BOTANI FARMASI
“TANAMAN ALPUKAT”
OLEH
KELOMPOK : II (DUA)
KELAS : A - S1 FARMASI 2020
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Lembar Pengesahan
BOTANI FARMASI
“TANAMAN ALPUKAT”
OLEH
KELOMPOK II (DUA)
KELAS A-S1 FARMASI 2020
Dosen Pengampu
A. MU’THI ANDY SURYADI, M.Farm, Apt.
3
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
laporan Botani Farmasi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Atas terselesainya laporan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada
Dosen penanggung jawab Bapak A. Mu’thi Andy Suryadi, M.Farm, Apt. Tak lupa
pula terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan ini yang berjudul “Tanaman Alpukat” sehingga dapat selesai tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari taraf
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
2.1 Tanaman Alpukat (Persea americana Mill)....................................3
2.1.1 Habitat Alpukat................................................................................3
2.1.2 Varietas Alpukat...............................................................................3
2.1.3 Syarat Tumbuh.................................................................................3
2.1.4 Nama Daerah....................................................................................5
2.1.5 Nama Asing......................................................................................5
2.2 Klasifikasi Alpukat...........................................................................6
2.3 Morfologi Alpukat...........................................................................6
2.3.1 Akar..................................................................................................6
2.3.2 Batang..............................................................................................7
2.3.3 Daun.................................................................................................7
2.3.4 Bunga...............................................................................................8
2.3.5 Buah.................................................................................................8
2.3.6 Biji....................................................................................................9
2.4 Kandungan Kimia............................................................................9
2.5 Khasiat..............................................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau
pembakuan pengobatan serta termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaan yang aman. Penyediaan obat-obatan mengandung arti pengumpulan,
pengenalan, pengawetan, pembakuan bahan obat-obatan (Syamsuni, 2006).
Dalam farmasi kita mempelajari beberapa ilmu yang berhubungan
penyediaan sediaan bahan obat baik dari hewan maupun tumbuhan, salah satunya
ilmu Botani Farmasi. Botani Farmasi merupakan salah satu ilmu yang
mempelajari tentang ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk jamur dan alga yang
memuat morfologi ataupun anatomi dari tumbuhan itu sendiri.
Secara bahasa morfologi berasal dari kata morphologi (Morphe: bentuk,
logos: ilmu) yang berarti ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk luar dari
tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji mengenai organ-organ tubuhnya dengan
segala variasinya. Menurut istilah morfologi tumbuhan adalah ilmu yang
mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan yang dipisahkan menjadi
morfologi luar dan morfologi dalam. Morfologi tumbuhan tidak hanya
menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk
menentukan apakah fungsi masing-masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan
dan selanjutnya juga berusaha mengetahui darimana asal bentuk dan susunan
tubuh tersebut.
Keberadaan tanaman alpukat telah cukup lama di Indonesia, sekitar dua
abad yang lalu. Pengembangan tanaman di tanah air belum merata. Buah alpukat
merupakan buah yang memiliki nilai nutrisi, kandungan lemak, dan energi buah
yang tinggi. Buah alpukat bukan hanya sekedar sumber vitamin dan mineral,
tetapi dapat pula dijadikan bahan pangan dan penyedia energi. Namun masyarakat
kita, khususnya masyarakat kota, hanya sekedar menkonsumsi buah alpukat dalam
bentuk sari buahnya bersama sirop dan penyedap lain. Pola konsumsi hanya
minum buah alpukat seyogianya dapat diubah menjadi pola konsumsi buah
1
alpukat, khususnya bagi masyarakat di daerah wilayah dataran tinggi dan desa
daerah terpencil.
Dalam perdagangan dunia, buah alpukat merupakan komoditas buah yang
penting; volume urutannya urutan urutan kelima susudah jeruk, pisang, nenas, dan
mangga. Pengembangan tanaman alpukat di tanah air pada era agribisnis saat ini
kiranya akan memberikan manfaat dan meningkatkan berbagai aspek kehidupan
masyarakat dan ekonomi, terutama dalam usaha perbaikan kesehatan gizi, serta
sosial ekonomi dan lingkungan hidup.
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama
alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur / Jawa Tengah), boah pokat, jamboo
pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan
lain-lain. Tanaman alpukat bukan tanaman asli Indonesia, tanaman alpukat berasal
dari dataran rendah / tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia
pada abad ke-18. Secara resmi tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi
20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh
varietas-varietas unggul antara meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat,
khususnya di daerah dataran tinggi.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetauli apa yang dimaksud dengan alpukat,
klasifikasi, morfologi, kandungan kimia, beserta khasiat dari tanaman alpukat
tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Indonesia dapat digolongkan menjadi dua yaitu varietas unggul dan varietas lain
(Lianti, 2014).
1). Varietas Unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap
hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging
buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji,
serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri
Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat hijau
panjang dan hijau bundar. Karakteristik alpukat hijau panjang dan hijau bundar
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini (Lianti, 2014):
Alpukat (Persea Alpukat (Persea
americana) Var. Hijau americana) Var. Hijau
Karakteristik
Panjang Bundar
Bentuk Daun Bulat panjang dengan tepi Bulat panjang dengan tepi
rata berombang
Rasa Buah Enak, gurih, agak lunak Enak, gurih, agak lunak
2) Varietas Lain
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang, seperti alpukat merah
4
panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete,
collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol
(Lianti, 2014).
2.1.3 Syarat Tumbuh
Menurut Paramawati (2016), syarat tumbuh alpukat yaitu:
a). Curah hujan
Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun.
Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh subur pada dataran rendah
beriklim tropis dengan curah huan 2.500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah
hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat
masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.
b). Tanah
Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak
mudah tergenang air, sistem drainase/pembuangan air yang baik, subur, dan
banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan
alpukat adalah lempung berpasir, lempung liat, dan lempung endapan.
c) Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi, yaitu 5-1.500 m dpl. Namun, tanaman akan tumbuh subur
dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Tanaman
alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan
ketinggian 1.000-2.000 m dpl, sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-
1.000 m dpl.
2.1.4 Nama Daerah
Rambutan dikenal dengan berbagai macam nama lokal di Indonesia
seperti rambutan, rambot, rambut, rambuteun, rambuta, jailan, folui, bairabit, puru
biancak, p. Biawak, hahujam, kakapas, likis, takujung alu (Sumatera), rambutan,
corogol, tundun, bunglon, buwa, buluwan (Jawa), buluan, rambuta (Nusa
Tenggara), rambutan, siban, banamon, beriti, sanggalaong, sagalong, beliti, maliti,
kayokan, bengayau, puson (Kalimantan), rambutan, rambuta, rambusa,
5
barangkasa, bolangat, balatu, balatung, walatu, wayatu, wilatu, wulangas, lelamu,
lelamun, toleang (Sulawesi), rambutan, rambuta (Maluku) (Dalimartha, 2005).
2.1.5 Nama Asing
Shao tzu (Cina), ramboutan (Perancis), ramustan (Spanyol) (Dalimartha,
2005).
2.2 Klasifikasi Alpukat
Menurut Nurrasid (1998), secara taksonomi klasifikasi lengkap tanaman
alpukat adalah sebagai berikut:
1. Kerajaan : Plantae
2. Divisi : Spermatophyta
3. Subdivisi : Angiospermae
4. Kelas : Dicotyledoneae
5. Bangsa : Ranales
6. Suku : Lauraceae
7. Marga : Persea
8. Jenis : Persea americana Mill
2.3 Morfologi Alpukat
2.3.1 Akar
Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan
memiliki akar rambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya sedikit sehingga
pemupukan harus dilakukan dengan cara yang benar. Pupuk harus diletakkan
sedekat mungkin dengan akar sehingga pupuk ditanam dengan kedalaman 30 – 40
cm disekitar tanaman (Andi, 2013).Akar alpukat memiliki fungsi utama yakni
menyerap air dan zat – zat hara yang berasal dari dalam tanah. Selain itu, akar ini
juga berfungsi untuk menopang tegaknya batang alpukat agar tetap berdiri kokoh.
2.3.2 Batang
6
Tinggi tanaman alpukat dapat mencapai 20 m, terdiri dari batang berwarna
coklat kotor memiliki banyak cabang dan ranting yang berambut halus. Batang
tanaman alpukat biasanya digunakan sebagai pengembangan bibit, penyambungan
dan okulasi (Prihatman 2000; Andi, 2013).
2.3.3 Daun
2.3.4 Bunga
7
Bunga alpukat bersifat sempurna (hermaprodit), tetapi sifat
pembungaannya dichogamy, artinya tiap bunga mekar 2 kali berselang, menutup
antara 2 mekar dalam waktu berbeda. Pada hari mekar pertama, bunga betina yang
berfungsi sedangkan pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi.
Berdasarkan sifat pembungaannya, tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe.
Tipe A: bunga betina mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar pada
sore hari pada hari berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore hari dan
bunga jantan mekar pada pagi hari berikutnya (Ashari, 2004; Andi, 2013).
2.3.5 Buah
Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur dan
bulat tidak simetris, panjang 9 – 11,5 cm, memiliki massa 0,25 – 0,38 kg,
berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbintik – bintik ungu, buahnya memiliki
kulit yang lembut dan memiliki warna yang berbeda-beda. Biasanya warna buah
alpukat bervariasi dari warna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat
berbiji satu dengan bentuk seperti bola berdiameter 6,5 – 7,5 cm, keping biji
berwarna putih kemerahan. Buah alpukat memiliki biji yang besar berukuran 5,5 x
4 cm (Andi, 2013).
Menurut Marlinda dkk (2013), Alpukat mentega memiliki bentuk bulat,
buah muda berwarna hijau tua, sedangkan buah tua berwarna hijau tetapi
warnanya lebih muda dan agak kusam daripada buah yang muda. Kulitnya agak
kasar, daging buah tebal dan berwarna kehijauan atau kuning seperti mentega
(Anova dan Kamsina, 2013). Buah alpukat mentega juga memiliki kandungan
alkaloid, triterpenoid, tanin, flavonoid dan saporin.
8
2.3.6 Biji
Buah alpukat memiliki biji yang berkeping dua, sehingga termasuk dalam
kelas Dicotyledoneae. Biji buah alpukat berbentuk bulat atau lonjong, sedangkan
keping biji berwarna putih kemerahan. Kepingan ini mudah terlihat apabila kulit
bijinya dilepas atau dikuliti. Kulit biji umumnya mudah lepas dari bijinya. Pada
saat buah masih muda, kulit biji itu menempel pada daging buahnya (Indriani dan
Suminarsih, 1997).
2.4 Kandungan Kimia
Buah rambutan mengandung karbohidrat, protein, kalsium, vitamin C
(Dalimartha, 2005), zat besi, fosfor dan lemak (Hariana, 2006). Kulit buahnya
mengandung flavonoid, tanin dan saponin (Dalimartha, 2005). Penelitian
Thitilerdecha et al. (2010) berhasil mengisolasi asam ellagat, corilagin dan
geraniin dari ekstrak metanol kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.). Biji
rambutan mengandung lemak dan polifenol (Dalimartha, 2005). Penelitian
Asrianti et al. (2006) menunjukkan biji rambutan memberikan hasil positif
terhadap golongan senyawa flavonoid. Daunnya mengandung tanin dan saponin.
Kulit batang mengandung tanin, saponin, flavonoida, pectic substances dan zat
besi (Dalimartha, 2005).
2.5 Khasiat
Manfaat kulit buah rambutan adalah sebagai obat demam (Anonim, 2010),
antioksidan (Anshory (2006); Thitilerdecha et al. (2010)) dan antibakteri terhadap
bakteri E.coli dan S.aureus (Yudaningtyas, 2009). Biji buah rambutan berkhasiat
sebagai hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) (Dalimartha, 2005).
Senyawa fenolik dalam ekstrak biji buah rambutan beraktivitas sebagai
antioksidan dan antibakteri (Thitilerdecha et al., 2008).
9
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari data dan fakta yang telah dipaparkan diatas maka dapat
menyimpulkan bahwa tanaman alpukat (Persea americana miller) merupakan
tanaman yang berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak
varietas yang tersebar di seluruh dunia. Alpukat secara umum terbagi atas tiga
tipe: tipe West Indian, tipe Guatemalan dan tipe Mexican. Daging dari buah
alpukat berwarna hijau di bagian bawah kulit dan menguning kearah biji. Warna
kulit buah alpukat bervariasi, bisa hijau ataupun hitam. Warna hijau karena
kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Malang.
Bayumedia Publishing. 202 hal.
Chandra, Andi 2013. Pengaruh pH dan Jenis Pelarut pada Perolehan dan
Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2013.
Chandra, A., Hie, M. I., dan Verawati. 2013. Pengaruh pH dan Jenis Pelarut
pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat. Bandung:
Universitas Katolik Parahyangan
Nurrasid, E.S. 1998. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat, Daun
Murbei dan Buah Terong Ungu Pada Tikus Putih. Skripsi. Jurusan
Farmasi FMIPA Unpad, Bandung.