PEMANFAATAN MANGROVE
Tujuan Umum
Peserta course mampu memahami tentang teknik konservasi
mangrove, mulai dari identifikasi jenis mangrove, pembibitan,
penanaman dan pemeliharaan serta pemanfaatan mangrove
Capaian Pembelajaran
Peserta course mampu menghasilkan produk hasil Pemanfaatan
Mangrove
Pokok Bahasan
Bioprospeksi Mangrove dan
Teknik Eksplorasi sumberdaya Pesisir
Deskripsi Singkat
Dalam pertemuan ini, mahasiswa akan mempelajari jenis-jenis
mangrove sebagai sumber pangan, kandungan nutrisi mangrove,
keungguan mangrove dan membahas produk-produk serta inovasi
hasil olahan mangrove
I. Bahan Bacaan
1. Priyono, A., Ilminingtyas, D., Mohson, Yuliani, L. S., & Hakim, T. L. (2010).
Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove. KeSEMat.
2. Wibawanti, J. M. W, Mulyani, S., Legowo, A. M., Hartanto, R., Al-Baarri, A. N.,
& Pramono, Y. B. (2021). Characteristics of inulin from mangrove apple
(Soneratia caseolaris) with different extraction temperatures. Food Research,
5(4), 99–106.
3. Wibawanti, J. M. W., Fadhiliya, L., Pamungkas, S., & Mudawaroch, R. E.
(2018). Produksi Pangan Fungsional Alternatif Olahan Mangrove di Kabupaten
Purworejo. Community Empowerment, 3(1), 27–33.
https://doi.org/10.31603/ce.v3i1.2450.
B. Uraian Materi
1. Potensi dan Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis Mangrove Sebagai Sumber
Pangan
Tumbuhan mangrove memiliki berbagai fungsi, selain sebagai pencegah abrasi
pesisir maupun pantai, sekarang ini buah mangrove mulai dilirik untuk diolah menjadi
sumber pangan alternatif berbasis sumber daya lokal yang memiliki manfaat bagi tubuh.
Jenis mangrove yang dapat diolah diantaranya Sonneratia caseolaris (apel mangrove,
pedada), Nypa fruticans (nipah) dan Acanthus ilicifolius (jeruju) (Wibawanti et al.,
2018). Buah mangrove tersebut mengandung berbagai vitamin dan komponen nutrisi
lain yang dapat menunjang kesehatan. Tumbuhan mangrove mempunyai senyawa
bioaktif yang berpotensi sebagai bahan antibakterial (Manilal et al., 2009). Jenis
mangrove yang dapat diolah lainnya antara lain: api-api (Avicennia spp.), bakau
(Rhizophora sp.) dan warakas (Acrostichum aureum).
1.1. Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)
Spesies Bruguiera gymnorrhiza merupakan mangrove yang berbuah
sepanjang tahun. Tanaman ini mempunyai produktifitas berbuah setelah 2 tahun dan
mampu bertahan selama 35 tahun. Memiliki nama lokal berbeda di masing-masing
daerah, pada daerah Jawa dan Bali disebut lindur, mangi-mangi di Papua, kajang-
kajang di Sulawesi, dan aibon di Biak. Tanaman lindur banyak terdapat di daerah
tropis, di Indonesia sendiri tanaman lindur tersebar di daerah Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Maluku, dan Bali (Duke dan James 2006).
Buah lindur memiliki kandungan sebagai berikut kadar air 62,92%, kadar abu
1,29%, kadar lemak 0,79%, kadar protein 2,11%, dan kadar karbohidrat 32,91%. Uji
fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan terbaik
mengandung steroid, flavonoid, dan tanin. Konsentrasi ekstrak yang memiliki daya
hambat terbaik terhadap pembentukan peroksida pada emulsi minyak adalah pada
konsentrasi 250 ppm dengan bilangan peroksida sebesar 0,21 Meq/kg. Bahan terbaik
untuk ekstraksi adalah dengan menggunakan ekstraksi metanol bila dibandingkan
dengan etil asetat dan n-heksana. Ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan sangat
kuat dengan nilai IC50 sebesar 9,42 ppm. Ekstrak etil asetat dan n-heksana memiliki
aktivitas antioksidan sangat lemah dengan nilai IC50 sebesar 443,61 ppm dan 2256,13
ppm (Jacoeb et al., 2014)
Lindur yang diolah menjadi tepung dapat dimanfaatkan menjadi beraneka ragam
makanan olahan. Pada saat proses pengolahan lindur ini perlu diperhatikan agar tepung
yang dihasilkan tidak terasa pahit. Rasa pahit ini disebabkan oleh kandungan tanin.
Tanin bersifat karsinogenik jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan dan secara terus
menerus. Adanya rasa pahit akan mempengaruhi produk pangan yang dihasilkan. Salah
satu cara untuk mengurangi tanin dari lindur de
(Subandriyo &
Setianingsih, 2016).
2. Keunggulan Mangrove
Tanaman dan buah mangrove sebagai yang diolah menjadi berbagai olahan
makanan dan minuman sebagai sumber bahan pangan alternatif memiliki keunggulan
sebagai berikut:
Berpotensi sebagai sumber pangan fungsional
Sebagai strategi pengembangan produk pangan fungsional yaitu dengan
memanfaatkan buah maupun daun mangrove menjadi berbagai macam olahan pangan.
Pangan fungsional adalah pangan yang memberikan efek positif dalam meningkatkan
kesehatan, meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan dan
mengurangi terhadap suatu risiko penyakit tertentu (Wibawanti et al., 2018). Buah
mangrove banyak mengandung kandungan yang bermanfaat sebagai antioksidan.
Senyawa antioksidan inilah yang dapat dikembangkan sebagai pangan fungsional.
Kaya akan antioksidan
Radikal bebas merupakan senyawa yang sangat reaktif dan menyebabkan penyakit
degeneratif pada tubuh. Upaya untuk menangkal radikal bebas yaitu menggunakan
senyawa antioksidan. Ada dua jenis antioksidan yaitu dari bahan alami dan sintetik.
Mangrove merupakan salah satu sebagai sumber yang kaya akan antioksidan (
Kasitowati et al., 2017)
Lindur memiliki bahan aktif yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bahan aktif
yang terkandung dalam tanaman mangrove seperti flavonoid, fenol, saponin, steroid,
dan triteponoid. Bahan aktif tersebut dapat bermanfaat untuk bahan antioksidan (Jacoeb
et al., 2014). Pada penelitian Putri et al., (2015) menyatakan bahwa kulit apel mangrove
juga mengandung senyawa antioksidan dengan nilai IC50 menggunakan ekstrak etil
asetat sebesar 109,24 ppm.Tidak hanya pada buah saja, senyawa antioksidanpun
terdapat dalam daun seperti pada daun Rhizophora mucronata yang mengandung
senyawa flavonoid, alkaloid, dan tanin ( Kasitowati et al., 2017).
Kaya akan serat
Serat yang dikonsumsi oleh manusia berfungsi yaitu mengontrol berat badan atau
kegemukan (obesitas), menanggulangi penyakit diabetes, mencegah gangguan
gastrointestinal, kanker kolon (usus besar), serta mengurangi tingkat kolesterol darah
dan penyakit kardiovaskuler. Apel mangrove banyak diolah menjadi berbagai macam
olahan. Apel mangrove juga kaya akan serat. Dimana kandungan serat pangan
terlarutnya sebanyak 9.66% dengan metode ekstraksi dengan menggunakan suhu 900C
(Wibawanti et al., 2021). Selain itu buah mangrove juga memiliki kandungan serat
pangan terlarut sebesar 7,50% dan serat pangan tidak larut 38,60%, sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa darah (Amalia et al., 2016).
Berfungsi sebagai antibakteri
Manfaat mangrove lainnya adalah sebagai tanaman atau buah yang memiliki
aktivitas sebagai antibakteri. Jeruju (Acanthus ilicifolius) mempunyai senyawa bioaktif
yang berpotensi sebagai bahan antibakterial. Komposisi kimia jeruju antaralain
mengandung alkaloid, flavonoid, asam lemak, steroid, lignan dan komponen phenol,
dan terpenoid (Saptiani et al., 2012).
3. Jenis Pangan Olahan Mangrove
3.1. Pembuatan Sirup dari Apel Mangrove
Pembuatan sirup dari buah apel mangrove (Soreratia caseolaris) menggunakan
metode ( Wibawanti et al., 2018) adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan Bahan Baku
Pemilihan bahan baku bertujuan agar mendapatkan bahan baku yang memenuhi
standar produksi, sehingga nantinya produk yang dihasilkan layak untuk dikonsumsi
dan bahkan nantinya bisa dijual. Untuk sirup mangrove dari apel mangrove (Sonneratia
caseolaris) dipilih buah yang sudah masak dengan warna hijau kekuningan, tekstur
buah lunak tapi tidak busuk, mudah untuk dipetik, dan memiliki diameter 6-8 cm
(Wibawanti et al., 2018).
3. Pengecilan Ukuran
Buah yang sudah dibersihkan kulit luarnya, kemudian dilanjutkan dengan
pengecilan ukuran. Ukuran apel mangrove dikecilkan secara manual atau dengan
menggunakan alat.
Sirup mangrove ini memiliki rasa yang unik yaitu asam segar khas apel
mangrove, memiliki kandungan vitamin C dan antioksidan sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai minuman kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Randly (2006) yang
menyatakan bahwa sirup apel mangrove memiliki kandungan vitamin C sebanyak 50,1
mg/ 100 gr sirup. Kandungan vitamin C inilah yang berfungsi sebagai antioksidan.
Selain itu sirup mangrove juga mengandung komponen gizi makro seperti vitamin A,
B1 dan B2 (Manalu, 2011)
3.2. Pembuatan Manisan Nipah
1. Pemilihan Buah
Pembuatan Manisan buah mangrove jenis yang digunakan adalah jenis nipah (Nypa
frutica). Buahnya membulat seperti buah kelapa dengan panjang bonggol hingga 45
cm. Kriteria Nipah yang digunakan dalam pembuatan manisan yang sudah masak.
Nipah tersebut tidak terlalu muda (lembek) dan tidak terlalu tua (keras).
Halidah. (2014). Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove Yang Kaya
Manfaat. Info Teknis Eboni, 11(No. 1), 37–44. http://balithutmakassar.org/wp-
content/uploads/2014/11/04_Avicennia-Marina_Halidah.pdf
Irawanto, R., Ariyanti, E. E., & Hendrian, R. (2015). Jeruju (Acanthus ilicifolius): Biji,
Perkecambahan dan Potensinya. 1(September), 1011–1018.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010509
Jacoeb, A. M., Suptijah, P., Teknologi, D., Perairan, H., Perikanan, F., Institut, K., &
Bogor, P. (2014). Komposisi Kimia, Komponen Bioaktif dan Aktivitas
Antioksidan Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza). Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia, 16(1), 86–94. https://doi.org/10.17844/jphpi.v16i1.7772
Kasitowati, R. D., Yamindago, A., & Safitri, M. (2017). Potensi Antioksidan dan
Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mangrove Rhizophora mucronata,Pilang
Probolinggo. Journal of Fisheries and Marine Research, 1(1), 72–77.
https://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2017.001.02.4
Pradana, G. W., Jacoeb, A. M., & Ruddy, S. (2017). Karakteristik Tepung Pati dan
Pektin Buah Pedada serta Aplikasinya sebagai Bahan Baku Pembuatan Edible
Film. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 20(3), 609–619.
journal.ipb.ac.id/index.php.jphpi
Priyono, A., Ilminingtyas, D., Mohson, Yuliani, L. S., & Hakim, T. L. (2010). Beragam
Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove. In KeSEMat.
Putri, V. S. W., Fitriani, V. Y., & Rijai, L. (2015). Aktivitas Antioksidan Kulit Buah
Pidada Merah (Sonneratia caseolaris L.). Jurnal Sains Dan Kesehatan, 1(2), 69–
74. https://doi.org/10.25026/jsk.v1i2.19
Saptiani, G., Prayitno, S. B., & Anggoro, S. (2012). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Jeruju
( Acanthus ilicifolius ) terhadap Pertumbuhan Vibrio harveyi Secara in vitro.
Jurnal Veteriner, 13(3), 257–262.
Subiandono, E., Heriyanto, N. M., & Karlina, E. (2011). Potensi Nipah (Nypa fruticans
(Thunb.) Wurmb.) sebagai Sumber Pangan dari Hutan Mangrove Endro. Buletin
Plasma Nutfah, 17(1), 54–60.
Wibawanti, J. M. W, Mulyani, S., Legowo, A. M., Hartanto, R., Al-Baarri, A. N., &
Pramono, Y. B. (2021). Characteristics of inulin from mangrove apple (Soneratia
caseolaris) with different extraction temperatures. Food Research, 5(4), 99–106.
Wibawanti, Jeki Mediantari Wahyu, Fadhiliya, L., Pamungkas, S., & Mudawaroch, R.
E. (2018). Produksi Pangan Fungsional Alternatif Olahan Mangrove di Kabupaten
Purworejo. Community Empowerment, 3(1), 27–33.
https://doi.org/10.31603/ce.v3i1.2450