Anda di halaman 1dari 17

Laporan

BOTANI FARMASI
“TANAMAN ALPUKAT”

OLEH

KELOMPOK : II (DUA)
KELAS : A - S1 FARMASI 2020

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
Lembar Pengesahan

BOTANI FARMASI
“TANAMAN ALPUKAT”

OLEH
KELOMPOK II (DUA)
KELAS A-S1 FARMASI 2020

1. MOHAMAD RAMDAN R. BUMULO (821420046)


2. OKTAVIANI KAHAR (821420006)
3. SELA ANDRIYANI RAHMAN (821420016)
4. WINDIYANI N. SUHARMIN (821420025)
5. RAHAYU ANATASYA P. ABDULLAH (821420030)
6. SITTY RAHMA H. KONGKOLU (821420031)
7. SHERREN A. KUMAYAS (821420033)

Gorontalo, Januari 2021


Mengetahui, NILAI

Dosen Pengampu
A. MU’THI ANDY SURYADI, M.Farm, Apt.

3
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
laporan Botani Farmasi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Atas terselesainya laporan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada
Dosen penanggung jawab Bapak A. Mu’thi Andy Suryadi, M.Farm, Apt. Tak lupa
pula terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
laporan ini yang berjudul “Tanaman Alpukat” sehingga dapat selesai tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari taraf
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, Januari 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
2.1 Tanaman Alpukat (Persea americana Mill)....................................3
2.1.1 Habitat Alpukat................................................................................3
2.1.2 Varietas Alpukat...............................................................................3
2.1.3 Syarat Tumbuh.................................................................................5
2.1.4 Nama Daerah....................................................................................5
2.1.5 Nama Asing......................................................................................5
2.2 Klasifikasi Alpukat...........................................................................6
2.3 Morfologi Alpukat...........................................................................6
2.3.1 Akar..................................................................................................6
2.3.2 Batang..............................................................................................6
2.3.3 Daun.................................................................................................7
2.3.4 Bunga...............................................................................................7
2.3.5 Buah.................................................................................................8
2.3.6 Biji....................................................................................................8
2.4 Kandungan Kimia............................................................................9
2.5 Khasiat..............................................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................10
3.1 Kesimpulan......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau
pembakuan pengobatan serta termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaan yang aman. Penyediaan obat-obatan mengandung arti pengumpulan,
pengenalan, pengawetan, pembakuan bahan obat-obatan (Syamsuni, 2006).
Dalam farmasi kita mempelajari beberapa ilmu yang berhubungan
penyediaan sediaan bahan obat baik dari hewan maupun tumbuhan, salah satunya
ilmu Botani Farmasi. Botani Farmasi merupakan salah satu ilmu yang
mempelajari tentang ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk jamur dan alga yang
memuat morfologi ataupun anatomi dari tumbuhan itu sendiri.
Secara bahasa morfologi berasal dari kata morphologi (Morphe: bentuk,
logos: ilmu) yang berarti ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk luar dari
tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji mengenai organ-organ tubuhnya dengan
segala variasinya. Menurut istilah morfologi tumbuhan adalah ilmu yang
mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan yang dipisahkan menjadi
morfologi luar dan morfologi dalam. Morfologi tumbuhan tidak hanya
menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk
menentukan apakah fungsi masing-masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan
dan selanjutnya juga berusaha mengetahui darimana asal bentuk dan susunan
tubuh tersebut.
Keberadaan tanaman alpukat telah cukup lama di Indonesia, sekitar dua
abad yang lalu. Pengembangan tanaman di tanah air belum merata. Buah alpukat
merupakan buah yang memiliki nilai nutrisi, kandungan lemak, dan energi buah
yang tinggi. Buah alpukat bukan hanya sekedar sumber vitamin dan mineral,
tetapi dapat pula dijadikan bahan pangan dan penyedia energi. Namun masyarakat
kita, khususnya masyarakat kota, hanya sekedar menkonsumsi buah alpukat dalam
bentuk sari buahnya bersama sirop dan penyedap lain. Pola konsumsi hanya
minum buah alpukat seyogianya dapat diubah menjadi pola konsumsi buah

1
alpukat, khususnya bagi masyarakat di daerah wilayah dataran tinggi dan desa
daerah terpencil.
Dalam perdagangan dunia, buah alpukat merupakan komoditas buah yang
penting; volume urutannya urutan urutan kelima susudah jeruk, pisang, nenas, dan
mangga. Pengembangan tanaman alpukat di tanah air pada era agribisnis saat ini
kiranya akan memberikan manfaat dan meningkatkan berbagai aspek kehidupan
masyarakat dan ekonomi, terutama dalam usaha perbaikan kesehatan gizi, serta
sosial ekonomi dan lingkungan hidup.
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama
alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur / Jawa Tengah), boah pokat, jamboo
pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan
lain-lain. Tanaman alpukat bukan tanaman asli Indonesia, tanaman alpukat berasal
dari dataran rendah / tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia
pada abad ke-18. Secara resmi tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi
20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh
varietas-varietas unggul antara meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat,
khususnya di daerah dataran tinggi.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang tanaman alpukat

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Alpukat (Persea americana Mill)
Tanaman Alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama
alpuket (Jawa Barat), Alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), buah pokat, jambo
pokat (Batak), Advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan
lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah
dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun
1920-1930, Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika
Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna
meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi
(Prihatman, 2000).
Tanaman alpukat (Persea americana miller) merupakan tanaman yang
berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak varietas yang
tersebar di seluruh dunia. Alpukat secara umum terbagi atas tiga tipe: tipe West
Indian, tipe Guatemalan dan tipe Mexican. Daging dari buah alpukat berwarna
hijau di bagian bawah kulit dan menguning kearah biji. Warna kulit buah alpukat
bervariasi, bisa hijau ataupun hitam. Warna hijau karena kandungan klorofil atau
hitam karena pigmen antosiasin (Chandra et al, 2013)
2.1.1 Habitat Alpukat
Alpukat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan antara
1.800-4.500 mm/th. Pada umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan
basah. Tumbuhan ini tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi,
kelembaban rendah pada saat berbunga dan angin yang keras pada saat
pembentukan buah. Di Indonesia, tanaman alpukat tumbuh pada ketinggian antara
1-1.000 m di atas permukaan laut (Prawita, 2012)
2.1.2 Varietas Alpukat
Alpukat (P. americana) terdiri dari berbagai jenis, berdasarkan sifat
ekologisnya terdiri dari 3 jenis keturunan/ras, yaitu ras Meksiko, ras Guatemala,
dan ras Hindia Barat (Chandra et al, 2013). Varietas-varietas alpukat (P.

3
americana) di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua yaitu varietas unggul dan
varietas lain (Lianti, 2014).
1). Varietas Unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap
hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging
buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji,
serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri
Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat hijau
panjang dan hijau bundar. Karakteristik alpukat hijau panjang dan hijau bundar
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini (Lianti, 2014):
Alpukat (Persea Alpukat (Persea
Karakteristik americana) Var. Hijau americana) Var. Hijau
Panjang Bundar
Tinggi Pohon 5-8 meter 6-8 meter
Bentuk Daun Bulat panjang dengan tepi Bulat panjang dengan tepi
rata berombang
Masa Berbuah Terus-menerus, tergantung Terus-menerus, tergantung
lokasi dan kesuburan lahan lokasi dan kesuburan lahan
Berat Buah 0,3-0,5 kg 0,3-0,4 kg
Bentuk Buah Pear (pyrifoam) Lonjong (oblong)
Rasa Buah Enak, gurih, agak lunak Enak, gurih, agak lunak
Diameter Buah 6,5-10 cm (rata-rata 14 cm) 7,5 cm
Panjang Buah 11,5-18 cm (rata-rata 14 9 cm
cm)
Hasil 40-80 kg/pohon/tahun (rata- 20-60 kg/pohon/tahun
rata 50 kg (rata-rata 30 kg)
2) Varietas Lain
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang, seperti alpukat merah
panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete,
collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol
(Lianti, 2014).
2.1.3 Syarat Tumbuh
Menurut Paramawati (2016), syarat tumbuh alpukat yaitu:

4
a). Curah hujan
Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun.
Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh subur pada dataran rendah
beriklim tropis dengan curah huan 2.500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah
hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat
masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.
b). Tanah
Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak
mudah tergenang air, sistem drainase/pembuangan air yang baik, subur, dan
banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan
alpukat adalah lempung berpasir, lempung liat, dan lempung endapan.
c) Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi, yaitu 5-1.500 m dpl. Namun, tanaman akan tumbuh subur
dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Tanaman
alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan
ketinggian 1.000-2.000 m dpl, sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-
1.000 m dpl.
2.1.4 Nama Daerah
Tanaman alpukat memiliki nama daerah yaitu, alpuket (Jawa Barat),
alpokat (Jawa Timur / Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat,
jamboo mentega, jamboo pooan, pokat (Lampung) (Hika Citra, 2009).
2.1.5 Nama Asing
Nama asing tanaman alpukay diantara lain, avocado (Inggris), advocaat
(Belanda), ahuaca; aguacate; pagua (Spanyol), avokat; avocatier; avocet
(Perancis), abakate; agnacatebaum; avocadobirne (Jerman), huangyou guo (Cina),
awokado (Thailand), bo; le dau (Vietnam) dan avocado; apukado (Malaysia)
(Indriani dan Suminarsih, 1997).
2.2 Klasifikasi Alpukat
Menurut Nurrasid (1998), secara taksonomi klasifikasi lengkap tanaman
alpukat adalah sebagai berikut:

5
1. Kerajaan : Plantae
2. Divisi : Spermatophyta
3. Subdivisi : Angiospermae
4. Kelas : Dicotyledoneae
5. Bangsa : Ranales
6. Suku : Lauraceae
7. Marga : Persea
8. Jenis : Persea americana Mill
2.3 Morfologi Alpukat
2.3.1 Akar

Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan
memiliki akar rambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya sedikit sehingga
pemupukan harus dilakukan dengan cara yang benar. Pupuk harus diletakkan
sedekat mungkin dengan akar sehingga pupuk ditanam dengan kedalaman 30 – 40
cm disekitar tanaman (Andi, 2013).Akar alpukat memiliki fungsi utama yakni
menyerap air dan zat – zat hara yang berasal dari dalam tanah. Selain itu, akar ini
juga berfungsi untuk menopang tegaknya batang alpukat agar tetap berdiri kokoh.
2.3.2 Batang

Tinggi tanaman alpukat dapat mencapai 20 m, terdiri dari batang berwarna


coklat kotor memiliki banyak cabang dan ranting yang berambut halus. Batang
tanaman alpukat biasanya digunakan sebagai pengembangan bibit, penyambungan
dan okulasi (Prihatman 2000; Andi, 2013).
2.3.3 Daun

6
Alpukat memiliki daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm,
letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur
memanjang, tebal seperti 6 kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-
kadang agak rmenggulung ke atas, bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-
10 cm, daun muda warnanya kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya
hijau dan gundul (Prihatman 2000; Andi, 2013).
Menurut Rukmana (1997), daun berdesakan diujung ranting, bentuk bulat
telur atau corong, awalnya berbulu pada kedua belah permukaannya dan lama-
kelamaan menjadi licin. Daun muda berwarna kemerahan dan berambut
sedangkan daun yang sudah tua berwarna hijau dan tidak berambut.
2.3.4 Bunga

Bunga alpukat bersifat sempurna (hermaprodit), tetapi sifat


pembungaannya dichogamy, artinya tiap bunga mekar 2 kali berselang, menutup
antara 2 mekar dalam waktu berbeda. Pada hari mekar pertama, bunga betina yang
berfungsi sedangkan pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi.
Berdasarkan sifat pembungaannya, tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe.
Tipe A: bunga betina mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar pada
sore hari pada hari berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore hari dan
bunga jantan mekar pada pagi hari berikutnya (Ashari, 2004; Andi, 2013).
2.3.5 Buah

7
Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur dan
bulat tidak simetris, panjang 9 – 11,5 cm, memiliki massa 0,25 – 0,38 kg,
berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbintik – bintik ungu, buahnya memiliki
kulit yang lembut dan memiliki warna yang berbeda-beda. Biasanya warna buah
alpukat bervariasi dari warna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat
berbiji satu dengan bentuk seperti bola berdiameter 6,5 – 7,5 cm, keping biji
berwarna putih kemerahan. Buah alpukat memiliki biji yang besar berukuran 5,5 x
4 cm (Andi, 2013).
Menurut Marlinda dkk (2013), Alpukat mentega memiliki bentuk bulat,
buah muda berwarna hijau tua, sedangkan buah tua berwarna hijau tetapi
warnanya lebih muda dan agak kusam daripada buah yang muda. Kulitnya agak
kasar, daging buah tebal dan berwarna kehijauan atau kuning seperti mentega
(Anova dan Kamsina, 2013). Buah alpukat mentega juga memiliki kandungan
alkaloid, triterpenoid, tanin, flavonoid dan saporin.
2.3.6 Biji

Buah alpukat memiliki biji yang berkeping dua, sehingga termasuk dalam
kelas Dicotyledoneae. Biji buah alpukat berbentuk bulat atau lonjong, sedangkan
keping biji berwarna putih kemerahan. Kepingan ini mudah terlihat apabila kulit
bijinya dilepas atau dikuliti. Kulit biji umumnya mudah lepas dari bijinya. Pada
saat buah masih muda, kulit biji itu menempel pada daging buahnya (Indriani dan
Suminarsih, 1997).

8
2.4 Kandungan Kimia
Alpukat kaya akan berbagai macam kandungan kimia. Buah dan daunnya
mengandung saponin, alkaloida dan flavonoid, selain itu daunnnya juga
mengandung polifenol, quersetin, dan gula alkohol persit. Sementara daging
buahnya mengandung tanin (Permadi, 2006). Secara khusus, bijinya mengandung
3-0-caffeoylquinic acid, 3-0-coumaroylquinic acid, dan procyanidin A trimer
(Kosinska, et al., 2012).
2.5 Khasiat
Buahnya banyak dimanfaatkan menjadi bahan makanan dan minuman di
berbagai Negara. Pada daunnya mengandung rasa pahit dan kelat, bersifat
antibakteri, antihipertensi, antikonvulsan, antivirus. Selain memiliki sifat peluruh
air seni (diuretik), biji alpukat juga memilki berbagai macam efek farmakologis
seperti antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, antijamur dan analgesik (Permadi,
2006; Idris, et al., 2009).

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari data dan fakta yang telah dipaparkan diatas maka dapat
menyimpulkan bahwa tanaman alpukat (Persea americana miller) merupakan
tanaman yang berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak
varietas yang tersebar di seluruh dunia. Alpukat secara umum terbagi atas tiga
tipe: tipe West Indian, tipe Guatemalan dan tipe Mexican. Daging dari buah
alpukat berwarna hijau di bagian bawah kulit dan menguning kearah biji. Warna
kulit buah alpukat bervariasi, bisa hijau ataupun hitam. Warna hijau karena
kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin.

10
DAFTAR PUSTAKA
Andi A. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea
americana Mill.) terhadap aktivitas diuretik tikus putih jantan
spraguedowley. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
Bogor.

Anova, I.T dan Kamsina. 2013. Efek Perbedaan Jenis Alpukat dan Gula terhadap
Mutu Selai Buah. Jurnal Litbang Industri. Vol. 3. No. 2.

Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Malang.


Bayumedia Publishing. 202 hal.

Chandra, A., Hie, M. I., dan Verawati. 2013. Pengaruh pH dan Jenis Pelarut
pada Perolehan dan Karakterisasi Pati dari Biji Alpukat. Bandung:
Universitas Katolik Parahyangan
Hika, Citra Handayani. 2009. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol
96% Biji Alpukat (Perseae Americana Mill) Terhadap Formulasi Sabun
Padat Transparan. Skripsi.Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Idris, S., Ndukwe G.I., Gimba C.E., 2009. Preliminary Phytochemical Screening
And Antimicrobial Activity Of Seed Extracts Of Persea Americana
(Avocado Pear). Bayero Journal of Pure and Applied Sciences, 2

Indriani, Y. Hetty, Suminarsih, Emi (1997). Alpukat. Jakarta: Penebar Swadaya.


99 Hal.

Kosinska, A., Karamac, M., Estrella, I., Hernandez, T., Bartolome, B., Dykes,
G.A., 2012. Phenolic compound profiles and antioxidant capacity of
Persea americana Mill. peels and seeds of two varieties. Journal of
Agricultural and Food Chemistry, 60, 4613-4619.

Lianti, 2014. Khasiat Dahsyat Alpukat Mengobati dan Mencegah Semua


Penyakit. Jakarta: Mahadaya Langit.
Marlinda, M., 2013, Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas
Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukad (Persea americana Mill.).

Nurrasid, E.S. 1998. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat, Daun
Murbei dan Buah Terong Ungu Pada Tikus Putih. Skripsi. Jurusan
Farmasi FMIPA Unpad, Bandung.

Paramawati R, 2016. Khasiat Ajaib Daun Avokad. Penebar Swadaya. Jakarta

Permadi, A. (2006). Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prawita, Lintang L. 2012 . Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi
Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) dan Buah Oyong
(Luffa acutangula L.) Pada Mencit Putih Jantan yang Dibebani Glukosa.
Skripsi. Prodi Ekstensi. Departemen Farmasi, Depok.

Prihatman, K, 2000, Alpukat / Avocado (Persea americana Mill)/Persea


gratissima Gaerth), viewed 10 november 2011.
<http://digilib.brawijaya.ac.id>.

Rukmana, R. 1997. Budidaya Alpukat. Penerbit Kanisius (anggota IKAPI):


Jakarta

Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku


Kedoktean EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai