NO. BP : 1510211018
KELAS KULIAH :C
KELAS PRAKTIKUM :C
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia hidup di Bumi pasti tidak akan terpisah dengan lingkungan.
Dalam lingkungan itu sendiri terdapat unsur yang penting yaitu iklim atau
cuaca. Dikatakan iklim jika terbentuk dalam jangka waktu yang panjang dan
dikatakan cuaca jika terbentuk dalam jangka waktu yang singkat. Pada setipa
tempat tentunya memiliki iklim atau cuaca yang berbeda tergantung dengan
tofografi dan sebagainya.
Kita bisa merasakan keadaan udara sekitar hanya dengan menggunakan
indera. Tapi yang dirasakan oleh indera adalah sangat subjektif. Karena
seseorang dapat merasakan keadaan udara pada suatu saat adalah panas sekali
akan tetapi orang lain hanya merasakan panas biasa saja. Untuk menghilangkan
subjektivitas ini kemudian digunakan alat-alat pengamatan.
Tonggak pertama dalam perkembangan pertanian meteorologi adalah
ketika Galileo menemukan termometer (1593) dan Toricelli menemukan
barometer (1643). Tetapi penyempurnaan peralatan tersebut harus dilakukan
baik dalam prinsip dan mekanismenya maupun ketelitian alat-alat pengamat
komponen cuaca.
Banyaknya alat-alat yang digunakan dalam mengetahui iklim pada suatu
tempat, mengharuskan kita untuk mengeanal dan memahami alat-alat tersebut.
Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum pengenalan alat-alat pengukur unsur
iklim.
Iklim merupakan faktor yang berpengaruh dalam kegiatan pertanian.
Maka dari itu pengaruh unsur unsur cuaca dan iklim sangatlah penting, yaitu
bagi keberlangsungan kegiatan pertanian sehingga mampu membawa dampak
yang positif yaitu peningkatan hasil panen. Hal tersebut perlu diperhatikan
karena iklim dan cuaca sangat berpengaruh terhadapperkembangan tanaman
sehingga berpengaruh pula terhadap hasil yang akan diperoleh saat panen yang
akan datang. Cuaca adalah keadaan udara pada tempat yang sempit dan
dalam keadaan yang akan ditimbulkan dari semua perpaduan unsur unsur
tesebut. Sebagai contohnya yaitu apabila intensitas cahaya meningkat, maka
suhu udara meningkat yang menyebabkan kelembapan menjadi rendah maka
penguapan menjadi tinggi, dan timbulnya awan diangkasa menjadi banyak,
kemudian apabila terjadi kondensdasi maka akan timbul presipitasi (hujan).
Apabila kita sudah mampu mempelajari unsur unsur cuaca serta mampu
mengaitkan terhadap kejadian alam yang terjadi, maka kita dapat
menghubungkan dengan waktu musim tanam dan memilih tanaman yang cocok
dengan keadaan yang ada. Sebagai contoh kita telah dapat memperkirakan
musim tanam yang akan datang akan jatuh pada bulan apa, serta tanaman apa
yang akan kita tanam pada musim tersebut.
B. TUJUAN
PEMBAHASAN
1. Actionograph
Cara Kerja :
2. Ombrometer
Ombrometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan di
suatu daerah. Ada du atipe ombrometer yaitu :
a) Ombrometer observatorium
penakar hujan ini tidak dapat mencatat sendiri (non recording), bentuknya
sederhana terbuat dari seng plat tingginya sekitar 60 cm dicat aluminium, ada juga
yang terbuat dari pipa pralon tingginnya 100 cm. Penakar hujan biasa terdiri dari :
Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat, mulut corong
(bagian atasnya) terbuat dari kuningan yang berbentuk cincin (lingkaran )
dengan luas 100 cm2.
Bak tempat menampung air hujan.
Kran, untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke gelas ukur.
Kaki yang berbentuk silinder, tempat memasang penakar hujan pada pondasi
kayu dengan cara disekrup.
Gelas ukur penakar hujan untuk luas corong 100 cm 2 , dengan skala ukur 0 s/d
25 mm. Keseragaman pemasangan alat, cara pengamatan, dan waktu
observasi sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengamatan yang teliti,
dengan maksud data yang dihasilkan dapat dibandingkan satu sama lain.
1. Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam 07.00
waktu setempat, atau jam-jam tertentu.
2. Buka kunci gembok dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran,
kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar.
3. Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala 25
mm. kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian
lanjutkan pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang
dicatat dijumlahkan.
4. Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan pada
gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
5. Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang
terdekat dengan dasar meniskus tadi.
6. Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil
atau dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm. menjadi 17 mm..
24,5 mm. menjadi 25 mm.
7. Untuk pembacaan setinggi x mm dimana 0,5 / x / 1,5 mm, maka dibaca x =
1 mm.
8. Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka 0
(Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan.
9. Jika tidak ada hujan, beri tanda ( – ) atau ( . ) pada kartu hujan.
10. Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri
tanda (X) pada kartu hujan.
11. Apabila gelas penakar hujan biasa (Obs.) pecah, dapat digunakan gelas
penakar hujan Hellman dimana hasil yang dibaca dikalikan 2. Atau dapat
juga dipakai gelas ukur yang berskala ml. (Cc), yang dapat dibeli di Apotik.
(Kartasapoetra, 1993).
Penakar hujan Otomatis type Hellman adalah penakar hujan yang dapat
mencatat sendiri, badannya berbentuk silinder, luas permukaan corong penakarnya
200 Cm2, tingginya antara 100 sampai dengan 120 Cm. Jika pintu penakar hujan
dalam keadaan terbuka, maka bagian dalamnya akan terlihat seperti gambar terlampir
: Prinsip kerja alat ini adalah jika hujan turun, air hujan akan masuk kedalam tabung
yang berpelampung melalui corongnya, air yang masuk kedalam tabung
mengakibatkan pelampung beserta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai
pelampung terdapat tangkai pena yang bergerak mengikuti tangkai pelampung,
gerakan pena akan menggores pias yang diletakkan/digulung pada silinder jam yang
dapat berputar dengan sendirinya. Penunjukkan pena pada pias sesuai dengan jumlah
volume air yang masuk ke dalam tabung, apabila pena telah menunjuk angka 10 mm.
maka air dalam tabung akankeluar melalui gelas siphon yang bentuknya melengkung.
Seiring dengan keluarnya air maka pelampung akan turun, dan dengan turunnya
pelampung tangkai penapun akan bergerak turun sambil menggores pias berupa garis
lurus vertikal. Setelah airnya keluar semua, pena akan berhenti dan akan menunjuk
pada angka 0, yang kemudian akan naik lagi apabila ada hujan turun (Kartasapoetra,
1993).
3. Sangkar Meteologi
Merupakan thermometer air raksa dalam bejana kaca untuk mengukur suhu
udara aktual yang terjadi (thermometer bola kering), tabung air raksa dibiarkan kering
sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya. Adapun thermometer bola basah
adalah thermometer yang pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah
agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu suhu yang diperlukan
agar uap air di udara dapat berkondensasi. Suhu udara didapat dari suhu pada
termometer bola kering, sedangkan RH (kelembaban udara) didapat dengan
perhitungan (Aminah, 1983).
Thermometer maximum (air raksa) ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh)
didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu
udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin.
Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, thermometer ini harus dihentakan
berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet. Thermometer minimum
biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini
dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga
cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja thermometer minimum adalah
dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga
apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila
suhu meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan
thermometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada
di bawah. Hal ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat
naik kembali bila sudah berada diposisi bawah (suhu minimum). Untuk
mengembalikan posisi indeks ke posisi aktual dapat dilakukan dengan memiringkan/
membalikkan posisi thermometer hingga indek bergerak ke ujung dari alkohol (posisi
suhu aktual) (Lakitan, 1994).
c) Pichi
Seperti panci penguapan terbuka, alat ini digunakan sebagai pengukur penguapan
secara relatif. Maksudnya, alat ini tidak dapat mengukur secara langsung evaporasi
ataupun evapotranspirasi yang sesungguhnya terjadi. Hasil pembacaannya sangat
tergantung terhadap angin, iklim dan debu.
Pipa gelas yang panjangnya + 20 Cm dan garis tengahnya + 1,5 Cm. Pada
pipa gelas terdapat skala, yang menyatakan volume air dalam Cm3 atau
persepuluhnya. Ujung bawah pipa gelas terbuka dan ujung atasnya tertutup
dan dilenghkapi dengan tempat menggantungkan alat tersebut.
Piringan kertas filter berbentuk bulat. Kertas ini berpori-pori banyak sehingga
mudah menyerap air. Kertas filter dipasang pada mulut pipa terbuka.
Penjepit logam, yang berbentuk lengkungan seperti lembaran per. Per ujung
yang melekat disekeliling pipa dan ujung lainnya berbentuk sama dengan
diameter pipa.
(Kartasapoetra, 1993)
4. Termohygograph
6. Thermometer Tanah
Prinsipnya sama dengan thermometer air raksa yang lain, hanya aplikasinya
digunakan untuk mengukur suhu tanah dari kedalaman 0, 2, 5, 10, 20, 50 dan 100 cm.
Untuk kedalaman 50 dan 100 cm, harus tanam sebuah tabung silinder untuk
menempatkan thermometer agar mudah untuk melakukan pembacaan. Untuk
kedalaman 0-20 cm, cukup dengan membenamkan bola tempat air raksa sesuai
dengan kedalaman yang diperlukan (Lakitan, 1994).
8. Gun Bellani
Prinsip alat adalah menangkap radiasi pada benda berbentuk bola sensor.
Panas yang timbul akan menguapkan zat cair dalam bola hitam. Ruang uap zat cair
berhubungan dengan tabung kondensasi. Uap zat cair yang timbul akan dikondensasi
dalam tabung berbentuk buret yang berskala. Banyaknya air kondensasi sebanding
dengan radiasi surya diterima oleh sensor dalam sehari. Pengukuran dilakukan sekali
dalam 24 jam, yaitu pada pagi hari dibandingkan dengan alat yang pertama hasilnya
lebih kasar (Aminah, 1983)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk lebih serius dalam mengikuti
praktikum dan sebisa mungkin di fahami terlebih dahulu objek yang akan di
praktikumkan di lapangan agar apa yang menjadi tujuan dari praktikum ini
dapat tercapai dengan semestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S.L. dan Attaqi, R. 1983. Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban Udara,
serta Neraca Lengas di DAS Cisanggarung Bagian Hulu. Fakultas
Pertanian.UGM. Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. 1993. Klimatologi. Bumi Aksara. 134p.
Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Rafii, S. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Penerbit Angkasa. Bandung.
LAMPIRAN