Anda di halaman 1dari 10

ALAT PENGUKUR EVAPORASI

LAPORAN

OLEH:
UMUR ADELINA SIDAURUK
210301029
AGROTEKNOLOGI 1

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. Lisa Mawarni, MP

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah
1. untuk mengetahui fungsi prinsip kerja alat dan pemakaian alat pengukur
evaporasi.
2. Mempelajari dan mengetahui cara mengukur penguapan dengan alat ukur
evaporasi.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Evaporasi
Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan suatu larutan
yang terdiri atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang
nonvolatile. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi
dilakukan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan
zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi (Saleh, 2004). Menurut Saleh
(2004), umumnya, dalam evaporasi, larutan pekat merupakan produk yang
diinginkan, sedangkan uapnya diembunkan dan dibuang. Sebagai contoh adalah
pemekatan larutan susu, sebelum dibuat menjadi susu bubuk.
Prinsip kerja pemekatan larutan dengan evaporasi didasarkan pada
perbedaan titik didih yang sangat besar antara zat-zat yang yang terlarut dengan
pelarutnya. Pada industri susu, titik didih normal air (sebagai pelarut susu) 100°C,
sedang padatan susu praktis tidak bisa menguap. Jadi, dengan menguapnya air dan
tidak menguapnya padatan, akan diperoleh larutan yang makin pekat (Saleh, 2004).
Proses evaporasi yang paling sederhana adalah evaporasi pada tekanan
atmosfer. Dimana pada evaporasi ini cairan di dalam suatu wadah terbuka
dipanaskan dan uap air dikeluarkan ke udara atmosfer. Evaporator jenis ini adalah
evaporator yang paling sederhana, tetapi prosesnya lambat dan kurang efisien
dalam pemanfaatan energi (Heldman et al., 2007).
Untuk produk makanan yang sensitif terhadap suhu tinggi, titik didih cairan
atau pelarut harus diturunkan lebih rendah dari titik didih pada kondisi normal
(tekanan atmosfer). Menurunkan titik didih pelarut atau cairan dilakukan dengan
cara menurunkan tekanan di atas permukaan cairan menjadi lebih rendah dari
tekanan atmosfer atau disebut vakum (Wirakartakusumah, 2001). Karena menurut
Heldman et al. (2007), memperlama bahan pangan yang sensitif terhadap panas
pada temperatur tinggi selama proses evaporasi terbuka menyebabkan hilangnya
rasa dan menurunnya kualitas produk. Maka, dikembangkanlah evaporator yang
dioperasikan pada temperatur rendah yang dilakukan pada ruang vakum. Perlu
diperhatikan bahwa titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan. Makin tinggi
tekanan, maka titik didih juga semakin tinggi.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Data
Menurut Ruhiyat (2014), data yang baik harus di bandingkan dengan data
ditempat lain sehingga perbedaan yang di tunjukan oleh data tersebut betul-betul
karena iklim dan bukan dengan cara pengambilan data yang salah, kualitas dataakan
di ukur pada suatu tempat di pengaruhi oleh keadaan lingkungan, cara penempatan
alat, macam peralatan, waktu pengamatan dan mental pengamat.
1. Pengaruh Lingkungan
Suatu lokasi di anggap mendukung apabila iklim dan cuaca yang bagus,
misalnya pengaruh curah hujan di lereng gunung curah hujannya lebih tinggi
daripada kaki gunung. Angin laut di daerah pantai umumnya kencang
selanjutnya melemah jika menjauhi pantai. Umumnya tempat yang tinggi lebih
banyak hujan nya tetapi suhu udara lebih rendah, sedangkan tempat yang rendah
justru sebaliknya.
2. Faktor Peralatana.
a. Keseragaman Peralatan
Alat-alat yang di gunakan harus tahan lama dari pengaruh buruk
cuaca,ketahanan alat terhadap cuaca sangat di perlakukan untuk dapat
setiapwaktu mengukur perubahan cuaca. Jenis peralatan bisa disamakan
denganperalatan yang digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika,
yangmerupakan suatu instansi yang mengelola data meteorologi di peroleh dari
berbagai tempat di seluruh Indonesia.
b. Keseragaman Pemasangan Alat
Di stasiun iklim banyak peralatan yang di pasang dengan persyaratantidak
saling terganggu. Syaratnya suatu taman yang baik adalah:
• Berada di permukaan datar, rata sepenuhnya tertutup rumputpendek
yang di pelihara baik.
• Berada didaerah terbuka diberi pagar pelindung
• Luas dan tersusun dengan baik
• Pintu masuk di sebelah utara/selatan dan tidak menghalangiterhadan
posisi alat.
3. Waktu
Pengamatan bumi berputar pada porosnya fenomena ini terlihat pada sistem
koordinat menurut lintang atau bujur. Setiap waktu di setiap tempat di sebut
waktu setempat (WST) sesuai dengan waktu surya. Waktu nilah yang
dipakai untuk waktu pengamatan. Untuk menentukan Wst dalam wilayah
dan kemudian di koreksikan dengan waktu revolusi dapat di pakai rumus:
Ww = Wst + B + T
Keterangan:
WW : waktu wilayah (Wib, Wita, Wit )
Wst : waktu setempat
B : beda waktu dalam menit
T : Koreksi waktu akibat revolusi bumi
Untuk menentukan nilai B (bisa negatif atau positif ):
B = ( dww-dbt ) menit
Keterangan:
Dww : derajat waktu wilayah
Dbt : derajat bujur timur, tempat yang akan di tentukan.

4. Faktor Pengamat
Beberapa pelajaran rutin seseorang penganut cuaca antara lain pemasangan
kertas pias. Perputaran pegas jam, Pengaturan pegas jam.Pengaturan kembali
thermometer maximum-minimum, pengosongan penakarhujan, penambahan
atau pengurangan air dalam bak penguapan. Oleh karena beragamnya
pekerjaan, ada beberapa tipe kesalahan yang biasa terjadi:
1. Kesalahan waktu (Time Error): hal ini disebabkan ketidak tepatan
perputaran silinder jam. Bila tidak cocok dengan arloji dibetulkan dengan
memutar sekrup pentagur.
2. Kesalahan titik nol (Zero Error): kesalahan titik nol memberikanperbedaan
yang tetap terhadap nilai yang benar. Disebabkanketerlambatan berubah
posisi kedudukan pena.
3. Kesalahan skala: terjadi bila range pada kertas pias tidak samadengan range
yang tercatat alat tanpa perekam.
Data yang dikumpukan sepanjang tahun akan menumpuk, demikian pula
jika dikumpulkan sampai jangka waktu sepuluh tahun. Data harus disusundalam
bentuk seragam sehingga memudahkan pengolahan selanjutnya danmember
informasi tentang pola-pola iklim yang terjadi di suatu tempattertentu. Data
disimpan secara rapi dari sepanjang umur berdirinya stasiuniklim sehingga
biladiperlukan data lama maka mudah dicari.
BAHAN DAN ALAT

Komponen:
1. Bak/panci
2. Tangkai berskala (mm)
3. Penyangga
4. Mur/ring
5. Petunjuk berbentuk pancing
6. Silinder still well
PRINSIP KERJA ALAT DAN PEMAKAIAN
1. Menggunakan Paku Petunjuk (Fixed Point Gauge)
Kita harus memperhatikan keseimbangan permukaan air terhadap ujung
paku yang terletak dalam tabung. Dimana tabung ini berdiameter 10
cmberlubang kecil bagian bawahnya. Silinder ini berguna sebagai peredam
riaksaat dilakukan pengukuran. Pengukuran selalu di kaitkan dengan data
curahhujan yang terjadi, dengan cara menambah atau mengurangi beberapa
volumeair agar permukaan air tetap seimbang dengan ujung paku, sehingga
dalampengukuran perlu di perhatikan kriteria sebagai berikut.
• Bila tidak terjadi hujan maka besarnya penguapan adalah sama
denganair yang ditambah E0 = (P0-P1) mm.
• Bila ada hujan sebesar X mm dan perukaan air bersih di bawah
ujungmasih tampak, maka besarnya penguapan sam dengan jumlah
airpenambahan di tambah air hujan atau: E0 = (P0-P1) + X mm.
• Bila terjadi hujan akan tetapi permukaan air setara/seimbang
denganujung paku maka besarnya penguapan (E0) adalah sama dengan
jumlahair hujan atau E0 = X mm
• Bila terjadi hujan X mm dimana penguapan air diatas ujung paku
makabesarnya penguapan (E0) adalah sama dengan jumlah hujan di
kurangidengan air yang di ambil atau E0 = (P0-P0) mm2 .

2. Menggunakan Petunjuk Pancing (Hook Gauge)


Penggunaan alat ini dengan penggunaan petunjuk paku tangkainya
terendam keseluruhan sedang petunjuk pancing tangkainya mencuat keatas
permukaan dan tangkai pada mur yang dapat diputar ke kanan diukur oleh
mikrometer. Dengan rumus E0 = (P0-P1) + CH mm
Keterangan:
P0: posisi awal dari air yang ditunjukan oleh mikrometer
P1: pembacaan atau posisi akhir setelah terjadi evaporasi
E0: jumlah air yang menguap
CH: jumlah curah hujan (rata-rata dalam ombrometer)
Pengukuran dengan mikrometer mempunyai kentungan yaitupengukuran
sedapat lebih cepat dan tepat, sedangkan kelemahannya bilapengamat tidak
mengambil posisi muka air seperti semula sehingga nilaievaporasi menjadi
lebih kecil.

(pengukuran tinggi muka air)


DAFTAR PUSTAKAA

Ruhiyat, Misbah, 2014. Petunjuk Praktikum Klimatologi. UMM Press.Malang.

Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan :
Universitas Sumatera Utara.

Wirakartakusumah, M.A., K. Abdullah, A.M. Syarief. 2001. Sifat Fisik Pangan.


PAU Pangan Gizi IPB, Bogor. Hal: 26-31.

Anda mungkin juga menyukai