Anda di halaman 1dari 36

PROSES PEMBIBITAN TANAMAN TEBU MENGGUNAKAN

TEKNIK KULTUR JARINGAN DI PG KREBET BARU


BULULAWANG MALANG

PRAKTEK KERJA LAPANG


(PKL)

Oleh
AQMARINA FITRI HAZHIZHAH
NIM D31171087

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditi
perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia.
Tanaman tebu adalah satu family rumput – rumputan yang merupakan tanaman asli
tropika, namun masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika.
Tebu merupakan tumbuhan monokotil, batang tanaman tebu memiliki anakan
tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini dapat tumbuh baik
dan berkembang didaerah subtropika, pada berbagai jenis tanah dari dataran rendah
hingga ketinggian 1400 mdpl. Kualitas tebu dipengaruhi oleh iklim. Tingkat
konsumsi masyarakat akan gula selalu meningkat tiap tahunnya namun pemerintah
belum dapat mencukupi secara keseluruhan (Mahendra, 2010).
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi gula
dalam negeri adalah upaya ekstensifikasi dan intensifikasi. Upaya ekstensifikasi yang
dilakuka pemerintah adalah melakukan perluasan areal tanam tebu dimana tahun
2000 hanya berkisar 288.000 ha (BPS, 2010).
Perbanyakan tebu umumnya diperbanyak secara vegetatif melalui teknik
konvensional dengan menggunakan stek. Dibeberapa negara tropis, perbanyakan tebu
menggunakan batang dengan 2 sampai 3 buku (nodus) (Jalaja et al., 2008).
Kultur jaringan ialah suatu upaya untuk membudidayakan sekumpulan sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama dari suatu tanaman, sehingga menjadi
tanaman baru yang lengkap. Kultur jaringan dilakukan dengan mengisolasi bagian –
bagian tanaman tertentu, seperti mata tunas, daun, dan lain – lain lalu menumbuhkan
jaringan tersebut ke dalam suatu wadah tertutup yang tembus cahaya dan dengan
prinsip yang aseptic (steril), sehingga tanaman dapat beregenerasi menjadi tanaman
baru yang lengkap.
Teknik kultur jaringan saat ini dipercaya sebagai metode yang tepat dalam
mengatasi masalah produksi bibit tanaman. Aplikasi kultur jaringan sangat meluas
penggunaannya pada tanaman hortikultura, pangan dan industry terutama pada
penyediaan bibit secara massal, cepat, murah, dan bebas patogen (Behera dan Sahoo,
2009).
Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan kegiatan akademik yang dimana setiap
mahasiswa melakukan pembelajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan
tenaga kerja yang terampil sesuai dengan pendidikan yang berbasis vokasi. Dengan
adanya PKL mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan khususnya
di bidangg budidaya tanaman tebu di PG Krebet Baru Malang Jawa Timur.
PG Krebet Baru merupakan anak dari perusahaan PT. Rajawali Nusantara I dan
salah satu industry di Jawa Timur yang mengolah tebu menjadi gula. PG Krebet Bru
didirikan pada tahun 1906 yang bertempat di wilayah Krebet, Malang, Jawa Timur.
Pemerintah Hindia Belanda membangun pabrik di wilayah Krebat dengan mengkaji
keadaan tanah disekitar krbet cukup bagus untuk ditanami komoditas tebu sehingga
dijadikan wilayah historis untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.
Pengembangan varietas terbaru yaitu PR 12-01 dari PG Krebet Baru
sebanarnya sangat menguntungkan bagi pabrik maupun petani, dikarenakan varietas
ini merupakan varietas unggulan masak awal yang memiliki rendemen tinggi
dibandingkan varietas lainnya.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL) secra umum adalah meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman kerja bagi mahasiswa mengenai
kegiatan perusahaan/industri/instansi dan/unit bisnis strategis lainnya yang layak
dijadikan tempat PKL. Selain itu, tujuan PKL adalah melatih mahasiswa agar lebih
kritis terhadap perbedaan atau kesenjangan yang dijumpai di lapangan dengan yang
diperoleh dibangu kuliah. Dengan demikian mahasiswa diharapkan mampu untuk
mengembangkan keterampilan tertentu yang tidak diperoleh dikampus.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah :
a. Melatih para mahasiswa mengerjakan lapangan dan sekaligus melakukan
serangkaian keterampilan yang sesuai dengan bidang keahliannya mengikuti
perkembangan ipteks
b. Menambah kesempatan bagi mahasiswa memantapkan keterampilan dan
pengetahuannya untuk menambah kepercayaan dan kematangan dirinya
c. Melatih para mahasiswa berfikir kritis dan menggunakan daya nalarnya dengan
cara memberi komentar logis terhadap kegiatan yang dikerjakan dalam bentuk
laporan kegiatan yang sudah dibakukan
d. Meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap sikap tenaga kerja didalam
melaksanakan dan mengembangkan teknik teknik tertentu serta alasan – alasan
rasional dalam menerapkan teknik – teknik tersebut

1.2.3 Manfaat
Manfaat Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa terlatih untuk mengerjakan pekerjaan lapangan dan sekaligus
melakukan serangkaian keterampilan yang sesuai dengan bidang keahliannya
b. Mahasiswa memperoleh kesempatan umtuk memantapkan keterampilan dan
pengetahuannya sehingga kepercayaan dan kematangan dirinya akan semakin
meningkat
c. Mahasiswa terlatih untuk berfikir kritis dan menggunakan daya nalarnya dengan
cara memberi komentar logis terhadap kegiatan yang dikerjakan dalam bentuk
laporan kegiatan yang sudah dibakukan
d. Menumbuhkan sikap kerja mahasiswa berkarakter

1.3 Lokasi dan Jadwal Praktek Kerja Lapang


Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan pada tanggal 3 September 2019
dan berakhir pada tanggal 20 November 2019 dengan jam yang disesuaikan dengan
kegiatan yang ada dilapang. Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di PG Krebet
Baru Bululawang, Malang, Jawa Timur.

1.4 Metode Pelaksanaan


Pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) menggunakan metode sebagai
berikut :
a. Metode Observasi
Mahasiswa terjun langsung kelapangan untuk mengamati serta melihat keadaan
yang sebenarnya terjadi di lapangan. Melihat dan pengenalan lokasi di PG Krebet
Baru Malang
b. Metode Praktek Lapang
Melaksanakan kegiatan secara langsung praktek budidaya tanaman tebu sesuai
dengan arahan pembimbing lapang. Dengan langsung mengetahui keadaan kondisi
lapang dan juga berbagai macam jenis kegiatan serta cara penganganannya pada
kondisi di lapang
c. Metode Demonstrasi
Metode ini mencangkup demonstrasi langsung kegiatan di lapangan mengenai
teknik dan aplikasi yang digunakan dan dibimbing oleh pembimbing lapang.
Sehingga mahasiswa dapat lebih memahami pelaksanaan kegiatan tersebut. Hal ini
dilakukan apabila kegiatan PKL tidak dapat dilaksanakan (terlaksana) di kebun.
Melakukan penjelasan antara pembimbing lapang dan mahasiswa untuk memberikan
suatu informasi kegiaan yang tidak dapat terlaksana sehingga penjelasan tersebut
dapat berguna bagi mahasiswa.
d. Metode Wawancara
Wawancara atau tanya jawab (diskusi) sangat perlu dilakukan oleh mahasiswa
untuk menggali pengetahuan sebanyak mungkin dari pembimbing lapang, karyawan
lain maupunpara pekerja sehingga dapat menambah wawasn tentang budidaya dan
pengolahan tanaman tebu secara teknis dan non teknis. Segala macam kegiatan dari
keseluruhan sehingga ketidaktahuan bagi mahasiswa dapat diketahui dengan diskusi
antara pembimbing lapang, karyawan lain maupun para pekerja.
e. Metode Pustaka
Dalam metode pustaka yaitu mencari literatur yang ada dilakukan untuk
mendapatkan informasi tambahan sebagai pelengkap dan penunjang dalam
penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL).
BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Profil PT. PG Krebet Rajawali 1 Unit PG. Krebet Baru
Pabrik Gula Krebet Baru didirikan oleh pemerindah Hindia Belanda yang
kemudian pada tahun 1906 dibeli oleh Oei Tiong Ham Concern. PG. Krebet Baru
sempat menghentikan operasinya pada tahun 1947, hal ini disebabkan pabrik
mengalami kerusakan yang parah. Pada tahun 1953 Pabrik Gula Krebet Baru
mengalami perbaikan berkat desakan IMA PETERMAS (Indonesia Maskapai Andal
Koperasi Pertanian Tebu Rakyat Malang Selatan), sehingga PG Krebet Baru dapat
beroperasi kembali. Perbaikan diadakan oleh Oei Tiong Ham Concern bekerjasama
dengan Bank Industri Negara. Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih semua
perusahaan yang dimiliki oleh Oei Tiong Ham Concern pada tahun 1961. Kegiatan
usaha tetap berjalan dibawah pengawasan Menteri/Jaksa Agung RI. Kemudian pada
tahun 1963 semua perusahaan dan pengelolaannya diserahkan kepada menteri Urusan
Pendapatan, Pembiayaan, dan Pengawasan (P3) yang saat ini menjadi Departemen
Keuangan RI. Untuk melanjutkan aktivitas usaha ex. Oei iong Ham Concern, pada
tahun 1964 Departemen Keuangan RI membentuk PT. Perusahaan Perkembangan
Ekonomi (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia yang sekarang lebih dikenal dengan
nama PT. Rajawali Nusantara Indonesia. PT. Rajawali Nusantra Indonesia
merupakan Badan Usaha Milik Ngara (BUMN) dibawah pengawasan Departemen
Keuangan RI. Pada tahun 1974 PG Krebet Baru mengalami peningkatan kapasitas
giling dari 1600 TCD (Ton Cane per Day) tahun 1968 menjadi 2000 TCD.
Peningkatan kapasitas giling ini merupakan fasilitas pemerintahan dalam
rangka penanaman modal dalam neger dengan cara memperbaiki dan mengganti
mesin-mesin yang sudah tua. Dua tahun setelah itu yaitu pada than 1976 dibangun
pabrik gula baru untuk menggantikan pabrik gula yang lama. Namun untuk
meningkatkan kapasitas giling menjadi 12.000 ha, maka pabrik gla yang lama tetap
dipertahankan untuk tetap beroperasi. Sehingga terdapat dua unit pabrik gula yang
berada dibawah manajemen PG. Krebet Baru, yaitu Pabrik Gula Krebet Baru I (KB I)
dan Pabrik Gula Krebet Baru II (KB II). Hingga saat ini PG. Krebet Bar u terus
meningkatkan kapasitas giling dan pelayanan terhadap tanaman tebu rakyat.
Peningkatan kapasitas giling dilakukan dengan cara memperbaiki, mengganti dan
menambah mesin-mesin baru. Total kapasitas giling PG Krebet Baru sebesar 12.000
TCD, dengan rincian PG. Krebe Baru I (KB I) sebesar 6.500 TCD dan PG. Krebet
Baru II (KB II) sebesar 5.500 TCD.

2.2 Lokasi PG. Krebet Baru


PT. PG Krebet Baru di 1 km Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Jarak dari Kota Malang sejauh13 km kearah selatan. Wilayah
kerja PG Krebet Baru sebagian besar tersebar di wilayah Malang Selatan dengan
ketinggian antara 300 – 600 m diatas permukaan laut. PG Krebet Baru terletak pada
112º, 37’, 30” LS di Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Sekitas 13 km arah selatan kota Malang, yang di batasi oleh 4 desa yakni :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Senggrong
b. Sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Desa Bakalan
c. Sebelah Barat berbtasan dengan Desa LUmbangsari dan Desa Bakalan
Menurut istilah iklim oleh Oldeman dan Smith Freguson, iklim di daerah ini
tergolong agak basah atau zona C dengan curah hujan rata-rata 2077 mm per tahun.
Bulan basah jatuh pada bulan januari sedangkan bulan-bulan kering jatuh pada bulan
agustus. Suhu minimum rata-rata 21ºC dan suhu maksimum 33ºC. wilayah kerja PG
Krebet Baru terletak pada ketinggian tempat 300-600 mdpl. topografinya sangat
beragam dari dataean sampai perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan 3-8%.
Pada umumnya jenis tanah ialah latosol, mediteran sedikit regosol dan alluvial. pH
tanah berkisar antara 5,6-6,5.
Malang selatan didukung oelh sumer daya alam yang sangat sesuai untuk
tanaman tebu sehingga banyak petani di wilayah ini memilih untuk betanam tebu,
oleh karena pertimbangan itulah pemilihan lokasi PG Krebet Baru. Lokasi PG Krebet
Baru cukup strategis karena didukung oleh faktor ketersediaan bahan baku dan tenaga
kerja.
Lokasi ini dapat dianggap strategis karena faktor-faktor ketersediaan bahan
baku dan bahan pembantu yang cukup banyak serta tidak jauh dari lokasi. SDM
sebagai tenaga kerjapun tersedia dan banyak didapat didaerah sekitar lokasi pabrik.
Penyedia air yang cukup mudah karena dekat dengan sumber air dan sungai,
demikian pula tenaga listriknya. Pada waktu pendirian pabrik gula Krebet Baru telah
memperhitungkan faktor-faktor yang nantinya akan menunjang kelancaran dari
perusahaan tersebut. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu :
a. Bahan Baku atau Penyajian Bahan Mentah
Bahan baku pabrik gula ini adalah tebu yang diperoleh dari petani tebu disekitar
pabrik yang merupakan daerah pertanian dengan sistem kemitraan.
b. Tenaga Kerja
Memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja baik pimpinan maupun karyawan
pelaksana mudah diperoleh. Tenaga kerja pimpinan diatur oleh Direksi, sedangkan
untuk tenaga kerja pelaksana diperoleh dari penduduk sekitar pabrik, sehingga tidak
mengalami kesulitan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
c. Penyediaan Air
Adanya sumber daya air yang melimpah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan tersebut dalam menjalankan operasinya. Dalam hal ini air sebagai proses,
air sebagai pendingin, air sanitasi dan air ketel.
d. Transportasi
Transportasi juga merupakan hal yang penting dalam menentukan lokasi
perusahaan. Hal tersebut berkaitan dengan sarana proses dalam budidaya hingga
sarana dalam proses produksi.
e. Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh besar terhadap budidaya tebu yang menjadi
bahan baku utama. Tebu pada masa pertumbuhan sangat memerlukan air, sedangkan
pada masa kemasakan tidak memerlukan air karena proses pertumbuhan tebu
berhenti. Adapun unsur-unsur iklim yang berpangarug adalah tekanan udara, cahaya
matahari, kelembapan udara dan arah kecepatan angin.

f. Tanah
Daerah Malang merupakan jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman
tebu, dimana jenis tanah didaerah Malang termasuk jenis tanah yang sedikit
mengandung pasir yang musah menyerap air ketika terjadi kapasitas air berlebih.
Untuk itu sangat ideal bagi tanaman tebu yang menyukai air tetapi tidak sampai
tergenang.
g. Pemasaran Hasil Produksi
Hasil produksinya milik petani tidak dijual ke konsumen, melainkan dilelang
oleh tim yang anggotanya telah ditunjuk oleh petani / kelompok / KUD / dan
difasilitasi oleh PT. PG Rajawali I Surabaya.

2.3 Wilayah Kerja


Wilayah kerja PG Krebet Baru dapat digolongkan menjadi 2 yakni :

2.3.1 Wilayah Historis


Merupakan wilayah kerja yang telah ada sejak berdirinya PG Krebet Baru yang
dicirikan dngan adanya jaringan lori dan sebagian besar ialah tanah sawah. Wilayah
kerja historis meliputi Kecamatan Bululawang dan Kecamatan Gondanglegi.

2.3.2 Wilayah Ekspansi


Merupakan wilayah kerja setelah adanya perkembangan PG Krebet Baru pada
tahun 1976. Wilyah PG Krebet Baru hingga saat ini dibagi menjadi 4 rayon yang
masing-masing dipimpin oleh seorang kepala rayon atau sering disebt SKK (Sinder
Kebun Kepala).
2.4 Bentuk Badan Usaha
Pabrik Gula Krebet Baru merupakan unit usaha pabrik gula dibawah naungan
perusahaan PT. Rajawali Nusantara Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. PT.
Rajawali Nusantara Indonesia merupakan perusahaan salah satu BUMN dibawah
naungan departemen keuangan.
2.5 Struktur Organisasi
PG Krebet Baru merupakan salah satu unit produksi PT. PG Rajawali
Nusantara Indonesia I yang merupakan anak perasahaan anak perusahaan dari PT.
Rajawali Nusantara Indonesia Unit PG Krebet Bru membawahi 2 pabrik, yaitu PG
Krebet Baru I dan PG Krebet Baru II. Unit ini dipimpin oleh seorang administrator
atau General Manager yang dalam tugasnya dibantu oleh beberapa kepala bagian
atau Manager. Kepala bagian tersebut diantaranya Kepala Bagian Tanaman
(Plantation Manager), Kepala Bagian Instalasi (Engineerig Manager) Krebet Baru I,
Kepala Bagian Pabrikasi (Processing manager) Krebet Baru II, Kepala Bagian
Pabrikasi (Processing Manager) Krebet Baru I, Kepala Bagian Pabrikasi (Processing
Manager) Krebet Baru II, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan (Financial and
Administration Manager), Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum (Human
Resources Development and General Affair Manager) dan Kepala Bagian QC
(Quality Control). Struktur dan sistem organisasi yang menunjukkan susunan dan
hubungan antar tiap-tiap posisi.

2.5.1 General Manager


General Manager ini merupakan jabatan tertinggi pada PG Krebet Baru
Malang. General Manager ini berugas untuk mengelola dan bertanggung jawab atas
semua kegiatan yang dilakukan oleh PG Krebet Baru.

2.5.2 Kepala Bagian Tanaman


Kepala bagian tanaman ini bertanggung jawab menyediakan bahan baku tebu.
Penyediaan bahan baku ini meliputi penyediaan bibit untuk penanaman hingga untuk
produksi gula. Kepala bagian juga bertanggung jawab terhadap bagian-bagian yang
pemimpinnya meliputi Kepala rayon yang bertugas untuk mengatur pembagian bibit
hingga hasil tebu dari tiap-tiap rayon (daerah) yang ditangani, BST (Bina Sarana
Tani) bertugas untuk menangani bibit dan juga pengembangannya untuk penangkatan
produksi tanaman tebu, Remise dan Mekanisasi bertugas untuk penggunaan alat dan
mesin pertanian dilapangan baik dalam proses prapanen hingga proses pemanenan,
Tebang dan Angkat brtugas untuk penjadwalan pemanenan dan penyediaan bahan
baku giling tebu, dan tata usaha tanaman.

2.5.3 Kepala Bagian Instansi


Kepala bagian instansi ini bertugas untuk mengoperasikan sumber daya yang
dimiliki oleh pabrik yang meliputi penoperasian gilingan, ketel, listrik, instrumen.

2.5.4 Kepala Bagian Pabrik


Kepala bagian pabrik ini bartanggung jawab atas semua kegiatan yang
dilakukan dipabrik selama pengolahan tebu menjadi. Pada PG Krebet memiliki 2
pabrik yang beroperasi masing-masing sehingga juga memiliki kepala bagian masing-
masing yaitu kepala bagian pabrik I dan kepala pabrik II.

2.5.5 Kepala Bagian Akuntansi dan Keuntungan


Kepala bagian akuntasi dan keungan ini bertugas untuk merancang, mengelola,
menganggurkan dana perusahaan. Kepala bagian akuntansi dan keuangan ini
bertanggung jawab terhadap semua keuangan yang dimiliki oleh perusahaan.

2.5.6 Kepala Bagian SDM dan Umum


Kepala bagian SDM dan umum bertugas untuk merancang dan mengelola
kegiatan kepegawaian. Selain tahu juga bertugas untukk pengadaan pembuatan
bangunan-bangunan untuk pabrik.
2.5.7 Quality Control
Bagian Quality Control (QC) ini bertugas untuk menganalisa kualitas dari
pabrik tebu. QC ini bertugas mulai dari analisa tebu yang masuk pabrik hingga
analisa kualitas gula yang dihasilkan oleh pabrik. Selain itu juga bertugas untuk
penanganan limbah yang dihasilkan oleh pabrik.
BAB 3. BUDIDAYA TANAMAN TEBU

3.1 Persiapan Lahan


Persiapan lahan yang ada di PG Krebet Baru Malang terdapat 2 kegiatan yang
selalu dilakukan setiap tahunnya yaitu pembukaan lahan baru dan pembongkaran
ratoon. Pembukaan lahan baru ialah kegiatan mengolah tanah atau lahan kosong
yang dulunya pernah ditanami tanaman tahunan dan semusim atau lahan yang belum
pernah ditanami tanaman apapun ssebelumnya. Sedangkan pembongkaran ratoon
yaitu membersihkan lahan dari sisa atau bekas panen tanaman tebu yang masih
berada dilahan utuk nantinya ditanami tanamna tebu baru.
Pengolahan lahan dilakukan dengan 2 cara yaitu dilakukan secara mekanisasi
dan secara manual. Pengolahan secara mekanisasi ialah pengolahan yang
dilaksanakan dengan bantuan traktor dan implement, sedangkan pengolahan secara
manual ialah pengolahan lahan yang dilaksanakan menggunakan bantuan tenaga
hewan, manusia, dan juga alat-alat pertanian lainnya.

3.1.1 Pembukaan Lahan Secara Makanis


Proses pengolahan lahan secara mekanis dimulai dengan bajak 1, bajak 2, dan
pembuatan kairan. Bajak 1 yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memotong sisa-sisa
kayu atau akar yang masih tertinggal sekaligus membalik tanah, pembajakan 1 yang
dikerjakan secara tegak lurus dan juga termasuk kegiatan membuka tanah dengan
kedalaman ±50 cm. Bajak 2 yaitu pembajakan yang dilakukan secara berlawan arah
dan termasuk kegiatan menutup tanah dengan kedalama ±60 cm, kegiatan selanjutnya
yaitu kair atau pembuatan juringan dengan panjan 10 m (kondisional untuk lahan
tegal dapat mencapai 50 m), pokok ke pokok (PKP) yang digunakan antara 115-120
cm yang sesuai dengan prosedur implement mesin pada PG Krebet Baru Malang dan
untuk tahap pengembangan PG Krebet Baru Malang akan merencanakan jarak PKP
yang digunakan yaitu 130 cm, dengan tujuan agar hasil yang dihasilkan lebih
banyank dan rendemen yang dihasilkan juga mampu meningkat.
3.1.2 Pembukaan Lahan Secara Manual
Kegiatan pembukaan lahan secaa manual dilakukan oleh petani pada lahan yang
berpengairan sangat cukup, dengan tujuan apabila pada saat hujan atau saat pengairan
tanaman makan air tidak terlalu banyak mengendap dilahan dan tidak membuat tanah
terlalu jenuh. Jika tanah terlalu jenuh nantinya akan mengakibatkan tumbuhnya
anakan yang sangat banyak dan berpengaruh pada masa pemasakan tanaman (fase
generative) yang kurang optimal.

3.2 Pembibitan
Dalam budidaya tanaman tebu diperlukan bibit-bibit yang unggul agar
memperoleh hasil yang maksimum sesuai dengan yang kita harapkan. Untuk
pembibitan pada PG Krebet Baru Malang dilakukan 3 macam pembibitan yaitu
pembibitan bagal, pembibitan secara kultur jaringan, dan pembibitan secara
Budchips.

3.2.1 Pembibitan Secara Bagal


Pembibitan ini dilakukan menggunakan bagal tebu yang telah melalukan
beberapa perlakuan sebelum siap ditanam. Perlakuan tersebut meliputi perogresan
(klentek) setelah dilakukan tebang. Perograsan dilakukan sekali pada umur 3 bulan
itupun pada daun yang dirasa sangat kering dan perogresan hanya diambil beberapa
helai daun saja. Tanaman tebu yang siap untuk dijadikan bibit yaitu yang telah
berumur 8 bulan karena pada umur tersebut seluruh mata baik batang atas, batang
tengah, batang bwah dapat digunakan seluruhnya sebagai bibit dan pertumbuhannya
dapat merata sehingga bibit yang dihasilkan nantinya akan menjadi tanaman murni
(varietas yag sama). Bibit untuk pembibitan secara bagal menggunakan bibit bermata
2-3 dengan masa tanam yang sesuai dan terhindar dari hama penyakit. Pembibitan
menggunakan bagal ini tidak dapat disortir mata tunasnya antara mata tunas yang
baik maupun yang rusak, sehingga bibit tidak akan tumbuh 100% secara merata.
Dalam 1 batang tebu akan dipotong menjadi 3 bagian yaitu bagian atas, tengah,
dan bawah dengan masing-masing bermata 2-3. Setelah itu bibit disusun dengan cara
end to end (ujung ketemu ujung) dengan mata menghadap ke samping, lalu tutup
tanah. Cara perawatan bibit bagar ini menggunakan model penanaman kering yang
artinya setelah bibit tertutupi tanah kemudian dilakukan torap lahan dengan air,
karena penanaman dengan sistem bagal ini tidak terlalu membutuhkan banyak air
dibandingkan dengan penanaman bibit menggunakan budchips.

3.2.2 Pembibitan Secara Kultur Jaringan


a. Persiapan Bahan Tanam
Bahan tanam kultur jaringan yaitu pucuk batang tanaman tebu yang berumur 3-
7 bulan. Jenis varietas yang digunakan PG Krebet Baru yaitu varietas PR 12-01.
b. Sterilisasi Bahan Tanam
Sterilisasi eksplan dengan cara penyemprotan dengan alcohol 95% lalu dibakar
hingga alcohol yang menempel habis terbakar, yang diikuti pengelupasan setelah
dibakar. Pengelupasan pelepah pucuk bertujuan untuk mempermudah penambilan dan
pemotongan jaringan meristem sebagai bahan eksplan.
c. Pemotongan dan Penanaman Eksplan
1) Pucuk tebu yang telah dikupas sampai diameter ±0,5 cm, kemudian dipotong-
potong dengan ukuran 0,5 cm.
2) Penanaman yang telah dipotong-potong kedalam tabung media MS 1
3) Setelah berumur ±2 bulan akan tumbuh kallus dan siap dipindahkan untuk disub
kultur pada MS II
d. Penanaman Kallus
Untuk mendapatkan individu tanaman dari hasil penanaman kallus, kallus yang
didapat dikeluarkan dari tabung MS I dan dipilih yang baik dan segar kemudian
dipotong kecil-kecil selanjutnya ditanam pada media MS II. Pada media ini akan
diperoleh individu-individu tanaman lengkap dengan akarnya, waktu yang diperlukan
pada MS II berkisar 3-4 bulan.
e. Aklimatisasi I
1) Media tanam yang digunakan antara lain pasir : tanah : bahan organik dengan
perbandingan 3:1:1
2) Campuran media disterilkan dan ditempatkan di green house
3) Tanaman dari MS II dipotong daun akarnya, kemudian direndam dalam larutan
antiseptic
4) Setelah ditanam, kemudian disiram dan disungkup dengan plastic, setelah 5 hari
tutup dibuka
5) Waktu untuk mengadaptasi tanaman berkisar 1-2 bulan
f. Aklimatisasi II
1) Pada tahap ini masing-masing individu tanaman dipisahkan
2) Ditanam ke polybag yang telah diisi dengan tanah yang sudah dicampur dengan
pupuk organik
3) Waktu untuk menumbuhkan tanaman sampai dengan siap ditanam dikebun
berkisar 2-3 bulan
g. Penanaman Polybag
1) Tanaman yang telah di aklimatisasi II dan siap ditanam di polybag yang lebih
besar dengan ukuran 25 cm x 30 cm
2) Kemudian tanaman tersebut dipindahkan ke kebun bibit dengan kebutuhan bibit
1 ha yaitu 2000 tanaman, atau setara dengan 18.000 polybag.

3.2.3 Pembibitan Secara Budchips


Bibit Budchips adalah metode pengadaan dengan cepat model Colombia
dengan cara mengambil mata tunas dengan panjang 2,5 cm – 3 cm, pemberian
perlakuan desinfektan, HWT, ZPT (Atonik) dengan dosis 2ml/liter, serta
menumbuhkan isolasi mata tersebut dalam media tanah yang steril. Kemudian
ditanam dalam bedengan selama 7 – 14 hari dan dipindahkan dalam potray selama
2,5 – 3 bulan.
a. Sumber Bibit Budchips
Sumber bibit harus jelas yaitu berasal dari KBI atau KBD sehingga bibit yang
akan digunakan dapat dipastikan bibit murni dan sehat.
b. Pemotongan Budchips
Sebelum dilakukan pemotongan, pastikan bibit sudah bersih dari daduk dan
telah dipisahkan dari batang atas, tengah, dan bawah. Pemotongan Budchips
dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan bor dan menggunakan alat pemotong
mekanis. Kedua cara ini memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing.
Dengan menggunakan bor keuntungannya yaitu efiesien dan lebih cepat, namun mata
tunas mudah rusak. Jika menggukan alat pemotong mekanis membutuhkan 2 orang
pekerja untuk memotong mata tunas, namun mata tunas tidak mudah rusak. Setiap
bibit yang akan dipotong mata tunasnya akan dibedakan terlebih dahulu antara batang
atas, tengah, dan bawah.
c. Perlakuan HWT (Hot Water Temperament)
Budchips dicuci hingga bersih lalu masing-masing tebu (atas, tengah, bawah)
dikemas dalam karung dan dimasukkan ke HWT suhu 51º direndam selama 30 menit,
kemudian angkat dan ditiriskan. Tujuan dari HWT yaitu untuk menjaga mata agar
tidak mudah rusak dan mempercepat tumbuhnya tunas.
d. Pemeraman
Setelah HWT selesai, angkat dan tiriskan Budchips dan selanjutnya direndam
ZPT (Atonik) dengan dosis 5ml/liter selam 0,5 – 1 jam. Kemudian meniriskan dan
memeram budchips selama 12 jam didalam karung goni.
e. Sterilisasi Media
Ayak tanah kali dan kompos (tanah, kompos, pasir) setelah itu disterilkan
dengan cara dimasak diatas tungku, campurkan dengan perbantingan 1:1:1
tambahkan basamid 3 – 5 gr 200 kg tanah dan tambahkan sedikit air kemudian diaduk
sampai rata. Tutup tanah dengan terpal plastic selama 1 minggu, setelah itu tanah
dijemur atau dikering anginkan selama 2 – 3 jam.
f. Tanaman di Persemaian
Siapkan bedengan dengan lebar 1 m dan panjang menyesuaikan ruangan green
house lapisi bagian bawah bedengan dengan sak bekas tujuannya agar akar tidak
menembus tanah. Isi bedengan dengan media steril tebal 5 – 7 cm, kemudian tanam
dan dipisahkan masing0masing bagian (pucuk, tengah, bawah). Jarak tanam antar
masing-masing budchips 2-2 cm pastikan mata terlihat, penyiraman dilakukan setiap
pagi dan sore. Pemupukan dilakukan setiap pagi dan sore. Pemupukan dilakukan
pada mur 5 hari dengan pupk phonska 4 gr/liter air. Tanaman yang telah berumur 10
– 15 hari dilakukan transplanting kedalam polybag atau potray.
g. Tanam di Polybag
Siap bedengan di areal terbuka dengan lagi 1 m dan panjang menyesuaikan.
Pasang mulsa atau plastic tujuannya untuk menghindari terkena hujan maupun sinar
matahari secara langsung dan disetiap tepi bedengan di pasang potongan bambu. Isi
1/3 bagian polybag dengan media (tanah, kompos, pasir) masukkan pula pupuk
phonska, tambahkan media hingga ¾ bagian. Cabur budchips masukkan dalam
polybag, tambahkan media hingga penuh. Posisi budchips jangan terlalu dalam, siram
setiap pagi dan sore jika perlu pupuk phonska setiap 10 hari sekali dengan
konsentrasi 4 gr/ liter air.

3.3 Pemeliharaan Tanaman Tebu


3.3.1 Pemupukan
Dalam pemeliharaan tanaman tebu diperlukan nutrisi tambahan yang berfungsi
menambah dan memberikan suplai makanan untuk kebutuhan hidupnya maka dari itu
kegiatan pemupukan tidak pernah lepas. Pemupukan tanaman tebu harus dilakukan
dengan dosis dan waktu yang tepat sesuai kebutuhan tanaman, pupuk yang digunakan
anatar lai N (ZA), P (Phonska), dan organik. Pemupukan dilaksanakan sebanyak 2
tahap, tahap I hanya mengggunakan pupuk organik, sedangkan tahap II menggunakan
pupuk N, P, dan organik.

3.3.2 Pengairan
Tanaman tebu pada prinsipnya tanaman yang membutuhkan air tetapi tidak
suka erlalu banyak menerima air karena tanaman tebu memerlukan bulan kering
untuk fase generatifnya.
Lahan sawah adalah lahan yang debit airnya sangatlah tinggi sehingga perlu
dibuatkan saluran pembuangan (got) agar debit air tidak terlalu banyak menggenangi
tanaman sehingga fase generative pada tanaman tidak terganggu akibat debit air yang
terlalu banyak.
Sedangkan untuk pengairan pada lahan tegalan pengairannya hanya saat ada
hujan atau dilakukan penyiraman dengan membuat mata iar (sumur).

3.3.3 Pemeliharaan Got


Kegiatan pemeliharaan got hanya dilaksanakan pada lahan sawah, pemeliharaan
got ini bertujuan agar drainase tetap baik, dan jga dapat membersihkan dinding got
ataupun menambah kedalaman got apabila kurang dalam.

3.3.4 Penyulaman
Pada budidaya tanaman tebu belum tentu 100% tanaman tumbuh semua karena
adanya faktor alam yang sulit diprediksi. Maka dari itu pada budidaya selalu
disediakan bahan cadangan atau sering kita ketahui yaitu bahan sulaman yang
bertujuan nantinya untuk mengganti tanaman yang mati atau yang terserang hama
penyakit saat pembibitan sehingga pertumbuhan tanaman dapat tumbuh secara
merata.

3.3.5 Perogresan
Pada kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman pada masa
vegetative dan generative, perograsan wajib dilaksanakan terutama untuk tebu yang
nantinya akan digiling atau dijadikan bibit. Adapun fungsi dari perogresan bertujuan
untuk menjaga sirkulasi udara, pengoptimalan sinar matahari dan mencegah serangan
hama penyakit pada tanaman. Aturan perograsan yang dilakukan tergantung
kebutuhan PG yang di inginkan, untuk tebu bibit hanya dilaksanakan sebanyak 1 kali
pada umur 3 bulan, bertujuan untuk keamanan dalam menjaga mata, dan untuk tebu
giling perogresan pertama dilakukan pada umur 3 bulan untuk perogresan
keduadilakukan pada umur 6 – 7 bulan dan untuk pengklentekan terakhir dilakukan 1
bulan sebelum tebang. Adapun alat yang biasa digunakan untuk rogres yaiut “ganco”
sejenis pisau yang digunakan untuk tebang tebu tetapi bagian dalam lengkungannya
tumpul sehingga saa tpembersihan daun, batang tebu tidak terpotong.
3.3.6 Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan gulma dan tanaman lain selain
tanaman pokok, kegiatan ini dilakukan secara manual menggunakan alat bantu seperti
koret, sabit, dan cangkul.

3.3.7 Pengendalian Hama dan Penyakit


Dalam pertumbuhan tanaman tidak pernah lepas dari serangan hama dan
penyakit maka dari itu pengendalian hama dan penyakit selalu dilampirkan pada
kegiatan budidaya, untuk meminimalisir serangan hama dan penyakit pada tanaman
maka pada pembibitan perlu diberikan bibit yang unggul dan juga tahan terhadap
serangan hama dan penyakit dan juga merawat kebun agar pertumbuhan dan serangan
hama penyakit dapat teratasi. Di wilayag PG Krebet Baru Malang kegiatan yang
dilakukan untuk meminimalisir serangan hama ialah pembuatan Trichogramma spp
untuk pengendalian secara hayati pada hama penggerek pucuk. Penyemprotan
pestisida pada gulma yang mengganggu pertumbuhan tanamn dengan dosis 2 tutup
botol roundup umtuk 2 liter air, dan membudidayakan bibit – bibit unggul yang
mampu bertahan terhadap serangan hama dan penyaki. Hama dan penyakit yang
biasanya menyerang pada PG Krebet Baru Malang yaitu :
a. Penggerek Pucuk (Triporyza Vinlla F)
Hama ini menyerang pada titik tumbuhh tebu hungga mai. Gejala tanaman yang
terserang hama ini ditandai dengan adanya lorong gerek pada tulang daun, daun muda
menggulung dan mati. Pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan pestisida
nabati dan agensia hayati atau dengan insektisida yang bersifat sistematik.
b. Penggerek Batang (Chillo Oirocillus dan Chilo Sacharipgus)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh hama ini adalah munculnya bercak –
bercak putih bekas dari gerakan pada daun kulit luar, terdapat lorong gerekann pada
dalam pelepah dan ruas – ruas muda hingga dapat menyebabkan kematian pada titik
tumbuh. Pengendaliannya dengan kultur teknis yaitu sanitasi lahan, penanaman
dengan sistem hamparan, memotong bagian tanaman yang terserang dan
membakarnya, secara mekanis yaitu pengutipan ulat – ulat dilapangan.
c. Penyakit Noda Kuning
Kegiatan ini disebabkan oleh cedawan Mycovellosiela Koepkei yang dapat
disebarkan melalui spora. Gejala serangan penyakit ini adalah terdapat noda kuning
pucat yang berubah menjadi kuning segar pada helaian daun. Pengendalian penyakit
ini yaitu melakukan sanitasi kebun dan pemilihan varietas yang kebal terhadap
serangan hama dan penyakit.
d. Penyakit Mozaik
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis virus (Sugarcane Mozaik Virus) yang
dapat ditularkan oleh serangga vector. Pemilihan lahan, menghindari lahan – lahan
bekas tanaman inang yang terserang penyakit Tobacco Mosaic Virus (TMV) dan
pemilihan yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
e. Tambah Tanah dan Gulud
Kegiatan ini dilaksanakan bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan anakan,
mempercepat pertumbuhan batang dan juag amemperkokoh akar dalam penyerapan
air. Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan sawah karena debit air yang tinggi sehingga
membuat tanah berkurang kerane taerbawa air yang mengalir sehingga pertumbuhan
pada tanaman tebu tidak dapat maksimal dikarenakan perakaran tidak mampu
menembus tanah seba guludan yang dangkal.

3.4 Proses Panen


Pada kegiatan panen terdapat bebrapa hal yang dilaksanakan sebelum tebu
dinyatakan layak untuk tebang, adapun macam kegiatannya yaitu :

3.4.1 Taksasi Produksi


Kegiatan ini ialah kegiatan menafsirkan berapa banyak kira – kira hasil
produksi yang akan dihasilkan oleh suatu luasan kebun. Dalam penafsiran untuk
menentukan hasil produksi terdapat beberapa parameter yang dilaksanakan antar lain
menghitung jumlah batang tebu per 10 meter, mengukur tinggi rata – rata batang
primer, mengukur diameter batang, menimbang bobot batang dan mengukur tingkat
kemasakan nira pada batang atas, tengah, bawah. Pada pengambilann sample
dilakukan secara zig – zag setiap 6 leng atau berbentuk diagonal. Taksasi dibedakan
menjadi 2 macam yaitu taksasi Desember dan taksasi Maret. Taksasi Desember
ditujukan untuk memperkurakan awal produksi tebu secara kasar, memperkirakan
jadwal musim giling dan akhir musim giling serta memperkirakan kebutuhan
pemeliharaan tanaman untuk mencapai hasil produksi yang diharapkan dan taksasi
Maret memperkirakan hasil produksi yang lebih akurat dan tafsiran anggaran yang
akan di keluarkan petani untuk penebangan.

3.4.2 Persiapan Tebang


Adapun kegiatan proses tebang ialah kegiatan mempersiapkan segala hal untuk
kebutuhan saat tebang, yang meliputi alat bantu dalam proses tebang, persiapan
tanaga tebang, pengalokasian petk lahan kepada tiap petugas lapang yang ditugaskan
dari PG Krebet Baru Malang. Kegiatan ini berlangsung 1 bulan sebelum tebang untuk
memperlancar jalannya proses penebangan dilapang.

3.4.3 Analisa Pendahuluan


Kegiatan ini merupakan kegiatan menganalisa untuk mengetahui potensi
frendemen tebu tiap – tiap wilayah dan tingkat kemasakan yang optimal. Data yang
didapat nantinya akan dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat jadwal tebang
dan sebagai gambaran untuk menenukan awal giling, waktu pelaksanaan analisa
pendahuluan ini adalah pada bulan april sampai dengan awal giling minimal 3
periode dengan ketentuan 1 periode sama dengan 15 hari. Pengambilan sampel pada
tiap – tiap kebun diambil sebanyak 3 kali.
Pada pengambilan sampel diarahkan langsung oleh pemegang wilayah (Bagian
Tanaman) sesuai dengan pengukuran areal (GPS), kebun yang dijadikan sampel
memenuhi syarat tumbuh tanaman tebu (tidak ternaungi), sampel kebun yang diambil
berdasarkan masa tanam (6A, 6B, 7A, 7B, 8A, 8B) dan varietas, maksud keterangan
tersebut ialah 6A (tebu tersebut ditanam pada bulan 6 pada kisaran tanggal 1 sampai
dengan 30) berlaku untuk pembacaan seluruh masa tanam hanya membedakan pada
bulan dan juga tanam awal atau akhir, selanjutnya penentuan juring contoh
berdasarkan model lurus atau zig – zag, pengambilan sampel tiap periode dilakukan
pada juring atau leng yang berbeda, untuk lahan dengan petak yang tidak beraturan
maka pengambilan sampel menyesuaikan dan secara prinsip sampel bisa diwakili.
Adapun cara dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
a. Alat dan Bahan
Prosuderal dalam bahan pengambilan sampel yang pertama yaitu mempersiapkan
alat dan bahan terlebih dahulu, alat yang digunakan dalam melakukan Analisa
Pendahuluan adalah sabit/parang, sarung tangan, handrefracometer, jangka sorong,
penggaris, sucromat, pengaduk, ember, corong, gelas tipis200 ml, gelas ukur 100 –
110 ml, gelas air mineral 250 ml, timbangan, mesin giling, sedangkan bahan yang
digunakan antara lain penjernih (Amfoterik dan Buferik), tebu primer dan sekunder,
nira hasil giling.
b. Pelaksanaan
1) Pengambilan 5 sampel batang tebu (batang primer dan sekunder)
2) Mengukur tinggi masing – masing batang, mengukur diameter batang
3) Mengukur tingkat kemasakan nira menggunakan Handrefractometer
4) Memotong batang dengan memisahkan batang atas, batang tengah dan batang
bawah
5) Menimbang bobot 3 batan yang telah dipotong tadi
6) Menghidupkan mesin giling
7) Memasukkan tebu yang telah ditimbang tadi pada mesin giling
8) Menyiapkan gelas tipis dan juga menyiapkan larutan amfoterik dan larutan
buferik, lalu menyiapkan gelas air mineral 250 ml
9) Menyiapkan gelas ukur dan diberi corong beserta kertas saring
10) Dan hasil air nira yang digiling diletakan secukupnya pada gelas air mineral 250
ml
11) Hasil air nira yang telah digiling dituangkan pada gelas tapis yang kemudian
dicampur dengan larutan amfoterik dan larutan buferik sampai dengan 200 ml
kocok hingga semua larutan tercampur
12) Lalu taungkan pada gelas ukur yang telah diberi corong dan juga kertas saring
13) Tunggu ±10 menit dan air nira bening pun diperoleh
14) Tuangkan air nira bersih dan kotor pada corong sucromat dan tekan tombol start
lalu lihat hasilnya
15) Masukkan data yang tertera pada layar computer pada kertas pengamatan
Rumus perhitungan rendemen :
a. Brix Koreksi = Brix pembacaan + Koreksi Suhu
𝑃𝑜𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 110
b. Pol % = 𝑥 26 𝑥 𝑥 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 100
𝑃𝑜𝑙 %
c. HK = 𝑥 100
𝐵𝑟𝑖𝑥 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
d. Nilai Nira = Pol – 0,4 (Brix – Pol)
e. Rendemen = Nilai Nira x Faktor Rendemen
𝑅 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑥 100%
f. FK = 𝑅 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ −
𝑅 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝑅
g. KP = 𝑥100
𝑅
𝐻𝐾
h. KDT = 𝑥 100
𝐻𝐾2

Keterangan :
- HK = Hasil Kemurnian
- KP = Hasil Peningkatan
- KDT = Koefisiens Daya Tahan
- FK = Faktor Kemasakan
Selain melaksanakan analisa pendahuluan, PG Krebet Baru Malang juga
melaksanakan beberapa analisa lain diantaranya :
a) Analisa Potensi Tebangan yang bertujuan untuk mengetahui potensi rendemen
pada saat tebangan
b) Analisa Potensi Emplasmen bertujuan untuk mengetahui potensi rendemen tebu di
emplasmen dan untuk mengetahui tingkat kehilangan atau tingkat penurunan di
emplasmen, karena rendemen tebu pada saat dilahan dan diemplasmen kadang –
kadang sudah berada
c) Analisa potendi NPP bertujuan untuk mengetahui potesi rendemen tebu pada nira
perasan pertama dan mengetahui kehilangan rendemen di NPP setelah dari analisa
emplasmen

3.4.4 Sistem Tebang Angkut


Pada kegiatan ini ialah kegiatan dalam penebangan sampai dengan
pengangkutan, pada prose penebangan masih dilaksanakan menggunkan tenaga
manusia dengan bantuan alat kerja yaitu sabit atau parang, mekanisame pada saat
tebang yaitu memisahkan kotoran tebu (daduk, sogolan, akar, tali pucuk, pucuk)
sehingga pada saat tebu masuk pada pabrik tebu dalam kondisi Masak Bersih Segar
(MBS) dan tidak akan dikenakan rafaksi pada saat dimeja tebu, kebijakan mutlak
yang diberikan pada petani saat tebu masuk dalam pabrik yaitu tebu harus Masak,
Bersih, dan Segar (MBS). Masak yang dimaksud yaitu anngka brix yang dihasilkan
tinggi, bersih yang dimaksud yaitu trash < 3%, segar yang dimaksud yaitu tebu yang
msuk pabrik maksimal 36 jam dan tidak kering. Pengecekan dilakukan di pos gawang
untuk melihat tebu yang masuk sesuai dengan kebijakan pabrik atau tidak.
3.5 Proses Produksi
Penjabaran garis besar pengertian dari pada proses yaitu suatu cara kerja atau
metode dan teknik dalam mengelola sumber daya yang ada (Tenaga kerja, Bahan, dan
Dana) untuk dapat diolah menghasilkan sesuatu yang mampu memberikan
kesejahteraan bersama. Sedangkan produksi yaitu suatu capaian untuk menciptakan
atau menambah nilai guna suatu barang dan jasa dengan sumber daya yang ada
(Tenaga kerja, Bahan, dan Dana).

3.5.1 Proses Produksi Gula


Proses pembuatan gula di PG Krebet Baru Malang menggunakan sistem
sulfitasi dengan menggunakan kapur tohor dan belerang sebagai pembantu proses
yang utama. Proses pembuatan gula dilakukan dalam bebrapa tahapan yang wajib
melewati bebrapa stasiun, adapun stasiun tersebut ialah :
a. Stasiun Persiapan
Stasiun ini merupaka stasiun awal tebu masuk ke pabrik pengolahan gula. Tebu
dalam truk diangkat keluar menggunakan alat cane scale. Alat cane scale
memasukkan tebu – tebu tersebut ke atas meja tebu. Tebu yang telah masuk meja
tebu yang secara otomatis berjalan menuju pemotong tebu (cane cutter) yang terdapat
2 pemotong tebu yaitu cane cutter I dan cane cutter II. Tebu kana dipotong – potong
dan dicacah hingga potongan – potongan kecil. Potongan tersebut selanjutnya akan
menuju ke alat penghancur (cane hammer). Alat ini akan menghancurkan potongan –
potongan tebu menjadi berbentuk seperti serat – serat.
b. Stasiun Penggilingan
Stasiun gilingan merupakan proses tahap awal untuk mendapatkan nira. Di
stasiun ini serat – serat tebu melewati 5 alat cane diffuser hingga menghasilkan nira
dan ampas. Untuk mengoptimalkan perolehan nira maka ditambahkan larutan nira
(nira ambibisi) atau air pengecer (air ambibisi) ke dalam ampas yang kemudian akan
mengalami proses penggilingan kembali. Dari ampas yang masih tersisa akan
dikumpulkan untuk digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tanaga uap. Pada
proses penggilingan pertama akan diperoleh Nira Hasil Perahan Pertama (NHPP)
yang akan dilakukan untuk melakukan analisis Angka Rendemen Individu (ARI).
c. Stasiun Pemurnian
Nira mentah hasil dari stasiun penggilingan dimurnikan dengan memberikan
susu kapur (CaSO3) dan gas belerang (SO2). Bahan – bahan tersebut mampu
memisahkan nira bersih dan nira kotor. Nira bersih yang dihasilkan selanjutnya akan
dipompakan menuju stasiun penguapan. Nira kotor dipompakan menuju drum
vacuum filter yang nantinya akan menjadi blotong.
d. Stasiun Penguapan
Nira bersih yang masih encer (nira encer) terlebih dahulu diberi pemanasan
pendahuluan (preheater) kemudian dilakukan penguapan quadraple effect sebagai
penguapan utama. Nira encer yang masih memiliki kandungan air sekitar 80 – 85%
akan diuapkan hinggandiperoleh nira kental (raw syrup) dengan kandungan air
sekitar 35 – 40% dan mencapai kekentalan 60 – 63 Brix.
e. Stasiun Pengkristalan (masakan)
Stasiun ini merupakan tempat proses pengkristalan gula dengan cara
menguapkan nira hasil stasiun penguapan hingga titik jenuh. Nira yang telah masak
kemudian didinginkan dan diputar hingga dengan mudah kristal dipisahkan dari
larutannya (stroop). Untuk mempercepat proses pengkristalan ditambahnkan bibit
gula ke dalam pan pemasakan. Kristal disaring melalui alat penyaring yang berputar
dengan kecepatan tertentu untuk memisahkan antara bentuk Kristal gula SHS
(Superior High Suiter) dan tetes (molasses). Laruan gula diolah kembali untuk
membentuk Kristal SHS dan tetes menjadi hasil sampingan pengolahan gula yang
dapat dijadikan bahan baku penyedap rasa. Selanjutnya gula ini melalui menuju
proses pengeringan, sedangkan tetes akan menjadi bahan baku pembuatan MSG dan
etanol.
f. Stasiun Pemutaran
Hasil kristal gula SHS di alirkan dengan menggunakan talang goyang yang
dilengkapi oleh saringan. Talang goyang berfungsi sebagai pengering, transportasi,
juga sebaai pendingin karena gula SHS hasil pemutaran masih memiliki suhu sekitar
gudang (30 - 40ºC) dan kadar airnya hingga 0.1%. gula kemudian di alirkan menuju
vibrating screen untuk menyeleksi ukurannya sesuai standart SHS IA. Ukuran Kristal
dikemas ke dalam karung berukuran 50 kg, sedangkan gula berukuran tidak standar
akan dilebur kembali dan diproses ulang.
g. Stasiun Akhir
Apabila tebu telah melewati beberapa stasiun tersebut maka tebu dinyatakan
siap atau layak untuk dilakukan penggilingan sampai menjadi gula.

3.5.2 Spesifikasi Produk


Produk yang dihasilkan terdiri dari bebrapa produk diantaranya Produk Utama
dan Produk Sampingan.

a. Produk Utama
Produk gula kristal putih SHS (Super High Sugar I) yang berbahan baku nira
dengan kualitas baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan dengan bahan baku
tebu MBS (Masak, Bersih, Segar)
b. Produk Sampingan
Produk sampingan yang dihasilkan yaitu :
1) Tetes Tebu
Tetes tebu digunakan untuk bahan baku pembuatan alcohol, spiritus dan bahan
baku industri.
2) Ampas
Ampas merupakan sisa produksi yang dapat sebagai bahan bakar ketel pada
pabrik yang digunakan sebagai tenaga uap bagi produksi.
3) Blotong
Blotong merupakan sisa produksi yang bermanfaat sebagai pupuk organik yang
dapat menyuburkan serta menambah unsur hara dalam tanah.
4) Abu Ketel
Abu ketel merupakan hasil pemisahan gas yang terbuang dan abu (dust) dari
dust collector. Abu ketel dapat digunakan sebagai pupuk dan urukan jalan dikebun.
BAB 4. PERBANYAKAN TANAMAN TEBU MENGGUNAKAN
TEKNIK KULTUR JARINGAN DI PG. KREBET BARU

4.1 Pengertian Kultur Jaringan


Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel
cultuus atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok
sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat seperti induknya (Suryowinoto 1991).
Kultur jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan
jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang
terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis belum mempunyai
penebalan dari zat pectin, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Usaha
pengembangan tanaman dengan kultur jaringan merupakan usaha perbanyakan
vegetative tanaman yang dapat dikatakan masih baru. Namun, saat ini sudah banyak
sekali penemuan-penemuan tentang ilmu pengetahuan kultur jaringan dalam bidang
pertanian, biologi, farmasi, kedokteran, perkebunan, dan sebagainya.

4.2 Manfaat dan Tujuan Kultur jaringan


4.2.1 Manfaat Kegiatan Kultur Jaringan
Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru
dalam jumlah banyak dalam waktu yang relative singkat, yang mempunyai sifat
fisiologis dan morfologi sama persis dengan tanaman induknya. Dari teknik kultur
jaringan ini diarapkan pula memperoleh tanamna baru yang bersifat unggul. Secara
lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas kegunaan secara khusus dari kultur
jaringan terhadap berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Manfaat dari kultur jaringan khususnya pada tanaman yaitu mengembalikan
sifat asli (genetis) dari tanaman itu sendiri, dan pertumbuhan bibit akan seragam.
Selain itu bibit yang dihasilkan akan lebih banyak dibandingankan dengan metode
yang lain.

4.2.2 Tujuan Kegiatan Kultur Jaringan


Tujuan dari kegiatan kultur jaringan adalah perbanyakan masal tanaman yang
biasanya lambat dengan menggunakan metode konvensional dalam jumlah yang
besar dan dalam waktu yang singkat, tidak terganung pada musim karena lingkungan
in vitro tekendali, tidak merusak pohon induk karena bahan yang digunakan sedikit,
tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit penyakit meskipun dari induk yang
mengandung pathogen internal, tidak membutuhkan tempat yang sangat luas untuk
mneghasilkan tanaman dalam jumlah banyak.

4.3 Macam – Macam Kultur Jaringan


a. Kultur Meristem yaitu kultur yang menggunakan eksplan yang berasal dari
jaringan meristem, biasanya diperoleh dari meristem apical atau meristem tunas
eksilar.
b. Kultur Anther yaitu perbanyakan vegetative seecara in vitro dengan menggunakan
kepala sari sebagai eksplan.
c. Kultur Embrio yaitu perbanyakan vegetative secara in vitro dengan menggunakan
embrio.
d. Kultur Protoplas yaitu perbanyakan vegetative secara in vitro dengan
menggunakan sel jaringan hidup sehingga eksplan tanpa dinding.
e. Kultur Kloroplas yaitu perbanyakan vegetative secara in vitro dengan
menggunakan kloroplas, kultur ini biasanya digunakan untuk memperbaiki atau
menciptakan varietas baru.
f. Kultur Polen yaitu perbanyakan vegetative secara in vitro dengan menggunakan
serbuk sari sebagai eksplannya.

4.4 Proses Pembibitan dengan Teknik Kultur Jaringan di PG Krebet Baru


4.4.1 Pembuatan Media Kultur Jaringan
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan teknik kultur
jaringan. Keberhasilan dari perbanyakan ini tergantung pada jenis media yang dibuat.
Media dasar yang digunakan dalam teknik kultur jaringan adalah media MS
(Murashige and Skoog) komposisi utama media tanam kultr jaringan terdiri dari
hormone (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di tanah
yang dikelompokkan menjadi unsur mikro, dan makro. Media tanam yang dibuat
adalah media MS I dan MS II. Perbedaan MS I dan MS II adalah terletak pada
penambahan hormone didalamnya.

4.4.2 Pengambilan Pucukan


Bahan utama yang digunakan dalam perbanyakan tebu dengan menggunakan
kultur jaringan adalah pucukan, pengambilan bahan tanam yang akan dijadikan
eksplan berasal dari tebu yang berumur ±5 bulan dengan panjang 15 – 20 cm diatas
titik tumbuh.

4.4.3 Pengelupasan Pucukan


Pengelupasan pucukan bertujuan untuk mempermudah pengambilan dan
pemotongan eksplan ±20 cm dari meristem daun diatas titik tumbuh.

4.4.4 Pemotongan Eksplan


Pucukan tebu yang telah dikelupas sampai dengan diameter ±1 cm kemudian
dipotong – potong dengan panjang sekitar 1 cm sehingga menghasilkan sebanyak 15
– 20 buah.

4.4.5 Penanaman Pucukan


Penanaman eksplan dilakukan di Laminar Air Flow secara aspetis. Sebelum
eksplan ditanam dalam medium maka diperlukan sterilisasi alat dan sterilisasi
eksplan. Sterilisasi alat dilakukan dengan cara semua alat yang digunakan untuk
penanaman seperti skapel dan pinset dicelupkan alkohol 70% kemudian dibakar
diatas bunsen. Sterilisasi eksplan dilakukan dengan cara yang sama yakni potongan
batang dibawah ruas pertama meristem apical tebu dicelupkan ke dalam alkohol 70%
lalu dilewatkan diatas api bunsen. Setelah itu pelepah pucuk dikupas hingga diameter
±1 cm kemudian dipotong dengan panjang ±1 cm dan dipotong hingga batas buku
batang tebu. Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam botol kultur yang telah berisi
media. Penanaman pucukan yang telah dipotong – potong kedalam media MS I. Hal
ini dimaksudkan untuk mendapat kallus. Kallus adalah sel yang tumbuh dari irisan
pucukan (eksplan). Kallus yang didapat merupakan bahan tanam pada tahap
differensiasi. Waktu yang dibutuhkan untuk menumbuhkan kallus berkisar 1,5 – 2
bulan.

4.4.6 Penanaman Kallus (Differensiasi)


Tujuan differensiasi yaitu untuk mendapatkan individu tanaman dari hasil
penanaman kallus. Kallus yang didapat dikeluarkan dari tabung MS I dan dipilih
yang baik dan segar kemudian dipotong kecil – kecil selanjutnya ditanam pada media
MS II. Pada media ini akan diperoleh individu – individu tanaman lengkap dengan
akarnya. Waktu yang diperlukan pada MS II berkisar 3 – 4 bulan.

4.4.7 Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian planlet dari kondisi mikro dalam
botol (heterotof) ke kondisi lingkungan luar (autorof). Planlet yang dipelihara dalam
keadaan steril dalam lingkungan (suhu dan kelembaban) optimal, sangat renta
terhadap lingkungan luar (lapang). Mengingat sifat – sifat tersebut sebelum ditanam
dilapang planlet memerlukan aklimatisasi. Aklimatisasi yang diperlukan dibedakan
menjadi 2 tahapan, yaitu :
a. Aklimatisasi I
Aklimatisasi merupakan penanaman individu tanaman yang diperoleh dari MS
II ke media tanah (kompos : tanah : bahan organik) dengan perbandingan 1 : 1 : 1
yang sudah disterilkan terlebih dahulu dan di tempatkan di green house. Tujuan dari
aklimatisasi adalah untuk mengadaptasikan tanaman dari lingkungn steril ke
lingkungan alam bebas. Rumpun tanaman tebu ditanam atau di aklimatisasikan pada
media steril yang sudah di isikan pada polybag berukuran 3x3 cm. cara
mengaklimatisasi tanaman tebu yakni dipilih eksplan yang siap untuk
diaklimatisasikan dan sebelumnya telah mensterilkan bahan tanam yang akan
digunakan pada poli I, membuat lubang tanam pada polybag kemudian eksplan
(rumpun) dikeluarkan dan ditanam pada polybag dan kemudian tanah disekitarnya
ditekan agar rumpun dapat berdiri tegak kemudian disiram dan diletakkan ditempat
teduh. Waktu yang dibutuhkan yaitu berkisar 1 – 2 bulan.
b. Aklimatisasi II
Setelah berumur 1 – 2 bulan, rmpun tanaman tersebut dipindahkan atau
dipisahkan satu persatu dan dibedakan berdasarkan ukuran yakni besar dan kecil
sehingga hanya memperoleh I tanaman dalam satu polybag setelah penanaman pada
polybag II dilakukan penyiraman dengan tujuan untuk menjaga kesegaran tanaman
serta dilakukan pemotongan daun atau pengkupiran dengan tujuan agar dapat
mengurangi proses penguapan dan setelah umur 2 bulan siap ditanam dikebun.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Praktek kerja lapang (PKL) yang telah dilakukan di PG Krebet Baru Malang
dapat disimpulkan bahwa :
a. Mahasiswa memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai budidaya,
kemitraan, analisa pendahuluan, pengolahan hasil tanaman tebu
b. Mahasiswa dapat menambah wawasan mahasiswa terhadap aspek – aspek diluar
kuliah, dapat mempelajari langsung tentang manajemen perusahaan dan teknik
budidaya tanaman tebu di PG. Krebet Baru Malang
c. Mahasiswa lebih siap sehingga lebih memahami kondisi pekerjaan yang nyata di
lapangan
d. Mahasiswa dapat berfikir kritis dan mengembangkan metode antar teoritis yang
didapatkan pada saat kuliah dengan keadaan sesungguhnya di lapangan

5.2 Saran
Pada saat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) mahasiswa diharapkan
mampu untuk berperan aktif dalam melaksanakan pekerjaan yang ada di perkebunan
tebu maupun pabrik pengolahan sesuai dengan arahan pembimbing lapang, sehingga
berharap mahasiswa dapat lebih memahami seluruh kegiatan yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai