Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Allah berfirman dalam surah Atthariq ayat 11 dan 12

11. Demi langit yang mengandung hujan 12. dan bumi yang mempunyai
tumbuh-tumbuhan
Raj'i berarti kembali. hujan dinamakan Raj'i dalam ayat ini, karena hujan itu
berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi,
kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah
seterusnya. Peristiwa yang diisyaratkan dalam Alquran ini tidak lain adalah yang
biasa dikenal dengan siklus hidrologi yang tentunya penting untuk dipahami.
Penguapan merupakan unsur hidrologi yang sangat penting dalam proses
hidrologi. Akan tetapi tidak semua analisis dalam hidrologi memasukkan variabel
penguapan sebagai bagian yang penting. Besarnya penguapan pada analisis
hidrologi untuk pengendalian banjir dari tampungan air di alur sungai umumnya
diabaikan. Penguapan diperhitungkan pada analisis hidrologi perencanaan
ketersediaan air, perencanaan irigasi, neraca air (water balance) waduk, dan
pengelolaan lahan (field management) (Harto, 1993: 80).
BMKG Jayapura menggunakan panci penguapan kelas A sebagai alat ukur
penguapan. Panci kelas A penguapan juga digunakan di semua BMKG di Indonesia.
Tentu terdapat beberapa alasan digunakannya panci penguapan kelas A sebagai alat
ukur penguapan. Untuk itu penelitian ini mencoba menganalisis pengukuran
penguapan dari sisi prinsip kerjanya.

1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud
1) Manfaat umum yaitu memberikan informasi tambahan mengenai
penguapan, pengukurannya, dan dampaknya terhadap kehidupan.
2) Manfaat bagi peneliti yaitu menambah wawasan dan penerapan keilmuan
mengenai penguapan dan prinsip kerja dari alat pengukur penguapan.
3) Manfaat bagi instansi yaitu sebagai informasi tambahan mengenai
pengukuran penguapan menggunakan panci penguapan kelas A.
Tujuan
1) Memahami prinsip kerja panci penguapan kelas A.
2) Mengetahui manfaat dari pengukuran penguapan menggunakan panci
penguapan kelas A.

1.3. Landasan Teori


Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap. Uap air di udara berasal
dari penguapan air di bumi. Kondensasi dan presitipasi ini menggembalikan air ke
bumi. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan ialah temperatur benda dan
udara.kecepatan angin, kelembaban udara,Intensitas radiasi matahari dan tekanan
udara, jenis permukaan benda serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu diukur untuk
mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat melalui curah hujan dan
air yang hilang melalui evaporasi. Alat pengukur evaporasi yang paling banyak
digunakan sekarang adalah Panci kelas A. Open Pan Evaporimeter termasuk alat non
recorder (alat yang harus di baca pada saat-saat tertentu untuk memperoleh data, alat
ini tidak dapat membaca sendiri).
Open Pan Evaporimeter berfungsi untuk mengukur evaporsi/penguapan pada
periode waktu tertentu. Alat ini berupa sebuah panci bundar besar terbuat dari besi
yang di lapisi bahan anti karat degan garis tengah/diameter 122 cm dan panci ini

2
ditempatkan diatas tanah berumput dan tanah gundul, alat tersebut dari kayu yang
bagian kayu atas dicat warna putih gunanya untuk mengurangi penyerapan radiasi.
Tinggi air dari bibir panci ±5 cm, bila air berkurang harus segera ditambah
besarnya penguapan sesuai waktu pengamatan :
Penguapan panci terbuka pada tanah berumput pendek dilengkapi dengan
Hook Gauge dan Still Well.

a) Hook Gauge
Yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi air dalam
panci, terdiri dari sebuah batang yang berskala dengan sebuah skrup
berada pada batang tersebut yang digunakan sebagai pengatur, letak
ujung alat berupa pancing sampai tepat menyentuh pada permukaan
air panci.
Besarnya perubahan volume air dapat dihitung dengan
membaca skala millimeter pada batang micrometer, dan skala
seperseratus millimeter dibaca dari mur yang mengelilingi batang
micrometer. Perhitungan dilakukan dengan rumus : Eo = jumlah air
yang dievaporasi, Po = pembacaan awal dari permukaan air yang
ditunjukan oleh micrometer, P1 = Pembacaan akhir setelah terjadi
evaporas, CH = Curah Hujan.

b) Still Will
Berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan) yang
berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki
terdapat skrup untuk menyetel/mengatur kedudukan agar letaknya
horizontal. Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga
permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan air dalam

3
panci, sehingga penyetelan ujung pancing dapat lebih mudah
dilakukan.
Kesalahan besar dari pengukuran evaporasi terletak pada tinggi
air dalam panci. Oleh sebeb itu muka air selamanya harus
dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5 cm dibawah bibir panci.
Makin rendah muka air dalam panci, makin rendah juga terjadinya
penguapan. Kejernihan air dalam panci perlu diperhatikan. Air yang
dikeruh, evaporasi yang terukur akan rendah pula. Usahkan air jangan
sampai berlumut. Sekeliling panci harus ditumbuhi rumput pendek.
Permukaan tanah yang terbuka atau gundul menyebabkan evaporasi
yang terukur tinggi (efek oase). Pasanglah alat pada tempat terbuka
tidak terhalang oleh benda-benda lain dan berada ditengah-tengah
lapang rumput dari stasiun klimatologi.

1.4. Rumusan Masalah


1) Bagaimanakah prinsip kerja dari panci penguapan kelas A?
2) Apa saja manfaat dari pengukuran penguapan?

1.5. Batasan Masalah


1) Penelitian ini dititik beratkan pada analisis prinsip kerja dari panci
penguapan kelas A dan penggunaannya. Pembahasan diluar prinsip kerja
merupakan kajian pendukung dan bahasan mengenai manfaat dari
pengukuran penguapan menggunakan panci penguapan kelas A.
2) Kegiatan pengamatan dan pengambilan data penguapan yang dilakukan
adalah untuk mempraktikkan proses pengukuran penguapan dan sebagai
tinjauan praktis sebagai penambah analisis prinsip kerja panci penguapan
kelas A.

4
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan
tujuan, landasan teori, rumusan masalah, batasan masalah,
sistematika penulisan, metode pengumpulan data, lokasi studi.
BAB II PEMBAHASAN TUGAS
Pada bab ini membahas dari data-data yang telah di peroleh
maupun di kumpulkan dan menjadi pusat penyelesaian dari
masalah yang ada dalam tulisan ini.
BAB III PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan data yang telah
dikumpulkan serta saran.

1.7. Metode Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data kami menggunakan metode :
 Literatur / Bacaan
 Wawancara
 Survey

1.8. Lokasi Studi


 Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG), alamat Jalan Raya
Abepura Entrop, Kota Jayapura Papua.
 Telkom Jayapura
 Internet

5
BAB II
PEMBAHASAN TUGAS
PENGAMATAN ALAT UKUR PENGUAPAN

2.1. Pengertian Penguapan

Peristiwa air atau es menjadi uap dan naik ke udara disebut penguapan dan
berlangsung tidak berhenti-henti dari permukaan air, permukaan tanah, padang
rumput, persawahan, hutan dan lain-lain. Penguapan ini terjadi pada setiap
keadaan suhu, sampai udara di atas permukaan menjadi jenuh dengan uap (Mori,
2006: 11).

Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan air, tanah, dan berbentuk
permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk
berlangsungnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan
air(Asdak, 2007: 101).

Sebagian radiasi gelombang pendek (shortwave radiation) matahari akan


dirubah menjadi energi panas di dalam tanaman, air, dan tanah. Panas yang
dipakai untuk menghangatkan partikel-partikel di udara dan tanpa mengubah
bentuk partikel tersebut dinamakan panas-tampak (sensible heat). Sebagian dari
energi matahari akan diubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan
menyebabkan perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah
sehinggaudara di atas permukaan tanah jenuh (Asdak, 2007: 101).

Ketersediaan air yang dimaksud melibatkan tidak saja jumlah air yang ada,
tapi juga persediaan air yang siap untuk terjadinya evaporasi. Permukaan bidang
evaporasi yang kasar akan memberikan laju evaporasi yang lebih tinggi daripada
bidang permukaan rata karena pada bidang permukaan yang lebih kasar besarnya
turbulen meningkat (Asdak, 2007: 101 – 102).

Penguapan merupakan unsur hidrologi yang sangat penting dalam


keseluruhan proses hidrologi. Meskipun dalam beberapa analisis untuk
kepentingan tertentu seperti analisis banjir, hal ini tidak merupakan unsur yang
dominan, akan tetapi untuk kepentingan lain seperti untuk analisis irigasi, analisis
bendungan, penguapan memegang peranan yang penting (Harto, 1993: 80).

6
Penguapan (evaporation) adalah proses perubahan dari molekul air dalam
bentuk cair ke dalam bentuk gas. Tentu pada saat yang sama akan terjadi pula
perubahan molekul air dari gas ke zat cair, dalam hal ini disebut pengembunan
(condensation). Sehingga sebenarnya laju penguapan adalah laju neto, yaitu
perbedaan antara laju evaporasi dikurangi dengan laju kondensasi. Penguapan
hanya terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan uap air antara permukaan dan
udara di atasnya. Dapat dimengerti bila kelembapan udara mencapai 100%, maka
penguapan akan terhenti (Harto, 1993: 80).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguapan adalah


proses perubahan dari molekul air dari bentuk es atau cair menjadi gas yang
terjadi akibat perbedaan tekanan uap air antara permukaan dan udara di atasnya.
Perbedaan tekanan uap air ini dipengaruhi oleh radiasi matahari, ketersediaan air,
suhu, kelembapan, tekanan atmosfer, dan kecepatan angin.

2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penguapan

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju penguapan (Harto, 1993: 80).

1) Temperatur. Untuk menguapkan 1 g air, diperlukan kurang lebih 540


kalori pada temperatur 100oC. panas tersebut dapat bersumber dari radiasi
matahari, panas yang tersedia di atmosfer (sensible heat), maupun dari
dalam tanah, atau massa air itu sendiri.

2) Angin. Disebutkan sebelumnya, bila udara di atas permukaan telah jenuh,


maka penguapan akan terhenti sama sekali. Angin berfungsi memindahkan
lapisan udara jenuh tersebut dan menggantikannya dengan lapisan udara
lain, sehingga penguapan dapat berjalan terus.

3) Kualitas air. Salinitas air menyebabkan menurunnya laju penguapan,


sebanding dengan kadar salinitas air tersebut. Air laut dengan kandungan
garam 2-3% mempunyai laju penguapan yang juga 2-3% lebih rendah
dibandingkan degan air tawar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan antara lain (Asdak, 2007: 102 –


104):

1) Panas diperlukan untuk berlangsungnya perubahan bentuk dari zat cair ke gas
dan secara alamiah matahari menjadi sumber energi panas. Energi panas-

7
tak tampak (latent heat) pada proses evaporasi datang sebagai energi
panas gelombang pendek (shortwave radiation) dan energi panas
gelombang panjang (longwave radiation). Energi panas gelombang pendek
merupakan sumber energi panas terbesar dan akan mempengaruhi
besarnya air yang dapat diuapkan dari permukaan bumi sesuai dengan
ketinggian tempat dan musim yang berlangsung. Sedang energi panas
gelombang panjang adalah panas yang dilepaskan oleh permukaan bumi
ke udara dan bersifat menambah panas yang telah dihasilkan oleh energi
panas gelombang pendek.

2) Suhu udara, permukaan bidang penguapan (air, vegetasi, dan tanah), dan
energi panas yang berasal dari matahari adalah faktor-faktor penting yang
perlu dipertimbangkan dalam menghitung besarnya evaporasi. Makin
tinggi suhu udara di atas permukaan bidang penguapan, makin mudah
terjadi perubahan bentuk dari zat cair menjadi gas. Dengan demikian, laju
evaporasi menjadi lebih besar di daerah tropik daripada daerah beriklim
sedang. Perbedaan laju evaporasi yang sama juga dijumpai di daerah
tropik pada musim kering dan musim basah.

3) Kapasitas kadar air dalam udara juga dipengaruhi secara langsung oleh
tinggi rendahnya suhu di suatu tempat tersebut. Besarnya kadar air dalam
udara di suatu tempat ditentukan tekanan uap air, ea, (vapour pressure)
yang ada di tempat tersebut. Proses evaporasi tergantung pada defisit
tekanan uap air jenuh. Dvp, (saturated vapour pressure deflict) di udara
atau jumlah uap air yang dapat diserap oleh udara sebelum udara tersebut
menjadi jenuh. Defisit tekanan uap air jenuh adalah beda keadaan antara
tekanan uap air jenuh pada permukaan bidang penguapan (tajuk vegetasi) dan
tekanan uap air nyata di udara. Dengan demikian, evaporasi lebih
banyak terjadi di daerah pedalaman di mana kondisi udara cenderung lebih
kering daripada daerah pantai yang lebih lembap akibat penguapan air dari
permukaan laut.

4) Ketika proses penguapan berlangsung, udara di atas permukaan bidang


penguapan secara bertahap menjadi lebih lembap, sampai pada tahap
ketika udara menjadi jenuh dan tidak mampu menampung uap air lagi.
Pada tahap ini, udara jenuh di atas permukaan bidang penguapan tersebut
akan berpindah ke tempat lain akibat beda tekanan dan kerapatan udara,

8
dan dengan demikian, proses penguapan air dari bidang penguapan
tersebut akan berlangsung terus-menerus. Hal ini terjadi karena adanya
pergantian udara lembap oleh udara yang lebih kering atau gerakan massa
udara dari tempat dengan tekanan udara lebih tinggi ke tempat dengan
tekanan udara lebih rendah. Proses perpindahan massa udara seperti itu
disebut proses adveksi. Dalam hal ini, peranan kecepatan angin di atas
permukaan bidang penguapan merupakan faktor yang penting untuk
terjadinya evaporasi. Penguapan air daerah lapang seharusnya lebih besar
dibandingkan daerah dengan banyak naungan karena pada keadaan yang
pertama perpindahan udara menjadi lebih bebas.

5) Sifat alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses


evaporasi melalui perubahan pola perilaku angin. Pada bidang permukaan
yang kasar atau tidak beraturan, kecepatan angin akan berkurang oleh
adanya proses gesekan. Tapi, pada tingkat tertentu, permukaan bidang
penguapan yang kasar juga dapat menimbulkan gerakan angin berputar
(turbulen) yang dapat memperbesar evaporasi. Pada bidang permukaan air
yang luas, angin kencang juga dapat menimbulkan gelombang air besar
dan dapat mempercepat terjadinya evaporasi.

Hubungan antara penguapan dan kelembapan (humadity) dapat


diperkirakan dengan rumus eksperimental Mitscherlich (Mori, 2006: 11)
D = (12.3 ± 0.1) V.............................................................................. (2.1)
Di mana V adalah jumlah penguapan dalam 24 jam (mm). D adalah selisih
kejenuhan (saturation difference) = selisih berat antara jumlah uap yang jenuh
dalam satuan isi (g) dengan jumlah uap pada saat itu (g).
Hubungan antara kecepatan penguapan dan kecepatan angin dapat
digunakan rumus Trabert yang menyatakan bahwa kecepatan penguapan adalah
berbanding lurus dengan akar dari kecepatan angin (Mori, 2006: 11)
V = C(1+αt)√ ν (PW-P)........................................................................ (2.2)
Di mana V adalah kecepatan penguapan (jumlah yang menguap dalam satuan
waktu). C merupakan sebuah tetapan yang ditentukan oleh alat ukur penguapan di
tempat yang disinari matahari atau tempat yang ternaung (0.237 dalam sangkar

9
meteorologi). α merupakan koefisien pengembangan volume yakni 1/271. t adalah
suhu (oC). v adalah kecepatan angin (mm/detik). Pw adalah tekanan maksimum
uap di permukaan air pada suhu toC (mb). P adalah tekanan uap pada saat
pengamatan pada suhu toC.
Besar kecilnya penguapan ditentukan oleh faktor suhu udara, kecepatan
angin, kualitas air, energi panas matahari, kelembapan, dan bidang permukaan.
Suhu udara, kecepatan angin, dan berkorelasi positif terhadap laju penguapan.
Kelembapan udara berkorelasi negatif terhadap laju penguapan. Pengaruh
dari kualitas air terhadap laju penguapan adalah menurunkan laju penguapan sebesar
persentase dari salinitas tersebut. Pada bidang permukaan yang kasar penguapan
cenderung lebih tinggi akibat turbulensi angin.

2.3. Pengukuran Penguapan


Pengukuran evaporasi dari permukaan badan air dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah air yang diukur antara dua waktu yang berbeda. Bila saat
dilakukan pengukuran turun hujan, maka jumlah curah hujan pada saat tersebut
juga perlu dipertimbangkan. Dalam praktiknya, analisis neraca air (water budget
analysis) dapat dilakukan untuk mengukur besarnya Eo (Asdak, 2007: 104).
Evaporasi dari suatu waduk atau danau dalam waktu yang berurutan dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan matematik sebagai berikut ini
(Asdak, 2007: 105):
Eo = I – 0 - ΔS.................................................................................. (2.3)
I = masukan air ke waduk di tambah curah hujan yang langsung jatuh pada
permukaan waduk, O = air keluaran dari waduk ditambah bocoran air dalam tanah
(seepage), dan ΔS = perubahan kapasitas tampung waduk.
Evaporasi permukaan air terbuka (Eo) adalah penguapan permukaan air
bebas tumbuhan. Pada permukaan air yang tenang tidak bergelombang, laju
penguapan akan tergantung pada suhu dan tekanan uap air di atas permukaan air.

10
Suhu air menentukan tekanan uap air pada permukaan air, dan laju
evaporasi sebanding dengan perbedaan tekanan uap air antara permukaan air dan
udara di atasnya. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi Eo, tiga di antaranya
menjadi faktor utama. Mereka adalah kecepatan angin (u) di atas permukaan air,
tekanan uap air pada permukaan air (eo) yang merupakan fungsi dari suhu, dan
tekanan uap air di atas permukaan air (ea). Ketiga faktor ini tergabung dalam
persamaan matematik untuk mengukur besarnya Eo (Asdak, 2007: 105).
Eo = C (eo – eo ).................................................................................. (2.4)
C adalah angka tetapan dan besarnya dapat dihitung melalui persamaan:
C =(0,44+0,073u)(1,465−0,00073p) ............................................... (2.5)
u = kecepatan angin rata-rata (km/jam) diukur pada ketinggian 0.5 m di atas
permukaan tanah, p = tekanan atmosfer (mmHg). Dalam hal ini waduk, nilai Eo
dikalikan angka tetapan 0.77. Kolam dengan ukuran kecil mempunyai angka C:
C = 15+ 0,9u.....................................................................................(2.6)
Sedang untuk danau dan waduk kecil, besarnya angka C menjadi
C = 11+ 0,68u...................................................................................(2.7)
u = kecepatan angin rata-rata (km/jam) dan nilai ea dalam hal ini diukur pada
ketinggian 7,6 m di atas permukaan tanah.
Untuk mengukur/memperkirakan besarnya penguapan dari muka air bebas,
pada dasarnya dapat digunakan sebarang bejana. Dalam praktik dikenal beebrapa
panci penguapan (evaporation pan) yang telah banyak digunakan, di
antaranya(Harto, 1993: 82):

1) panci penguapan kelas A (class A evaporation pan)


2) panci penguapan tertanam (sunken evaporation pan)
3) panci penguapan terapung (floating evaporation pan)

11
Panci penguapan kelas A merupakan alat yang paling banyak digunakan
dan telah direkomendasikan oleh WMO (World Meteorological Organisation)
dan IASH (International Association of Scientific Hydrology) sebagai panci
referensi. Alat tersebut terdiri dari panci penguapan logam bergaris tengah 121.9 cm,
tinggi 25.4 cm dilengkapi dengan ‘hook gauge’ untuk mengukur permukaan air.
Selain itu, masih dilengkapi dengan termometer apung (floating thermometer), dan
pengukur kecepatan angin (anemometer) (Harto, 1993: 82).

Pengukuran dengan panci penguapan dapat dilakukan dengan membaca


perbedaan muka air sebelum dan sesudah ditambah dengan cara sebagai berikut
(Harto, 1993: 83):
1) Semua besaran yang terekam oleh alat-alat pendamping perlu dicatat,
sebagai kondisi setempat.
2) Muka air dalam panci diukur dengan ‘hook gauge’ atau dengan
pelampung.
3) Penguapan harian merupakan perbedaan pembacaan tinggi muka air dalam
panci pada hari berikutnya, dan bila terjadi hujan perlu diadakan koreksi.

Besar penguapan yang diperoleh dengan panci penguapan jenis ini selalu
lebih besar daripada yang sebenarnya. Hal tersebut terjadi karena beberapa hal,
antara lain (Harto, 1993: 83):
1) luas permukaan yang sempit, tidak terdapat gelombang di permukaan,
serta turbulensi udara di permukaan lebih kecil,
2) kemampuan massa air untuk menyimpan panas (heat storage capacity)
berbeda antara panci penguapan dan danau, atau massa air yang lebih
besar.
3) terjadinya pertukaran panas (heat exchange) antara panci dengan tanah, air
dan udara sekitarnya.

12
Oleh sebab itu, hasil pengukuran dengan panci ini masih perlu dikoreksi dengan
koefisien panci (pan coefficient). Untuk jenis panci ini, koefisiennya sebesar
antara 0.65 – 0.85 (Harto, 1993: 83).

Berdasarkan kenyataan perbedaan hasil pengukuran tersebut maka diupayakan


rancangan panci penguapan lain dengan maksud pengaruh latent heat dalam tanah di
sekitar badan air yang menguap tersebut. Alat ini di kenal dengan Colorado sunken
pan. Namun dengan panci ini hasil yang di peroleh juga tidak lebih baik. Panci ini
memerlukan koefisien panci sebesar 0,75 – 0,86 (harto,1993: 83)

Upaya ini adalah membuat Floating pan. Secara fisik rancangannya sama
dengan panci lain, bedanya panci ini dipasang di atas pelampung dan diapungkan di
atas badan air yang luas seperti danau dan rawa. Panci ini memerlukan perlengkapan
tambahan berupa kisi-kisi untuk mencegah splashing air ke dalam panci.Konstruksi

13
dan biayanya mahal, namun hasil pengukurannya juga tidak lebih baik dan
memerlukan koefisien panci sebesar 0,85 (Harto, 1993: 83).

Panci penguapan kelas A terbuat dari pelat tembaga dengan diameter 20 cm dan
dalam 20 cm tetapi atas (mulutnya) tajam seperti pisau. Panci ini di isi dengan air
jernih sedalam 20mm (628cm3) yang di ukur dengan silinder pengukur. Dan
dibiarkan selama 1 hari. Pengukuran diadakan ke esokan harinya dan selisih
menunjukan banyaknya penguapan yang terjadi (Mori,2006: 58).
Banyaknya evaporasi = air yang dituangkan + curah hujan (jika ada)
yang sisa keesokan harinya : luas (315cm2).
Satuan evaporasi adalah mm/hari.
Untuk pemeliharaan panci yang besar, harus diperhatikan hal
berikut (Mori, 2006: 59) :
1) Debu dan minyak yang mengambang di permukaan air harus dibuang
dengan saringan.
2) Jika silinder gelas itu telah kotor atau telah tertutup dengan kotoran, maka
gelas itu harus dibersihkan.
3) Panci itu harus kadang-kadang dibersihkan (diganti airnya) untuk
menghindarkan pengendapan debu.
4) Posisi alat ukur muka air tidak boleh dirubah jika tidak perlu. Jika
dirubah/dipindahkan karena pembersihan panci, maka garis dasar (datum
line) dan permukaan air harus diukur kembali.

14
5) Jika diperkirakan akan terjadi curah hujan yang banyak, maka sebelumnya air
dalam panci itu harus dibuang secukupnya supaya tidak terjadi peluapan
yang tidak memungkinkan untuk diadakan pengukuran.
6) Pemeliharaan-pemeliharaan ini harus dilakukan segera setelah diadakan
pengukuran.

Jika pemeliharaan itu diadakan pada sesuatu ketika, maka dalamnya air
sebelum dan sesudah pemeliharaan harus diukur. Pengamatan banyaknya
evaporasi harus dibaca pada alat pengukur permukaan air. Untuk maksud ini,
maka alat itu diputar arah ke kiri. Jika jarum penunjuknya telah mencapai
permukaan air, maka pembacaan dilakukan. Pembacaan dapat dilakukan sampai
satuan 1/100 mm. Sesudah pembacaan, maka jarum penunjuk itu dinaikkan (Mori,
2006: 59).
Kemudian suhu air diukur. Termometer itu digerakkan perlahan-lahan
seperti mengaduk air lalu diadakan pembacaan-pembacaan suhu air kira-kira pada
pertengahan kedalaman air. Harga yang didapat itu kemudian dicatat sesudah
dikalibrasikan terhadap harga 4oC (Mori, 2006: 59).
Umumnya banyaknya evaporasi dari panci evaporasi yang kecil adalah
lebih besar dari evaporasi panci yang besar. Hubungan antara banyaknya
evaporasi dalam setahun dari permukaan air yang luas dengan evaporasi dari
panci evaporasi telah diselidiki. Hubungan itu disebut koefisien panci. Untuk
panci evaporasi dengan diameter 1,20 m koefisien itu adalah rata-rata 0,70.
Mengingat harga yang didapat dari panci evaporasi itu dianggap telah mewakili
daerah yang bersangkutan, maka letak panci evaporasi itu harus disesuaikan
dengan kondisi permukaan tanah sekelilingnya seperti persawahan, perladangan,
padang rumput, dan sebagainya. Biasanya panci evaporasi itu harus dipasang
bersama-sama dengan alat ukur hujan, karena diperlukan untuk perhitungan
evaporasi. Lebih baik panci evaporasi itu dipasang bersama alat-alat ukur faktor-

15
faktor yang sangat berhubungan dengan evaporasi seperti kecepatan angin,
sinarmatahari, suhu udara, kelembapan udara, dan lain-lain (Mori, 2006: 59).
Pengukuran tinggi permukaan dilakukan dengan dua cara, yaitu
menggunakan paku pembatas tinggi permukaan (fixed point gauge),
menggunakan batang mikrometer (hook gauge). Pada cara pertama, ditengah
tabung dipasang tegak lurus sebuah paku berujung sangat runcing. Tinggi paku 20 cm
sebagai pembatas permukaan air pada permulaan dan akhir suatu periode
pengukuran. Pada jam pengamatan setiap hari (misalnya pukul 07.30) dilakukan
penambahan atau pengurangan air panci. Jumlah air penambah atau pengurang
ditakar dengan teliti menggunakan gelas ukur dan jumlahnya dicatat. Untuk panci
kelas A dengan ukuran baku seperti telah dijelaskan volume 1000 ml setara
dengan nilai tinggi 0,875 mm (Nawawi, 2001: 13).

Keuntungan penggunaan paku pembatas permukaan air adalah bahwa


penguapan senantiasa berlangsung pada permulaan tinggi permukaan yang sama ialah
20 cm, juga pada volume yang sama. Kelemahannya adalah kurang praktis karena
penakaran dengan gelas ukur sering memakan waktu terutama di saat turun hujan
lebat (Nawawi, 2001: 13).
Cara kedua dengan menggunakan batang pengukur berskala (mikrometer)
yang teliti serta dapat digeser turun atau naik dengan memutar sekrupnya. “Hook
gauge” ini terletak menggantung di tabung perendam. Sebagai indeks tinggi
permukaan air adalah ujung batang yang dibuat tajam. Skala yang tertera mampu

16
menunjukkan perubahan tinggi permukaan sampai sepersepuluh millimeter. Nilai
evaporasi diketahui dari selisih tinggi permukaan dari dua kali pengukuran
setelah nilai curah hujan diperhitungkan. Setelah diukur panci harus ditambah air
sehingga permukaan tidak turun melewati batas 2,5 cm (Nawawi, 2001: 14).
Perhitungan penguapan (E0) berdasarkan ketinggian air terhadap paku,
yaitu ketinggian pengukuran awal P0 dan ketinggian pengukuran akhir P1, dibagi
menjadi empat cara, yaitu (Nawawi, 2001: 13).
1) Apabila tidak terjadi hujan, maka
E0 = (P0 - P1) mm .................................................................... (2.8)
2) Apabila terjadi hujan X mm, dan P0 > P1, maka
E0 = (P0 - P1) + X mm ............................................................ (2.9)
3) Apabila terjadi hujan Y mm, dan P0 = P1, maka
E0 = Y mm .............................................................................. (2.10)
4) Apabila terjadi hujan Z mm, dan P0 < P1, maka
E0 = Z – (P1 –P0) mm .............................................................. (2.11)
Keuntungan penggunaan “Hook gauge” yakni pengukuran lebih cepat dan
mudah. Kelemahannya apabila pengamat tidak mengembalikan tinggi permukaan air
dengan cermat sesuai dengan ketentuannya, maka proses penguapan berlangsung
pada volume air yang tidak tetap. Kelemahan Panci Kelas A terutama bila terganggu
hujan lebat. Pertama, selama hujan berlangsung permukaan air di dalam panci
semakin naik sehingga percikan air keluar panci mudah terjadi, sehingga
mengganggu pengukuran. Kedua, bila hujan sangat lebat (melebihi 50 cm)
terjadilah luapan air panci sehingga pengukuran E0 tidak dapat dilaksanakan
(Nawawi, 2001: 14).
Cara mengatasinya apabila terjadi hal yang demikian adalah dengan
membuat saluran untuk mengalirkan kelebihan air hujan serta bejana
penampungnya. Celah penyalur sebaiknya dibuat pada ketinggian 20 cm dari
dasar panci. Bejana penampung harus cukup besar, tertutup pada bagian atasnya,
serta diletakkan lebih rendah dari panci. Letak bejana tidak boleh menghalangi

17
panci dari tiupan angin. Dalam hal ini dapat ditempatkan di bawah permukaan
tanah. Kapasitas bejana hendaknya disesuaikan dengan kemungkinan curah hujan
maksimum sehari ditempat tersebut (Nawawi, 2001: 14).
Penggunaan panci penguapan kelas A terbatas pada hari-hari dengan curah
hujan > 30mm (203mm pengukur hujan) kecuali sebelum pengukuran dikurangi lebih
dari sekali per 24 jam. Analisis curah hujan harian dan pembacaan penguapan
di daerah dengan peristiwa yang biasanya hujan deras menunjukkan bahwa hampir
tanpa gagal, pada hari-hari dengan curah hujan lebih dari 30 mm.
Kesalahan yang paling umum dan jelas adalah pada curah hujan harian > 55
mm (203 mm curah hujan) di mana air dalam panci penguapan kelas A kemungkinan
akan meluap (Bosman, 1987: 307 – 323).
Perbandingan penguapan yang sebenarnya terhadap penguapan terukur
sangat bervariasi, tergantung pada cuaca dan musim. Seperti pengukuran pada
danau Eucumbene di gunung salju Australia nilai rata-ratanya 0,6 pada musim
panas dan 1,8 pada musim dingin. Nilai rata-rata buku tahunan untuk delapan
danau di Australia berubah dari 0,63 menjadi 0,94, sehingga tidak mungkin untuk
memprediksi E0 secara akurat dari EP. Walaupun demikian, koefisien 0,7 sering
digunakan sebagai cirikhas dari panci kelas A (Linacre, 1997: 86).
Panci penguapan kelas A di Stasiun Klimatologi Melbourne dikover
dengan jala untuk menghalangi burung yang meminum atau tercebur di air yang
akan dapat menyebabkan penurunan ketinggian air selama penguapan (Linacre,
1997: 85).

18
2.4. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke
atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh
faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Sesuai dengan namanya, ET juga
merupakan gabungan antara proses-proses evaporasi, intersepsi, dan transpirasi.
Evaporasi adalah proses penguapan, yaitu perubahan dari zat cair menjadi uap
air atau gas dari semua bentuk permukaan kecuali vegetasi. Sedang transpirasi adalah
perjalanan air dalam jaringan vegetasi (proses fisiologis) dari akar tanaman ke
permukaan daun da akhirnya menguap ke atmosfer. Intersepsi adalah penguapan air
dari permukaan vegetasi ketika berlangsung hujan. Besarnya laju transpirasi
kurang lebih sama dengan laju evaporasi apabila pori-pori daun (stomata) terbuka.
Proses pembukaan pori-pori daun tampaknya dikendalikan oleh besarnya
pembukaan diameter pori-pori daun. Ketika pori-pori daun menutup, proses
transpirasi tetap berlangsung tetapi dengan laju yang sangat lambat (Wanielista,
1990 dalam Asdak, 2007: 118).

19
Gambar 2.6 Siklus Hidrologi
Gambar 2.6. menunjukkan bahwa ET adalah jumlah dari beberapa komponen
seperti terlihat pada persamaan matematik berikut
ET = T + It + Es + Eo ............................................................ (2.12)
T = transpirasi vegetasi, It = intersepsi total, Es = evaporasi dari tanahbatuan dan
jenis permukaan tanah lainnya, dan Eo = evaporasi permukaan badan air seperti
sungai, danau, dan waduk.untuk tegakan hutan, Eo dan Es biasanya diabaikan dan
ET = T + It. Bila unsur vegetasi dihilangkan, ET = Es (Asdak, 2007: 118).
Evaporasi tanah (Es) adalah penguapan air langsung dari tanahmineral.
Nilai Es kecil di bawah tegakan hutan karenaseresah dan tumbuhan bawah bersifat
menghalangi radiasi mataharimencapai permukaan tanah mineral hutandan
mencegah gerakan udara di atasnya. Evaporasi dari permukaan tanah bertambah
besardengansemakin berkurangnya tumbuhan dan jenis penutup tanah lainnya
(Asdak, 2007: 118).
Melalui proses transpirasi, vegetasi mengendalikan suhu agar
sesuaidengan yang diperlukan tanaman untuk hidup. Pada tingkat yang paling
praktis, perhitungan pemakaian air oleh vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai
masukan untuk memilih jenis tanaman (pertanian) yang dapat tumbuh dengan
baik pada kondisi curah hujan yang tidak menentu (Dragg, 1965 dalam Dunne dan
Leopold, 1978). Perhitungan keperluan air irigasi untuk suatu tanaman juga

20
didasarkan pada besarnya evapotranspirasi vegetasi yang akan ditanam (Asdak, 2007:
118).
Besarnya evapotranspirasi suatu komunitas vegetasi perlu diketahui karena
hasil penelitian menunjukkan bahwa dua-pertiga dari jumlah hujan yang jatuh di
daratan Amerika Utara kembali lagi ke atmosfer sebagai hasil evaporasi tanaman dan
permukaan tubuh air. Di Afrika, air yang terevapotranspirasi bahkan sampai melebihi
90% dari jumlah curah hujan yang jatuh di tempat tersebut (US Soil
Conservation Service, 1970 dalam Asdak, 2007: 119).

2.5. Menentukan Evapotranspirasi


1. Panci Evaporasi
pengukuran Evapotranspirasi paling sederhana adalah dengan
menggunakan panci untuk mendapatkan angka indeks potensial
evapotransirasi. Cara perhitungan ini memerlukan suatu angka koefisien
yang harus dievaluasi tingkat ketepatannya. Rumus matematis yang
diperlukan adalah (Asdak, 2007: 120)
PET = Ce Ep ......................................................................... (2.13)
Ce = angka koefisien panci, dan Ep = evaporasi panci (mm/hari)

2. Alat ukur Lysimeter


Teknik pengukuran dengan menggunakan alat lysimeter nampak
merupakan cara yang ideal karena setiap unsur pada persamaan 2.12
telah terwakili dan dapat dihitung. Alat ini memberikan hasil yang teliti
karena menggunakan perangkat penelitian dengan batas yang jelas dan
sistem kebocoran air tanah tidak menjadi persoalan. Namun demikian,
banyak ahli hidrologi beranggapan bahwa hasil yang diperoleh tidak
memadai untuk diekstrapolasi ke lapangan. Teknik lysimeter lebih cocok
untuk diterapkan pada tanaman pertanian di tempat-tempat percobaan atau
laboratorium. Pada teknik profil tanah, perkembangan akar tanaman,

21
dan kondisi kelembapan tanah harus diusahakan sama antara keadaan di
dalam dan diluar alata lysimeter. Apabila kelembapan tanah harus terus
dijaga dalam keadaan basah, maka evapotranspirasi yang diperoleh
adalah dalam laju potensial (PET). Akan tetapi apabila dikehendaki
evapotranspirasi aktual (AET), maka keadaan kelembapan tanah di
dalam alat harus dibiarkan berfluktuasi seperti yang terjadi pada tanah
sekelilingnya (Asdak, 2007: 121-122).

Gambar 2.7. (a) lysimeter (b) neraca air


Gambar 2.7 adalah dua tipe lysimeter yang sering digunakan, yaitu tipe
drainase (drainage type) dna tipe timbang (spring -balance weighing
type). Neraca air dalam tipe drainase diasumsikan sebagai berikut (Asdak,
2007: 122):
Evapotranspirasi = Presipitasi + Irigasi – Drainase ............. (2.14)
Air masukan dan air drainase diukur besarnya. Lama waktu
pengukuran tergantung pada tingkat atau frekuensi kebasahan, ukuran
alat,dan laju gerakan air dalam tanah. Hasil yang diperoleh dengan
teknik ini adalah PET karena kelembapan tanah di dalam alat
diatur/disesuaikan. Lysimeter tipe drainase berukuran kecil sering disebut
evapotranspirometer. Sedangkan tipe alat yang lain adalah tipe timbang
dengan asumsi neraca air sebagai berikut (Asdak, 2007: 122):

22
Evapotranspirasi = Presipitasi + Irigasi – Drainase
± perubahan kapasitas simpan ....... (2.15)

Perubahan kapasitas simpan (change in storage) diukur dari alat


penimbang seperti tersebut pada gambar 2.7. Alat tipe timbang karena
harganya yang relatif mahal maka pemakaiannya terbatas pada
keperluan engujian teori proses evapotranspirasi. Seperti halnya tipe
drainase, tipe timbang juga dapat dimanfaatkan untuk besarnya PET dan
AET (Asdak, 2007: 123).

3. Metode Blaney Criddle


Metode ini memerlukan data terukur berupa letak lintang, suhu udara,
danangka koreksi (C). Persamaannya (Limantara, 2010: 22):
Ep= P x (0,457 t+ 8,13) ....................................................... (2.16)
P adalah prosentase rata-rata jam siang malam yang besarnya
bergantung pada letak (LL). t adalah suhu udara (oC).
Prosedur perhitungannya mula-mula mencari letak lintang daerah
yang ditinjau. Kemudian mencari nilai P sesuai dengan letak lintang.
Setelah itu mencari data suhu rata-rata bulanan. Lalu menghitung nilai
Ep. Berikutnya menentukan C dari tabel. Baru kemudian menghitung
PET dengan persamaan 2.13 (Limantara, 2010: 23).
Faktor-faktor pertanaman dikembangkan dari hasil uji coba pada plot-
plot percobaan di Amerika Serikat, dan disarankan untuk disesuaikan dengan
keadaan setempat apabila akan digunakan di luar daerah pengembangannya,
meskipun hal ini jarang dilakukan. Faktor pertanaman mewakili
perbedaan dalam hal nilai kekasaran (bidang penguapan), adveksi, dan
radiasi matahari bersih yang dalam hal ini dipengaruhi oleh struktur
vegetasi selama masa pertumbuhannya. Secara umum dapat dikatakan
bahwa angka faktor pertanaman meningkat sejalan dengan pertambahan

23
ketinggian vegetasi. Untuk memprakirakan besarnya air yang diperlukan
suatu vegetasi selama masa pertumbuhannya, dapat juga memanfaatkan
rumus Blaney -Criddle dalam bentuk sebagai berikut (Asdak, 2007:130)
n
PET= K Σ (1,8 Tai+32)di ............................................... (2.17)
i=1
K adalah koefisien pertanaman selama periode pertumbuhan. n merupakan
jumlah bulan selama masa pertumbuhan. Tai adalah suhu udara. di
adalah fraksi lama penyinaran matahari setiap bulan dalam waktu satu
tahun.
Metode persamaan Blaney -Criddle selama ini telah digunakan secara
luas, terutama dalam bidang pertanian, meskipun hasil yang diperoleh
tidak terlalu akurat karena adanya kesalahan pemakaian angka faktor -
faktor pertanaman.

24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1) Penguapan perlu diukur karena penguapan sangat mempengaruhi
kehidupan dan siklus hidrologi.
2) Pengukuran penguapan mengguanakan panci penguapan kelas A adalah
cara mengukur nilai penguapan air murni pada bidang 1 m 2, di mana
kuantitas air tersebut tidak berkurang selain oleh penguapan terukur.3) Nilai
penguapan dari panci penguapan kelas A dapat digunakan untuk
menaksir nilai penguapan di daerah badan air lain yang lebih luas dan
dalam, dan evapotranspirasi potensial dengan mengalikan nilai penguapan
terukur dengan konstanta panci. Nilai ini kemudian digunakan juga
sebagai dasar analisis irigasi dan penentuan jenis tanaman dalam pertanian.

3.2. Saran
1) Panci penguapan kelas A lebih baik diberi pelindung berupa kawat jala
diatasnya sebagai upaya mencegah air tersebut diminum hewan seperti
burung. Akan tetapi perlu dilakukan kalibrasi lagi untuk koreksi akibat
penghalang tersebut.
2) Hendaknya tinggi air pada panci penguapan kelas A selalu dijaga agar
permukaan air berjarak antara 5 sampai 7,5 cm dari bibir panci, kecuali
bila diprediksi akan terjadi hujan deras hendaknya volume air
dukarngi,agar nilai penguapan yang diperoleh lebih baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press
Bosman, H.H. 1987. The influence of installation practices on evaporation from
Symon's tank and American Class A-pan evaporimeters. Agricultural and
Forest Meteorology.
Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Limantara, L.M. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung: CV Lubuk Agung
Linacre, E. dan Geets, B. 1997. Climate and Weather Explaned. New York:
Routledge
Mori, K. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT Malta Pritindo
Nawawi, G. 2001. Pengendalian Iklim Mikro. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
Www.Academia.Com, open_pan_evaporimeter_alat_pengukur_pengguapan

26

Anda mungkin juga menyukai