PENDAHULUAN
Selain itu, harga jual yang tinggi membuat tanaman perkebunan menjadi
salah satu penyumbang devisa negara. Saat ini terdapat puluhan jenis komoditas
perkebunan yang cukup potensial, antara lain kopi, kakao, karet, tembakau, kelapa
sawit, maupun komoditas perkebunan lainnya. Salah satu komoditas unggulan sub
sektor perkebunan adalah kopi dan karet. Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu
komoditi perkebunan strategis karena selain memenuhi kebutuhan domestik juga
dapat sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara. Potensi pengembangan
komoditas perkebunan di Indonesia sangat besar yaitu komoditas karet, kelapa
sawit, coklat, teh, kopi, dan kina. Sebagian besar tanaman perkebunan tersebut
merupakan usaha perkebunan baik milik pemerintah maupun swasta yang mulai
mengalami peningkatan, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan rakyat.
Pentingnya peranan Perusahaan Daerah sebagai Badan Usaha Milik Daerah, maka
1
dalam menjalankan usahanya, Perusahaan Daerah dituntut lebih profesional
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sebagai salah satu
sumber penerimaan daerah potensial.
Tujuan: Untuk mengetahui bagaimana prospek agroindustri kopi dan lateks serta
strategi pengembangan agroindustri tersebut.
Manfaat:
2
Universitas Islam Jember, sekaligus bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman kopi baru
dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar
daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab melalui para saudagar Arab
(Rahardjo, 2012). Kopi mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1696 yang dibawa
oleh VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau Jawa dan hanya
bersifat coba-coba karena hasilnya memuaskan dan cukup menguntungkan maka
VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar penduduk menanamnya.
Sistematika tanaman kopi menurut Najiyanti dan Danarti, (2004) adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiaceace
Genus : Coffea
4
b. Coffea canephora menghasilkan kopi dagang Robusta.
Kopi merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh pada kondisi yang
optimal, batang tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh terus dapat mencapai
ketinggian 12 mdpl. Tanaman kopi yang diterapkan teknik budidaya, penampilan
tanaman akan berbeda sesuai sistem pangkasan yang digunakan, sehingga bentuk
tajuk tanaman juga berbeda-beda. Umumnya tanaman yang terpelihara ketinggian
pohon diusahakan 2-3 m dari permukaan tanah (Najiyanti dan Danarti, 2004).
Lateks adalah getah kental, sering kali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Di dalam lateks mengandung
25-40% bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air
dan zat yang terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-
3% protein, 1-2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn,
Cu, Mn dan Fe. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum
lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan partikel bulat sampai lonjong.
5
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan dilakukan dalam dua sesi, yaitu sesi pertama pada tanggal 11
Februari 2019 melakukan kunjungan di PDP Kopi Kahyangan yang mana
diberlakukan sistem kelompok secara bergiliran untuk meninjau lokasi pabrik
pengolahan dan bagian pemasaran kopi robusta setelah selanjutnya diberikan sesi
tanya jawab dan dokumentasi. Sedangkan tanggal 13 Februari 2019 melakukan
kunjungan lapang di perkebunan ufdiling Gunung Pasang Desa Kemiri
Kecamatan Panti. Pada perkebunan ufdiling Gunung Pasang, mahasiswa di ajak
berkeliling melewati kebun karet dan meninjau pabrik lateks serta mendengarkan
arahan Bapak Sulung selaku moderator dan karyawan ufdiling Kaliputih.
6
BAB IV
PDP Kahyangan Jember merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Jember bergerak pada bidang
perkebunan. Perusahaan Daerah Perkebunan Kahyangan Jember merupakan salah
satu perusahaan daerah yang menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD)
Kabupaten Jember. PDP Kahyangan Jember dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jember Nomor 1 Tahun 1969 yang
kemudian diperkuat lagi dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Jember Nomor 15 Tahun 1989 dan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat
II Jember Nomor 7 Tahun 1997 tanggal 25 Januari 1997.
7
Kabupaten Jember dengan HGU tanggal 13 Agustus 1994 dengan SK No.
56/HGU/BPN/1994.
PDP Kahyangan Jember merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah
yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Jember bergerak pada bidang perkebunan.
Lokasi dari Perusahaan Daerah Perkebunan Kahyangan Jember yaitu di Jalan
Gajah Mada No. 245 Jember. Status PDP Kahyangan Jember (BUMD) yaitu
sesuai Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1969 tanggal 12 Februari 1969. Perusahaan
Daerah Perkebunan Kahyangan Jember bergerak pada bidang perkebunan yang
terdiri dari 5 kebun dengan luas kurang lebih 3.000 Ha per kebun.
8
BAB V
Pada umumnya musim panen kopi hanya sekali dalam setahun antara akhir
Bulan Mei-September. Produk olahan kopi yang diproduksi di Perusahaan Daerah
Perkebunan Kahyangan Jember berupa kopi sangrai dan kopi bubuk serta kopi
lanang. Kopi gelondong merupakan kopi hasil petikan dari kebun yang masih utuh
dan belum terpisah dari daging buahnya. Olahan kopi yang dihasilkan yaitu kopi
robusta dengan pengolahan sebanyak 6-10 karung per hari dan 60kg per karung.
Hasil akhir setelah proses roasting per 60kg menjadi 5 bak dengan bobot 47kg.
Rincian harga yang dikeluarkan untuk kopi robusta ini antara lain: kopi
sangrai kemasan 500gr seharga Rp 22.000, kopi bubuk 100gr seharga 20.000 dan
kopi lanang mentah seharga Rp 100.000/kg dan sangrai Rp 150.000/kg serta
bubuk Rp200.000/kg. Dengan perhitungan kasar, maka diperoleh omset sebesar
180-200 juta/bulan.
Hasil output lateks dijual dengan harga Rp 14.000/kg yang biasa dan Rp
20.000/kg kualitas bagus dengan kuantitas yang dihasilkan sebanyak 6-7
kuintal/hari. Untuk pemasaran melalui satu pintu yaitu bagian pemasaran di
kantor pusat. Di sini kebun hanya sebatas melaporkan pada pusat. Kebun Gunung
Pasang khusus mengolah kreb, ketika sudah siap maka langsung dikirim ke parik
Gentong untuk di pak 80kg/ball untuk kreb dan sheet 113/kg, kemudian di pres
9
kotak lalu dilapisi oleh minyak tanah dan tap powder untuk menghindari jamur.
Dengan hasil output 160-180 ton/tahun.
Untuk pemasaran produk ini juga dilakukan melalui lelang. Penjual atau
pembeli sebagai pelaku lelang tidak bertemu langsung. Sistem lelang berbasis
online, di mana informasi lelang akan dikirim melalui email setiap agroindustri
tetap atau perusahaan. Jangka waktu sistem lelang 1 x 24 jam dari informasi
lelang produk yang dikirim melalui email. Penetapan harga produk kopi
berdasarkan bursa internasional dan pasar lokal. Pembeli sebagai pelaku lelang
dapat mengajukan tawaran harga produk berulang kali melalui balasan email.
Kekuatan (Strengths)
10
4) Harga Jual yang Bersaing
Harga jual produk olahan kopi dan lateks ditetapkan oleh bursa pasar
internasional dan pasar lokal serta. Selain itu, agroindustri menetapkan harga
produk di atas harga produk di pasar lokal dan kesesuaian biaya produksi yang
dikeluarkan. Sehingga harga jual produk olahan kopi relatif terjangkau antara
produk olahan kopi lainnya untuk setiap kemasan. Harga jual yang relatif
terjangkau ini dapat menarik minat konsumen. Harga jual juga memberi daya tarik
kepada sales dan retailer untuk memasarkan produk olahan kopi dan lateks dalam
kuota yang besar.
Kelemahan (Weaknesses)
1) Lokasi Usaha
Agroindustri kopi dan lateks memiliki saluran pemasaran yang kurang efisien.
Kemasan produk kopi sangrai dan kopi bubuk masih berupa kemasan
plastik dengan labelisasi dari stiker. Kemasan kopi sangrai 500 gr, kopi bubuk 200
gr, dan 50 gram. Labelisasi produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan. Izin
edar produk merupakan bukti bahwa produk tersebut layak dan aman untuk
beredar di pasaran. Namun, kemasan produk olahan kopi PDP Kahyangan Jember
belum memiliki informasi pada label yang terdiri dari barcode produk, komposisi,
tanggal produksi, alamat pihak produksi, dan cara penyajian produk. Informasi
tersebut penting sebagai jaminan produk terhadap konsumen. Dan untuk lateks
dalam bentuk lembaran.
11
4) Promosi Kurang
Peluang (Opportunies)
Bahan baku produk olahan kopi berupa kopi gelondong yang mudah
diperoleh dari kebun induk dan kebun bagian PDP Kahyangan Jember sehingga
hal ini merupakan peluang bagi agroindustri karena tidak adanya persaingan
memperoleh bahan baku.
2) Kepercayaan Konsumen
Pasar untuk memasarkan produk olahan kopi berupa kopi sangrai dan kopi
bubuk terbuka luas. Namun, agroindustri masih memasarkan produk olahan kopi
12
melalui sales, retailer dan dijual pada outlet atau kios-kios. Konsumen dari luar
Kabupaten Jember memperoleh produk kopi dari sales dan retailer sehingga
diperlukan perluasan daerah pemasaran produk olahan kopi.
4) Pengembangan Usaha
Ancaman (Treaths)
1) Perubahan Cuaca
2) Persaingan Pasar
3) Bantuan Pemerintah
13
4) Sistem Pembayaran
2. Harga jual produk yang bersaing dengan penerapan sistem pembayaran produk
secara tunai untuk memperlancar perputaran modal perusahaan dan memperluas
jangkauan pasar.
3. Tanggung jawab dan peran aktif pemerintah daerah sebagai pemilik dalam
mendukung kegiatan operasional pengembangan agroindustri produk olahan kopi.
14
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Strategi yang dapat diterapkan dalam agroindustri kopi adalah strategi S-T, yaitu:
2. Harga jual produk yang bersaing dengan penerapan sistem pembayaran produk
secara tunai untuk memperlancar perputaran modal perusahaan dan memperluas
jangkauan pasar.
3. Tanggung jawab dan peran aktif pemerintah daerah sebagai pemilik dalam
mendukung kegiatan operasional pengembangan agroindustri produk olahan kopi.
6.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Najiyati, S & Danarti. 2004. Kopi: Budidaya dan Penanganan Pasca Panen.
16