Anda di halaman 1dari 15

BAB V.

PEMANFAATAN MANGROVE

Tujuan Umum
Peserta course mampu memahami tentang teknik konservasi
mangrove, mulai dari identifikasi jenis mangrove, pembibitan,
penanaman dan pemeliharaan serta pemanfaatan mangrove

Capaian Pembelajaran
Peserta course mampu menghasilkan produk hasil Pemanfaatan
Mangrove

Pokok Bahasan
Bioprospeksi Mangrove dan
Teknik Eksplorasi sumberdaya Pesisir

Deskripsi Singkat
Dalam pertemuan ini, mahasiswa akan mempelajari jenis-jenis
mangrove sebagai sumber pangan, kandungan nutrisi mangrove,
keungguan mangrove dan membahas produk-produk serta inovasi
hasil olahan mangrove

I. Bahan Bacaan
1. Priyono, A., Ilminingtyas, D., Mohson, Yuliani, L. S., & Hakim, T. L. (2010).
Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove. KeSEMat.
2. Wibawanti, J. M. W, Mulyani, S., Legowo, A. M., Hartanto, R., Al-Baarri, A. N.,
& Pramono, Y. B. (2021). Characteristics of inulin from mangrove apple
(Soneratia caseolaris) with different extraction temperatures. Food Research,
5(4), 99–106.
3. Wibawanti, J. M. W., Fadhiliya, L., Pamungkas, S., & Mudawaroch, R. E.
(2018). Produksi Pangan Fungsional Alternatif Olahan Mangrove di Kabupaten
Purworejo. Community Empowerment, 3(1), 27–33.
https://doi.org/10.31603/ce.v3i1.2450.

II. Bacaan Tambahan


1. Santoso, N., Nurcahya, B. C., Siregar, A. F., & Farida, I. (2005). Resep Makanan
Berbahan Baku Mangrove. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove.
A. Pendahuluan
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam sumber pangan yang melimpah,
termasuk tumbuhan mangrove. Mangrove merupakan tanaman pesesir yang memiliki
banyak manfaat baik secara ekologi maupun ekonomi. Mangrove dapat memberikan
keuntungan bagi masyarakat, sehingga kita perlu menjaga kelestarian agar ekosistem
mangrove dapat memiliki fungsi secara berkelanjutan dan perlu dikelola secara
berkesinambungan.
Potensi mangrove sebagai alternatif pangan sangat potensial untuk dikembangkan
di Indonesia mengingat banyaknya jenis-jenis mangrove yang beraneka ragam jenisnya
dengan berbagai kandungan nutrisi yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia.
Keanekaragaman jenis mangrove ini dapat diolah menjadi berbagai jenis pangan baik
berupa makanan maupun minuman. Produk olahan mangrove perlu diolah dengan
stardar mutu yang baik sehingga prospek ke depan dapat manghasilkan diversifikasi
pangan produk pangan yang berkualitas dan memiliki nilai jual secara komersil.

B. Uraian Materi
1. Potensi dan Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis Mangrove Sebagai Sumber
Pangan
Tumbuhan mangrove memiliki berbagai fungsi, selain sebagai pencegah abrasi
pesisir maupun pantai, sekarang ini buah mangrove mulai dilirik untuk diolah menjadi
sumber pangan alternatif berbasis sumber daya lokal yang memiliki manfaat bagi tubuh.
Jenis mangrove yang dapat diolah diantaranya Sonneratia caseolaris (apel mangrove,
pedada), Nypa fruticans (nipah) dan Acanthus ilicifolius (jeruju) (Wibawanti et al.,
2018). Buah mangrove tersebut mengandung berbagai vitamin dan komponen nutrisi
lain yang dapat menunjang kesehatan. Tumbuhan mangrove mempunyai senyawa
bioaktif yang berpotensi sebagai bahan antibakterial (Manilal et al., 2009). Jenis
mangrove yang dapat diolah lainnya antara lain: api-api (Avicennia spp.), bakau
(Rhizophora sp.) dan warakas (Acrostichum aureum).
1.1. Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)
Spesies Bruguiera gymnorrhiza merupakan mangrove yang berbuah
sepanjang tahun. Tanaman ini mempunyai produktifitas berbuah setelah 2 tahun dan
mampu bertahan selama 35 tahun. Memiliki nama lokal berbeda di masing-masing
daerah, pada daerah Jawa dan Bali disebut lindur, mangi-mangi di Papua, kajang-
kajang di Sulawesi, dan aibon di Biak. Tanaman lindur banyak terdapat di daerah
tropis, di Indonesia sendiri tanaman lindur tersebar di daerah Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Maluku, dan Bali (Duke dan James 2006).
Buah lindur memiliki kandungan sebagai berikut kadar air 62,92%, kadar abu
1,29%, kadar lemak 0,79%, kadar protein 2,11%, dan kadar karbohidrat 32,91%. Uji
fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan terbaik
mengandung steroid, flavonoid, dan tanin. Konsentrasi ekstrak yang memiliki daya
hambat terbaik terhadap pembentukan peroksida pada emulsi minyak adalah pada
konsentrasi 250 ppm dengan bilangan peroksida sebesar 0,21 Meq/kg. Bahan terbaik
untuk ekstraksi adalah dengan menggunakan ekstraksi metanol bila dibandingkan
dengan etil asetat dan n-heksana. Ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan sangat
kuat dengan nilai IC50 sebesar 9,42 ppm. Ekstrak etil asetat dan n-heksana memiliki
aktivitas antioksidan sangat lemah dengan nilai IC50 sebesar 443,61 ppm dan 2256,13
ppm (Jacoeb et al., 2014)
Lindur yang diolah menjadi tepung dapat dimanfaatkan menjadi beraneka ragam
makanan olahan. Pada saat proses pengolahan lindur ini perlu diperhatikan agar tepung
yang dihasilkan tidak terasa pahit. Rasa pahit ini disebabkan oleh kandungan tanin.
Tanin bersifat karsinogenik jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan dan secara terus
menerus. Adanya rasa pahit akan mempengaruhi produk pangan yang dihasilkan. Salah
satu cara untuk mengurangi tanin dari lindur de
(Subandriyo &
Setianingsih, 2016).

1.2. Nipah (Nypa frutica)


Tumbuhan ini tergolong jenis tumbuhan penghuni komunitas hutan mangrove
bagian belakang (perbatasan ekosistem mangrove dengan daratan). Tanaman ini
tergolong kelompok Palmae, buahnya langsung dapat dimakan atau buahnya
dimanfaatkan sebagai bahan baku minuman. Keberadaan nipah terpengaruh adanya
pasang surut air laut. Buahnya membulat seperti buah pandan dengan panjang bonggol
hingga 45 cm. Kandungan terbesar dari buah nipah adalah karbohidrat sebesar
56,4g/100g. Kandungan gula nipah sebesar 27,2g/100g, serta mengandung sedikit
vitamin C (Subiandono et al., 2011).
Nipah yaang diambil pada saat berumur masih mudah (seperti kolang kaling)
dapat dibuat menjadi manisan. Untuk meningkatkan rasa olahan nipah maka dapat
ditambahkan dengan bahan lainnya (Wibawanti et al., 2018). Nipah juga dapat disadap
niranya sebagai bahan baku gula nipah. Pembuatan gula nipah ini sudah dilakukan oleh
masyarakat di Kecamatan Kawungaten, Kabupaten Cilacap. Selain itu daging buah
nipah yang sudah tua juga dapat juga dibuat tepung. Tepung nipah memiliki kandungan
serat cukup tinggi dengan kandungan kalori dan lemak yang rendah sehingga dapat
berpotensi menjadi bahan konsumsi bagi orang yang diet (Subiandono et al., 2011).

1.3. Jeruju (Acanthus ilicifolius)


Jeruju atau tanaman dengan nama latin Acanthus ilicifolius merupakan tanaman
yang secara alami ditemukan pada daerah lahan basah (wetland) di muara sungai,
sebagai vegetasi mangrove. Acanthus ilicifolius tergolong tumbuhan akuatik emergent.
Dimana habitat jenis ini, daerah mangrove berada di perairan estuari yang merupakan
hilir sungai dan muara dari berbagai limbah atau pencemaran berbagai aktivitas
manusia. Oleh karena itu, jeruju berperan dalam pemulihan kualitas perairan (Irawanto,
2015).
Jeruju (Acanthus ilicifolius) merupakan salah satu spesies tumbuhan mangrove
yang mempunyai potensi sebagai sumber komponen bahan antibakteri. Eksplorasi
komponen bioaktif dari bahan alami dari jeruju dapat dijadikan alternatif untuk terapi
penyakit (Saptiani et al., 2012). Daun jeruju yang memiliki kandungan kimia
antioksidan dan antibakteri dapat dimanfaatkan untuk membuat teh (Wibawanti et al.,
2018). Jeruju ini juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kerupuk.

1.4. Apel Mangrove (Soneratia caseolaris)


Buah mangrove jenis ini di daerah memiliki nama berbeda-beda ada yang
menyebutnya sebagai apel mangrove, pidada, widodo, dan bogem. Tanaman ini banyak
dijumpai di Kalimantan, Sumatera, NTB, NTT, Pulau Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya.
Buah apel mangrove memiliki bentuk bulat, bagian dasarnya terbungkus kelopak,
memiliki diameter 6-8 cm dan terdapat banyak biji di dalam buah. Apel mangrove
memiliki wana hijau, dan jika sudah mengkal berwarna agak kekuningan. Apel
mangrove dapat dimakan secara langsung dan biasanya diolah menjadi sirup karena
memiliki rasa yang asam serta memiliki aroma khas yang sedap. Vitamin C terkandung
dalam buah apel mangrove mencapai 70,6 mg/100 g, tidak jauh dari kandungan vitamin
C pada jambu biji sebesar 87 mg/100 g. Kandungan vitamin C ini sebagai sumber
antioksidan (Randly, 2006).
Selain bagian buahnya yang dapat telah dibuat sirup, ampas apel mangrove yang
belum mendapatkan perhatian dan masih terbuang percuma, maka dapat dilakukan
proses pengolahan lebih lanjut guna meningkatkan nilai ekonomis dengan cara
melakukan proses penepungan dari limbah tersebut. Tepung ini dapat diolah menjadi
aneka olahan seperti dodol, kue dan cookies. Apel mangrove juga dapat dimanfaatkan
sebagai obat tradisional seperti bedak dingin dan penghilang luka (Putri et al., 2015)

1.5. API-API, BIRAYO (Avicennia spp)


Jenis tanaman api-api yang telah diketahui dimanfaatkan sebagai sumber bahan
makanan adalah Avicennia marina, Avicennia officinalis. Api-api memiliki panjang 1,5
– 2,5 cm dan lebar 1,5 – 2 cm, berwarna hijau, bagian dalamnya berwarna hijau hingga
kekuningan (coklat muda), permukaan buah berambut halus, buah melingkar atau
memiliki sebuah paruh pendek (Farhaeni, 2016). Biji api-api dapat dijadikan sebagai
bahan alternatif makanan, dengan komposisi mengandung protein sebanyak 10,8% dan
karbohidrat sebanyak 21,4%. yaitu vitamin B pada biji sebesar 3,74 mg/100 g bahan dan
vitamin C nya sebesar 22,24 mg/100 g bahan. Kandungan kedua vitamin ini
menunjukkan bahwa biji sebagai bahan pangan ternyata juga dapat memenuhi
kebutuhan sebagian vitamin B dan C yang diperlukan oleh tubuh (Wibowo et al., 2009).
Jenis tanaman ini tersebar di sebagian besar pantai di Indonesia. Termasuk jenis
pionir (pada zonasi terdepan), cepat dan mudah tumbuh, serta permudaan alaminya
sangat cepat, bahkan diperkirakan tanaman berumur 2 tahun telah mulai menghasilkan
buah. Penggunaan buah tanaman yang telah masak perlu ada perlakuan, yaitu:
pengupasan kulit atau pembuangan kulit, dicampur dengan abu dapur dan dibilas air
bersih, lalu direndam 2 x 24 jam (untuk menghilangkan racun), ditiriskan dan siap
dipergunakan sebagai bahan baku makanan.
Buah Api-api sebagai sumber pangan harus melalui proses pengolahan terlebih
dahulu. Pengolahan api-api diolah menjadi tepung terlebih dahulu. Setelah menjadi
tepung baru dapat diolah sebagai bahan baku untuk pembuatan makanan sebagai
berikut: Puding, donat, kue talam, wajit, Bubur, Bola, dan Krupuk Api-api (Farhaeni,
2016). Api-api dapat dibuat menjadi olahan kripik seperti kacang kapri dan rasanya
gurih serta renyah seperti emping melinjo. Daun Api-api yang telah dilakukan proses
penyulingan dapat digunakan sebagai pengawet makanan yang alami (Halidah, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan komposisi hasil analisis dari bagian
tanaman api-api menunjukkan bahwa bagian Mangrove jenis api-api memiliki
kandungan alkaloid, saponin dan glikosida dalam jumlah yang cukup tinggi dalam
semua jaringan tumbuhan tersebut. Flavonoid terdapat dalam jumlah besar di kulit biji,
kulit batang dan biji (buah), batang dan akar. Selain itu, api-api juga mengandung tannin
terdapat pada, biji (buah), daun, dan kulit biji, serta dalam jumlah yang rendah di
batang, getah, dan akar (Wibowo et al., 2009).

2. Keunggulan Mangrove
Tanaman dan buah mangrove sebagai yang diolah menjadi berbagai olahan
makanan dan minuman sebagai sumber bahan pangan alternatif memiliki keunggulan
sebagai berikut:
Berpotensi sebagai sumber pangan fungsional
Sebagai strategi pengembangan produk pangan fungsional yaitu dengan
memanfaatkan buah maupun daun mangrove menjadi berbagai macam olahan pangan.
Pangan fungsional adalah pangan yang memberikan efek positif dalam meningkatkan
kesehatan, meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan dan
mengurangi terhadap suatu risiko penyakit tertentu (Wibawanti et al., 2018). Buah
mangrove banyak mengandung kandungan yang bermanfaat sebagai antioksidan.
Senyawa antioksidan inilah yang dapat dikembangkan sebagai pangan fungsional.
Kaya akan antioksidan
Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif dan menyebabkan penyakit
degeneratif pada tubuh. Upaya untuk menangkal radikal bebas yaitu menggunakan
senyawa antioksidan. Ada dua jenis antioksidan yaitu dari bahan alami dan sintetik.
Mangrove merupakan salah satu sebagai sumber yang kaya akan antioksidan (
Kasitowati et al., 2017)
Lindur memiliki bahan aktif yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bahan aktif
yang terkandung dalam tanaman mangrove seperti flavonoid, fenol, saponin, steroid,
dan triteponoid. Bahan aktif tersebut dapat bermanfaat untuk bahan antioksidan (Jacoeb
et al., 2014). Pada penelitian Putri et al., (2015) menyatakan bahwa kulit apel mangrove
juga mengandung senyawa antioksidan dengan nilai IC50 menggunakan ekstrak etil
asetat sebesar 109,24 ppm.Tidak hanya pada buah saja, senyawa antioksidanpun
terdapat dalam daun seperti pada daun Rhizophora mucronata yang mengandung
senyawa flavonoid, alkaloid, dan tanin ( Kasitowati et al., 2017).
Kaya akan serat
Serat yang dikonsumsi oleh manusia berfungsi yaitu mengontrol berat badan atau
kegemukan (obesitas), menanggulangi penyakit diabetes, mencegah gangguan
gastrointestinal, kanker kolon (usus besar), serta mengurangi tingkat kolesterol darah
dan penyakit kardiovaskuler. Apel mangrove banyak diolah menjadi berbagai macam
olahan. Apel mangrove juga kaya akan serat. Dimana kandungan serat pangan
terlarutnya sebanyak 9.66% dengan metode ekstraksi dengan menggunakan suhu 900C
(Wibawanti et al., 2021). Selain itu buah mangrove juga memiliki kandungan serat
pangan terlarut sebesar 7,50% dan serat pangan tidak larut 38,60%, sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa darah (Amalia et al., 2016).
Berfungsi sebagai antibakteri
Manfaat mangrove lainnya adalah sebagai tanaman atau buah yang memiliki
aktivitas sebagai antibakteri. Jeruju (Acanthus ilicifolius) mempunyai senyawa bioaktif
yang berpotensi sebagai bahan antibakterial. Komposisi kimia jeruju antaralain
mengandung alkaloid, flavonoid, asam lemak, steroid, lignan dan komponen phenol,
dan terpenoid (Saptiani et al., 2012).
3. Jenis Pangan Olahan Mangrove
3.1. Pembuatan Sirup dari Apel Mangrove
Pembuatan sirup dari buah apel mangrove (Soreratia caseolaris) menggunakan
metode ( Wibawanti et al., 2018) adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan Bahan Baku
Pemilihan bahan baku bertujuan agar mendapatkan bahan baku yang memenuhi
standar produksi, sehingga nantinya produk yang dihasilkan layak untuk dikonsumsi
dan bahkan nantinya bisa dijual. Untuk sirup mangrove dari apel mangrove (Sonneratia
caseolaris) dipilih buah yang sudah masak dengan warna hijau kekuningan, tekstur
buah lunak tapi tidak busuk, mudah untuk dipetik, dan memiliki diameter 6-8 cm
(Wibawanti et al., 2018).

Gambar 1. Pemilihan Buah

2. Pembersihan dan Pengelupasan Kulit

Gambar 2. Pembersihan dan Pengupasan Kulit


Pembersihan dilakukan dengan dicuci dengan air sehingga apel mangrove yang
digunakan untuk pembuatan sirup higienis dan bebas dari serangga. Dilanjutkan dengan
pengupasan kulit apel mangrove secara manual atau bisa menggunakan pisau.

3. Pengecilan Ukuran
Buah yang sudah dibersihkan kulit luarnya, kemudian dilanjutkan dengan
pengecilan ukuran. Ukuran apel mangrove dikecilkan secara manual atau dengan
menggunakan alat.

4. Pemberian Air dan Penyaringan


Apel mangrove yang sudah ukurannya kecil kemudian ditambahkan dengan air.
Selanjutnya adonan dicampurkan dengan air, dilakukan pemerasan dan penyaringan.
Proses pemerasan dan penyaringan dapat menggunakan kain saring ataupun alat
penyaringan dengan cara ditekan agar sarinya keluar, sehingga terpisah antara sari apel
mangrove dengan ampasnya.

Gambar 4. Proses Pemberian Air dan Penyaringan

5. Perebusan dan Pemberian Gula


Hasil penyaringan sari apel mangrove dilanjutkan dengan perebusan dengan
ditambahkan gula sesuai dengan selera. Perebusan dilakukan dengan api sedang, sambil
diaduk-aduk sampai sari apel mangrove mendidih. Sebagai penambaha rasa asam, dapat
juga ditambahkan dengan sedikit asam sitrat.
Gambar 5. Proses Pemberian Gula

Sirup mangrove ini memiliki rasa yang unik yaitu asam segar khas apel
mangrove, memiliki kandungan vitamin C dan antioksidan sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai minuman kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Randly (2006) yang
menyatakan bahwa sirup apel mangrove memiliki kandungan vitamin C sebanyak 50,1
mg/ 100 gr sirup. Kandungan vitamin C inilah yang berfungsi sebagai antioksidan.
Selain itu sirup mangrove juga mengandung komponen gizi makro seperti vitamin A,
B1 dan B2 (Manalu, 2011)
3.2. Pembuatan Manisan Nipah
1. Pemilihan Buah
Pembuatan Manisan buah mangrove jenis yang digunakan adalah jenis nipah (Nypa
frutica). Buahnya membulat seperti buah kelapa dengan panjang bonggol hingga 45
cm. Kriteria Nipah yang digunakan dalam pembuatan manisan yang sudah masak.
Nipah tersebut tidak terlalu muda (lembek) dan tidak terlalu tua (keras).

Gambar 6. Buah Nipah


2. Pengupasan, Pemotongan dan Pencucian Nipah
Kulit buah nipah ini cukup keras, sehingga perlu menggunakan alat yang tajam.
Nipah yang sudah dikupas, dipotong menjadi 2-4 bagian sehingga ukuran
manisannya dalam kemasan nantinya pas tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar.
Kemudian dicuci dengan air sampai bersih agar tidak ada kotoran maupun getah
yang menempel.
3. Perebusan dan Pemberian Gula
Setelah Nipah sudah bersih, dilanjutkan dengan ditambahkan air untuk proses
perebusan. Pada saat perebusan ditambahkan dengan gula pasir sembari diaduk-
aduk supaya gula meresap ke dalam buah. Perebusan dengan api sedang sampai
mendidih serta buah Nipah menjadi cukup lunak. Apabila ke dua langkah-langkah
tersebut sudah selesai dilanjutkan dengan pengemasan. Manisan Nipah yang sudah
dingin dapat dimasukkan dalam wadah kemasan.

Gambar 7. Proses Perebusan dan Penambahan Gula

4. Inovasi Pengolahan Mangrove


Apel mangrove Sebagai Sumber Prebiotik
Seiiring dengan perkembangan zaman produk olahan mangrove semakin
berkembang. Selain pengolahan secara tradisional, kini mangrove dengan dikembangan
menjadi bahan pangan yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi. Jenis apel mangrove
yang memiliki serat pangan dikembangkan dengan metode perbedaan suhu ekstraksi
untuk diambil inulin. Inulin adalah Inulin merupakan serat pangan yang larut dalam air
berfungsi sebagai prebiotik. Serat pangan inulin termasuk ke dalam kategori prebiotik
karena mampu menstimulasi perkembangan bakteri baik yang ada dalam usus
(Wibawanti et al., 2021).
Apel Mangrove Sebagai Edible Film
Edible film adalah salah satu kemasan yang bersifat biodegradable sekaligus
bertindak sebagai penghalang dalam mengendalikan transfer uap air, oksigen,
komponen volatil dan lipid dari dan ke dalam bahan pangan. Film ini dapat dimakan
bersama dengan produk tersebut. Dimana sumber edibel film ini diperolah dari bahan
yang memiliki kandungan pektin. Pektin mampu menstabilkan protein dan membentuk
gel sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengisi. Salah satu buah mangrove yang
memilili kandungan pektin adalah apel mangrove. Pembuatan edible film dengan cara
pektin dari buah apel mangrove dan pati dihomogenkan dengan magneticstirer dan
dipanaskan selama 20 menit dengan kisaran suhu 60-70°C. Kemudian larutan pektin
ditambahkan pada suhu70-8070°C dan diaduk hingga homogen. Ditambahkan gliserol
dan larutan edible film diletakkan dalam plat kaca lalu dikeringkan dengan oven selama
10 jam dengan suhu 60°C (Pradana et al., 2017).
Daftar Pustaka
Amalia, U., Darmanto, Y. S., Sumardianto, & Rianingsih, L. (2016). Chemical
Characteristics of Fish Nugget with Mangrove Fruit Flour Substitution. Aquatic
Procedia, 7, 265–270. https://doi.org/10.1016/j.aqpro.2016.07.037

Halidah. (2014). Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove Yang Kaya
Manfaat. Info Teknis Eboni, 11(No. 1), 37–44. http://balithutmakassar.org/wp-
content/uploads/2014/11/04_Avicennia-Marina_Halidah.pdf

Irawanto, R., Ariyanti, E. E., & Hendrian, R. (2015). Jeruju (Acanthus ilicifolius): Biji,
Perkecambahan dan Potensinya. 1(September), 1011–1018.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010509

Jacoeb, A. M., Suptijah, P., Teknologi, D., Perairan, H., Perikanan, F., Institut, K., &
Bogor, P. (2014). Komposisi Kimia, Komponen Bioaktif dan Aktivitas
Antioksidan Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza). Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia, 16(1), 86–94. https://doi.org/10.17844/jphpi.v16i1.7772

Kasitowati, R. D., Yamindago, A., & Safitri, M. (2017). Potensi Antioksidan dan
Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mangrove Rhizophora mucronata,Pilang
Probolinggo. Journal of Fisheries and Marine Research, 1(1), 72–77.
https://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2017.001.02.4

Manalu, R. D. E. (2011). Kadar Beberapa Vitamin pada Buah Pedada (Sonneratia


caseolaris) dan Hasil Olahannya. Teknologi Hasil Perairan, Sarjana, 72.
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/51684/1/C11rde_.pdf

Mutria Farhaeni. (2016). Komodifikasi Ragam Buah Mangrove untuk Pemberdayaan


Masyarakat Pesisir di Desa Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Bali.
Jurnal Studi Kultural, 1(1), 21–27.
https://journals.an1mage.net/index.php/ajsk/article/view/45

Pradana, G. W., Jacoeb, A. M., & Ruddy, S. (2017). Karakteristik Tepung Pati dan
Pektin Buah Pedada serta Aplikasinya sebagai Bahan Baku Pembuatan Edible
Film. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 20(3), 609–619.
journal.ipb.ac.id/index.php.jphpi

Priyono, A., Ilminingtyas, D., Mohson, Yuliani, L. S., & Hakim, T. L. (2010). Beragam
Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove. In KeSEMat.

Putri, V. S. W., Fitriani, V. Y., & Rijai, L. (2015). Aktivitas Antioksidan Kulit Buah
Pidada Merah (Sonneratia caseolaris L.). Jurnal Sains Dan Kesehatan, 1(2), 69–
74. https://doi.org/10.25026/jsk.v1i2.19

Raindly, 2006. Sirup Aple Mangrove. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Santoso, N., Nurcahya, B. C., Siregar, A. F., & Farida, I. (2005). Resep Makanan
Berbahan Baku Mangrove. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove.

Saptiani, G., Prayitno, S. B., & Anggoro, S. (2012). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Jeruju
( Acanthus ilicifolius ) terhadap Pertumbuhan Vibrio harveyi Secara in vitro.
Jurnal Veteriner, 13(3), 257–262.

Subandriyo, & Setianingsih, N. I. (2016). Extraction Process for Reducing Tannin of


Mangrove Fruit [Bruguiera gumnorrhiza (Lamarck, 1798)] as a Raw Material for
Food Flour. Aquatic Procedia, 7, 231–235.
https://doi.org/10.1016/j.aqpro.2016.07.032

Subiandono, E., Heriyanto, N. M., & Karlina, E. (2011). Potensi Nipah (Nypa fruticans
(Thunb.) Wurmb.) sebagai Sumber Pangan dari Hutan Mangrove Endro. Buletin
Plasma Nutfah, 17(1), 54–60.

Wibawanti, J. M. W, Mulyani, S., Legowo, A. M., Hartanto, R., Al-Baarri, A. N., &
Pramono, Y. B. (2021). Characteristics of inulin from mangrove apple (Soneratia
caseolaris) with different extraction temperatures. Food Research, 5(4), 99–106.

Wibawanti, Jeki Mediantari Wahyu, Fadhiliya, L., Pamungkas, S., & Mudawaroch, R.
E. (2018). Produksi Pangan Fungsional Alternatif Olahan Mangrove di Kabupaten
Purworejo. Community Empowerment, 3(1), 27–33.
https://doi.org/10.31603/ce.v3i1.2450

Anda mungkin juga menyukai