AGROKLIMATOLOGI
Oleh:
Angelina Mutiara Rengganis
NIM A1C021052
A. Latar Belakang
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari
alam yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es.
Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya
dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, temperatur dan tekanan
atmosfer. Uap air tersebut akan naik ke atmosfer sehingga mendingin dan terjadi
kondensasi menjadi butir-butir air dan kristal-kristal es yang akhirnya jatuh
sebagai hujan (Bambang Triatmojo, 1998).
Jumlah air yang jatuh ke permukaan bumi dapat diukur dengan
menggunakan alat penakar hujan. Distribusi hujan dalam ruang dapat diketahui
dengan mengukur hujan beberapa lokasi pada daerah yang ditinjau, sedangkan
distribusi waktu dapat diketahui dengan mengukur hujan sepanjang waktu. Satuan
curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di
Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan milimeter
(mm).
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1
(satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar,
tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu.
Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat
berbahaya karena dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap
tanaman.
Hujan merupakan sumber dari semua air yang mengalir di sungai dan di
dalam tampungan baik di atas maupun dibawah permukaan tanah. Jumlah dan
variasi debit sungai tergantung pada jumlah, intensitas dan distribusi hujan.
Terdapat hubungan antara debit sungai dan curah hujan yang jatuh di DAS yang
bersangkutan. Apabila data pencatatan debit tidak ada, data pencatatan hujan
dapat digunakan untuk memperkirakan debit aliran. (Dr. Vladimir 1967)
B. Tujuan
1. Gunting
2. Lem fox
3. Cutter
4. Corong
5. Alat tulis
6. Kertas atau buku tulis
7. Laptop
8. Jaringan internet
9. Telephone seluler
B. Prosedur Kerja
A. Hasil
b. Lem super
c. Gunting
Gambar 3. Gunting.
d. Cutter
Gambar 4. Cutter.
2. Prosedur Kerja
d. Lalu, potong bagian bawah botol sehingga kedua ujung botol memiliki
lubang (seperti pipa).
e. Kemudian, rapikan ujung botol yang sudah dipotong bagian atas dan
bawahnya untuk kemudian dijadikan tabung penampung air.
Gambar. 11. Lem bagian bawah botol dan rekatkan dengan corong 2.
A.
B. Pembahasan
1. Pengertian ombrometer
Ombrometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan
di suatu daerah (Akbar, 2010). Alat pengukur hujan secara umum dinamakan
penakar hujan. Pada penempatan yang baik, jumlah air hujan yang masuk ke
dalam sebuah penakar hujan merupakan nilai yang mewakili untuk daerah di
sekitarnya. Kerapatan penempatan penakar di suatu daerah tidak sama, secara
teori tergantung pada tipe hujan dan topografi daerah itu sendiri (Pasaribu,. Dkk.
2012).
Curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah selama waktu
tertentu. Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan alat yang disebut
penakar hujan (P. Switzerb, 2006).
Ombrometer tipe observasi termasuk alat pengukur curah hujan secara
manual. Penakar ini terdiri dari corong (mulut penampung air hujan) dengan
permukaan horizontal. Jumlah air hujan yang tertampung diukur dengan gelas
ukur yang telah dikonversi dalam gelas ukur yang kemudian dibagi 10 karena luas
penampangnya 100 cm sehingga dihasilkan mm. Pengamatan dilakukan sekali
dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan
kemarin bukan hari ini (Sofendi, 2000).
Ombrometer Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat sendiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Permana et al., (2015) yang menyatakan
ombrometer Hellman merupakan pengukur curah hujan otomatis yang dapat
merekam berapa lama terjadinya hujan pada hari tersebut, dan penghitungan
tersebut dilakukan dengan menggunakan jam bekker yang di beri pena dan
memutar kertas pias dilakukan setiap hari pada jam tertentu.(Sarjito 2014)
2. Jenis ombrometer
Bagian dasar dari corong tersebut terdiri dari pipa sempit yang menjulur ke
dalam tabung kolektor dan dilengkapi dengan kran. Jumlah air yang tertampung
dalam tabung diketahui bila kran dibuka kemudain air diukur dengan gelas ukur
(Nugroho, 2012).
Di sekitar corong terdapat empat (4) buah pipa penyangga. Fungsi dari
penyangga tersebut adalah supaya corong tersebut dapat berdiri sesuai dengan
ketentuan internasional (WMO Standar) yaitu 120 cm. Tepat di bawah corong
adalah tempat penampung air hujan dengan ukuran 16 cm x 10 cm x 25 cm.
Dengan begitu akan mendapatkan volume yaitu 4000 cm³. Beberapa hal yang
telah mengacu pada ketentuan internasional untuk alat pengukur curah hujan
antara lain:
1. Ketinggian corong diukur terhadap tanah adalah 120 cm.
2. Luas corong adalah 200 cm².
3. Air hujan harus langsung masuk ke dalam tempt penadah tanpa adanya
penghalang. Untuk mencegah terjadinya penghalang masuknya air
hujan, maka lubang di dalam corong dibuat sangat kecil.
4. Sebesar 90° diukur dari titik tengah corong terhadap langit-langit harus
bebas hambatan tidak boleh ada yang menghalangi dalam bentuk
apapun. Hal tersebut untuk kepentingan keakuratan dalam pengukuran.
5. Bibir corong harus dibuat runcing atau setidaknya dibentuk sedemikian
rupa sehingga tidak mengurangi seperti yang telah disebutkan di no.2
namun tetap harus dapat menampung curah hujan sebanyak mungkin.
(Pengukur and Hujan, n.d.)
4. Prinsip kerja
Alat pengukur hujan, mengukur tinggi hujan seolah-olah air hujan
yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas merupakan kolom air. Air yang
tertampung volumenya dibagi dengan luas corong penampung, hasilnya
adalah tinggi atau tebal, satuan yang dipakai adalah milimeter (mm). Jumlah
air hujan yang tertampung diukur dengan gelas ukur standar BMKG yang
telah dikonversi dalam satuan tinggi (Gelas ukur 25 mm standar BMKG
untuk corong 100 cm2) (Kurniawan, 2010; Masturyono dkk.,2010).Data
penakar hujan OBS diperoleh dari BMKG Softdi laporan ME. 45, khususnya
FKLIM, dipilih dari 1 Januari 2018 hingga 31 Desember 2018.Gambar 2.
Skema Penakar hujan Observasi (OBS)(Budi, 2003)
Mahasiswa dapat memahami pengertian dari curah hujan dan mengenal alat-
alat pengukur hujan khususnya ombrometer. Mahasiswa dapat memahami cara
pembuatan alat pengukur curah hujan sehingga dapat membuat alat pengukur
hujan sederhana sendiri yang terbuat dari botol plastik, mengetahui cara kerja alat
pengukur curah hujan, dan cara pengukuran alat pengukur curah hujan.
DAFTAR PUSTAKA