Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

PENGENALAN ALAT-ALAT BMKG

NAMA : MHD. SYARIF HIDAYATULLAH

NO. BP : 1510211018

KELAS KULIAH :C

KELAS PRAKTIKUM :C

ASISTEN : 1. IBNU HAMDANI P. N. (1310211055)

PENJAB : Ir. MUHSANATI, MS

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Agroklimatologi ini dengan baik dan tepat waktu.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada
mata kuliah Agroklimatologi pada Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Andalas, Padang
Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Ir. Muhsanati, MS selaku dosen pengampu Mata Kuliah Agroklimatologi
2. Semua teman-teman dan sahabat-sahabat dari program studi agroteknologi
angkatan 2015
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi kesempurnaan laporan
yang akan datang. Penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Padang, 22 Oktober 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia hidup di Bumi pasti tidak akan terpisah dengan lingkungan.
Dalam lingkungan itu sendiri terdapat unsur yang penting yaitu iklim atau
cuaca. Dikatakan iklim jika terbentuk dalam jangka waktu yang panjang dan
dikatakan cuaca jika terbentuk dalam jangka waktu yang singkat. Pada setipa
tempat tentunya memiliki iklim atau cuaca yang berbeda tergantung dengan
tofografi dan sebagainya.
Kita bisa merasakan keadaan udara sekitar hanya dengan menggunakan
indera. Tapi yang dirasakan oleh indera adalah sangat subjektif. Karena
seseorang dapat merasakan keadaan udara pada suatu saat adalah panas sekali
akan tetapi orang lain hanya merasakan panas biasa saja. Untuk menghilangkan
subjektivitas ini kemudian digunakan alat-alat pengamatan.
Tonggak pertama dalam perkembangan pertanian meteorologi adalah
ketika Galileo menemukan termometer (1593) dan Toricelli menemukan
barometer (1643). Tetapi penyempurnaan peralatan tersebut harus dilakukan
baik dalam prinsip dan mekanismenya maupun ketelitian alat-alat pengamat
komponen cuaca.
Banyaknya alat-alat yang digunakan dalam mengetahui iklim pada suatu
tempat, mengharuskan kita untuk mengeanal dan memahami alat-alat tersebut.
Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum pengenalan alat-alat pengukur unsur
iklim.
Iklim merupakan faktor yang berpengaruh dalam kegiatan pertanian.
Maka dari itu  pengaruh unsur unsur cuaca dan iklim sangatlah penting, yaitu
bagi keberlangsungan kegiatan pertanian sehingga mampu membawa dampak
yang positif yaitu peningkatan hasil panen. Hal tersebut perlu diperhatikan
karena iklim dan cuaca sangat berpengaruh terhadapperkembangan tanaman
sehingga berpengaruh pula terhadap hasil yang akan diperoleh saat panen yang
akan datang. Cuaca adalah keadaan udara pada tempat yang  sempit dan
dalam   keadaan yang akan ditimbulkan dari semua perpaduan unsur unsur
tesebut. Sebagai contohnya yaitu apabila intensitas cahaya meningkat, maka
suhu udara meningkat yang menyebabkan kelembapan menjadi rendah maka
penguapan menjadi tinggi, dan timbulnya awan diangkasa menjadi banyak,
kemudian apabila terjadi kondensdasi maka akan timbul presipitasi (hujan).

Apabila kita sudah mampu mempelajari unsur unsur cuaca serta mampu
mengaitkan terhadap kejadian alam yang terjadi, maka kita dapat
menghubungkan dengan waktu musim tanam dan memilih tanaman yang cocok
dengan keadaan yang ada. Sebagai contoh kita telah dapat memperkirakan
musim tanam yang akan datang akan jatuh pada bulan apa, serta tanaman apa
yang akan kita tanam pada musim tersebut.

B.     TUJUAN

Praktikum agroklimatologi tentang pengenalan alat-alat klimatologi ini


bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja alat-alat yang digunakan
di stasiun cuaca.
BAB II

PEMBAHASAN

1.  Actionograph

Actionograph adalah alat meteorology yang digunakan untuk mengukur


intensitas radiasi matahari sama dengan gun bellani. Actionograph diletakkan dengan
ketinggian 100 cm, dengan tiang beton.

Cara Kerja :

Logam putih memantulkan radiasi yang jatuh kepermukaan, sedang logam


hitam bersifat menerimanya sehingga perbedaan murni akan dapat menunjukkan
besarnya intensitas radiasi matahari yang ditangkap oleh sensor. Alat ini berprinsip
pada beda muai logam hitam-putih yang memiliki sifat berlawanan terhadap adanya
cahaya. Perbadaan muai inilah yang digunakan untuk menunjukkan besarnya
intenstas matahari yang ditangkap sensor. Sebagai standar, kubah kaca harus
permiable untuk panjang gelombang untuk panjang gelombang 0,28-2,8 angstrom.
Untuk memberikan rekaman yang baik maka alat ini harus ditempatkan ditempat
yang lebih luas (Lakitan, 1994).

2.   Ombrometer

Ombrometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan di
suatu daerah. Ada du atipe ombrometer yaitu :

a)   Ombrometer observatorium

penakar hujan ini tidak dapat mencatat sendiri (non recording), bentuknya
sederhana terbuat dari seng plat tingginya sekitar 60 cm dicat aluminium, ada juga
yang terbuat dari pipa pralon tingginnya 100 cm. Penakar hujan biasa terdiri dari :
 Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat, mulut corong
(bagian atasnya) terbuat dari kuningan yang berbentuk cincin (lingkaran )
dengan luas 100 cm2.
 Bak tempat menampung air hujan.
 Kran, untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke gelas ukur.
 Kaki yang berbentuk silinder, tempat memasang penakar hujan pada pondasi
kayu dengan cara disekrup.
 Gelas ukur penakar hujan untuk luas corong 100 cm 2 , dengan skala ukur 0 s/d
25 mm. Keseragaman pemasangan alat, cara pengamatan, dan waktu
observasi sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengamatan yang teliti,
dengan maksud data yang dihasilkan dapat dibandingkan satu sama lain.

Cara pengamatan curah hujan:

1. Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam 07.00
waktu setempat, atau jam-jam tertentu.
2. Buka kunci gembok dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran,
kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar.
3. Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala 25
mm. kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian
lanjutkan pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang
dicatat dijumlahkan.
4. Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada
gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
5. Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang
terdekat dengan dasar meniskus tadi.
6. Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil
atau dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm. menjadi 17 mm..
24,5 mm. menjadi 25 mm.
7. Untuk pembacaan setinggi x mm dimana 0,5 / x / 1,5 mm, maka dibaca x =
1 mm.
8. Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka 0
(Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan.
9. Jika tidak ada hujan, beri tanda ( – ) atau ( . ) pada kartu hujan.
10. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri
tanda (X) pada kartu hujan.
11. Apabila gelas penakar hujan biasa (Obs.) pecah, dapat digunakan gelas
penakar hujan Hellman dimana hasil yang dibaca dikalikan 2. Atau dapat
juga dipakai gelas ukur yang berskala ml. (Cc), yang dapat dibeli di Apotik.
(Kartasapoetra, 1993).

b)   Penakar Hujan Otomatis.

Penakar hujan Otomatis type Hellman adalah penakar hujan yang dapat
mencatat sendiri, badannya berbentuk silinder, luas permukaan corong penakarnya
200 Cm2, tingginya antara 100 sampai dengan 120 Cm. Jika pintu penakar hujan
dalam keadaan terbuka, maka bagian dalamnya akan terlihat seperti gambar terlampir
: Prinsip kerja alat ini adalah jika hujan turun, air hujan akan masuk kedalam tabung
yang berpelampung melalui corongnya, air yang masuk kedalam tabung
mengakibatkan pelampung beserta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai
pelampung terdapat tangkai pena yang bergerak mengikuti tangkai pelampung,
gerakan pena akan menggores pias yang diletakkan/digulung pada silinder jam yang
dapat berputar dengan sendirinya. Penunjukkan pena pada pias sesuai dengan jumlah
volume air yang masuk ke dalam tabung, apabila pena telah menunjuk angka 10 mm.
maka air dalam tabung akankeluar melalui gelas siphon yang bentuknya melengkung.
Seiring dengan keluarnya air maka pelampung akan turun, dan dengan turunnya
pelampung tangkai penapun akan bergerak turun sambil menggores pias berupa garis
lurus vertikal. Setelah airnya keluar semua, pena akan berhenti dan akan menunjuk
pada angka 0, yang kemudian akan naik lagi apabila ada hujan turun (Kartasapoetra,
1993).
3.   Sangkar Meteologi

Umumnya alat ini dipasang di dalam taman alat-alat meteorology.Pemasangan


alat-alat meteorology di dalam sangkar dimaksudkan agar hasil pengamatan dari
tempat-tempat dan waktu yang berbeda dapat dibandingkan satu sama lain. Selain itu,
alat-alat yang terdapat di dalamnya terlindung dari radiasi matahari langsung, hujan,
dan debu. Sangkar cuaca dibuat dari kayu yang baik sehingga tahan terhadap
perubahan cuaca. Sangkar dicat putih supaya tidak banyak menyerap radiasi panas
matahari. Sangkar dipasang dengan lantainya yang berada 1,2 m di atas permukaan
tanah dan ini merupakan aturan standar internasional (SI), sedangkan letaknya paling
dekat dua kali (sebaiknya empat kali) tinggi benda yang ada disekitarnya. Sangkar
harus dipasang kuat, berpondasi beton, sehingga tidak dapat bergerak atau bergoyang
jika angin kencang, selain itu agar tidak mudah di makan rayap. Sangkar mempunyai
dua buah pintu dan dua jendela yang berlubang-lubang. Lubang ini memungkinkan
adanya aliran udara. Temperatur dan kelembaban udara di dalam sangkar
mendekati/hampir sama dengan temperatur dan kelembaban udara di luar. Sangkar
dipasang dengan pintu membuka menghadap utara-selatan, sehingga alat-alat yang
terdapat di dalamnya tidak terkena radiasi matahari langsung sepanjang tahun. Jika
matahari berada pada belahan bumi selatan pintu sebelah utara yang dibuka untuk
observasi atau sebaliknya (Prawiroardoyo, 1996)

Alat-alat yang dipasang dalam sangkar meteorology adalah sebagai berikut :

a)      Thermometer Bola Basah dan Bola Kering

Merupakan thermometer air raksa dalam bejana kaca untuk mengukur suhu
udara aktual yang terjadi (thermometer bola kering), tabung air raksa dibiarkan kering
sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya. Adapun thermometer bola basah
adalah thermometer yang pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah
agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan
agar uap air di udara dapat berkondensasi. Suhu udara didapat dari suhu pada
termometer bola kering, sedangkan RH (kelembaban udara) didapat dengan
perhitungan (Aminah, 1983).

Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan


mempergunakan Psychrometer ialah :

1.      Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer

2.      Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah

3.      Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain

4.      Letak bola kering atau bola basah

5. Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain

b)        Thermometer Maximum dan Minimum.

Thermometer maximum (air raksa) ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh)
didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu
udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin.
Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, thermometer ini harus dihentakan
berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet. Thermometer minimum
biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini
dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga
cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja thermometer minimum adalah
dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga
apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila
suhu meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan
thermometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada
di bawah. Hal ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat
naik kembali bila sudah berada diposisi bawah (suhu minimum). Untuk
mengembalikan posisi indeks ke posisi aktual dapat dilakukan dengan memiringkan/
membalikkan posisi thermometer hingga indek bergerak ke ujung dari alkohol (posisi
suhu aktual) (Lakitan, 1994).

c)         Pichi

Seperti panci penguapan terbuka, alat ini digunakan sebagai pengukur penguapan
secara relatif. Maksudnya, alat ini tidak dapat mengukur secara langsung evaporasi
ataupun evapotranspirasi yang sesungguhnya terjadi. Hasil pembacaannya sangat
tergantung terhadap angin, iklim dan debu.

Pada prinsipnya Piche evaporimeter terdiri dari:

 Pipa gelas yang panjangnya + 20 Cm dan garis tengahnya + 1,5 Cm. Pada
pipa gelas terdapat skala, yang menyatakan volume air dalam Cm3 atau
persepuluhnya. Ujung bawah pipa gelas terbuka dan ujung atasnya tertutup
dan dilenghkapi dengan tempat menggantungkan alat tersebut.
 Piringan kertas filter berbentuk bulat. Kertas ini berpori-pori banyak sehingga
mudah menyerap air. Kertas filter dipasang pada mulut pipa terbuka.
 Penjepit logam, yang berbentuk lengkungan seperti lembaran per. Per ujung
yang melekat disekeliling pipa dan ujung lainnya berbentuk sama dengan
diameter pipa.
(Kartasapoetra, 1993)

4.   Termohygograph

Rambut menunjukkan perubahan dimensi jika kelembaban udara berubah-


ubah. Perubahan dimensi dapat dipakai sebagai indikasi kelembaban nisbi
udara. Hygrometer rambut ada yang bersifat non recording dan recording
(Hygrograph) (Rafii, 1995).
5.   Pengukur Sinar Matahari Jenis Campble Stokes

Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan


(memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari
tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan
pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat
dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa
terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang
konsentrik dengan bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika
matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak
pias terbakar yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka
jejak dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-bagian
terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari
(Prawiroardoyo, 1996)

6.   Thermometer Tanah

Prinsipnya sama dengan thermometer air raksa yang lain, hanya aplikasinya
digunakan untuk mengukur suhu tanah dari kedalaman 0, 2, 5, 10, 20, 50 dan 100 cm.
Untuk kedalaman 50 dan 100 cm, harus tanam sebuah tabung silinder untuk
menempatkan thermometer agar mudah untuk melakukan pembacaan. Untuk
kedalaman 0-20 cm, cukup dengan membenamkan bola tempat air raksa sesuai
dengan kedalaman yang diperlukan (Lakitan, 1994).

7.   Evaporimeter Panci Terbuka


Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas
permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang
sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya.
(Lakitan,1994)

8.   Gun Bellani

Prinsip alat adalah menangkap radiasi pada benda berbentuk bola sensor.
Panas yang timbul akan menguapkan zat cair dalam bola hitam. Ruang uap zat cair
berhubungan dengan tabung kondensasi. Uap zat cair yang timbul akan dikondensasi
dalam tabung berbentuk buret yang berskala. Banyaknya air kondensasi sebanding
dengan radiasi surya diterima oleh sensor dalam sehari. Pengukuran dilakukan sekali
dalam 24 jam, yaitu pada pagi hari dibandingkan dengan alat yang pertama hasilnya
lebih kasar (Aminah, 1983)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap alat-alat pengukur


unsur iklim memiliki fisik, bagian dan fungsinya masing-masing. Alat-alat pengukur
unsur iklim tersebut diantaranya ombrograf untuk mengukur curah hujan, cup
anemometer,manual anemometer, dan digital anemometer untuk mengukur kecepatan
angin, barometer untuk mengukur tekanan udara, altimeter untuk mengukur
ketinggian tempat, termometer bola basah dan bola kering untuk mengukur
kelembaban nisbi udara, actinograf untuk mengukur intensitas penyinaran secara
otomatis, dan termohigrograf untuk mengukur kelembaban dan suhu udara secara
otomatis. Diperlukan juga pengetahuan dan keterampilan khusus dalam penggunaan
dan perawatan karena alat-alat tersebut memiliki sensitifitas yang tinggi.

B. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk lebih serius dalam mengikuti
praktikum dan sebisa mungkin di fahami terlebih dahulu objek yang akan di
praktikumkan di lapangan agar apa yang menjadi tujuan dari praktikum ini
dapat tercapai dengan semestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S.L. dan Attaqi, R. 1983. Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban Udara,
serta Neraca Lengas di DAS Cisanggarung Bagian Hulu. Fakultas
Pertanian.UGM. Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. 1993. Klimatologi. Bumi Aksara. 134p.
Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Rafii, S. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Penerbit Angkasa. Bandung.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai