Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyuluhan dalam arti umum merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari
sistem dan proses perubahan pada individu dan masyarakat agar dengan terwujudnya
perubahan tersebut dapat tercapai apa yang diharapkan sesuai dengan pola atau
rencananya. Penyuluhan dengan demikian merupakan suatu sistem pendidikan yang
bersifat non formal atau suatu sistem pendidikan diluar sistem persekolahan yang biasa,
dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang
itu tetap mengerjakannya sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri (Kartasapoetra,
1991).
Penyuluhan kehutanan merupakan bagian penting dalam pembangunan kehutanan,
sehingga diharapkan mampu menjadi jembatan antara program pemerintah dengan
masyarakat sasaran. Untuk itu diperlukan Penyuluh Kehutanan yang handal sebagai
fasilitator, advisor maupun motivator dalam pelaksanaannya.
Hasil hutan bukan kayu merupakan produk selain kayu yang dihasilkan dari
bagian pohon atau benda biologi lain yang diperoleh dari hutan, berupa barang (good
product) maupun jasa (services product) dan konservasi. Produk berupa barang seperti
produk minyak-minyakan, getah, rotan, bambu, penyamak, lak, madu, obat-obatan,
sedangkan jenis jasa dan konservasi meliputi pariwisata dan jasa ekologis.
Jambu mete (Annacardium occidentale L.) merupakan tanaman yang serba guna.
disamping sebagai sumber pendapatan masyarakat, juga sangat cocok digunakan dalam
konservasi lahan keritis dan gersang, sehingga tanaman jambu mente ini banyak
didapatkan di daerah kering dan di kawasan bekas tambang (Anonim, 2005).
Tanaman jambu mete sangat prospektif untuk di kembangkan di Indonesia, karena
memiliki daya adaptasi yang sangat luas terhadap faktor lingkungan. Tanaman jambu
meete tahan terhadap kekeringan dan dapat tumbuh serta menghasilkan buah walaupun
ditanam di daerah yang kering dan tandus (gersang).
Tanaman ini sudah cukup lama dikenal di Indonesia, tetapi tanaman ini belum di
budidayakan secara intensif. Padahal hasil utama tanaman ini, yaitu kacang mete yang
merupakan salah satu jenis makanan ringan yang banyak digemari serta merupakan rasa
penyedap rasa produk-produk, seperti es krim dan coklat batangan. buah semunya pun
dapat dimanfaatkan sebagai bahan olahan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi jambu mete?
2. Apa manfaat biji jambu mete?
3. Bagaiman cara pengelolaan biji jambu mete?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi jambu mete
2. Mengetahui manfaat biji jambu mete
3. Mengetahui cara pengelolaan biji jambu mete
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluhan
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari
system dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud
perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana.L, 2005).
Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang
dewasa. Dalam bukunya (A.W. van den Ban dkk, 1999) dituliskan bahwa penyuluhan
merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat
keputusan yang benar.
Menurut Sapoetro (1992), Kunci pentingnya penyuluhan di dalam proses
pembangunan didasari oleh kenyataan bahwa pelaksana utama pembangunan adalah
masyarakat kecil yang umumnya termasuk golongan ekonomi lemah, baik lemah dalam
permodalan, pengetahuan, dan keterampilannya, maupun lemah dalam hal peralatan dan
teknologi yang diterapkan. Disamping itu, mereka juga seringkali lemah dalam hal
semangatnya untuk maju dalam mencapai kehidupan yang lebih baik.

2.2 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)


Hasil hutan non-kayu adalah bahan-bahan atau komoditas yang didapatkan dari
hutan tanpa harus menebang pohon. Mencakup hewan buruan, rambut hewan, kacang-
kacangan, biji, buah beri, jamur, minyak, daun, rempah-rempah, rempah daun, gambut,
ranting untuk kayu bakar, pakanhewan ternak dan madu. Selain itu, tumbuhan paku, kayu
manis, lumut, karet, resin, getah, dan ginseng juga masuk ke dalam kategori hasil hutan
non-kayu (Kurniawati N.Y, 2009).
Hasil hutan non-kayu dihargai tinggi oleh masyarakat yang tinggal di sekitar
hutan dan seringkali merupakan sumber mata pencaharian mereka.Hasil hutan non-kayu
juga banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil hutan non-kayu dipandang
sebagai cara alternatif dalam menggerakkan perekonomian kehutanan selain dengan
melakukan penebangan kayu. Hasil hutan non-kayu juga mampu menghasilkan diversitas
perekonomian suatu wilayah.
2.3 Jambu Mete
Menurut Baker (2009), jambu mete (Anacardium occidentale L) termasuk
tumbuhan yang berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji belah. Nama yang
tepat untuk mengklasifikasikan tumbuhan ini adalah tumbuhan yang berdaun lembaga
dua atau disebut juga dikotil. Jambu mete mempunyai batang pohon yang tidak rata dan
berwarna coklat tua. Daunnya bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur)
dengan tepian berlekuk-lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya
berwarna putih. Bagian buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair, dan berwarna
kuning kemerah-merahan biasa disebut buah semu. Bagian itu bukan buah sebenarnya,
tetapi merupakan tangkai buah yang membesar. Buah jambu mete yang sebenarnya biasa
disebut mete (mente), yaitu buah batu yang berbentuk ginjal dengan bijinya yang
berkeping dua dan terbungkus oleh kulit keras yang mengandung getah.
Kacang mete merupakan buah dari tanaman jambu monyet yang menjadi produk
yang paling penting dari pohon jambu monyet itu sendiri. Kacang mete biasanya
dikonsumsi utuh, dipanggang, dikupas, dan diberi garam (Alasavar dan Shahidi, 2009).
Kacang mete biasanya diolah dengan cara digoreng secara deep frying. Selain itu, kacang
mete juga dapat digunakan sebagai penyedap rasa pada berbagai makanan seperti es krim,
cokelat batangan, serta aneka kue (Astawan, 2009).

2.4 Biji Jambu Mete


Biji jambu mete merupakan biji dari tanaman jambu monyet yang menjadi

produk yang paling penting dari pohon jambu mete itu sendiri. Biji mete biasanya

dikonsumsi utuh, dipanggang, dikupas, dan diberi garam (Alasavar dan Shahidi, 2009).

Biji mete biasanya diolah dengan cara digoreng secara deep frying. Selain itu, biji mete

juga dapat digunakan sebagai penyedap rasa pada berbagai makanan seperti es krim,

cokelat batangan, serta aneka kue (Astawan, 2009).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum Komunikasi dan Penyuluhan Kehutanan ini dilaksanakan


pada hari Kamis tanggal 18 April 2019. Bertempat di Fakultas Pertanian, Program Studi
Kehutanan, Universitas Nusa Cendana, Kupang.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum komunikasi dan penyuluhan
kehutanan adalah:

1. Proyektor

2. Alat tulis Menulis

3.3 Cara Kerja


Memaparkan materi penyuluhan kepada dosen pengasuh mata kuliah komunikasi
dan penyuluhan kehutan dan mahasiswa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengelolaan Biji Jambu Mete


A. Pegeringan dan Pemilihan Biji Mete
Untuk mengurangi kadar air maka biji mete dijemur untuk menurunkan kadar
air. Tujuannya adalah untuk memudah pengolahan pada saat pengacipan biji mete
gelondongan. Biji mete dengan kadar air yang tinggi menyebabkan hasil olahan
banyak yang tidak utuh dan kacang mete olahan tercemari minyak kulit mete yang
mengganggu tenggorokan. Pada proses penjemuran hanya menggunakan sinar
matahari. Biji mete gelondongan dijemur dipanas terik selama kira-kira dua hari dan
diperkirakan kadar air 8-6%.
Setelah dijemur dua hari biji mete bisa dioleh setelah didingikan selama
beberapa menit. Biji mete tidak bisa dikeringkan melebihi batas yang ditentunakan
antara 8-6% karena biji mete yang terlalu kering akan menyebabkan mete akan mudah
patah pada saat pengacipan sehingga banyak hasil olahan yang tidak utuh.
Pemilihan biji mete untuk memisahkan biji mete yang bermutu dapat dilakukan
sebelum atau sesudah penjemuran. Biji mete yang berkecambah dipisahkan dengan
kacang mete yang sehat. Setelah dipisahkan kacang mete dapa diolah atau dilakukan
pengacipan. Setalah pengacipan biji mete, akan menghasilkan kacang mete.

B. Pengacipan
Sebelum pengacipan, alat-alat yang dibutuhkan seperti alat kacip, sarung tangan,
karung, wadah untuk penyimpan olahan dan penyungkil. Kacip berfungsi untuk
membelah biji mete. Sarung tangan digunakan agar tidak terkena getah kulit mete
yang berbahaya untuk kulit. Karung berfungsi sebagai pengalas pada saat mengacip
biji mete dan menampung kulit mete. Wadah penyimpan olahan untuk menyimpan
hasil olahan. Penyungkil berfungsi untuk memisahkan mete yang masih melekat
dengan kulit mete.
Letakan alat kacip pada permukaan yang rata agar kacip tidak bergerak pada saat
pengacipan berlangsung. Siapkan biji mete dan penyungkil di atas kacip. Seteleh
semua alat dapat digunakan maka pengacipan dapat dilakukan.
● Letakan biji mete pada mata keacip bagian bawah lekukan biji mete gelondongan
menghadap keatas pada mata kacip bagian atas.
● Mata kacip atas diturunkan dengan menggunakan tangan kanan sementara tangan
kiri tetap memegang material kacang mete.
● Kacip bagian atas ditekan kebawah sampai mengeluarkan bunyi. Kacip yang
ditekan tidak boleh sampai membelah dua biji mete gelondongan.
● Mata kacip di gerakan kekanan untuk memisahkan mete dengan kulit apabila
mete dan kulit belum terpisah maka kita menggunakan penyungkil untuk
memisahkannya.

C. Pengupasan Kulit Ari


Sebelum pengupasan kulit ari kacang mete harus dijemur dipanas matahari sekitar
2-3 jam untuk mempermudah proses pengupasan kulit ari.

D. Pengeringan Hasil olahan dan Penyortiran Kacang


Kacang mete yang telah dikupas arinya di keringkan kembali untuk meningkatkan
ketahanan dalam penyimpanan. Semakin kering kacang mete maka semakin lama
bertahan dari kerusakan. Untuk mengeringkan, kacang mete diletakkan dipanas
matahari selama 4-5 jam. Setelah kering kacang mete disortir, dipisahkan kacang mete
yang berwarna kehitaman karena kecambah, kacang mete yang tidak utuh dan utuh.
Setelah dipisahkan kacang mete disimpan dalam wadah plastik dan menutup dengan
rapat wadah tersebut.

E. Pengemasan
Pengemasan memiliki peran besar dalam memper tahankan mutu produk. Tanpa
pengemasan yang baik, produk akan mudah rusak, akibat pengaruh sinar matahari,
kelembaban udara dan kerusakan mekanik (luka, pecah dan patah).  Pengemasan tidak
dapat meningkatkan / memperbaiki mutu tetapi dapat mempertahankan / melindungi
mutu produk kemasan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Jambu mete merupakan komoditas yang tak kalah pentingnya dibanding dengan
tanaman tahunan lainnya dan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia,
karena hasil tanaman tersebut dapat dimanfaatkan baik untuk pemenuhan kebutuhan
dalam negeri juga sumber devisa negara. Disamping itu juga dapat menyerap tenaga kerja
untuk mendorong pertumbuhan pada sentra-sentra ekonomi baru di wilayah
pengembangan.
Penyuluhan kehutanan memiliki peran yang tinggi dalam membantu cara
pengelolaan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) biji jambu mente.
Memeperkenalkan pemanfaatan biji jambu mete dalam produk berupa makanan yaitu
kacang mete.

Anda mungkin juga menyukai