Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MINGGUAN IV

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

Perawatan dan Pengamatan Kakao (Theobroma cacao L.)

DEDEN MAHENDRA

2006134987

AGRIBISNIS-A

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Perawatan Tanaman Kelapa Sawit


Tujuan perawatan tanaman belum menghasilkan diantaranya agar tanaman
tumbuh cepat, sehat, dan dapat memasuki periode tanaman menghasilkan (TM)
lebih awal dengan biaya pemeliharaan yang rasional. Perawatan TBM meliputi
pengendalian hama dan penyakit, penyiangan, memupuk, merawat jalan,
jembatan dan lain-lain (Sutarta, 2005).
Perawatan tanaman belum menghasilkan (TBM) antara lain :
1. Konsolidasi Tanaman
Konsolidasi adalah pemeriksaan pada setiap blok yang sudah ditanam
untuk melihat kekurangannya, kemudian memperbaikinya misalnya
perbaikan teras yang rusak dan lain-lain. Kegiatan ini sekaligus
menginventarisasi tanaman yang mati, abnormal, tumbang, terserang berat
hama atau penyakit. Kemudian ditentukan kegiatan untuk menegakkan
pohon yang doyong maupun menyisip pohon yang mati. Semuanya harus
dikerjakan secara teratur minimal 2 kali setahun (Lubis, 2008).
Kondisinya harus dicatat dan ditulis. Pekerjaan pemeriksaan ini
disebut sebagai konsolidasi dan diperlukan 0,10 hk/ha. Dari pemeriksaan
ini dapat dibuat peta tanaman yang jelas nomor baris dan pohonnya.
Dilapangan, pada pohon yang berada ditepi jalan harus ditandai nomor
baris dan nomor pohonnya untuk mempermudah pelaksanaan pemupukan
maupun pemeliharaan tanaman (Lubis,2008).
2. Pemeliharaan jalan, benteng, teras
Pemeliharaan jalan meliputi pengerasan, penimbunan, pengupasan
pada pendakian, perbaikan parit jalan, pembersihan rumput yang tumbuh
dan mempertahankan bentuk seperti semula. Selama masa TBM ini
pemeriharaan jalan terutama pengerasan perlu dilakukan karena frekuensi
pemakaiannya akan meningkat, baik untuk pengangkutan para pekerja,
pupuk, pengawasan dan lainlain. Jembatan atau titi kecil dan gorong-
gorong yang belum ada harus dibangun dan jalan sementara yang dipakai
saat penanaman ditutup. Jalan batas blok juga harus sudah dibuat (Lubis,
2008).
Parit primer, sekunder, tertier harus dirawat dan dicuci serta
dikembalikan pada bentuk semula minimal 6 bulan sekali. Parit-parit yang
berliku-liku diluruskan, demikian pula yang kurang dalam perlu
diperdalam dengan excapator. Pekerjaan ini dilakukan pada musim
kemarau atau sebelum musim hujan tiba. Hal ini perlu dilakukan agar
aliran air lancar, tidak menggenang dan kayu-kayu tidak menyumbat
gorong-gorong (Lubis, 2008).
Pada tahun awal parit-parit kecil biasanya masih banyak tertutup dan
tersumbat alirannya oleh batang-batang kayu dan semak serta cepat
mengalami pendangkalan. Pendangkalan parit yang cepat sering dijumpai
akibat kondisi lapang masih gundul sehingga tingkat erosi masih tinggi.
Pemeliharaan parit ini dilakukan 1 bulan sekali secara teratur (Lubis,
2008).
Teras, tapak kuda, rorak, benteng dan lain-lain perlu dirawat dengan
teratur dan setiap 6 bulan diperbaiki agar berfungsi dengan baik. Tapak
kuda atau teras bersambung yan ukurannya belum sesuai segera diperbesar
dan dibentuk karena penting untuk penempatan pupuk (Lubis, 2008).
3. Penyisipan tanaman
Tanaman yang mati, rusak berat, sakit dan abnormal perlu disisip
sesegera mungkin agar pertumbuhannya tidak ketinggalan dan sebaiknya
menggunkan bibit yang telah disediakan untuk sisipan. Tanaman yang
perlu disisip adalah pada areal TBM I, TBM II, TBM III penyisipan
dilakukan pada areal yang kosong yang cukup luas atau mengelompok.
Namun penyisipan individu tidak dilakukan lagi karena tanaman asli
sudah cukup tinggi, sehingga tanaman sisipan terhambat pertumbuhannya
(Lubis, 2008).
Kapasitas penyisipan umumnya rendah yaitu 10 – 20 pohon/hari, pada
daerah pengembangan dimana babi, tikus, dan gajah banyak menimbulkan
kerusakkan, persentase penyisipan menjadi sangat tinggi bahkan
kadangkala harus ditanam ulang. Semakin lama dilakukan penyisipan
akan meningkatkan biaya investasi karena waktu pemeliharaan akan lebih
lama (Lubis, 2008).
4. Pemeliharaan piringan pohon
Penyiangan dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis
tumbuhandari permukaan tanah selebar piringan pohon yang telah di
tentukan sehingga tanah bersih dari rumput (clean weeding). Penyiangan
dapat dilakukan dengan cara manual (menggaruk) dan cara kimia
(penyemprotan). Penggarukan dilakukan dengan garus bertangkai panjang
kearah dalam dan keluar piringan supaya tidak terjadi cekungan pada
piringan dan dijaga supaya pelepah daun tidak terpotong pada waktu
penggarukkan (Sulistyo dkk, 2010).
5. Pemeliharaan penutup tanah
Menurut Sulistyo dkk, 2010 pengendalian gulma pada tanaman
penutup tanah kacangan ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi
areal agar tetap murni kacangan dengan jalan menyingkirkan semua jenis
gulma yang tumbuh diareal kacangan tersebut.
Teknik pelaksanaan pengendalian gulma pada areal kacangan adalah
a. Mencabut atau membersihkan semua gulma yang tumbuh diantara
tanaman penutup tanah kacangan dengan rotasi yang teratur dengan
memakai garuk.
b. Membersihkan dengan memakai garuk semua gulma yang tumbuh
dipiringan pohon yang harus selalu bersih dengan teratur dan tidak
mengganggu perakaran tanaman pokok.
c. Membalik dengan tangan atau memotong seluruh kacangan yang
masuk kepiringanatau yang membelit daun dan pohon kelapa sawit.
d. Mendongkel gulma berkayu yang tumbuh pada areal penutup
kacangan.
Tanaman penutup tanah kacangan yang terawat akan memberikan
manfaat lebih besar sebagai sumber hara, melindungi tanah dari
kerusakkan oleh erosi dan memperbaiki sifat fisik tanah. TBM I : penutup
tanah seluruhnya (100%) kacangan, rumput-rumput dan gulma lain
dibersihkan semua. TBM II : penutup tanah seluruhnya (100%) kacangan
dan TBM III : penutup tanah terdiri atas 70% kacangan dan 30% gulma
lunak.
6. Pemupukan
Tujuan pemupukan adalah menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman
sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik dan akan mampu berpotensi
secara maksimal. Dalam pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan
curah hujan untuk menghindari kehilangan unsur hara pupuk, curah hujan
yang ideal adalah 60-200 mm perbulan dosis pupuk pada TBM belum
menggunakan hasil analisa daun tetapi berdasarkan bagan pemupukan
yang dikeluarkan PPKS atau prosedur perusahaan (Sulistyo dkk, 2010).
7. Kastrasi
Kastrasi dilakukan terhadap tanaman yang mengeluarkan bunga yang
buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim ke PKS maupun tanaman
yang tumbuh kerdil. Bunga betina dan jantan semuanya dibuang
menggunakan dodos kecil ukuran 4 cm dan gancu untuk menariknya
(Sutarta dkk, 2005). Kastrasi dilakukan pada saat tanaman berumur 18 –
24 bulan, sehingga panen dapat dapat dilakukan pada umur 30 bulan.
Rotasi 1x sebulan, dengan norma kerja 2,5 HK/Ha/rotasi dan dihentikan
setelah tanaman berumur 24 bulan. Adapun manfaat dari kastrasi ini
adalah merangsang pertumbuhan vegetatif, mendapatkan buah dengan
berat yang seragam dan mendapatkan kondisi tanaman yang bersih
sehingga mengurangi kemungkinan serangan hama penyakit.
8. Tunas pasir
Menurut Sulistyo dkk, 2010 tunas pasir dilakukan pada saat tanaman
berumur 24 bulan bersamaan dengan pelaksanaan kastrasi terakhir untuk
meningkatkan kebersihan tanaman dan mempersiapkan panen perdana.
Pada saat melaksanakan tunas pasir sangat diperlukan pengawasan yang
ketat agar petugas tidak memotong pelepah lainnya mengingat sering
dijumpai petugas memotong pelepah secara berlebihan pada saat tunas
pasir. Pelepah kering dan pelepah yang menempel ditanah dipotong
memakai dodos ukuran 5 – 7,5 cm dengan norma kerja 1,5 – 3
HK/Ha/rotasi. Sekaligus 15 melakukan pembersihan terhadap buah-buah
busuk. Buah busuk dipotong, dikumpulkan di TPH lalu dibakar agar
Marasmius sp.tidak menular.
9. Pengendalian hama
Hama-hama tanaman yang umumnya dijumpai menyerang tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan adalah ulat pemakan daun kelapa sawit
(UPDKS). Serangan UPDKS mengakibatkan kelapa sawit kehilangan
daun dan akhirnya secara signifikan akan menurunkan produksi kelapa
sawit. Hama lainnya adalah kumbang penggerek pucuk kelapa sawit
(Oryctes rhinoceros) yang hinggapada pelepah yang agak muda, kemudian
menggerek ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan
dapat mencapai 4,2 cm/hari apabila gerekan mencapai titik tumbuh
kemungkinan tanaman akan mati atau tumbuh tunas baru satu atau lebih.
Hama yang juga merusak titik tumbuh tanaman dan memakannya adalah
tikus dan apabila serangan dengan intensitas tinggi harus dilakukan
penanaman ulang (Lubis, 2008).
10. Pengendalian penyakit
Menurut Lubis,2008 Penyakit utamayang dijumpai pada TBM kelapa
sawit adalah :
a. Penyakit tajuk (Crown disease)
Merupakan penyakit turunan yang sulit untuk dapat
disembuhkan, kecuali yang bersifat ringan. Bibit yang
menunjukkan gejala penyakit tajuk yaitu pelepahnya bengkok dan
untuk melihat tingkat keseriusan serangan penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara memangkas semua pelepah yang bengkok.
Memusnahkan dan mengganti dengan tanaman yang baru jika
menunjukkan gejala penyakit tajuk yang berat.
b. Penyakit busuk tandan (Marasmius sp.)
Penyebab utama penyakit ini biasanya adalah kondisi
kelembaban yang tinggi akibat tidak dilakukannya tunas pasir,
gulma yang tidak terkendali di piringan pohon, dan panen yang
tidak dilakukansesuai rotasi sehingga buah membusuk.
Kelembaban diperbaiki dengan melakukan sanitasi buah busuk dan
pelepah kering. Buah busuk harus dikumpulkan dan dibakar agar
tidak menular pada buah yang masih muda.
c. Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.)
Penyakit ini umumnya menyerang tanaman kelapa sawit
generasi kedua atau ketiga, dan tidak dijumpai pada tanaman
kelapa sawit generasi pertama. Menyebabkan kerusakan jaringan
pangkal batang sehingga unsur hara dan air dan tidak dapat
diangkut ke daun tanaman.
11. Persiapan panen
Menurut sulistyo dkk, 2010 Panen umumnya dilakukan setelah
tanaman berumur 30 bulan. Areal dianggap masuk TM jika sebanyak 60%
pohon telah berbuah dengan berat rata-rata tandan minimal 3 kg. Adapun
kegiatan persiapan panen meliputi : pembuatan jalan pikul, pembuatan
tempat pengumpulan hasil (TPH), dan pembangunan sarana jalan.
Pembuatan jalan pikul dengan interval 2 baris tanaman dan lebar 1 m,
secara manual atau kimia. Jalan pikul dibuat secara bertahap, dimana pada
saat TBM 1 dibuat jalan kontrol setiap 8 baris tanaman, kemudian pada
saat TBM 2 dibuat jalan kontrol setiap 4 baris tanaman. Membuat TPH
setiap 5 jalan pikul dan TPH perlu dibuat secara bertahap sesuai dengan
peningkatan produksi tanaman.
Sarana yang perlu dibangun meliputi tangga-tangga panen pada areal
berlereng dan titi panen untuk melewati parit. Tangga panen dibangun
dengan bentuk zig-zag untuk mengurangi erosi. Pengerasan jalan perlu
dilakukan secara bertahap, dimana pada waktu tanaman memasuki mas
TM maka kondisi jalan telah diperkeras sehingga mampu mendukung
angkutan produksi.
12. Pemeliharaan jalan
Tujuan pemeliharaan jalan ialah menjamin kelancaran transportasi
pupuk pada saat TBM dan pupuk/buah pada saat TM (SOP PTPN
IV,2007). Perawatan jalan meliputi yaitu dengan menimbun jalan yng
berlekuk dan melakukan pengerasan dengan batu pecah. Badan jalan dan
bahu jalan yang di tumbuhi gulma dibabat mepet atau di khemis.
Permukaan jalan selalu diusahakan cembung dengan kemiringan 4-6%
untuk mrncegah genangan air dibadan jalan Sebelum jalan dikeraskan,
pemeliharaan jalan dengan alah berat harus dilakukan minimal 1 tahun
sekali.
13. Pemeliharaan parit
Menurut Pakpahan, 2011 Mendalamkan parit sampai dasar semula
dari hilir ke hulu, semua sampah atau kotoran berupa rumput, kayu dan
sampah lainnya dikeluarkan dari parit dan diletakkan diluar kaki lima
dengan rotasi 2 x setahun.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil
Parameter yang diamati dalam praktikum ini ada tiga yaitu tinggi batang,
diameter batang dan jumlah daun. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Parameter Pengamatan
No Pengamatan Tinggi batang Diameter Jumlah daun
batang
1 Polybag 1
 Sampel 1 24 cm 0,8 cm 4 helai
 Sampel 2 25,2 cm 0,9 cm 5 helai
 Sampel 3 24,4 cm 0,8 cm 5 helai
2 Polybag 2
 Sampel 1 28,4 cm 1 cm 5 helai
 Sampel 2 24,3 cm 0,7 cm 5 helai
 Sampel 3 27,5 cm 0,9 cm 5 helai
3 Polybag 3
 Sampel 1 23,4 cm 0,8 cm 5 helai
 Sampel 2 24,4 cm 0,8 cm 5 helai
 Sampel 3 26,9 cm 0,9 cm 5 helai
4 Polybag 4
 Sampel 1 20,4 cm 0,9 cm 5 helai
 Sampel 2 23,6 cm 0,8 cm 4 helai
 Sampel 3 24,1 cm 0,8 cm 4 helai
5 Polybag 5
 Sampel 1 23,4 cm 1 cm 4 helai
 Sampel 2 23,7 cm 0,8 cm 4 helai
 Sampel 3 18,7 cm 0,9 cm 4 helai

2.2 Pembahasan
Pada tabel pengamatan diatas dapat diketahui bahwa Polybag 1, 2, dan 3
merupakan polybag yang diberi perlakuan serasah jambu air, serasah legume, dan
serasah ilalang sedangkan untuk polybag 4 dan polybag 5 merupakan kontrol dan
sisipan. Dapat kita simpulkan bahwa polybag 1, 2, dan 3 mengalami pertumbuhan
yang cepat dibandingkan polybag 4 dan 5 dari semua indikator parameter
pengamatannya seperti tinggi batang, diameter batang dan jumlah daunnya. Hal
ini terjadi karena pertumbuhan tanaman kakao dipengaruhi oleh lingkungan
karena faktor lingkungan menjadi pendukung dalam pertumbuhan tanaman kakao
seperti pendapat Muljana (2001) pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor
genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis merupakan faktor yang terdapat
dalam tanaman seperti benih, varietas, hormon serta lainnya. Sedangkan faktor
lingkungan adalah faktor seperti keadaan tanah, iklim (curah hujan, temperatur,
sinar matahari), air, dan udara. Maka dalam melakukan budidaya tanaman kakao
harus memperhatikan faktor baik faktor genetik dan faktor lingkungan.
Dalam hal perawatan, hal yang saya lakukan adalah penyiraman serta
penyiangan gulma disekitar tumbuhnya tanaman kakao. Penyiraman rutin saya
lakukan pada waktu pagi dan sore hari. Hal ini bertujuan untuk membantu
pertumbuhan kakao agar lebih maksimal dan menjaga kelembapan tanah tanaman
kakao sedangkan untuk penyiangan bertujuan untuk membersihkan tanaman yang
sakit, mengurangi persaingan penyerapan hara, dan mengurangi persaingan
penetrasi sinar matahari.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Polybag yang diberi perlakuan berupa serasah legume, serasah jambu air, dan
serasah ilalang mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan polybag
kontrol dan sisipan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor genetika
dan faktor lingkungan. Perawatan yang saya lakukan kepada tanaman kakao
adalah berupa penyiraman tanaman secara rutin yaitu di waktu pagi dan sore hari
serta penyiangan gulma yang tumbuh di polybag guna untuk mengurangi
persaingan unsur hara pada tanah tersebut.
3.2 Saran
Dalam hal pengamatan, perlu diadakan pengamatan secara rutin minimal dua
kali dalam satu minggu guna mengetahui perkembangan tanaman kakao
sedangkan dalam hal perawatan perlu diadakan tindakan penyiraman secara
berkala, tanaman tidak boleh dibiarkan sampai kekeringan yang akan
menyebabkan tanaman tersebut mati. Selain itu perlu juga dilakukan penyiangan
gulma agar tanaman kakao dapat tumbuh secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y., Widyastuti, Y. E., Satyawibawa, I., & Paeru, R. H. (2012). Kelapa sawit.
Penebar Swadaya Grup.
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia Edisi ke-2
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Raya, B.B. 2010. Kajian Biaya Infrastuktur Kebun Kelapa Sawit Pada Lahan Pasang
Surut Dan Lahan Mineral Bertofografi Datar. Tugas Akhir Mahasiswa
STIPAP. Medan.
Sulistyo, B.D.H, dkk. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Balai Pustaka-PPKS. Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai