Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem alamiah yang memiliki produktifitas tinggi. Mangrove jenis nipah (Nypa fruticans) merupakan salah satu komponen utama dalam penyusun hutan mangrove, Nypa fruticans dapat ditemukan di wilayah Sumatera Selatan. Food and Agriculture Organisation (2017), menyatakan bahwa habitat nipah terdapat di hutan tropis dan rawa-rawa air payau sunyai pasang surut. Nipah yang tumbuh di Sumatera Selatan kurang dimanfaatkan, namun ketersediaannya cukup besar untuk dapat dimanfaatkan. Berdasarkan data dari Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3743- 1995) menyatakan bahwa gula merah atau gula palma merupakan pengolahan nira pada pohon palma yang menghasilkan gula, diantaraya aren (Arenga pinnata Merr), siwalan (Borassus flabellifera Linn), kelapa (Cocox nucifera Linn), dan nipah (Nypa fruticans). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Irawanto (2013) menyatakan bahwa nipah (Nypa fruticans) sebagai bahan pangan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Selain itu, Lutony (1993) dan Sutarno et al. (1995) juga menyatakan bahwa pemanfaatan daun nipah sebagai bahan pembuat atap, namun nira dapat sebagai minuman segar (freshment bevarage) dan bahan baku pembuat gula, serta produk fermentasi (tuak/saguer, cuka dan alkohol). Sama hal nya Dalming (2018) menyatakan bahwa nipah merupakan sumber penghasil nira yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan gula, cuka, atau alkohol. Rachman Kadir dan Yudo Sudarto (1992) menyatakan bahwa komposisi pada nira tanaman nipah mengandung padatan terlarut 15-17%, gula reduksi 0,2- 0,5% dan abu 0,3-0,7%. Sarjani et al. (2021) juga menyatakan bahwa kandungan glukosa pada air Nypa fruticans 4,66%, sementara kandungan fruktosa 1,90%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nira pada Nypa fruticans merupakan sumber utama pada bahan pangan dalam pembutan gula. Gula nipah didapatkan dari cairan rasa manis yang dihasilkan pada tandan nipah. Tanaman nipah yang menghasilkan nira merupakan tanaman nipah yang berusia 5 tahun keatas. Irmawati et al. (2015) menyatakan bahwa proses penyadapan dalam satu pohon nipah menghasilkan nira berkisar 600 ml. Sumarno (1997) dalam Irmawati et al. (2015) juga menyatakan bahwa pohon nipah bisa disadap untuk menghasilkan nira hingga 50 tahun atau sekitar 10.950 liter nira. Pemilihan bahan baku yang tidak seragam pada tandan dalam pengambilan nira akan menyebabkan perbedaan komposisi. Radam (2016) menyatakan bahwa tingkat kematangan buah diantaranya dengan kematangan muda, sedang, serta tua. Tingkat kematangan yang berbeda dapat menjadi faktor yang mempengaruhi proses pengolahan produk. Baharudin et al. (2009) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi komposisi nira pada tanaman antara lain varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah, iklan, pemupukan, dan pengairan. Dalam pengolahan pembuatan gula nipah merupakan proses penguapan air dari nira nipah. Tingginya kadar air berpengaruh pada kekerasan gula akan semakin rendah, sedangkan kadar air yang rendah berpengaruh pada kekerasan gula akan meningkat. Terkait hal tersebut analisis yang dilakukan pada gula nipah ialah analisis kimia. Syarief (1993) dan Kurniawan (2018) menyatakan bahwa kadar air menjadi titik kritis dan memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik fisiko-kimia, mikrobiologi, dan organoleptik selama produksi dan penyimpanan.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimiawi (kadar air, kadar abu dan kadar gula pereduksi) gula dari Nipah (Nypa fruticans) dalam pemanfaatan nira nipah dengan perbedaan metode pemilihan bahan baku yang tidak seragam, yaitu bahan baku tandan dengan kematangan muda dan kematangan tua.
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan pengusaha mengenai pemanfaatan nira pada Mangrove jenis nipah (Nypa fruticans). DAFTAR PUSTAKA
Baharudin, Musrizal M, Hemiaty B. 2009. Pemanfaatan Nira Aren (Arenga
pinnata) Pembuatan Gula Putih Kristal. Jurnal Parennial Fakultas Kehutanan Universitas Hasanudin. Dalming, T., Aliyah., Mufidah., Veronica, M. D., dan Andi, A. (2018). Kandungan Serat Buah Nipah (Nypa fruticans Wurmb) dan Potensinya dalam Mengikat Kolesterol secara In Vitro. Jurnal Media Farmasi, 14 (1): 140-145. Food Agricultural Organisation of United Nations, 2017. Non wood forest product 10 tropical palms. [online]. Tersedia di: http://www.fao.org/docrep/X045iE/x045e00.HTM [Diakses pada 13 Juni 2022]. Irawanto, R. 2013. Peran Nipah sebagai Vegetasi Kunci, Habitat Burung dan Penyebarannya di Sungai Ketingan Sidoarjo. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS. Irmawati, H.S, dan Jamaluddin. 2015. Analisisis Kelayakan Finansial dan Strategi Pengembangan Usaha Industri Rumahan Gula Semut (Palm Sugar) dari Nira Nipah di Kelurahan Pallantikang. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 1 (2015) : 76-94. Takalar. Sulawesi Selatan. Kurniawan, H., Nursigit, B., dan Joko N.W.K. 2018. Pendugaan Umur Simpan Gula Semut dalam Kemasan dengan Pendekatan Arrhenius. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem. Vol.6, No. 1 : 93-99. Lutony, T.L. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Rachman Kadir dan Yudo Sudarto. 1992. Nipah Sumber Pemanis. Kanisius.Yogyakarta Radam, R. 2016. Buku Berbagai Produk dari Tumbuhan Nipah (Nypa fruticans Wurmb). Universitas Lambung Mangkurat Press. Banjarmasin. 146 Hal. Sutarno, H., R.E. Nasution dan E.I. Sedidjoprapto. 1995. Pohon Kehidupan. Badan Pengelola Gedung Manggala Wanabakti Jakarta. Prosea Indonesia, Bogor. Syarief, R., Halid, H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.