Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN MK.

EKOLOGI PERTANIAN (AGH320)


IDENTIFIKASI KOMPONEN EKOSISTEM TANAMAN OBAT
KELOMPOK 4
Majesta Esa Sofian

A24130092

Gazevati Putri Adelis

A24140013

Muhamad Ramdan

A24140043

Asti Kusriyanti

A24140096

Irsyadul Ibad

A24140142

Chintya Dwi Septianingrum

A24141083

Asisten :
Dosen :

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita,
baik itu yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sebagian
dari tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan obat
tradisional, karena mengandung satu atau beberapa zat aktif yang dapat mengobati
penyakit tertentu. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah digunakan sebagai
tanaman obat, walaupun penggunaannya disebarkan secara turun-temurun
maupun dari mulut ke mulut (Yuniarti 2008). Indonesia kaya akan berbagai
keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat atau
bahan baku obat (Fajiriah, dkk. 2007). Indonesia dikenal sebagai gudangnya
tanaman obat sehingga mendapat julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis
tanaman obat dimiliki Indonesia.
Semua tumbuhan termasuk tanaman obat membutuhkan berbagai
komponen faktor yang dapat menunjangnya agar tumbuh dengan baik. Faktor
tumbuhnya mencangkup faktor biotik maupun abiotik yang dapat dilihat dari
ekosistem tumbuhnya. Lingkungan

tumbuh

yang

tidak

sesuai

akan

mengurangi kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan tanaman obat baik


rimpang, daun, maupun batangnya. Setiap tanaman obat memiliki kebutuhan
lingkungan tumbuh yang berbeda-beda. Lingkungan tumbuh yang dimaksud
meliputi tanah, iklim maupun curah hujan. Selain berbagai komponen faktor dan
lingkungan tumbuh, teknik budidaya tanaman yang cocok sesuai jenis tanaman
harus diperhatikan untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Tujuan
Praktikum bertujuan untuk mengenal dan mendeskripsikan berbagai jenis
tanaman obat, komponen biotik dan abiotic pada ekosistem tanaman obat serta
teknik budidaya yang diterapkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Zuhud (2004), tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat
yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan
menjadi: (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu; jenis tumbuhan obat yang
diketahui atau dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional ; (2) Tumbuhan obat modern,
yaitu; jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa
atau

bahan

bioaktif

yang

berkhasiat

obat

dan

penggunaannya

dapat

dipertanggungjawabkan secara medis; (3) Tumbuhan obat potensial, yaitu; jenis


tumbuhan obat yang diduga mengandung senyawa atau bahan aktif yang
berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya
sebagai obat tradisional sulit ditelusuri.
Bagian-bagian yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia
terdiri dari (Widyastuti 2004): (a) Kulit (cortex), yaitu kulit bagian terluar dari
tumbuhan tingkat tinggi yang berkayu; (b) Kayu (lignum), yaitu pemanfaatan
bagian dari batang atau cabang; (c) Daun (folium), yaitu jenis simplisia yang
paling umum digunakan sebagai bahan baku ramuan obat tradisional maupun
minyak atsiri; (d) Bunga (flos), yaitu dapat berupa bunga tunggal atau majemuk,
bagian bunga majemuk serta komponen penyusun bunga; (e) Akar (radix), yaitu
yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari jenis tumbuhan
yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air yang tinggi; (f)
Umbi (bulbus), yaitu produk berupa potongan rajangan umbi lapis, umbi akar,
atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis
tumbuhannya; (g) Rimpang (rhizom), yaitu produk tumbuhan obat berupa
potongan-potongan atau irisan rimpang; (h) Buah (fructus), yaitu simplisia buah
ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan
simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya bila buah
masih dalam keadaan segar; (i) Kulit buah (perikarpium), yaitu simplisia kulit
buah ada yang lunak, keras bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi;
(j). Biji (semen), yaitu diambil dari buah yang telah masak sehingga umumnya

sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam tergantung
dari jenis tumbuhan.
Keragaman jenis tanaman obat mulai dari jenis tanaman dataran rendah
sampai tanaman dataran tinggi menuntut penyesuaian lingkungan untuk kegiatan
budidaya tanaman tersebut. Setiap jenis tanaman obat membutuhkan kondisi
lingkungan tertentu agar dapat tumbuh dan

berkembang dengan optimal.

Lingkungan pertumbuhan yang dimaksud meliputi iklim dan tanah. Beberapa


unsur iklim seperti suhu, curah hujan dan penyinaran matahari secara langsung
berpengaruh bagi

pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman obat membutuhkan

suhu udara yang sesuai agar proses metabolisme dapat berjalan baik, sedangkan
suhu tanah akan mempengaruhi proses perkecambahan benih. Suhu tanah yang
terlalu rendah dapat menghambat proses perkecambahan, sedangkan suhu tanah
yang terlalu tinggi dapat mematikan embrio yang terdapat pada biji.
Tanaman obat-obatan membutuhkan curah hujan yang cukup dengan
distribusi yang merata. Ketersediaan air merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan budidaya tanaman obat. Apabila jumlah curah hujan tidak dapat
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman obat maka harus dilakukan penyiraman
atau pengairan melalui irigasi. Penyinaran matahari juga sangat penting pada
budidaya tanaman obat. Sudut dan arah datangnya sinar matahari, lama
penyinaran dan kualitas sinar merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
fotosintesis pada tanaman obat. Jumlah radiasi matahari yang tidak optimal akan
menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi tanaman obat. Beberapa
jenis tanaman obat membutuhkan pelindung untuk mengurangi jumlah radiasi
matahari yang diterima, tetapi jenis tanaman obat lainnya membutuhkan jumlah
radiasi matahari maksimal untuk berfotosintesis. Unsur-unsur iklim lain seperti
kelembaban, angin dan keawanan juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan
kebutuhkan tanaman obat yang akan dibudidayakan.
Kesuburan tanah tempat bercocok tanam tanaman obat juga merupakan
penentu keberhasilan budidaya tanaman obat tersebut. Kesuburan tanah yang
harus diperhatikan meliputi kesuburan fisik, kimia dan biologi. Tanah sebaiknya
memiliki perbandingan fraksi liat, lempung dan pasir yang seimbang, gembur,

kandungan bahan organik tinggi, aerase dan drainase baik, memiliki kandungan
hara yang tinggi, pH tanah cenderung netral antara 6,0 7,0 (Kartasapoetra 1992).

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu
Praktikum Ekologi Pertanian kegiatan identifikasi komponen ekosistem
tanaman obat dilakukan Hari Rabu, 14 September 2016 Pukul 07.00-10.00 di
Kebun Biofarmaka IPB, Cikabayan Bawah.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum Ekologi Pertanian kegiatan
identifikasi komponen ekosistem tanaman obat adalah alat tulis, buku tulis dan
kamera.
Metode
Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok besar untuk bergantian
mengunjungi empat lokasi, yaitu lokasi kelompok display (kelompok tanaman
yang umum dimanfaatkan masyarakat), lokasi kelompok tanaman tahunan, lokasi
pembibitan (kelompok tanaman di pembibitan) dan lokasi produksi (kelompok
tanaman di lahan produksi). Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis tanaman
obat pada empat lokasi tersebut dan melakukan pengamatan morfologi (keragaan
tanaman) dan lingkungan tumbuh tanaman (biotik dan abiotik). Setelah itu
mahasiswa wajib mencatat dan mendokumentasi tanaman obat yang diamati.

DAFTAR PUSTAKA
Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tananan Obat Tradisional. Cetakan Pertama.
Yogyakarta (ID): MedPress.
Fajiriah S., Darmawan A., Sundowo A., dan Artanti N. 2007. Isolasi senyawa
antioksidan dari ekstrak etil asetat daun benalu Dendrophthoe pentandra L.
Miq yang tumbuh pada inang lobi-lobi. Pusat Penelitian Kimia Lembaga
Ilmu Pengetahun Indonesia. 2(1): 17-20.
Zuhud E.A.M.. 2004. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber keanekaragaman
Plasma Nutfah Tumbuhan Obat, pp. 1-15 dalam Zuhud E.A.M dan
Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas
Kehutanan IPB. Lembaga Alam Tropika Indonesia.
Widyastuti Y.. 2004. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersil. Edisi
Revisi. Surabaya (ID): Airlangga University Press
Kartasapoetra G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasit Obat. Jakarta (ID): Rineka
Cipta

LAMPIRAN
Dokumentasi

Data Iklim
Ketinggian Tempat
Suhu
Curah Hujan

240 mdpl
Berkisar 21,7-31,9C
215,4-682 mm

Anda mungkin juga menyukai