekor x 300 kg


@ Rp 55.000 : Rp 280.500.000

c. Pendapatan Rp 280.500.000 -

Rp 152.830.000 : Rp 127.670.000 (6 bulan)

R/C Ratio : 280.500.000/152.830.000 = 1,502

6.3 Sumber Dana

Sumber dana untuk membiayai program pengembangan agribisnis di kelompok Tani

Ternak Saiyo Sakato ini, diharapkan berasal dari Anggaran Departemen Pertanian TA

2009.

VII. PENUTUP

Upaya peningkatan pendapatan masyarakat sebagai salah satu target yang dicapai untuk

meningkatkan indeks prestasi sumber daya manusia adalah tangggung jawab semua pihak.

Kelompok Tani Ternak Saiyo Sakato sebagai lembaga yang cukup potensial yang berada di

pedesaan, perlu lebih diperankan. Peran pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian

tentunya harus lebih fokus terhadap peningkatan peran serta masyarakat khususnya dalam upaya

meningkatkan ketersediaan pangan di pedesaan menuju masyarakat adil makmur dan sejahtera.

Air Batu Tapan, 22 Januari 2009

Pembina
Dori Hambali, S.Pt

Pimpinan

Kelompok Tani Ternak Saiyo Sakato

Zainal Arifin

Anda mungkin juga menyukai