Anda di halaman 1dari 8

BIOLOGI KELAUTAN

MINI RISET

PEMANFAATAN NIPAH (Nypa fruticans Wurmb) sebagai SUMBER


PANGAN IKAN dari HUTAN MANGROVE BATU BARA
Diusulkan oleh:

ADEK SARTIKA 4161220001


AHMAD NAWAWI 4161220003
BELLA SAFIRAH 4163220005
DEVI WIDYA SARI 4161220005
DWI YULIA UTAMI 4161220007

BIOLOGI A 2016
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nipah merupakan sumber pangan dan energi, namun belum banyak


dipublikasi mengenai potensi maupun pemanfaatannya. Padahal hampir di
sebagian besar sungai yang masih terpengaruh oleh pasangnya air laut banyak
dijumpai tumbuhan nipah dengan populasi yang sangat besar. Dilaporkan bahwa
pemanfaatan nipah secara tradisional oleh masyarakat di Batu Ampar, Pontianak,
untuk menghasilkan gula dan garam selain jajanan yang dibuat dari buah
(endosperma) nipah (Santoso et al., 2005). Gula nipah diperoleh melalui
pengolahan nira (cairan manis yang diperoleh dari tandan bunga sebelum mekar),
sedangkan garam nipah diperoleh dari daging pelepah yang tua.
Penganekaragaman pangan dari sumber daya hutan merupakan salah satu solusi
kebutuhan pangan, khususnya karbohidrat dan protein. Hal ini sesuai dengan
kesepakatan bersama seluruh Gubernur dalam Konferensi Dewan Ketahanan
Pangan pada 12-13 Nopember 2008 untuk mengembangkan dan mempercepat
penganekaragaman pangan serta meningkatkan citra pangan lokal dimasing-
masing daerah (Dewan Ketahanan Pangan, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Mengetahui habitat hdan potensi nipah Nypa fruticans sebagai sumber
pangan yang mencakup jumlah pohon dan produksi karbohidrat yang
terkandung di dalamnya di Batu Bara.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui habitat hdan potensi nipah Nypa fruticans sebagai


sumber pangan yang mencakup jumlah pohon dan produksi karbohidrat yang
terkandung di dalamnya di Batu Bara.
1.4 Manfaat Penelitian

Untuk menambah wawasan masyarakat sekitar tentang


pemanfaatan nipah Nypa fruticans sebagai pakan ikan di Batu Bara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Hutan Mangrove


Hutan mangrove merupakan salah satu contoh dari berbagai
ekosistem hutan di Indonesia yang sangat berpotensi untuk digali sebagai
sumber pangan dalam mendukung ketahanan pangan. Telah banyak
dilaporkan bahwa masyarakat disekitar hutan mangrove mengolah pangan
yang bahan bakunya dibuat dari buah mangrove. Dilaporkan pula oleh
Santoso et al. (2005), kegiatan Lomba Masak Makanan Berbahan Baku
Mangrove oleh masyarakat Kecamatan Muara Gembong, Bekasi, telah
dihasilkan 39 jenis makanan dari api-api (Avicennia marina), dan biarayo
(Avicennia officinalis), sembilan jajanan dari pidada (Sonneratia
caseolaris), dan satu jajanan dari warakas (Acrostichum aureum).
Masyarakat Bangunharjo, Balikpapan, juga telah mengadakan lomba
masak berbahan baku buah mangrove. Manfaat lain dari berbagai jenis
mangrove sebagai sumber pangan dan obat-obatan yang telah
dimanfaatkan oleh masyarakat dilaporkan pula oleh Kusmana et al.
(2008).
1.2. Nipah (Nypa fruticans)
Nipah (Nypa spp) merupakan jenis Palma yang tumbuh pada hutan
mangrove. Hutan Nipah biasanya tumbuh membentuk rumpun (koloni)
yang dapat menjadi penyangga ekosistem sekitar. Hutan nipah kadangkala
terlihat bercampur dengan jenisjenis mangrove yang merupakan suatu
ekosistem peralihan antara darat dan laut. Tidak seperti bakau, nipah
kurang toleran terhadap air asin dan biasanya tumbuh di mana terdapat
lebih banyak air tawar atau air payau. Karena itu nipah dapat sebagai
penyangga erosi karena pasang surut air laut atau aliran sungai, juga
sebagai tempat berkembang biak beberapa biota laut. Tumbuhan ini
biasanya terdapat di sepanjang tepi sungai berair payau dan di daerah
rawa. Di beberapa negara seperti Malaysia , Singapura dan Filipina, nipah
ini telah lama dimanfaatkan sebagai gula, cuka dan alkohol. Nipah
mempunyai potensi baik sebagai sumber pemanis, produksi alkohol dan
cuka.
Gula yang dihasilkan biasanya dalam bentuk sukrosa dengan
kadar antara15 – 20 %. Bentuk gula yang dihasilkan adalah dalam bentuk
cairan, maka tidak ada masalah dengan residu atau ampas sebagaimana
pada tebu. Nipah juga meupakan jenis yang cepat tumbuh walaupun pada
kemampuan lahan yang tidak cocok untuk jenis-jenis tanaman lain.
Manfaat lain dari nipah adalah daunnya yang telah tua bisa dibuat atap
rumah. Sedangkan daun muda dibuat dinding rumah yang dikenal dengan
nama kajang, juga dianyam untuk tikar dan tas, bahkan dipakai untuk
klobot pembungkus rokok. Lidinya pun bisa dibuat sapu atau anyam-
anyaman dan tali. Selain itu pelepah daun nipah mengandung selulosa
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp atau bubur
kertas.
Buah mudanya yang disebut tembatuk dapat dijadikan kolang
kaling. Buah yang tua bisa ditumbuk untuk dijadikan tepung roti. Di
daerah Kalimantan arang dari akar nipah ini digunakan untuk obat sakit
gigi dan sakit kepala. Nipah juga digunakan sebagai obat penyembuh luka.
Telah ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa ekstrak nipah
menyebabkan percepatan pemulihan hati yang rusak dengan mekanisme
anti inflamasi yang belum diketahui. Sebagian besar dari luas wilayah atau
93,31% daerah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah dataran
rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut
(peat), daerah hutan payau (mangrove) dan terdiri atas vegetasi
diantaranya nipah. Sebaran nipah (Nypah fruticans) di Indragiri Hilir
merupakan bentuk alami yang belum dimanfaatkan dalam skala besar,
sehingga kondisi populasi hutan nipah masih belum mengalami banyak
gangguan (BPS Inhil, 2004). Melihat manfaat nipah maka ke depan tidak
tertutup kemungkinan pengelolaannya dilakukan dalam skala industri
sehingga diperlukan kajian pengembangannya ke depan. Pemanfaatan oleh
masyarakat masih terbatas oleh penduduk yang bermukim disekitar pantai
untuk keperluan hidup sehari – hari.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan november 2019 di Batu Bara,


Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Metode
Inventarisasi potensi nipah Penelitian dilakukan menggunakan
teknik penarikan contoh (sampling) bertingkat dengan peletakan/pemilihan
satuan contoh tingkat pertama secara terarah dan satuan contoh tingkat
kedua secara sistematik (Bustomi et al., 2006). Satuan contoh berbentuk
bujur sangkar berukuran 10 m x 10 m, jarak antarplot 25 m dengan diulang
lima ulangan yang tersebar pada habitat nipah. Dalam petak tersebut
diamati jumlah pohon, jumlah bonggol buah per pohon, jumlah pohon
yang berbuah, dan jumlah buah per bonggol.

Daging buah

Pengamatan terhadap produktivitas daging buah bersamaan dengan


inventarisasi potensi nipah. Di dalam setiap petak 10 m x 10 m diambil
satu buah bonggol nipah, kemudian dipisahkan dari bonggol, sehingga
dapat diketahui jumlah buah per bonggol. Buah dibelah untuk dipisahkan
daging buahnya. Daging buah kemudian ditimbang untuk mengetahui per
bonggol pada setiap petak.

Karbohidrat

Pengamatan terhadap produktivitas nipah dilakukan pada


kelompok masyarakat yang secara tradisional memproduksinya.
Pengamatan dilakukan pula terhadap pelaku pengolahan buah nipah yang
sudah tua untuk dijadikan tepung. Terhadap tepung yang dihasilkan
kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui produktivitas
karbohidrat.

Kandungan nutrisi Terhadap semua produk (buah dan tepung


nipah) dilakukan analisis kandungan nutrisi dan gizinya di laboratorium
UNIMED. Metode uji analisis kandungan dan macam nutrisi (gizi) dari
spesimen mengikuti prosedur analisis untuk bahan makanan dan pertanian
(Sudarmadji et al., 1984). Analisis nutrisi bahan pangan dilakukan di
Laboratorium Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3.4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil inventarisasi digunakan untuk
menduga kerapatan pohon, jumlah bonggol, dan buah per bonggol per
satuan luas (ha).
Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2004. Indragiri Hilir Dalam Angka.

Bustomi, S., D. Wahjono, dan N.M. Heriyanto. 2006. Klasifikasi potensi tegakan

hutan alam berdasarkan citra satelit di kelompok hutan Sungai


BomberaiSungai Besiri di Kabupaten Fakfak, Papua. J. Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam III(4):437458.

Dewan Ketahanan Pangan. 2008. Konferensi Dewan Ketahanan Pangan. Set

DKP, Jakarta.

Kusmana, C., Istomo, C. Wibowo, S.W. Budi, I.Z. Siregar, T. Tiryana, and S.

Sukardjo. 2008. Manual of Mangrove Silviculture in Indonesia. Ministry


of Foresstry and KOICA, Jakarta

Santoso, N., B.C. Nurcahya, A.F. Siregar, dan I. Farida. 2005. Resep makanan

berbahan baku mangrove dan pemanfaatan nipah. LPP Mangrove, Bogor

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1984. Prosedur analisis bahan makanan

dan pertanian. Liberty, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai