PENDAHULUAN
Tanaman akarwangi (Vetiveria
zizanioides Stapf), di Jawa Barat biasa
disebut usar, merupakan salah satu
Akar wangi
Akar
Brangkasan
- Kompos
- Plup
- Kerajinan
-Minyak
-Vetivene
-Ampas
Minyak :
- Kompos Industri
- Obat nyamuk
- Benzoid acid
- Vetiverol
- Furfurol
- A-vetivone
- B- vetivone
Vetivenylvetivenate
Industri kerajinan :
- Hiasan dinding
- Tikar, Tas dll
Prospek Pasar
Produk akarwangi umumnya
bentuk minyak akarwangi yang dikenal
dengan Java vetiver, hampir sebagian
besar diekspor, dengan pangsa pasar
mencapai 26,5% pangsa pasar dunia.
Pada tahun 2003, total nilai ekspor
minyak akarwangi Indonesia mencapai
US$ 680,7 juta dengan volume ekspor
36,65 ton yang dikirim ke negaranegara Amerika, Belanda dan negara
Eropah lainnya (dalam Departemen
Pertanian, 2003).
Permintaan pasar ekspor produk
akarwangi diperkirakan akan terus
meningkat, karena makin meningkatnya pemakaian parfum, sabun wangi,
aromaterapi, dan sebagai bahan pengobatan seperti antiseptic, antispasmodic, aphrodisiac, depurative, nervine, rubefacient, sedative, stimulant,
tonic dan vermifugal (Deptan, 2005).
Sebagai contoh pemakaian akarwangi
akan meningkat dengan digunakan
sebagai bahan aphrodisiac. Bahan
aphrodisiac akan mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya
minuman berenergi di Indonesia. Pada
tahun 1994 konsumsi minuman
berenergi penduduk Indonesia sebesar
72 liter/kapita/tahun, naik menjadi
113,6 liter/kapita/tahun pada tahun
1999. Dengan asumsi bahwa perekonomian Indonesia akan terus membaik,
BMDI (Barometer Milenium Data
Indonesia) memproyeksikan sampai 4
tahun mendatang konsumsi minuman
kesehatan termasuk minuman berenergi akan semakin naik, diperkirakan
mencapai 15%/tahun. Bila tahun 2000
sekitar 27 juta liter, tahun 2004 sekiatar
Areal
(ha)
Produksi
(ton)
1.200
100
400
500
200
24.000
1.200
7.200
10.000
4.000
300
7.500
200
4.200
220
5.000
80
900
3.200 64.000
Teknologi Budidaya
Tanaman akarwangi merupakan
salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri yang cukup penting di Indonesia.
Tenik budidaya merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan usahatani
yang perlu mendapat perhatian, agar
dapat meningkatkan produktivitas
tanaman yang diusahakan. Persyaratan
tumbuh dengan agroklimat yang tepat
merupakan salah satu faktor budidaya
yang sangat penting. Kegunaan akarwangi selain penghasil minyak atsiri
(vetiver oil) juga digunakan untuk
konservasi tanah dan air secara vegetatif karena akarnya yang kuat dan
daun yang lebat. Untuk menambah
pendapatan petani pengembangan
tanaman akarwangi dapat ditanam
secara polatanam dengan tanaman lain
seperti dengan tanaman palawija
(jagung, kacang tanah) dan hortikultura
( kol, kentang, tomat dan cabe).
Syarat tumbuh
Tanaman akarwangi dapat tumbuh mulai dari dataran rendah (200 m
dpl) sampai dataran tinggi (1.400 m
dpl), ketinggian optimum adalah 750 m
dpl. Akarwangi menghendaki sinar
matahari langsung, sehingga tidak
cocok ditempat teduh karena akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan
sistem perakarannya dan mutu minyak.
Curah hujan yang dikehendaki berkisar
antara 2.000 3.000 mm/tahun dengan
suhu udara 17 270C. Tanaman ini
bisa bertahan pada bulan kering (tidak
turun hujan) selama 2 bulan.
Tanah yang sesuai untuk tanaman akarwangi adalah tanah yang ber-
Akar
(%)
0,27
4,28
0,58
0,36
0,04
0,07
Batang/daun
(%)
0,51
6,25
0,91
0,45
0,16
0,06
Panen
Umur panen sangat menentukan
produksi maupun mutu minyak yang
dihasilkan. Sistem perakaran tanaman
akarwangi mengalami perkembangan
penuh setelah berumur 24 bulan, pada
umur 24 bulan tersebut mutu minyak
adalah yang tertinggi, namun kadar
minyaknya dalam akar sudah menurun
sehingga jumlah produk sinya rendah.
Oleh sebab itu disarankan panen
dilakukan pada saat tanaman berumur
18 bulan setelah tanam. Selama ini
petani sering melakukan panen pada
saat tanaman baru berumur 8 12
bulan sehingga mutu dan rendemennya
menjadi rendah.
Panen akarwangi dengan cara
membongkar akarnya, tanah dicangkul
sedemikian rupa sehingga akar tidak
terputus, tanah akan terbongkar. Panen
sebaiknya dilakukan dimusim kemarau
karena mudah pencabutan rumpun atau
pada saat harga tinggi. Membongkar
tanah untuk panen akar di daerah
miring pada musim hujan menimbulkan masalah yaitu mudah terjadinya
erosi, oleh sebab itu untuk panen pada
musim hujan diperlukan perhitungan
untuk melakukan panen secara bergilir
agar tidak banyak permukaan tanah
atas yang hanyut disebabkan erosi.
Akar yang telah dipanen dibersihkan dari tanah yang melekat
kemudian dikering anginkan ditempat
yang teduh, pembersihan dari tanah
dapat juga dilakukan dengan mencuci
akar pada air mengalir. Dalam kondisi
normal dalam satu hektar dihasilkan 30
50 ton akar basah atau 18 30 ton
akar kering (penyusutan sekitar 60%).
Teknologi Pengolahan
Proses pengolahan untuk mendapatkan minyak akarwangi dilakukan
melalui penyulingan akar. Penyulingan
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan minyak akar wangi dengan
cara mengalirkan uap jenuh. Penyulingan ini bertujuan untuk memisahkan
komponen-komponen campuran dari 2
(dua) atau lebih cairan berdasarkan
perbedaan tekanan uap dari setiap
komponen.
Proses penyulingan minyak akarwangi cukup sederhana, yaitu bahan
baku (akar) dimasukan ke dalam ketel
penyulingan, dialiri uap air yang
dididihkan (kukus) sampai terbentuk
campuran uap yang terdiri dari uap air
dan uap minyak, dialirkan ke uap
pendingin untuk memisahkan antara
uap minyak dan air. Penyulingan
menggunakan sistem steam lebih baik.
Syarat Mutu
SII
Warna
Kuning muda - coklat tua,
jernih
Bobot jenis pada 25o C
0,978-1,038
Indeks bias pada 25o C
1,515-1,530
Bilangan ester
5-25
Bil. Ester stlh asetilasi
100-150
Kandungan vetiverol %
39-59
Kelarutan dlm etanol 95 %
1:1 jernih, 1:2,5 opalensi
seterusnya opalensi sampai
jernih
Kelarutan dlm etanol 90 %
1 ;1 jernih, 1: 1,5 opalensi
seterusnya sampai jernih
Minyak lemak
Tidak nyata
Alkohol tambahan, minyak Tidak nyata
pelikan dan bahan asing lain
10
Perdagangan
0,978-1,038
1,513-1,528
5-25
100-150
1:1
jernih
dan
seterusnya jernih
Negatif
Negatif
KESIMPULAN
Berdasarkan kondisi daerahdaerah yang relative sesuai dengan
persyaratan
tumbuh
tanaman
akarwangi di Indonesia Sumatra utara
dan Sumatra Barat. Harga minyak
cukup baik di dalam maupun di luar
negri, sehingga pengembangannya
akan lebih terbuka disertai dengan
dukungan teknologi oleh Balai
Pengkajian
di
daerah
daerah
pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Balittro, 1989. Masalah usahatani
akarwangi di Garut dan upaya
penanggulangannya.
Laporan
bulan Nopember 1989. 14 hal.
Departemen
Pertanian,
1989.
Pembinaan dan pengembangan
budidaya akar wangi melalui
usahatani konser-vasi terpadu di
Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Jakarta. 28 hal.
Departemen
Pertanian,
2003.
Pengkajian peningkatan produksi
agribisnis berbasis minyak atsiri.
Balittro kerjasama dengan Bagian
Proyek Pengembangan Jaringan
Pertanian. 85 hal.
11