Anda di halaman 1dari 35

PENGENALAN ALAT STASIUN KLIMATOLOGI

KLASIFIKASI IKLIM
ANALISIS KEBUTUHAN TANAMAN

OLEH:
Rahmat Martiansyah P

05091382328091

PROGRAM STUDI AGROKLIMATOLOGI


JURUSAN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
1. Panci Evaporasi
Evaporasi adalah penguapan air dari
permukaan air, tanah, dan berbentuk
permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses
fisika. Dua unsur utama untuk berlangsungnya
evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan
ketersediaanair. Evaporasi adalah peristiwa
berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari
permukaan tanah dan permukaan air ke udara
(penguapan). Karena kondisi-kondisi tidak
merata di seluruh daerah, umpamanya di
bagian yang satu disinari matahari, dibagian
yang lain berawan, maka harus diakui bahwa
perkiraan evaporasi yang menggunakan harga
yang hanya diukur pada sebagian daerah itu
adalah sulit dan sangat menyimpang
(Firdaus,A.K. 2012)

1.1 Cara Kerja Pan Evaporasi


1.1.1 Permukaan air dijaga diantara beberapa
cm/inch di bawah bibir pan.
1.1.2 Muka airnya diukur/dibaca dengan alat
pengukur muka air yang dikaitkan dengan
bejana bagian dalam dan dilakukan
pengukuran suhu air pada waktu yang sama
pukul 06.00 pagi dan pukul 18.00 sore.
1.1.3 Besamya evaporasi pan harian adalah
perbedaan nilai pengamatan muka air dalam 1
hari.
1.2 Ciri-Ciri Pan Evaporasi
Alat ini berupa sebuah panci bundar besar
yang terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti
karat dengan garis tengah atau diameter 122
cm, dan panci ini ditempatkan diatas tanah
berumput pendek dan tanah gundul. Alat
tersebut diletakkan diatas pondasi tersebut dari
kayu yang bagian atas kayu di cat warna putih,
gunanya untuk mengurangi penyerapan radiasi
(Asril, 2015).
2. Campble Stokes
Campbel stokes merupakan alat untuk
mengukur lamanya durasi penyinaran
matahari. Lamanya penyinaran matahari
selama sehari yang diukur dengan
memanfaatkan pergerakan semu matahari atau
garis edar semu yang dimiliki oleh matahari
dari timur ke barat dan sinar matahari yang
datang menuju permukaan bumi, yaitu dengan
jalan memusatkan (memfokuskan) sinar
matahari yang jatuh pada sekeliling
permukaan bola kaca pejal sedemikian rupa
hingga fokus sinar matahari tersebut tepat
mengenai permukaan kertas pias yang telah
dimasukan ke celah kerangka cekung dibawah
bola pejal tersebut dan meninggalkan jejak
pias yang terbakar sesuai posisi matahari saat
itu (Hamdi, Saipul. 2014)

2.1 Cara Kerja


Sinar matahari yang datang menuju
permukaan bumi, khususnya yang tepat jatuh
pada sekeliling permukaan bola kaca pejal
akan dipokuskan ke atas permukaan kertas
pias yang telah dimasukkan ke celah mangkuk
dan meninggalkan jejak bakar sesuai posisi
matahari saat itu. Jumlah kumulatif dari jejak
titik bakar inilah yang disebut sebagai lamanya
matahari bersinar dalam satu hari (satuan
jam/menit).

2.2 Ciri-Ciri dan Kalibrasi Campble Stokes


Campbell Stokes terdiri dari beberapa
bagian yaitu Bola Kaca Pejal (umumnya
berdiameter 96 mm). Plat logam berbentuk
mangkuk, sisi bagian dalamnya bercelah-
celah sebagai tempat kartu pencatat dan
penyanggah tempat bola kaca pejal dilengkapi
skala dalam derajat yang sesuai dengan derjaat
lintang bumi. Bagian pendiri (Stand), bagian
dasar terbuat dari logam yang dapat di
leveling. Kerta pias terdiri dari 3 (tiga) jenis
menurut letak matahari Campbell stokes cara
mengkalibrasikan sesuai dengan pias yang
digunakan (Hamdi, Saipul. 2014).
3. Ombrometer
Ombrometer adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur curah hujan di
suatu daerah (Akbar, 2010). Alat pengukur
hujan secara umum dinamakan penakar hujan.
Pada penempatan yang baik, jumlah air hujan
yang masuk ke dalam sebuah penakar hujan
merupakan nilai yang mewakili untuk daerah
di sekitarnya. Kerapatan penempatan penakar
di suatu daerah tidak sama, secara teori
tergantung pada tipe hujan dan topografi
daerah itu sendiri (Pasaribu,. Dkk. 2012)

3.1 Cara Kerja


3.1.1 Setiap terjadi hujan air akan masuk corong
kemudian disalurkan ke pelampung sehingga
membuat pena naik dan membuat grafik pada
pias.
3.1.2 Ketinggian grafik menunjukkan jumlah curah
hujan yang turun.
3.1.3 Jika curah hujan mencapai 10 mm atau lebih
maka pena menunjukkan angka 10 mm
sebagai angka maksimal, kemudian air akan
tumpah dari pelampung melalui pipa hevel dan
pena akan turun lagi ke angka nol. Jika masih
ada hujan lagi maka pena akan mencatat lagi,
demikian seterusnya.
3.1.4 Dari alat ini dapat diketahui durasi hujan,
intesitas hujan dalam jangka waktu tertentu
dan kapan terjadinya hujan.
3.1.5 Kapasitas pengukurnya tidak terbatas.
3.1.6 Pena yang digunakan jenis pena cartridge.
3.2 Ciri-Ciri
Alat ini terdiri dari corong penampung air
hujan yang dihubungkan dengansebuah
tabung yang didalamnya terdapat pelampung.
Pada bagian ujung sebelahatas pelampung
dilengkapi dengan pena yang dapat bergerak
bila pelampungbergerak, baik naik maupun
turun sesuai dengan jumlah hujan dapat
diketahui. Contohnya penakar
Hellman . Penakar
tipe Hellman ini mempunyai kolektor yang
memiliki daya tampung airsebesar 20 mm.
Apabila kolektor tersebut sudah penuh, maka
air akan ditumpahkan sampai habis melalui
pipa pembuang dan bersamaan dengan itu
pena akan turun kembali sampai pada posisi
nol. Skala pada kertas pias terdiri dari nol
sampai 20 mm.
4. Anemometer
Anemometer adalah sebuah perangkat
yang digunakan untuk mengukur kecepatan
angin yang banyak dipakai dalam bidang
Metrologi dan geofisika atau stasiun perkiraan
cuaca, Kecepatan atau kecepatanangin diukur
dengan anemometer cup, instrumen dengan
tiga atau empat logam berlubang kecil belahan
ditetapkan, sehingga mereka menangkap angin
danberputar tentang batang vertikal. Sebuah
catatan perangkat listrik revolusi dari cangkir
dan menghitung kecepatan angin. Kecepatan
angin berbanding lurus dengan tekanan udara
Sebagian besar anemometer ini umumnya
tidak dapat merekam kecepatan angin dibawah
1 sampai 2 mil/jam karena ada faktor gesekan
pada awal putaran (Shafiyyah, 2011).
4.1 Cara Kerja
Untuk mendapatkan fungsi anemometer
dengan maksimal, Anda harus
menggunakannya anemometer dengan cara
yang tepat. Pengukuran anemometer dengan
cara yang tepat dapat dilakukan dengan
memegang anemometer secara vertikal.

Untuk memastikan anemometer bekerja


dengan efektif, Anda dapat meletakkannya
pada penyangga sehingga anemometer lebih
stabil dalam menjalankan anemometer untuk
mengukur kecepatan angin.

Biasanya kecepatan angin akan muncul secara


otomatis pada speedometer yang terdapat pada
anemometer. Kecepatan angin yang tepat
hanya bisa didapatkan dengan penggunaan
anemometer yang benar. Karena itu Anda
harus memastikan cara penggunaan yang
benar untuk mendapatkan fungsi anemometer
secara maksimal.

Alat anemometer ini mampu mengukur


kecepatan angin dengan tingkat ketelitian
cukup tinggi yakni berkisar 0.5 meter setiap
detiknya. Dengan tingkat ketelitian ini,
anemometer dianggap sebagai alat pengukur
kecepatan angin yang sangat efektif.

4.2 Ciri-Ciri
Pada alat ini terdapat beberapa mangkuk
untuk menerima tiupan angin. Ketika angin
bertiup, angin mengenai mangkuk tersebut
sehingga mangkuk berputar. Putaran mangkuk
dihubungkan dengan alat pencatat kecepatan.
Kecepatan mangkuk berputar tergantung pada
kecepatan angin bertiup. Anemometer modern
dilengkapi dengan penunjuk arah angin yang
dihubungkan dengan komputer. Alat perekam
arah angin dan kecepatan angin secara
otomatis mencatatnya di atas kertas grafik.
Kecepatan angin dinyatakan dalam satuanm
mm
4.3 Cara Mengkalibrasi
Untuk kalibrasi arah angin, metode ini bisa
menghasilkan akurasi ± 5 ° atau lebih baik bila
dilakukan dengan hati-hati. Mulailah dengan
menghubungkan alat ke rangkaian
pengkondisi sinyal yang menunjukkan nilai
arah angin. Ini merupakan indikator yang
menampilkan nilai arah angin dalam derajat
sudut atau hanya sebuah voltmeter
pemantauan output. Tahan atau mount
instrumen supaya pusat baling-baling rotasi
berada di atas pusat selembar kertas yang
memiliki 30° atau
crossmarkings. Posisi
the instrument sehingga crossarm mounting
berorientasi utara-selatan dengan bolang-
baling di sebelah utara dan anemometer di
sebelah selatan. Dengan imbangan yang
mengarah langsung pada anemometer yang
sinyal arah angin harus sesuai dengan 180 °
atau selatan jatuh tempo. Jika dilihat dari atas,
visual menyelaraskan bolang-baling dengan
masing-masing crossmarkings dan mengamati
tampilan indikator. Hal ini harus sesuai dengan
posisi bolang-baling dalam waktu 5 °. Bila
tidak, mungkin perlu untuk menyesuaikan
posisi relatif dari rok bolang-baling dan poros.

5. Termometer Bola Kering (TBK)


Termometer bola kering yaitu suhu yang
ditunjukkan dengan thermometer bulb biasa
dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan
untuk suhu ini bias dalam celcius, Kelvin,
fahrenheit. Seperti yang diketahui bahwa
thermometer menggunakan prinsip pemuaian
zat cair dalam thermometer.
5.1 Cara Kerja
Apabila terjadi kenaikan suhu udara, kalor
yang merambat dalam bola thermometer akan
menyebabkan air raksa memuai. Pemuaian air
raksa akan mengakibatkan pertambahan
volume air raksa yang ada. Pemuaian air raksa
tersebut menyebabkan naiknya permukaan
kolom raksa ke skala yang lebih besar.
Permukaan raksa akan bergeser ke skala yang
lebih kecil bila terjadi penurunan suhu
(Zulkifli, 2010).

5.2 Ciri-Ciri
Semua termometer pengukur suhu udara
pada waktu pengukuran berada di dalam
sangkar cuaca. Maksudnya adalah
termometer tidak dipengaruhi radiasi
surya langsung maupun radiasi dari bumi.
Kemudian terlindung dari hujan ataupun
angin kencang. Warna sangkar cuaca putih
menghindari penyerapan radiasi surya. Panas
ini dapat mempengaruhi pengukuran suhu
udara.

6. Termometer Bola Basah (TBB)


Termometer bola basah yaitu suhu bola
basah. Sesuai dengan namanya “wet bulb”,
suhu ini diukur dengan menggunakan
thermometer yang bulbnya (bagian bawah
thermometer) dilapisi dengan kain yang telah
basah kemudian dialiri udara yang ingin
diukur suhunya (Steve,2010).

6.1 Cara Kerja


Secara proses fisika, cara kerja termometer
bola basah sama dengan termometer bola
kering. Perbedaannya adalah pada termometer
bola basah terdapat kain muslin yang
membungkus bola termometer dan selalu
basah oleh air yang terdapat di dalam cawan.
Untuk mengetahui lembab nisbi dan absolute
humidity maka hubungan antara pembacaan
termometer bola basah dan termometer bola
kering.

6.2 Cir-Ciri
Termometer ini tidak dipengaruhi radiasi
surya langsung maupun radiasi dari bumi.
Kemudian terlindung dari hujan ataupun angin
kencang. Warna sangkar cuaca putih
menghindari penyerapan radiasi surya. Panas
ini dapat mempengaruhi pengukuran suhu
udara.

7. Sangkar Cuaca
Sangkar meteorologi ini berfungsi sebagai
tempat alat-alat pengukur cuaca tertentu, agar
tehindar dari sinar matahari langsung dan
pengaruh lingkungan. Sangkar ini terbuat dari
kayu jati yang dicat warna putih, bentuknya
segi 4 , dengan setiap dinding diberi jalusi
berlapis dua, dan juga atapnya terbuat dari
papan kayu , semua itu maksudnya agar
didalam sangkar ada sirkulasi udara (Utami,
2010).

7.1 Cara Kerja


Terbuat dari kayu yang baik (jati/ulin)
sehingga tahan terhadap perubahan cuaca.
Sangkar dicat putih agar tidak banyak
menyerap radiasi panas matahari. Sangkar
dipasang dengan lantainya berada pada
ketinggian 120 cm di atas tanah berumput
pendek, sedangkan letaknya paling dekat
dua kali (sebaiknya empat
kali) tinggi benda yang berada di sekitarnya.
Sangkar. Sangkar dipasang kuat berpondasi
beton sehingga tidak dapat bergerak atau
bergoyang jika angin kencang, selain itu agar
sangkar tidak mudah dimakan rayap. Sangkar
mempunyai dua buah pintu dan dua jendela
yang berlubang-lubang/kisi.
Lubang/kisi itu memungkinkan adanya
aliran udara. Temperatur dan kelembaban
udara di dalam sangkar mendekati/hampir
sama dengan temperatur dan kelembaban
udara di luar. Sangkar dipasang dengan pintu
membuka/ menghadap utara-selatan, sehingga
alat-alat yang terdapat di dalamnya tidak
terkena radiasi matahari langsung sepanjang
tahun. Jika matahari berada pada belahan bumi
selatan, pintu sebelah utara yang dibuka untuk
observasi atau sebaliknya.

7.2 Ciri-Ciri
Sangkar Meteorologi dibuat dari kayu
yang kuat sehingga tahan terhadap cuaca yang
terjadi. Sangkar meteorologi dicat warna putih
agar tidak terlalu banyak menyerap panas dari
cahaya matahari. Sangkar dipasang dengan
ketinggian 120 cm dari tanah dan dipasang di
atas tanah yang berumput pendek dan terletak
paling dekat dua kali ( sebaiknya empat kali )
tinggi benda yang berada di sekitarnya.
Pada keempat kaki sangkar meteorologi
diberi pondasi beton agar kuat dan tahan
terhadap angin kencang. Pada dinding sangkar
meteorologi dibuat kisi – kisi yang
memungkinkan terjadinya aliran udara
sehingga temperatur dan kelembaban dalam
sangkar mendekati atau sama dengan
temperatur dan kelembaban di luar sangkar.
Sangkar dipasang dengan pintu yang
menghadap utara selatan, sehingga alat yang
ada di dalamnya tidak terkena radiasi matahari
secara langsung. Jika matahari berada di utara
khatulistiwa maka pintu yang menghadap ke
selatan yang di buka dan sebaliknya.
LAMPIRAN GAMBAR

1. Panci Evaporasi

2. Campble Stokes

3. Ombrometer
4. Anemometer

5. Termometer Bola Kering dan Basah


6. Sangkar Cuaca
DAFTAR PUSTAKA
KLIMATOLOGI, P. A. S., & WAHYUNING, S. E. PROGRAM STUDI
TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA.
IMPLEMENTASI DEEP LEARNING UNTUK KLASIFIKASI TANAMAN
TOGA BERDASARKAN CIRI DAUN BERBASIS ANDROID
Slamet Fifin Alamsyah

Abstract

Masih sedikit yang mampu mengenali tumbuhan obat, seperti anak SD, SMP dan SMA,
masih banyak yang tidak mengetahui nama dari tumbuhan obat, oleh karena itu penulis
melakukan penelitian untuk membuat aplikasi klasifikasi tanaman toga yang mampu
mengenali jenis tanaman toga berdasarkan daun hanya dengan menggunakan perangkat
mobile yang mana bisa digunakan dengan mudah untuk mengetahui jenis tanaman toga,
hanya dengan mengambil foto daun dari tanaman toga dapat diketahui jenis tanaman
toga, sehingga dibutuhkan pendekatan untuk menyelesaian masalah ini. Pendekatan
dalam penyelesain masalah ini menggunakan machine learning (ML), salah satu cabang
artificial intelligence (AI) yang popular, dimana mesin mampu belajar seperti layaknya
pikiran manusia. ML sendiri mempunyai bidang keilmuan baru yaitu deep learning,
dimana mesin mampu melakukan pembelajaran lebih dalam, pada metode deep learning
ada metode yang cocok digunakan untuk mengklasifikasikan sebuah citra yaitu metode
Convolutional Neural Network (CNN), kelebihan dari CNN adalah mampu melakukan
proses pembelajaran fitur-fitur dari citra secara mandiri yang disebut dengan feature
learning, berbeda dengan feature extraction yang harus mendapatkan fitur-fitur dari citra
terlebih dahulu sebelum melakukan klasifikasi. CNN digunakan untuk membedakan
jenis tanaman dengan memberikan label dari daun tanaman toga. Pada penelitian ini
menggunakan 10 kelas jenis tanaman toga yaitu teh hijau, tapak dewa, sirsak, semanggi,
mengkudu, mahoni, kumis kucing, jambu biji, blimbing wuluh, bayam merah,
Pengujian terhadap data pelatihan menghasilkan akurasi 75% dan data pengujian
menghasilkan akurasi 80%.
Liantoni, F., & Nugroho, H. (2015). Klasifikasi Daun Herbal Menggunakan Metode
Naïve Bayes Classifier Dan Knearest Neighbor. Jurnal Simantec, 5(1).
ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN DENGAN
METODE CAOLI PADA TANAMAN TOMAT DENGAN
IRIGASI TETES
DI LAHAN KERING LOMBOK UTARA

ABSTRAK

Usahatani tomat di lahan kering Desa Salut Lombok Utara sangat sering
dilakukan petani, karena tanamannya berumur pendek dan harga jual hasil panennya
cukup stabil. Namun pengembangan tanaman tomat di wilayah ini masih ada kendala
tentang besarnya kebutuhan air tanaman (KAT) , karena belumn banyaknya referensi.
Untuk itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air tananam
tomat dan parameter lainnya untuk tiap fase pertumbuhannya (f). Penelitian dilakukan
pada lahan berukuran 7m x 28 m, ukuran bedengan sekitar 0,75 m x 28 m, sumber air
dari tangki berkapasitas 1600m3 dan irigasi tetes untuk irigasi tanamannya. Analisis
KBT digunakan rumus (Caoli ,1967), dengan data análisis dari data lapangan saat
penanaman tomat, sehingga hasil penelitian diharapkan lebih realistis untuk
menjawab kendala tersebut dalam pengembangan tanaman tomat di kabupaten
Lombok Utara.
Hasil análisis KAT dengan rumus Caolli menunjukkan,untuk sekali irigasi
pada fase awal (f1) sekitar 0,738 m3, fase vegetative aktif (f2) sekitar 1,667 m3 dan
fase pembuahan sampai dengan pematangan buahawal (f3) sekitar 3,087 m3.
Besarnya lengas tanah (w) tambahan irigasi pada tiap fasenya adalah untuk f1 sekitar
4% -5%, f2 sekitar 6,5% -12 % dan f3sekitar 12%-17%. Durasi irigasi tetes 40 menit
perlu diperpendek padafase f1, untuk fase f2 durasinya cukup, dan pada fase f3
durasi perlu ditambahkan lebih dari 40 menit atau jadwal irigasi diperpendek
menjadi kurang dari 4.

Kata kunci :Kebutuhan air tanaman, lengas tanah, rumus Caoli

ABSTRACT

Tomato farming in the dry land of Salut Village, North Lombok is very often
done by farmers, because the plants are short-lived and the selling price of the
harvest is quite stable. However, the development of tomato plants in this region is
still constrained by the high demand for plant water (KAT), because there are not
many references. For this reason, this study aims to determine the amount of water
needed for tomato planting and other parameters for each growth phase (f). The
study is conducted on a land measuring 7m x 28 m, the size of the beds around 0.75
m x 28 m, the source of water from a tank with a capacity of 1600m3 and drip
irrigation for crop irrigation. KBT analysis used a formula (Caoli, 1967), with
analysis data from field data when planting tomatoes, so the results of the study are
expected to be more realistic to address these obstacles in the development of tomato
plants in the district of North Lombok.
KAT analysis results with the Caolli formula show, for once irrigation in the
initial phase (f1) around 0.738 m3, the active vegetative phase (f2) around 1.667 m3
and the fertilization phase until maturation of the initial fruit (f3) around 3.087 m3.
The amount of soil moisture (w) additional irrigation in each phase is for f1 around
4% -5%, f2 around 6.5% -12% and f3 around 12% -17%. The duration of drip
irrigation by 40 minutes needs to be shortened in phase f1, for phase f2 the duration
is sufficient, and in phase f3 the duration needs to be added by more than 40 minutes
or the irrigation schedule is shortened to less than 4.

Keywords: Plant water requirements, soil moisture, Caoli formula


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan pertanian di lahan kering Lombok Utara telah dibantu pemerintah


dengan pembangunan infrastruktur irigasi seperti bak-bak air maupun sistem irigasi
untuk kepentingan irigasi tanaman. Aplikasi sistem irigasi hemat air seperti sistem
tetes di desa Salut sudah dilakukan masyarakat, akan tetapi untuk pengembangan
sistem irigasi tersebut kelokasi lain belum dapat dilakukan karena kebutuhan air
tanamannya seperti tomat, informasinya masih belum spesifik untuk dapat ditindak
lanjuti. Sehingga untuk membantu pengembangan sistem irigasi tetes ditingkat
lapang, peneliti perguruan tinggiperlu berperan aktif melakukan riset-riset yang
terkait.Irigasi tetes dilokasi penelitian ini seringdigunakan untuk irigasi tanaman
tomat, karena tanaman ini berumur pendek dan manfaatnya secara ekonomi sudah
dinikmati oleh masyarakat setempat.Kendatipun demikian kebutuhan air
tanaman(KAT) tomat dengan irigasi tetes untuk kepentingan pengembangan pada
lokasi yang kusus sampai saat ini masih belum dilakukan, sehingga sangat perlu
dilakukan pengkajian tersebut untuk lokasi Desa Salut Lombok Utara.Perlu dilakukan
perhitungan- perhitungan yang sederhana dan aktual agar perkiraan pemberian air
irigasi tanaman dapat lebih mendekati kebutuhan lapangan. Analisis-analisis
kebutuhan air tanaman (KAT) dengan rumusan seperti rumus Caolli (1967) perlu
dilakukan, karena rumusan tersebut membutuhkan input data lapangan saat dilakukan
uji tanaman. Dengan data input berupa lengas tanah, kedalaman perakaran tiap fase
pertumbuhan tananam dan umur tanaman, diperkirakan hasil análisis KAT rumus ini
akan lebih mendekati kebutuhan air tanaman tomat dilokasi setempat. Dilokasi
penelitian uji kebutuhan ait tanaman tomat akan dilakukan pada jaringan irigasi tetes
pipa NTF 12 mm dan jarak drip 20 cm, dengan sumber air dari tangki berkapasitas
1600 liter. Lahan penelitian berukuran 7 m x 28m dan ukuran bedengan 1m x 28 m,
dan penelitian dilakukan pada musim kemarau pada tanah entisol.
Dengan keberadaan sumber air tersebut, diharapkan analisis kebutuhan dan
penggunaan air irigasi dapat dianalisis dengan lebih cermat sehingga hasil penelitian
ini dapat dijadikan masukan dalam perancangan pengembangan usahatani tanaman
tomat beririgasi tetes dilokasi dan sekitarnya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dapat dirumusakan adalah


sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan lengas tanah tambahan yang dapat diberikan oleh sistem
irigasi tetes pada tiap fase pertumbuhan tanaman tomat sampai panen awal?
2. Berapa kebutuhan air tanaman tomat untuk tiap fase pertumbuhan tanamannya
hingga panen awal?
3. Bagaimana kebutuhan air tanaman tomat untuk tiap fase pertumbuhannya
dibandingankan dengan durasi irigasinya ?
Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :


1. Mengetahui besarnya lengas tanah tambahan yang dapat diberikan oleh sistem
irigasi tetes pada tiap fase pertumbunhan tanaman sampai panen awal.
2. Mengetahui besar kebutuhan air tanaman tomat untuk tiap fase pertumbuhan
tanamannya hingga panen awal.
3. Mengetahui besarnya kebutuhan air tanaman tomat untuk tiap fase
pertumbuhannya dibandingankan durasi irigasi yang diberikan.

Manfaat yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini untuk


berbagai pihak terkait adalah:
1. Dapat membantu perencanaan kebutuhan air tanaman tomat untuk lahan kering desa
salut dan sekitarnya.
2. Dapat dijadikan rujukan awal dalam perencanaan pengembangan pertanian
hortikultura dengan sistem irigasi tetes pipa NTF12, untuk wilayah sekitarnya.
3. Dapat dijadikan pertimbangan dalam penjadwalan irigasi tetes dimasa mendatang.
METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Salut Kabupaten Lombok Utara pada
musim kemarau di lahan kering, pada lahan berukuran 7 m x 28 m dan ukuran
bedengan 0,75m x 28m, sebanyak 8 buah.Tomat ditanam dengan jarak 60 cm dan
irigasi tetes menggunakan pipa NTF 12 mm, pipa pvc 1 inch dan ¾ inch. Sumber air
irigasi berasal dari tangki berkapasitas 1600 liter yang dilengkapi dengan tower
setinggi sekitar 1,5 m terhadap lahan penelitian. Skema jaringan irigasi tetes yang
digunakan ditunjukkan pada Gambar 1.
Tangki air

1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b

Gambar 1. Skema Jaringan Irigasi Tetes dan Sumber Air

Setelah dilakukan pengujian keseragaman irigasi yang dihitung menggunakan


rumusan Cristansen dan diperoleh keseragaman yang baik, maka penelitian lanjutan
dilakukan sebagai berikut:
1. Dilakukan penenaman tomat pada bedengan.
2.Dilakukan pengambilan sampel tanah sebelum dan setelah pemberian irigasi tetes
selama 40 menit disekitar tanaman pada setiappemberian irigasi tetes
3.Dilakukan pengujian lengas tanah (w) dilaboratorium Geoteknik Fak Teknik
Unram untuk setiap sampel tanah yang diperoleh di lapangan.
4. Dilakukan pengukuran kedalaman akar tanaman untuk tiap fase
pertumbuhan tanaman. 5.Pengukuran kedalaman basahan irigasi
pada setiap pemberian irigasi tetes ke tanaman.
6. Dilakukan pengumpulan data lengas tanah, data panjang akar tanaman dan
kedalaman basahan irigasi.
7. Analisis data dilakukan dengan program excel untuk analisis data lengas tanah tiap
fase pertumbuhan tanaman, besar pemberian lengas oleh irigasi dan jumlah air yang
digunakan selama pemberian irigasi tersebut. Hasil analisis data dipresentasikan
dalam bentuk grafik dan tabel serta diulas secara deskriptip untuk mendapatkan
kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data yang dibahas dalam studi ini adalah kecukupan debit irigasi
tetes, karakteristik lengas tanah sebelum dan setelah irigasi tetes, karakteristik tebal
air pada zone perakaran dan kebutuhan air tanaman tomat. Tanah pada lahan
penelitian termasuk tanah yang berlempung dan sebagian bertekstur agak kasar, yang
tergolong pada tanah loamy sand.Tiap pipa jaringan irigasi tetes terdiri dari 45 titik
tanam dengan jarak tanam tomat 60 cm, dan untuk 8 pipa tetes lateral diperoleh titik
tanam sebanyak 360 titik.Berdasarkan hasil analisis data pengaliran tetes diperoleh
nilai koefisien keseragaman (Cu) berkisar antara 85 % sampai dengan 98 %, dan
menurut Chritiansen (1942) disebutkan bahwa untuk koefisien keseragaman sebesar
85 % adalah cocok untuk tanaman varietas khusus.

Imbuhan Lengas Tanah Irigasi Tetes


Berdasarkan data hasil uji lengas tanah di Laboratorium Mekanika Tanah dan
Geoteknik Unram diketahui bahwa irigasi tetes dapat memberikan lengas tambahan
pada tanah sekitar 4% - 5% saja pada fase pertumbuhan awal(f1) sekitar umur 5 hari –
16 hari, karena tanah tidak mampu menyerap air irigasi lebih banyak karena kondisi
lengas tersedia masih tinggi, karena akar tanaman tomat masih pendek dan tidak
banyak air yang digunakan tanaman. Durasi irigasi selama40 menit dirasakan terlalu
lama pada fase ini dan perlu diperpendek.
Pada fase pertumbuhan vegetative aktif dan fase generative, imbuhan lengas
tanah yang dapat diberikan irigasi tetes sekitar 9% - 12%, dan sudah meningkat
dibandingkan fase awal. Selanjutnya untuk fase pembuahan diperlukan lengas tanah
lebih tinggi yaitu sekitar 11% - 17 %, sehingga tanaman pada kondisi ini perlu
dukungan irigasi yang optimal agar produksi buah tomat menjadi lebih baik (Gambar
2).
40%

30%
Kelengasan (w)

20%

10% sebelum irigasi


Setelah irigasi
0%
0 20 4 0 60 80
Waktu Pertu m buhan
(hari)
Gambar 2. Grafik Hubungan Lengas Tanah Sebelum dan Setelah Irigasi
Tetes

Hasil uji lengas tanah sebelum dan setelah irigasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa terjadinya penurunan ketersediaan
lengas tanah disekitar perakaran tanaman pada tiap-tiap fase pertumbuhan tanaman
tomat, yang tergantung pada umur tanaman. Lengas tanah tersedia semakin menurun
pada umur tanaman yang semakin tua, dan hal ini juga menunjukkan bahwa ruang
untuk pengisian lengas tambahan oleh irigasi tetes akan semakin tinggi pada fase
pertumbuhan tanaman yang semakin tua.
Pada fase pertumbuhan awal umur tanaman tomat sekitar 16 hari diperlukan
lengas tanah rata-rata swkitar 1,13% , pada fase vegetative tanaman tomat selama 20
hari terjadi diperlukan legas tanah rata-rata harian sekitar 2,6 % dan pada fase
pembentukan buah hingga panen awal selama 20 hari dan umur tanaman 56 hari,
lengas tanah yang digunakan rata-rata harian sekitar 3,35 %.Jadi peran irigasi pada
fase pembungaan dan pembuahan harus lebih fokus dan konsisten karena sangat
rentan terhadap hasil panen. Jadi fungsi irigasi harus dapat memberikan air pada
jumlah yang cukup dan pada waktu yang dibutuhkan saja.

Ketersediaan Lengas Tanah Setelah Penjadwalan Irigasi.

Besarnya lengas tanah tersedia dalam tanahsebelum pemberian irigasi lanjutan


ditunjukkan pada Gambar 3.

35%
30%
25%
Kelengasan

20% Fase tumbuh awal


15% Fase Vegetatif
10%
Fase pembuah-panen
5%
0%
0 20 40 60 80
waktu pertumbuhan (hari)
Gambar 3. Ketersediaan Lengas Tanah Setelah 4 Hari Pemberian Irigasi
Tetes

Pada fase vegetative akhir hingga pembuah, ketersediaan lengas tanah sudah
kritis sekitar 17% sehingga irigasi perlu dilakukan lebih cepat agar tanaman dapat
tumbuh normal dan terus berproses dalam memproduksi bunga dan buah sampai
tanam tidak produktif lagi.
18%
16%
14%
Kadar lengas (w)
12%
10%
Lengas tambahan
8%
setelah irigasi
6%
4%
2%
0%
0 20 40 60 80
Waktu pertumbuhan tanaman (hari)

Gambar 4. Grafik variasi lengas tanah setelah irigas tetes

Berdasarkan grafik pada Gambar 4, untuk tanaman yang semakin tua maka
kebutuhan akan air pada titik tertentu akan semakin menurun. Pada kondisi
tananaman umurnya masih muda dan akar tanaman pendek maka durasi irigasi yang
diberikan ketanamanjugalebih pendek dari pada kondisitanaman pertumbuhan
lanjutan hingga panen. Dengan keterbatasan lengas tanah yang diberikan irigasi tetes
yaitu sekitar 13% sd 15% kondisi terendah dan maksimum sekitar 30% sd 32%, maka
irigasi harus menjamin pertumbuhan tanaman tomatgara dapat berhasil baik.
Jadi lengas tanah yang dapat ditambahkan oleh irigasi tetes ke tanah hanya
sekitar 17% saja dari 32% lengas tanah optimum dari tanah. Lengas tersebut akan
digunakan untuk transpirasi dan evaporasi di lahan tomatselama 4 hari. Dengan durasi
irigasi tersebut dirasakan masih kurang karena pemanfaatan lengas oleh tanaman
sangan besar, sehingga pemberian air dalam jadual 4 hari perlu dirubah menjadi 3
hari dan durasi diperpanjang untuk menghidari kekurangan air tanam.

Kebutuhan Air Tiap Fase Pertumbuhan Tomat

Ketersediaan air pada zone perakaran tomat tergantung pada banyaknya air
yang diberikan oleh sistem irigasi tetes.Jumlah air irigasi tetes yang dapat diserap
tanah sangat dipengaruhi oleh lengas tanah sebelum diberikan irigasi. Jika lengas
tersedia tersedia sangat rendah maka jumlah air yang dapat diserap tanah akan
semakin tinggi hinga mencapai kelengasan optimum. Pemberian air irigasi tetes dapat
optimum mencapai kedalaman perakaran tanaman dipengaruhi oleh panjang akar
tanaman dantiap fase pertumbuhannya.Panjang akar tanaman dan kebutuhan air
tananam yang dihitung menggunakan rumus

Gambar 5. Pertumbuhan Tanaman Fase Awal Sampai Fase


Vegetative aktif
Caolli (1957) untuk tiap fase pertumbuhan tanaman sampai dengan tomat panen
awal, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Panjang akar tanaman pada fase ini sekitar 5-10 cm dengan umur tanaman 4
hari -16 hari. Jumlah irigasi yang dilakukan pada fase ini sebanyak 4 kali. Untuk
ukuran lahanbersih tanam tomat 27m x 7,6 m luasnya sekitar 205,2 m2, dan
kebutuhan air tanaman untuk fase pertumbuhan awal rata-rata sebesar 3,6 mm, dan
kebutuhan air untuk sekaliirigasi tetes sebesar = 205.2000,0 cm2 x ( 3,6/10) cm =
73872 cm3 =0,74 m3.
Untuk fase pertumbuhan tanaman pembungaan hingga pembuahan diperlukan
air sekitar 2,22 m3dengan umur pada fase vegetative Aktif umurnya sekitar (20 hari
– 40 hari). Dalam fase ini irigasi tetes
dilakukan sebanyak 5 kali dan rata-rata air yang digunakan sekitar 8,1cm dan
pembentukan bunga mulai umur di atas 30 hari.Kondisi tanaman pada fase
pertumbunhan tersebut ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 6. Kondisi Tanaman pada Fase Vegetative Aktif Hingga


Pembuahan

Untuk luas lahan tanam tomat 205,2 m2 dan kebutuhan air tanaman untuk sekali
irigasi pada fase vegetative aktif rata-rata sekitar 8,1 mm dibutuhkan air sebanyak =
205.2000,0 cm2 x ( 8,1/10) cm = 1662120 cm3 = 1,662120 m3. Jadi kebutuhan air
irigasi untuk 5 kali irigasi pada fase ini besarnya sekitar 5 x 1,66m 3 = 8,3 m3. Gambar
8 ditunjukkan perkembangan buah tomat sampai dengan panen awal.

Gambar 7.Kondisi Buah Tomat Sampai Panen Awal

Kebutuhan air tanaman rata-rata 14,7 cm/4 hari dalam 4 kali irigasi, dengan
umur tanaman pada fase bunga sampai buah (40 hari -68 hari) dan panjang akar
sekitar 20cm -30 cm. Kebutuhan air tanaman tomat pada fase generative hingga panen
awaladalah 205.2000,0 cm2 x ( 14,7/10) cm = 3016 cm3 =3,016 m3. Untuk fase
pembungaan sampai panen awal saja, diperlukan air sekitar 4 x 3,02 m3 = 12,08 m3.

Kebutuhan Air Tanaman terhadap Durasi Irigasi

Berdasarkan pengamatan pertumbuhan tomat dilapangan maka durasi irigasi


dapat dijelaskan sebagai berikut.Untuk fase pertumbuhan awal tomat durasi irigasi
tetes 40 menit termasuk besar, karena lengas tanah masih tinggi dan tanaman belum
banyak membutuhan air dan durasi perlu diperpendek dibawah 40 menit.Untuk fase
vegetative aktif, durasi irigasi 40 menit sudah cukup, sehingga tidak diperlukan
perubahan durasi. Sedangkan untuk fase pertumbuhan bunga sampai pematangan
buah tomat, durasi irigasi 40 menit dirasakan masih kurang dan perlu ditambahkan
atau jadwalan irigasinya diperpendek menjadi 3 harian agar produksi bunga dan buah
tomat tidak terganggu.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Lengas tanah terendah dari irigasi tetes besarnya sekitar 13% - 15 %, dan lengas
tanah optimum sekitar 30% - 32%, dengan imbuhan lengas maksimum dari irigasi
tetes sekitar 17%. Pada fase awal lengas tanah yang dapat diberi irigasi sekitar
4% -5%, pada fase vegetative aktif 6,5% -12 % dan pada fase pembungaan sampai
pematangan buah awal (panen awal) sekitar 12% - 17%.
2. Berdasarkan hasil perhitungan rumus Caolli untuk sekali irigasi pada masing-
masing fase pertumbuhantanaman tomat diperlukanair irigasi tetes sekitar
0,738 m3 untuk fase awal, untuk fase
vegetative aktif sekitar 1,667 m3 dan untuk pembungaan hingga pematangan buah
awal digunakan air sekitar 3,087 m3
3. Durasi irigasi tetes 40 menit pada tanaman, perlu diperpendek untuk fase
pertumbuhan awal, untuk fase vegetative aktiv sudah cukup. Sedangkan untuk
fase pembungaan sampai pematangan buah, durasi perlu ditambahkan lebih dari
40 menit atau jadwal irigasi diperpendek menjadi kurang dari 4.

Saran

Dalam pemanfaatan besar kebutuhan air ini hendaknya disesuaikan dengan


kondisi setempat seperti kondisi tanah, kebiasaan penggunaan air irigasi di lahan oleh
masyarakat, dan kondisi iklim.

DAFTAR PUSTAKA

Bucks, D.A. and S. Davis, 1986. Historical development of trickle irrigation in


Nakayama, F.S. and Bucks (ed). Trickle irrigation for crop production:
Development in Agricultural Engineering 9. Elsevier, Amsterdam.
Nakayama,F.S an D.A.Bucks(eds),1986.Trickle Irrigation for Crop Production.
Development in Agricultural Engineering 9.Elsevier, Amsterdam.
Negara,J., Supriyadi,A., 2016. Analisis Rancang Bangun Sistem Irigasi Hemat Air
Terpadu Berbasis Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) pada Tanah Bergradasi
Halus di Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Keilmuan dan Aplikasi
Teknik Sipil, Spektrum Sipil UNRAM Mataram.
Triatmodjo, Bambang. 2008. HidrologiTerapan. Beta Offset. Yogyakarta

NEGARA, I. D. G. J., BUDIANTO, M. B., SUPRIYADI, A., & SAIDAH, H. (2020).


Analisis kebutuhan air tanaman dengan metode caoli pada tanaman tomat dengan irigasi
tetes di lahan kering lombok utara. Ganec Swara, 14(1), 419-425.

Anda mungkin juga menyukai