A24130092
A24140013
Muhamad Ramdan
A24140043
Asti Kusriyanti
A24140096
Irsyadul Ibad
A24140142
A24141083
Asisten :
Dosen :
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita,
baik itu yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sebagian
dari tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan obat
tradisional, karena mengandung satu atau beberapa zat aktif yang dapat mengobati
penyakit tertentu. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah digunakan sebagai
tanaman obat, walaupun penggunaannya disebarkan secara turun-temurun
maupun dari mulut ke mulut (Yuniarti 2008). Indonesia kaya akan berbagai
keanekaragaman hayati yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat atau
bahan baku obat (Fajiriah, dkk. 2007). Indonesia dikenal sebagai gudangnya
tanaman obat sehingga mendapat julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis
tanaman obat dimiliki Indonesia.
Semua tumbuhan termasuk tanaman obat membutuhkan berbagai
komponen faktor yang dapat menunjangnya agar tumbuh dengan baik. Faktor
tumbuhnya mencangkup faktor biotik maupun abiotik yang dapat dilihat dari
ekosistem tumbuhnya. Lingkungan
tumbuh
yang
tidak
sesuai
akan
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Zuhud (2004), tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat
yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan
menjadi: (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu; jenis tumbuhan obat yang
diketahui atau dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional ; (2) Tumbuhan obat modern,
yaitu; jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa
atau
bahan
bioaktif
yang
berkhasiat
obat
dan
penggunaannya
dapat
sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam tergantung
dari jenis tumbuhan.
Keragaman jenis tanaman obat mulai dari jenis tanaman dataran rendah
sampai tanaman dataran tinggi menuntut penyesuaian lingkungan untuk kegiatan
budidaya tanaman tersebut. Setiap jenis tanaman obat membutuhkan kondisi
lingkungan tertentu agar dapat tumbuh dan
suhu udara yang sesuai agar proses metabolisme dapat berjalan baik, sedangkan
suhu tanah akan mempengaruhi proses perkecambahan benih. Suhu tanah yang
terlalu rendah dapat menghambat proses perkecambahan, sedangkan suhu tanah
yang terlalu tinggi dapat mematikan embrio yang terdapat pada biji.
Tanaman obat-obatan membutuhkan curah hujan yang cukup dengan
distribusi yang merata. Ketersediaan air merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan budidaya tanaman obat. Apabila jumlah curah hujan tidak dapat
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman obat maka harus dilakukan penyiraman
atau pengairan melalui irigasi. Penyinaran matahari juga sangat penting pada
budidaya tanaman obat. Sudut dan arah datangnya sinar matahari, lama
penyinaran dan kualitas sinar merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
fotosintesis pada tanaman obat. Jumlah radiasi matahari yang tidak optimal akan
menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi tanaman obat. Beberapa
jenis tanaman obat membutuhkan pelindung untuk mengurangi jumlah radiasi
matahari yang diterima, tetapi jenis tanaman obat lainnya membutuhkan jumlah
radiasi matahari maksimal untuk berfotosintesis. Unsur-unsur iklim lain seperti
kelembaban, angin dan keawanan juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan
kebutuhkan tanaman obat yang akan dibudidayakan.
Kesuburan tanah tempat bercocok tanam tanaman obat juga merupakan
penentu keberhasilan budidaya tanaman obat tersebut. Kesuburan tanah yang
harus diperhatikan meliputi kesuburan fisik, kimia dan biologi. Tanah sebaiknya
memiliki perbandingan fraksi liat, lempung dan pasir yang seimbang, gembur,
kandungan bahan organik tinggi, aerase dan drainase baik, memiliki kandungan
hara yang tinggi, pH tanah cenderung netral antara 6,0 7,0 (Kartasapoetra 1992).
DAFTAR PUSTAKA
Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tananan Obat Tradisional. Cetakan Pertama.
Yogyakarta (ID): MedPress.
Fajiriah S., Darmawan A., Sundowo A., dan Artanti N. 2007. Isolasi senyawa
antioksidan dari ekstrak etil asetat daun benalu Dendrophthoe pentandra L.
Miq yang tumbuh pada inang lobi-lobi. Pusat Penelitian Kimia Lembaga
Ilmu Pengetahun Indonesia. 2(1): 17-20.
Zuhud E.A.M.. 2004. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Sumber keanekaragaman
Plasma Nutfah Tumbuhan Obat, pp. 1-15 dalam Zuhud E.A.M dan
Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas
Kehutanan IPB. Lembaga Alam Tropika Indonesia.
Widyastuti Y.. 2004. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersil. Edisi
Revisi. Surabaya (ID): Airlangga University Press
Kartasapoetra G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasit Obat. Jakarta (ID): Rineka
Cipta
LAMPIRAN
Dokumentasi
Data Iklim
Ketinggian Tempat
Suhu
Curah Hujan
240 mdpl
Berkisar 21,7-31,9C
215,4-682 mm