Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

Pembahasan

Pada praktikum ini kami melakukan handling yang benar terhadap hewan percobaan
yaitu tikus percobaan (Rattus norvegicus) hewan ini umumnya digunakan dalam percobaan
maupun penelitian karena tikus ini telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah
dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian.
Sebelum melakukan handling tikus, tikus memerlukan adaptasi selama seminggu dikandang
dengan pemeliharaan terhadap tikus yang memperhatikan kebersihan, yaitu mengganti sekam
tikus 3 hari sekali dan pemberian pangan berupa pelet dan air, dari mulai tikus datang sampai
dilakukannya handling hal ini bertujuan agar tikus tidak mengalami stres yang jika
mengalami stres akan berpengaruh pada praktikum handling tikus yang akan dilaksanakan.
Pada tikus percobaan yang kami adaptasi, dari adaptasi sampai praktikum handling tikus
tetap dalam keadaan sehat, tidak stres dan hidup. Pada saat praktikum, yang pertama kami
melakukan handling terhadap tikus, sebelum melakukan handling tikus, kami menggunakan
handscoon lalu menggunakan sarung tangan yang bertujuan untuk mengurangi resiko
terjadinya gigitan dari tikus. Dimana jika terkena gigitan dari tikus akan menyebabkan
beberapa penyakit, contoh salah satu penyakitnya yaitu Rat Bite Fever (RBF) yang akan
menyebabkan demam. Pada gigitan tikus terbagi menjadi dua yaitu streptobacillary dan
spirillary. Gejala yang ditimbulkan dari infeksi streptobacillary antaralain muntah, nyeri sendi
dan otot, ruam, muntah dan demam. Yang ditimbulkan dari infeksi spirillary yaitu
menyebabkan demam berulang, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam. Sehingga
perlunya pengamanan dengan sarung tangan.
Pada saat praktikum Handling tikus yang benar yaitu kami lakukan dengan cara
telunjuk tangan kanan dan jari tengah memegang atau menjepit leher tikus atau pada
rahangnya sampai kepala tikus tidak bisa digerakkan kekanan maupun kekiri, dan jari lainya
mencekram badan tikus dan dilakukan dengan hati-hati jangan sampai terlalu menggencet
tikus. Lalu selanjutnya kami melakukan sexing terhadap tikus untuk mengetahui jenis
kelamin dari tikus yaitu dengan cara menghandling lalu badan tikus dibalikkan, pada tikus
kami ini memiliki jenis kelamin laki-laki karena berbentuk lurus vertical dan tampak adanya
scrotum. Setelah melakuakan sexing kami melakukan penimbangan badan tikus untuk
mengetahui berapa berat badan tikus, penimbangan kami lakukan dengan memasukan tikus
pada wadah tetapi penimbangan tidak termasuk berat wadah, berat badan dari tikus yang
kami timbang yaitu 180,36 g. Setelah melakukan penimbangan berat badan kami melakukan
pemberian perlakuan yaitu secara oral dengan memasukan cairan (air) kedalam mulut tikus
dengan menggunakan alat khusus yang sudah ditentukan, tetapi sebelum melakukan
perlakuan kami melakuakan anastesi terlebih dahulu kepada tikus dengan cara menuangkan
larutan eter ke kapas lalu diletakkan kedalam toples setelah itu, tikus di masukan kedalam
toples dengan toples ditutup sampai tikus merasa pusing dan lemas, tetapi tidak sampai mati,
anastesi ini bertujuan untuk mengurangi pergerakan tikus pada saat pemberian perlakuan,
handling kembali tikus dengan tangan kiri lalu balikan badan selanjutnya pemberian
perlakuan menggunakan tangan kanan dengan masukan cairan kedalam mulut sampai kepada
tenggorokan, pastikan pemberian benar-benar pada tenggorokan jika pemberian tidak tepat
maka air akan keluar kembali melalui hidung. Setelah melakukan pemberian perlakuan maka
yang terakhir yaitu melakuakan euthanasia kepada tikus, cara melakukan euthanasia yaitu
dengan anastetik over dosis dengan larutan eter yang sudah dimasukkan kedalam toples lalu
tikus dimasukkan kedalam , ditutup sampai tikus mati. Setelah tikus mati lakukan penguburan
kepada tikus.

Anda mungkin juga menyukai