Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN

PEMANFAATAN TANAMAN PINANG UNTUK MENINGKATAN

PEREKONOMIAN

Oleh:
GENO TRI MAGHRIBIE
NIM.1806110497

DOSEN PENGAMPU:
NUR SUHADA, S.Hut., M.Si

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
hidayah dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Ekonomi
Sumber Daya Hutan dengan judul “Pemanfaatan Tanaman Pinang Untuk
Meningkatan Perekonomian”
Hal ini saya lakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Sumber
Daya Hutan. Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Ini disebabkan atas keterbatasan pengetahuan saya. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah yang karenanya saya mendapatkan ilmu pengetahuan yang
membantu saya dalam pembuatan makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya sendiri.

Pekanbaru, Oktober 2019

Geno Tri Maghribie

i
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan di Indonesia
memiliki berbagai keanekaragaman hayati baik itu tumbuhan maupun hewan.
Keanekaragaman tumbuhan di hutan Indonesia memiliki hasil hutan kayu maupun
hasil hutan bukan kayu yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar hutan.
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/ 2007
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah
hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya
kecuali kayu yang berasal dari hutan. Hasil hutan bukan kayu (HHBK)
dikelompokkan menjadi kelompok hasil tumbuhan dan tanaman (kelompok resin,
kelompok minyak atsiri, kelompok minyak lemak, pati dan buah-buahan, kelompok
tannin, bahan pewarna dan getah, kelompok tanaman hias dan tumbuhan obat,
kelompok palma dan bambu, alkaloid, kelompok lainnya) dan kelompok hasil hewan
(hewan buru, hewan hasil penangkaran, hasil hewan).
Tanaman pinang merupakan tumbuhan famili Arecaceae atau palem-paleman
yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian Timur. Pinang memiliki nama
ilmiah Arecha catech L, pinang berbatang tegak lurus dan dapat mencapai tinggi
hingga 25 m. Pinang berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa
hidup 25-30 tahun. Ada beberapa jenis pinang diantaranya pinang kuning (areca
catechu var alba), pinang seribu (areca macrocalyx zipp. Ex blumme), pinang kelapa
(actionorhytis calappariawendl), dan pinang merah (areca vestiaria). (Yuliana, 2018)
Tanaman pinang (Areca catechu L) merupakan salah satu hasil hutan bukan
kayu yang sering digunakan oleh mayarakat, khususnya masyarakat pedalaman yang
memiliki kebiasaan mengunyah pinang bersama-sama dengan daun sirih dan kapur.
Tanaman pinang merupakan tanaman yang memiliki sangat banyak manfaat.
Tanaman pinang dapat dijadikan sebagai tanaman hias, daunnya dapat digunakan
untuk mengobati gangguan radang tenggorokan, pelepahnya dapat digunakan sebagai
bahan baku pembungkus makanan, batangnya dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, sabutnya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kuas gambar
atau kuas alis mata, bijinya dapat digunakan untuk bahan makanan dan bahan baku
industri. Di Indonesia tanaman pinang banyak terdapat di pulau Sumatera,
Kalimantan , Sulawesi dan Nusa Tenggara.

I.2 Rumusan Masalah


 Apa manfaat dan khasiat dari tanaman pinang?
 Bagaimana cara pengembangan produksi pinang?
 Bagaimana cara meningkatkan perekonomian melalui tanaman pinang?

2
II. PEMBAHASAN

Saat ini pemanfaatan pinang hanya terdapat pada kegiatan menyirih dengan
bahan campuran sirih, kapur dan ada juga yang mencampurnya dengan tembakau.
Hal ini tentu sangat disayangkan karena tanaman pinang memiliki manfaat dan
khasiat yang sangat beragam. Berikut adalah manfaat dan khasiat tanaman pinang
menurut Barlina (2007):
Pinang sebagai kebutuhan pokok, sumber energi dan untuk upacara adat
Pinang menjadi kebutuhan pokok mengalahkan nasi ataupun sagu. Buah
pinang selain member kenikmatan tersendiri, juga dimanfaatkan dalam upacara adat.
Di NTT, pinang menjadi simbol perdamaian. Selain itu pinang juga digunakan untuk
menjamu tamu.
Pinang sebagai pengganti rokok, mengatur pencernaan dan mencegah ngantuk
Buah yang dikonsumsi seperti permen karet ini berdasarkan penelitian para
ahli sangat bagus bagi pencernaan manusia. Fungsinya sangat vital sekali ketika
mengatur organ-organ metabolisme tubuh.
Pinang sebagai bahan kosmetik dan pelangsing
Di Indonesia, biji pinang sudah dimanfaatkan sebagai salah satu bagian dalam
melakukan formulasi dari salah satu produk kosmetik, yang berfungsi sebagai peeling
atau menghilangkan sel-sel kulit yang mati. Selain itu biji pinang juga dapat berfungsi
sebagai pelangsing.
Pinang sebagai bahan baku obat
Sebagai bahan baku obat, biji pinang dapat mengobati cacingan , perut
kembung akibat gangguan pencernaan, bengkak karena retensi cairan (edema), rasa
penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri,
malaria dan memperkecil pupil mata (miosis) pada glaukoma.
Pinang sebagai antidepresi
Para ahli telah melakukan penelitian terhadap biji pinang dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji pinang mempunyai aktivitas antidepresi (obat
stres). Dari hasil penelitian, terungkap bahwa ekstrak pinang bekerja menghambat
enzim monoamin oksidase (MAO) pada otak tikus. MAO adalah enzim yang
menekan aktivitas neotransmiter, norepineprin dan serotonin.

Saat ini biji pinang sudah menjadi komoditi perdagangan. Ekspor dari
Indonesia diarahkan ke negara-negara Asia Selatan seperti Pakistan, Thailand, India,
Singapura, Myanmar, Nepal, Vietnam, Sri Lanka, Bangladesh, dan Malaysia. Biji
pinang yang diperdagangkan terutama adalah yang telah dikeringkan, dalam keadaan
utuh (bulat) atau dibelah. Di Negara-negara importir tersebut biji pinang diolah
menjadi semacam permen sebagai makanan kecil. Di beberapa negara Eropa seperti
Inggris pinang dibutuhkan guna memenuhi permintaan masyarakat Asia Selatan yang
tinggal di negara tersebut. Di Jerman, Belgia, Belanda, Korea Selatan, dan China
digunakan untuk bahan baku farmasi. Berdasarkan data-data yang ada pinang asal
Indonesia sangat diminati atau dengan kata lain 80% kebutuhan dunia akan pinang
dipenuhi dari Indonesia. Dengan demikian ekspor pinang merupakan suatu peluang
usaha yang sangat menjanjikan karena permintaan yang sangat tinggi disertai dengan
berlimpahnya bahan baku yang ada. (Yudha, 2017). Karena besarnya kebutuhan
untuk pinang, maka sangat diperlukan peningkatan terhadap produksi pinang. Strategi
pengembangan pinang menurut Maru’ao (2013) adalah sebagai berikut:
 Penguatan Kelembagaan
Dengan adanya kelembagaan yang dapat menangani masalah seperti adanya
koperasi desa sehingga lebih terfokus terhadap pengembangan tanaman .
 Peningkatan Budidaya Pinang
Semua bagian tanaman atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan
memiliki nilai ekonomi. Meningkatkan mutu tanaman pinang ini, petani harus
melakukan pembibitan pinang untuk mendapatan bibit unggul
 Pembinaan Terhadap Petani
Pembinaan terhadap petani pinang juga sangat dibutuhkan agar dapat
mengembangkan usaha pengolahan atau pemanfaatan tanaman. Pembinaan
terhadap petani ini dapat berwujud : penyuluhan dan pendidikan

4
Biji pinang memiliki potensi yang sangat beragam tetapi disisi lain konsumen
biji pinang masih terbatas, hanya pada orang-orang tertentu. Sehingga beragam
manfaat dan khasiat yang dikandung biji pinang tidak dinikmati oleh sebagian besar
rakyat Indonesia, apalagi sebagian besar produksi buah pinang hanya diekspor. Oleh
karena itu diperlukan suatu terobosan dalam pola makan pinang, salah satunya biji
pinang diproses atau diformulasi dengan bahan pangan lain menjadi produk makanan
yang lazim dikonsumsi atau juga digunakan sebagai bahan pengawet. Berikut peluang
pemanfaatan biji pinang dalam pengolahan produk pangan menurut Barlina (2007):
Makanan Ringan
Di Indonesia mengkonsumsi makanan ringan telah menjadi gaya hidup
tersendiri, terutama pada masyarakat perkotaan. Hal ini terlihat dengan semakin
banyaknya jenis makanan ringan yang beredar di pasar tradisional dan pasar swalayan
dengan bahan baku yang digunakan bermacam-macam. Konsumen makanan ringan
tidak mengenal batas usia, dari kalangan balita, anak-anak, remaja sampai dewasa.
Oleh karena itu sangatlah tepat apabila biji pinang dapat diolah menjadi tepung
kemudian diformulasi dengan komponen bahan pangan lain, seperti tepung umbi-
umbian, kacang-kacangan atau juga tepung jagung yang diproses menjadi makanan
ringan. Sehingga semua lapisan konsumen dapat menikmati manfaat/khasiat dari biji
pinang. Akan tetapi dalam melakukan formulasi, diperlukan perhitungan untuk
menentukan takaran yang sesuai, sehingga konsumen tidak akan mengalami efek
samping.
Permen
Permen merupakan produk pangan yang sangat digemari semua kalangan.
Jika sebagian orang sudah ada yang mengkonsumsi biji pinang layaknya seperti
mengkonsumsi permen, namun bagi sebagian besar masyarakat mungkin masih sulit
untuk melakukannya. Sehingga diperlukan inovasi dalam mengolah biji pinang
menjadi permen yang lazim dikonsumsi. Mengingat bahwa tanaman pinang ada yang
menanam di antara tanaman kelapa, maka akan menjadi harmonis jika memanfaatkan
daging buah kelapa untuk diperas santannya dan diformulasi dengan tepung biji
pinang, sehingga menghasilkan produk baru yaitu ”permen kelapa pinang”

5
Bahan Pengawet Pangan
Sabut kelapa dapat mengawetkan nira aren karena mengandung tanin 3.12%.
Senyawa tanin dapat mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba
menjadi tidak aktif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sabut
kelapa segar sebanyak 50 g dapat mempertahankan mutu nira sampai 3 jam setelah
disadap dengan kualitas nira baik dan keasamannya netral (pH 6.32). Mengingat
bahwa kandungan tanin pada biji pinang cukup tinggi, maka biji pinang juga dapat
berperan sebagai bahan pengawet. Namun diperlukan pengujian takaran (konsentrasi)
yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan pengawet.
Bahan Baku Kopi
Sebagian konsumen di China, menganggap bahwa mengkonsumsi biji pinang
dapat juga mencegah rasa kantuk, maka hal ini dapat menjadi suatu inspirasi untuk
mengolah biji pinang menjadi tepung lalu diformulasi dengan tepung biji kopi,
sehingga dapat menghasilkan formula baru, yaitu kopi-pinang. Akan tetapi perlu diuji
coba untuk menentukan formulasi yang tepat kemudian dilakukan beberapa
pengujian, antara lain sifat fisik, kimia dan organoleptik, sehingga dapat diperoleh
formula yang tepat.

6
III. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan untuk makalah ini adalah pinang merupakan hasil hutan
bukan kayu dari famili Arecaceae yang memiliki beragam manfaat. Namun manfaat
dari pinang itu sendiri belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat dan
sebagian besar produksi pinang pun hanya diekspor. Untuk itu perlu adanya inovasi-
inovasi baru dalam pengelolaan pinang agar dapat dirasakan oleh khalayak manfaat
dari pinang itu sendiri dan dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.

5.2 Saran
Adapun sarannya adalah untuk membantu meningkatkan perekonomian
masyarakat tersebut perlu adanya pengujian lebih lanjut terhadap pemanfaatan biji
pinang
DAFTAR PUSTAKA

Barlina, Rindengan. 2007. Peluang Pemanfaatan Buah Pinang untuk Pangan.


Buletin Palma, edisi Desember, hal. 96.
Maru’aom, PK. 2013. Strategi Pemasaran Pinang (Areca Catechu L.) Studi Kasus
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Medan: Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/ 2007 Tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu. Jakarta: Balai Pustaka.
Yudha, AP. 2017. Peluang Ekspor Gambir dan Biji Pinang. Warta Ekspor, edisi Mei,
hal. 6.
Yuliana. 2018. Pinang dalam Kehidupan Orang Papua di Kota Jayapura. Makassar:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai