Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem alamiah yang
memiliki produktifitas tinggi. Mangrove jenis nipah (Nypa fruticans) merupakan
salah satu komponen utama dalam penyusun hutan mangrove, Nypa fruticans
dapat ditemukan di wilayah Sumatera Selatan. Food and Agriculture
Organisation (2017), menyatakan bahwa habitat nipah terdapat di hutan tropis
dan rawa-rawa air payau sunyai pasang surut. Nipah yang tumbuh di Sumatera
Selatan kurang dimanfaatkan, namun ketersediaannya cukup besar untuk dapat
dimanfaatkan. Berdasarkan data dari Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3743-
1995) menyatakan bahwa gula merah atau gula palma merupakan pengolahan nira
pada pohon palma yang menghasilkan gula, diantaraya aren (Arenga pinnata
Merr), siwalan (Borassus flabellifera Linn), kelapa (Cocox nucifera Linn), dan
nipah (Nypa fruticans).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Irawanto (2013) menyatakan
bahwa nipah (Nypa fruticans) sebagai bahan pangan yang mengandung
karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Selain itu, Lutony (1993) dan Sutarno et
al. (1995) juga menyatakan bahwa pemanfaatan daun nipah sebagai bahan
pembuat atap, namun nira dapat sebagai minuman segar (freshment bevarage) dan
bahan baku pembuat gula, serta produk fermentasi (tuak/saguer, cuka dan
alkohol). Sama hal nya Dalming (2018) menyatakan bahwa nipah merupakan
sumber penghasil nira yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan gula, cuka, atau
alkohol. Rachman Kadir dan Yudo Sudarto (1992) menyatakan bahwa komposisi
pada nira tanaman nipah mengandung padatan terlarut 15-17%, gula reduksi 0,2-
0,5% dan abu 0,3-0,7%. Sarjani et al. (2021) juga menyatakan bahwa kandungan
glukosa pada air Nypa fruticans 4,66%, sementara kandungan fruktosa 1,90%.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nira pada Nypa fruticans
merupakan sumber utama pada bahan pangan dalam pembutan gula. Gula nipah
didapatkan dari cairan rasa manis yang dihasilkan pada tandan nipah. Tanaman
nipah yang menghasilkan nira merupakan tanaman nipah yang berusia 5 tahun
keatas. Irmawati et al. (2015) menyatakan bahwa proses penyadapan dalam satu
pohon nipah menghasilkan nira berkisar 600 ml. Sumarno (1997) dalam Irmawati
et al. (2015) juga menyatakan bahwa pohon nipah bisa disadap untuk
menghasilkan nira hingga 50 tahun atau sekitar 10.950 liter nira.
Pemilihan bahan baku yang tidak seragam pada tandan dalam
pengambilan nira akan menyebabkan perbedaan komposisi. Radam (2016)
menyatakan bahwa tingkat kematangan buah diantaranya dengan kematangan
muda, sedang, serta tua. Tingkat kematangan yang berbeda dapat menjadi faktor
yang mempengaruhi proses pengolahan produk. Baharudin et al. (2009)
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi komposisi nira pada tanaman
antara lain varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah,
iklan, pemupukan, dan pengairan. Dalam pengolahan pembuatan gula nipah
merupakan proses penguapan air dari nira nipah. Tingginya kadar air berpengaruh
pada kekerasan gula akan semakin rendah, sedangkan kadar air yang rendah
berpengaruh pada kekerasan gula akan meningkat. Terkait hal tersebut analisis
yang dilakukan pada gula nipah ialah analisis kimia. Syarief (1993) dan
Kurniawan (2018) menyatakan bahwa kadar air menjadi titik kritis dan memegang
peranan penting dalam menentukan karakteristik fisiko-kimia, mikrobiologi, dan
organoleptik selama produksi dan penyimpanan.

1.2. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimiawi (kadar air,
kadar abu dan kadar gula pereduksi) gula dari Nipah (Nypa fruticans) dalam
pemanfaatan nira nipah dengan perbedaan metode pemilihan bahan baku yang
tidak seragam, yaitu bahan baku tandan dengan kematangan muda dan
kematangan tua.

1.3. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
dan pengusaha mengenai pemanfaatan nira pada Mangrove jenis nipah (Nypa
fruticans).
DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, Musrizal M, Hemiaty B. 2009. Pemanfaatan Nira Aren (Arenga


pinnata) Pembuatan Gula Putih Kristal. Jurnal Parennial Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanudin.
Dalming, T., Aliyah., Mufidah., Veronica, M. D., dan Andi, A. (2018).
Kandungan Serat Buah Nipah (Nypa fruticans Wurmb) dan Potensinya
dalam Mengikat Kolesterol secara In Vitro. Jurnal Media Farmasi, 14 (1):
140-145.
Food Agricultural Organisation of United Nations, 2017. Non wood forest product
10 tropical palms. [online]. Tersedia di:
http://www.fao.org/docrep/X045iE/x045e00.HTM [Diakses pada 13 Juni
2022].
Irawanto, R. 2013. Peran Nipah sebagai Vegetasi Kunci, Habitat Burung dan
Penyebarannya di Sungai Ketingan Sidoarjo. Seminar Nasional X
Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Irmawati, H.S, dan Jamaluddin. 2015. Analisisis Kelayakan Finansial dan Strategi
Pengembangan Usaha Industri Rumahan Gula Semut (Palm Sugar) dari
Nira Nipah di Kelurahan Pallantikang. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian, Vol. 1 (2015) : 76-94. Takalar. Sulawesi Selatan.
Kurniawan, H., Nursigit, B., dan Joko N.W.K. 2018. Pendugaan Umur Simpan
Gula Semut dalam Kemasan dengan Pendekatan Arrhenius. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem. Vol.6, No. 1 : 93-99.
Lutony, T.L. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rachman Kadir dan Yudo Sudarto. 1992. Nipah Sumber Pemanis.
Kanisius.Yogyakarta
Radam, R. 2016. Buku Berbagai Produk dari Tumbuhan Nipah (Nypa fruticans
Wurmb). Universitas Lambung Mangkurat Press. Banjarmasin. 146 Hal.
Sutarno, H., R.E. Nasution dan E.I. Sedidjoprapto. 1995. Pohon Kehidupan.
Badan Pengelola Gedung Manggala Wanabakti Jakarta. Prosea
Indonesia, Bogor.
Syarief, R., Halid, H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Laboratorium
Rekayasa Proses Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai