Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142 125

DAMPAK PENERAPAN KUOTA IMPOR TERHADAP


PERMINTAAN KARET ALAM INDONESIA OLEH NEGARA CHINA

Muhamad Ridho Syaffendi1, Amzul Rifin2 dan Siti Jahroh2


1Mahasiswa Program Studi Magister Sains Mayor Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
2Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
e-mail : 1 ridho.plp41@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia is once country with an open economy, trade is one way to get the source of income for the
country. therefore, Indonesian trying to be a exporters some excellent products, especially in the area of
rubber plantations. This study aims to look and identify the impact of the adoption quota production of
natural rubber to Indonesia and other major rubber producing countries in the ASEAN region, in this
study using a rubber commodity time series data to be analyzed quantitatively through descriptive models
and quantitative models. Deskritptif model used is multiple linear regression model. the results of this study
demand for natural rubber imports from ASEAN countries China is influenced by several variables that
the price of natural rubber, synthetic rubber prices , income per capita , exchange rates , and dummy
variables. Judging from the competitiveness of Indonesia's natural rubber can not compete in terms of price
with natural rubber Thai state, due to Indonesia's natural rubber are substitutes for natural rubber
Thailand, while for Malaysia, Indonesia's natural rubber relationship is complementary.

Keywords: domestic rubber, trade, natural rubber, policy, China

PENDAHULUAN Penting dan strategisnya komoditi karet


alam ini tidak hanya dirasakan oleh negara-
LATAR BELAKANG
negara produsen karet alam, seperti
Karet alam merupakan salah satu dari Indonesia, Vietnam, India, Thailand dan
beberapa komoditi perkebunan yang Malaysia, tetapi juga dirasakan oleh negara-
diperdagangkan di dunia. Komoditi ini negara konsumen/pengimpor. Negara-
merupakan komoditi yang memiliki nilai negara konsumen mempunyai kepentingan
guna yang cukup penting bagi kalangan yang kuat akan kesinambungan pasokan
industri di negara-negara maju seperti karet alam sebagai bahan baku industri
Amerika, Jepang, China dan lain sebagainya. strategis, seperti industri ban otomotif,
Negara-negara berkembang yang wilayahnya industri peralatan militer, industri sarana
berada disekitar khatulistiwa pada umumnya medis (sarung tangan, kondom, catether) dan
merupakan negara yang dapat menghasilkan lain-lain. Disatu pihak, negara-negara pro-
komoditi karet ini, termasuk diantaranya dusen menginginkan harga yang tinggi,
negara-negara yang berada di kawasan Asia namun di lain pihak, negara-negara kon-
Tenggara (ASEAN). Selain itu, karet alam ini sumen menginginkan harga yang rendah.
merupakan salah satu komoditi industri hasil Oleh karena itu, keseimbangan antara
tanaman tropis yang mempunyai peranan produksi karet alam (yang dipasok oleh
penting dan strategis dalam mendukung negara-negara produsen) dengan konsumsi
perekonomian nasional, utamanya sebagai (untuk kebutuhan industri di negara-negara
sumber perolehan devisa dan sumber nafkah konsumen), sangat menentukan terciptanya
berjuta-juta petani karet di pedesaan sehingga harga yang saling menguntungkan bagi
dapat membendung arus urbanisasi, serta kedua belah pihak (negara produsen dan
sebagai penyedia lapangan kerja bagi buruh negara konsumen).
pabrik karet.

Dampak Penerapan Kuota Impor… Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh
126 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142

Permintaan terhadap karet alam dari negara China merupakan pengkosumsi karet
negara-negara maju terus mengalami alam yang terbesar di dunia (26.5 persen)
peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertumbuhan konsumsi karet
dengan meningkatnya kebutuhan akan karet sebesar 5.72 persen (Lihat Tabel 1).
alam sebagai bahan baku industri. Berbanding terbalik dengan negara Amerika
Permintaan lebih cenderung dilakukan oleh dan Jepang yang mengalami penurunan laju
negara-negara maju yang telah memiliki konsumsi sebesar -1.19 persen dan -3.67
teknologi di bidang industri yang telah maju. persen. Penurunan laju konsumsi kedua
Pada saat ini terdapat empat negara yang negara maju tersebut disebabkan karena pada
merupakan negara pengimpor karet terbesar tahun 2008 negara-negara didunia mengalami
pada tahun 2012 menurut Internasional Trade krisis ekonomi, dimana efek dari krisis ini
Center (ITC) permintaan terhadap karet alam secara langsung mengakibatkan pereko-
di dunia pada tahun 2012 (Lihat Gambar 1) nomian negara-negara maju mengalami
sebesar 8,238,487 ton yang didominasi oleh penurunan. Hal tersebut menimbulkan
China (RRC) sebesar 2,176,969 ton, Amerika dampak terhadap impor karet alam negara-
Serikat (USA) sebesar 968,890 ton, Malaysia negara tersebut dari negara-negara peng-
sebesar 871,788 dan Jepang sebesar 709,994 impor (Lihat Tabel 1).
ton (ITC,2013). Berbeda dengan China, tingginya
China merupakan konsumen terbesar permintaan karet alam China disebabkan
untuk komoditi karet alam di dunia, setelah karena pertumbuhan sektor industri negara
China berhasil menetapkan kebijakan untuk tersebut yang cukup tinggi (10 Persen per
melakukan perdagangan bebas dengan tahun) yang dipicu karena adanya
negara-negara di sekitarnya. Hal tersebut pertumbuhan yang cukup pesat di sektor
didukung dengan memburuknya pereko- industri negara tersebut. Pertumbuhan
nomian Amerika Serikat beberapa tahun industri China yang pesat tersebut terutama
belakangan ini menyebabkan China menjadi dibidang otomotif dan perkapalannya
negara yang menarik bagi negara-negara membuat negara ini membutuhkan karet
produsen karet alam di sekitarnya sebagai alam dalam jumlah yang besar sebagai bahan
tujuan perdagangan pemasaran karetnya. baku, sehingga dapat dilihat hasilnya pada
Walaupun permintaan terhadap karet saat ini China merupakan negara konsumen
alam oleh pasar dunia relatif fluktuatif namun karet alam terbesar didunia. Secara tidak
dari Gambar 1 dilihat permintaan tersebut langsung kondisi yang terjadi pada saat ini
cenderung tumbuh dan meningkat. Semakin menandai adanya pergeseran peta konsumsi
meningkatnya permintaan secara tidak dari kawasan Amerika-Eropa ke kawasan
langsung akan mempengaruhi harga dari Asia.
karet alam tersebut. Tahun 2012 dapat dilihat

Gambar 1. Permintaan Karet Alam di Dunia 2005-2012.


Sumber : Intrance.2013

Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh Dampak Penerapan Kuota Impor…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142 127

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Permintaan Karet Alam Negara-Negara Importir Tahun 2007-2012.
Republic
Tahun World China United Stated Japan Malaysia
of Korea
2007 7,937,014 1,648,109 1,028,658 855,794 634,944 393,752
2008 7,534,272 1,681,485 1,052,315 857,688 522,474 373,579
2009 6,500,864 1,710,678 704,831 605,429 739,412 346,337
2010 7,832,892 1,861,367 944,969 758,097 678,882 402,140
2011 8,438,885 2,100,916 1,048,854 795,430 667,812 415,234
2012 8,202,480 2,176,969 968,890 709,994 871,788 410,333
laju pertumbuhan
0.66 5.72 (1.19) (3.67) 6.55 0.83
karet alam
Sumber: Intrance. 2013 (diolah)

Walaupun konsumsi karet alam sesuai dengan pertumbuhan untuk budidaya


mengalami penurunan pada tahun 2009, komoditi karet, dan kebijakan pemerintah
namun dapat dilihat terjadi pertumbuhan yang mendukung. Lain halnya dengan negara
yang positif di tahun-tahun berikutnya (Lihat Malaysia dimana ekspor dan produksi
Gambar 1). Hal ini menunjukan komoditi karetnya akan cenderung mengalami
karet alam masih merupakan komoditi yang penurunan disebabkan karena kebijakan
menguntungkan untuk dikembangkan. Pada pemerintahannya yang mengarah kepada
saat ini terdapat beberapa negara yang dapat sektor industri sehingga karet yang dihasilkan
menghasilkan karet di wilayahnya (ITC,2013), dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
namun tidak semua negara dapat menjadi dalam negeri dari negara tersebut
produsen karet alam yang bertujuan untuk Tabel 2 menunjukan laju pertumbuhan
memperdagangkannya, hal tersebut ter- dari masing-masing negara produsen karet
gantung dari kebutuhan karet alam di alam di dunia berdasarkan organisasi ITC
masing-masing negara tersebut. Apabila (2013). Dapat dilihat laju pertumbuhan
kebutuhan karet alam besar di negara produksi karet alam dunia hanya sebesar 0,07
tersebut, maka produksi akan diprioritaskan persen sedangkan permintaan karet alam dari
untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya negara-negara produsen memiliki angka
terlebih dahulu. sebesar 0,66 persen (tabel 3), hal ini
Semakin bertambahnya konsumsi karet menunjukkan bahwasannya permintaan
alam dari tahun ke tahun menunjukan bahwa terhadap karet alam memiliki laju lebih besar
komoditi karet alam masih menjadi dibandingkan produksi yang dihasilkan
primadona ekspor bagi negara-negara negara-negara maju. Sedangkan dari segi
produsen karet alam. Didukung dengan pertumbuhan produksinya negara Indonesia
pertumbuhan industri di setiap negara merupakan negara produsen karet alam yang
terutama negara pengimpor menyebabkan memiliki pertumbuhan sebesar 0.31 persen
kebutuhan akan karet alam ini terus tertinggi di dunia, yang diikuti negara
mengalami peningkatan. Berdasarkan dari Thailand. Pesatnya laju pertumbuhan karet
data pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa alam dari negara Indonesia disebabkan
terdapat tiga negara penghasil karet alam karena luasan areal perkebunan karet alam
yang juga merupakan negara eksportir karet negara Indonesia relatif lebih besar
alam di dunia yakni Thailand, Indonesia dan dibandingkan negara-negara produsen lain,
Malaysia. Ketiga negara ini dapat menjadi didukung oleh iklim yang sesuai
negara produsen karet disebabkan karena menyebabkan Indonesia masih memiliki
beberapa kondisi yakni memiliki luas areal potensi untuk meningkatkan karet alamnya.
yang cukup luas, memiliki kondisi alam yang

Dampak Penerapan Kuota Impor… Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh
128 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142

Tabel 2. Ekspor Karet Alam Negara-Negara Penghasil Karet Alam Tahun 2012.
Eksporter Kuantitas (ton) Ranking Value ($) Ranking
Thailand 2,998,897 1 8,745,795 1
Indonesia 2,445,667 2 7,864,528 2
Malaysia 771,214 3 2,545,628 3
Viet Nam 644,307 4 1,953,165 4
Côte d'Ivoire 275,252 5 927,145 5
Germany 118,597 6 398,861 6
Singapore 90,639 8 315,207 7
Guatemala 103,136 7 294,191 8
Liberia 80,373 9 263,843 9
Belgium 69,514 10 227,563 10
Nigeria 62,135 11 206,559 11
India 16,415 13 84,182 12
Philippines 53,174 12 61,626 13
Sumber : ITC. 2013

Awal mula diterapkanya sistem kuota menderita akibat terus menurunnya harga
berawal dari turunnya harga karet alam yang karet di pasaran dunia adalah para petani, dan
dimulai sejak terjadinya krisis moneter pada apabila permasalahan ini tidak diatasi,
bulan Juli 1997, dimana pada saat itu nilai dikuatirkan para petani tidak tertarik lagi
mata uang negara-negara produsen karet untuk berusaha di bidang karet.
alam (seperti Thailand, Malaysia dan Dalam usaha menghindari terjadinya
Indonesia) telah terdepresiasi dengan nilai peristiwa serupa, negara-negara yang terdiri
mata uang US dollar. Pada mulanya, dari negara-negara produsen mendirikan
masyarakat perkaretan Indonesia mendapat perusahaan patungan karet alam bernama
keuntungan akibat terpuruknya nilai rupiah “International Rubber Consortium Limited
terhadap US dollar sampai 10 kali lipat (300- (IRCo) yang berfungsi sebagai pemberi
400%) dibandingkan dengan depresiasi informasi dan rekomendasi kepada masing-
negara-negara produsen karet utama lainnya, masing negara produsen untuk menetapkan
yaitu Thailand dan Malaysia (30-40%). Saat berapa besar kuota karet alam yang dapat
itu, pembeli luar negeri memalingkan diproduksi oleh masing-masing negara
perhatiannya kepada Indonesia yang masih produsen untuk menjaga agar permintaan
bisa menjual karet alam dengan harga lebih karet alam dan produksinya seimbang. Oleh
murah karena perbedaan tingkat keter- karena itu, munculah pertanyaan apakah
purukan nilai mata uang tersebut. konsep penerapan sistem kuota tersebut
Namun, pada semester kedua tahun efektif dalam menjaga agar harga karet alam
1998, ketika harga beras melonjak tiga kali tetap stabil dipasaran internasional dalam
lipat yang disebabkan karena terjadinya jangka menengah dan panjang dan seberapa
kegagalan panen sebagai dampak dari besar daya saing komoditi karet alam
kekeringan El Nino, petani karet menyadap Indonesia apabila dibandingkan dengan
lebih banyak (pagi, siang, malam), untuk negara-negara produsen karet alam.
memenuhi kebutuhan hidup mereka,
sehingga produksi dan ekspor karet alam dari TUJUAN PENELITIAN
Indonesia meningkat tajam. Peningkatan
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk
ekspor/supply tersebut, ternyata jauh
melihat dan mengidentifikasi dampak dari
melebihi kapasitas penyerapan konsumsi
penerapan sistem kuota perdagangan karet
karet alam dunia. Akibatnya, harga karet alam
alam terhadap Indonesia dan negara-negara
semakin terpuruk. Pihak yang paling
produsen karet lainnya dengan tujuan pasar

Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh Dampak Penerapan Kuota Impor…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142 129

karet alam China serta mengetahui daya saing Sehingga nantinya dapat diketahui faktor-
karet alam Indonesia dibandingkan negara- faktor apa yang mempengaruhi permintaan
negara produsen karet alam lainnya di pasar karet alam negara China. Analisis akan
karet alam China. mengunakan dua model yakni regresi
berganda dengan model Almost Ideal Demands
KERANGKA PEMIKIRAN OPERASIONAL System (AIDS). Model regresi digunakan
untuk memberikan gambaran mengenai pola
Penggunaan karet terus mengalami
konsumsi karet alam negara China dan
peningkatan yang cukup signifikan dalam
bagaimana perkembangannya, proporsi
beberapa tahun belakangan ini, khususnya
impor karet alam negara China. Kemudian
penggunaan karet yang berasal dari karet
dilanjutkan dengan melakukan pengolahan
alam. Hal tersebut seharusnya mengun-
data dengan menggunakan metode analisis
tungkan negara-negara produsen karet alam,
Almost Ideal Demands System (AIDS) guna
terutama Indonesia. Tujuan yang ingin
mengetahui elastisitas daya saing dari
dicapai dengan melakukan penelitian ini
masing-masing negara produsen karet alamdi
antara lain menganalisis pola konsumsi karet
pasar negara China tersebut.
alam negara China terhadap karet alam.

Meningkatnya Ekonomi Negara China yang


Terjadinya Krisis di Amerika dan Uni Eropa
Menurunkan Ekspor Karet Indonesia Menjadikannya Sebagai Raksasa Ekonomi Baru
Dunia

Meningkatnya Permintaan Bahan Baku Karet Alam Negara China


yang Menciptakan Peluang Pasar Baru Ekspor Karet Alam

Melakukan Analisis dampak penerapan kuota Melakukan Analisis elastisitas permintaan karet
impor terhadap permintaan karet alam alam dari masing-masing negara untuk melihat
Indonesia oleh negara China dengan daya saing dengan menggunakan metode
menggunakan Metode Regresi Berganda. Almost Ideal Demands System (AIDS).

Menganalisa hasil pengolahan data yang diperoleh

Implikasi dan Strategi Pengembangan Karet Alam Indonesia

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dampak Penerapan Kuota Impor… Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh
130 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142

METODE M* =α0*+ α1* Pt* + α2* PSt* + α3* GDPCt* + α4*


EXR* + α5* D*
Penelitian ini menggunakan data time Keterangan :
series dengan dianalisis secara kuantitatif M* = ln M
melalui model deskriptif dan model Pt * = ln Pt
kuantitatif. Model deskritptif digunakan PS* = ln PS
untuk mengidentifikasi pasar karet alam GDPC = ln GDPC
*

China dengan menggunakan model regresi D* = ln D


linear berganda, dan model berikutnya yang
digunakan adalah Model Almost Ideal Demand PENGUJIAN HIPOTESIS
System (AIDS) untuk mengetahui tingkat
Hubungan antara faktor-faktor produksi
elastisitas dari karet alam negara prudusen
dan hasil produksi digunakan analisis regresi
karet alam dipasar China.
dengan menggunakan metode kuadrat
Model regresi linear berganda yang
terkecil (MKT), karena itu, suatu model fungsi
digunakan pada penelitian ini terdiri dari
produksi terbaik harus memenuhi beberapa
beberapa faktor yakni impor karet negara
asumsi MKT antara lain tidak ada gejala
China dari negara-negara Asean, harga karet
multikolinearitas dan tidak ada autokorelasi.
alam, harga karet sintetik dunia, pendapatan
Pemenuhan asumsi MKT dapat dilakukan
perkapita dari negara China, nilai kurs tukar
dengan melakukan beberapa pengujian
antara yuan dengan dolar dan penggunaan
terhadap asumsi-asumsi tersebut, yakni :
variabel dummy untuk menentukan
a) Uji Multikolinearitas
keefektifan dari penerapan perjanjian pasar
Uji multikolinearitas digunakan untuk
bebas di kawasan Asean. Berikut model yang
mengetahui apakah terdapat korelasi
berhasil dibuat untuk persamaan regresi
antara variabel-variabel bebas satu dengan
berganda karet alam China :
yang lainnya di dalam fungsi produksi.
Suatu model yang baik adalah jika tidak
M = α0+ α1 Pt + α2 PSt + α3 GDPCt + α4 EXR +
ditemukan adanya gejala multi-
α5 D
dimana : kolinearitas. Adanya gelaja multi-
M = Impor karet China (t) kolinearitas dilihat dari nilai VIF (Variance
P = harga riil karet alam dunia Inflation Faktor). Apabila nilai VIF lebih
(USD/kg). besar dari 10 menunjukan adanya gejala
PS = harga riil karet sintetik dunia multikolinearitas variabel tersebut.
(USD/kg).
b) Uji Autokorelasi
GDPC = pendapatan perkapita negara China
Suatu model dikatakan baik apabila tidak
(USD/kapita)
EXR = Nilai tukar mata uang china terdapat autokorelasi diantara disturbance
terhadap dolar (Yuan/US$) termnya (cov (ei,ej) = 0, i≠j).pengujian
D = Dummy ( 1 = ACFTA diberlakukan, terhadap ada atau tidaknya autokorelasi
0 = ACFTA belum diberlakukan ) dalam model pengujiannya sebagai
berikut :
Model dalam bentuk double-log untuk Hipotesa :
persamaan regresi berganda : Ho = tidak terjadi korelasi
H1 = terjadi korelasi
Log M = log α0+ log α1 Pt + log α2 PSt + log α3 Kriteria uji :
GDPCt + log α4 EXR + log α5 D
Tolak H0 jika : d<dl atau d>4-dl
Terima H1 jika : du <d<4-du
Jika ditransformasikan kembali ke dalam
Tidak ada keputusan :
bentuk persamaan maka akan muncul
dl<d<du atau 4-du<d<4-dl
persamaan baru yakni sebagai berikut :
Pada output komputer dapat dilihat
apabila nilai Durbin-watson (DW) mendekati

Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh Dampak Penerapan Kuota Impor…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142 131

dua maka tidak terjadi masalah korelasi. Metode analisis kedua yang digunakan
Apabila pengujian terhadap asumsi MKT untuk menjawab pertanyaan dari perumusan
terpenuhi, selanjutnya dilakukan pengujian masalah yang diajukan adalah metode
terhadap statistika. Pengujian secara statistika analisis ekonometri dengan menggunakan
dibedakan menjadi dua antara lain : sistem persamaan permintaan. Salah satu
a) Pengujian terhadap keseluruh parameter model permintaan yang memenuhi kondisi
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk kontinyu dan tidak menurun dalam harga
mengetahui apakah model telah layak dan utilitas dan konkaf dan homogen
untuk menduga parameter dan fungsi berderajat satu terhadap harga (Silberbeg,
produksi. 1990) adalah model AIDS yang
Hipotesis : dikembangkan oleh Deaton dan Muellbauer
H0 = koefisien sama dengan 0 (1980) (Mutondo and Shida. 2007, Taljaard.
H1 = paling tidak ada satu koefisien ≠ 0, 2003, Griffith et al. 2001). Model matimatika
dengan i =1,2,3,4 yang digunakan adalah aproksimasi linier
Uji statistik yang digunakan adalah uji F : dari model AIDS (LA/AIDS, Linier
Apabila Ho ditolak berarti secara bersama- Aproximation/Almost Ideal Demand System)
sama variabel dugaan yang dimasukan ke dengan menggunakan software STATA versi
dalam model berpengaruh nyata terhadap 12,0. Adapun spesifikasi model yang
hasil produksi. Pengujian terhadap digunakan dalam penelitian adalah sebagai
keseluruhan parameter juga dapat berikut :
dilakukan dengan melihat nilai probability
(p-value) pada output komputer hasil dari Negara Thailand :
metode kuadrat terkecil. Apabila p-value S =α + β Ln +

kurang dari taraf nyata (α) yang
γ LnP +γ LnP +
digunakan maka variabel dugaan yang
dimasukan ke dalam model berpengaruh γ LnP +λ LnPS +
nyata terhadap hasil produksi.Model σ LnGDPC + ϕ LnEXR +
terbaik secara statistik adalah model yang £ Ln Dummy
mempunyai p-value kurang dari taraf
nyata (α) dan nilai koefisien determinasi Negara Indonesia :
(R2) yang tinggi. Semakin tinggi nilai dari
S =
R2, maka model yang digunakan semakin
baik dalam menduga variabel dan fungsi α + β Ln ∗ +γ LnP +
produksi. γ LnP +γ LnP +
b) Pengujian untuk masing-masing parameter λ LnPS + σ LnGDPC + ϕ LnEXR +
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
£ Ln Dummy
mengetahui apakah koefisien regresi dari
masing-masing variabel bebas yang
Negara Malaysia :
dipakai secara terpisah berpengaruh nyata
terhadap variabel tidak bebas. Karena itu, S =
dapat diketahui variabel bebas mana yang α + β Ln ∗ +
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak γ LnP +γ LnP +
bebas.
γ LnP +λ LnPS +
Hipotesis :
Ho = bi = 0 σ LnGDPC + ϕ LnEXR +
Hi = bi > 0 £ Ln Dummy

Dampak Penerapan Kuota Impor… Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh
132 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142

Dimana :
S = Pembagian pasar (share in market) ( ῶ
dari negara-negara yang mempro- Elastisitas harga silang : ɛ = ; ≠

duksi karet alam (i = Indonesia,
Malaysia dan Thailand) dalam seka- Elastisitas harga pengeluaran : ɳ = +1

li waktu (t=2000,2001,2002…..2011).
P = Harga dari Karet Alam (USD/t) Koefisien regresi pada model AIDS
PS = Harga dari Barang Substitusi (karet diduga dengan metode Seemingly Unrelated
sintetik)(USD/t) Regression (SUR). Sementara itu, untuk
MWD = Total pengeluaran China atas karet menduga koefisien regresi pada model
alam dari ASEAN (USD/t) permintaan impor lada putih digunakan
P* = Translog index harga dari waktu ke metode OLS (Ordinary Least Square). Uji-F dan
waktu. uji-t dilakukan guna melihat kesesuaian
GDPC = Gross Domestic Bruto negara China model. Berdasarkan output pengolahan model
EXR = Nilai tukar mata uang China AIDS, ditentukan nilai elastisitas-elastisitas
terhadap Dolar untuk Indonesia dan Vietnam, yaitu: (1)
D = Dummy ( 0 = sebelum ACFTA, 1 = elastisitas harga sendiri, (2) elastisitas harga
Sesudah ACFTA ) silang, dan (3) elastisitas pengeluaran dunia
atas impor lada putih atau dengan kata lain
Translog Indeks diukur dengan meng- elastisitas nilai impor lada putih dunia.
gunakan indeks stone : Elastisitas harga sendiri dihitung dengan
persamaan (16), elastisitas harga silang
Ln p* = ∑ ln dengan persamaan (17), dan elastisitas nilai
impor lada putih dunia dengan persamaan
Pangsa pasar merupakan indikator yang (18). Tabel 3 menunjukan ukuran-ukuran
menunjukan daya saing masing-masing elastisitas berdasarkan Model AIDS.
kelompok yang dianalisis dalam model AIDS.
Model Umum AIDS yang dibangun dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam penelitian ini diadopsi dari model yang
digunakan oleh Rifin (2010) dan Kriss (2013) HASIL PENGOLAHAN DENGAN
yang kemudian mengalami sedikit modifikasi ANALISIS REGRESI BERGANDA
sesuai dengan keperluan. Dalam usaha Analisis regresi dilakukan untuk
menjamin asumsi maksimisasi kepuasan agar menganalisis faktor-faktor yang telah diduga
terpenuhi, maka terdapat tiga restriksi yang mempengaruhi permintaan karet alam negara
harus dimasukkan kedalam model, yaitu China. Metode yang digunakan adalah
restriksi penjumlahan (adding up), restriksi metode Ordinary Least Square (OLS).
homogenitas dan simetri, namun dalam Persamaan menggunakan variabel harga
penelitian ini tidak digunakan karena karet alam dan harga karet sintetik, dimana
permintaan yang dianalisis adalah per- harganya diperoleh dari hasil pembagian
mintaan impor suatu negara atau beberapa antara ekspor karet alam seluruh negara
negara (dikatakan dunia). Elastisitas per- kawasan Asean dengan nilai valuenya. Harga
mintaan dari model AIDS dihitungan dengan karet sintetik digunakan adalah harga karet
menggunakan formula Chalfant (Jung dan sintetik dunia yang diperoleh dari pembagian
Ko. 2000) : perdagangan karet sintetik negara China dari
dunia dibagi nilai valuenya.
( ῶ
Elastisitas harga sendiri : ɛ = −1

Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh Dampak Penerapan Kuota Impor…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142 133

Tabel 3. Ukuran-ukuran Elastisitas Model AIDS.


Besar
No Istilah Keterangan
Elastisitas
1. Elastisitas Harga Sendiri
a. Ep = 0 Inelastis Pangsa pasar karet alam dunia suatu negara pengekspor
sempurna (sumber impor) tidak berubah (tetap/konstan) dengan
adanya perubahan harga karet alam negara pengekspor
(sumber impor) tersebut.
b. 0 < Ep < 1 Inelastis Pangsa pasar karet alam dunia suatu negara pengekspor
(sumber impor) berubah dengan persentase yang lebih
kecil dari pada perubahan harga karet alam negara
pengekspor (sumber impor) tersebut.
c. Ep = 1 Elastisitas Pangsa pasar karet alam dunia suatu negara pengekspor
unit (sumber impor) berubah dengan persentase yang sama
dengan perubahan harga karet alam negara
d. 1 < Ep < Elastis Pangsa pasar karet alam dunia suatu negara pengekspor
(sumber impor) berubah dengan persentase yang lebih
besar dari pada perubahan karet alam negara
pengekspor (sumber impor) tersebut.
e. Ep = ω Elastis Berapapun pangsa pasar karet alam dunia suatu negara
sempurna pengekspor (sumber impor), karet alam negara
pengekspor (sumber impor) tersebut tidak berubah
(tetap/konstan).
2. Elastisitas Silang
a. Ec > 0 Barang Kenaikan harga barang substitusi karet alam dari suatu
(positif) substitusi negara pengekspor (sumber impor) tertentu berakibat
pada meningkatnya pangsa pasar karet alam dunia
suatu negara pengekspor (sumber impor) tersebut.
b. Ec < 0 Barang Kenaikan harga barang komplemen karet alam dari
(negatif) komplemen suatu negara pengekspor (sumber impor) tertentu
berakibat pada turunnya pangsa pasar karet alam dunia
suatu negara pengekspor (sumber impor) tersebut.
a. Ec > 0 Barang Kenaikan harga barang substitusi karet alam dari suatu
(positif) substitusi negara pengekspor (sumber impor) tertentu berakibat
pada meningkatnya pangsa pasar karet alam dunia
suatu negara pengekspor (sumber impor) tersebut.
3. Elastisitas Nilai Impor Karet Alam Dunia
a. Ei > 0 (positif) Pangsa pasar karet alam dunia suatu negara pengekspor
(sumber impor) tertentu naik, sejalan dengan kenaikan
nilai impor karet alam dunia (kenaikan nilai impor
dunia mewakili perkembangan produksi karet alam
[kebutuhan input karet alam yang meningkat] dunia
yang juga menggambarkan perkembangan negara-
negara di dunia).
b. Ei < 0 (negatif) Pangsa pasar karet alam dunia suatu negara pengekspor
(sumber impor) tertentu turun, sementara nilai impor
karet alam dunia

Dampak Penerapan Kuota Impor… Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh
134 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142

Analisis regresi merupakan pengolahan kurang dari 10 (Lihat Tabel 4), hal ini
suatu data untuk mengukur kekuatan menunjukan model ini layak untuk dilakukan
hubungan antara variable respon dengan pengujian lanjutan.
variable prediktor, dapat juga digunakan Metode uji berikutnya adalah melihat
untuk mengetahui pengaruh suatu atau dari nilai Durbin-Watson(DW)nya, nilai DW
beberapa variable prediktor terhadap variabel yang mendekati angka dua tersebut yakni 2.09
respons (Irawan dan Astuti,2006). Model (Lihat Tabel 4) menunjukan bahwa tidak
regresi memiliki variabel respon (y) dan terdapat autokorelasi di dalam model
variabel (x). variabel respons adalah variabel tersebut. Dengan tidak terdapatnya per-
yang dipengaruhi suatu variabel predictor. masalahan yang dapat mengganggu kese-
Variabel respon sering dikenal variabel suaian model. Maka dapat dikatakan bahwa
dependen karena peneliti tidak bisa bebas model yang diajukan cukup baik untuk dapat
mengendalikannya, yang selanjutnya variabel digunakan untuk analisa selanjutnya, dimana
prediktor digunakan untuk memprediksi nilai pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah
variabel respon dan sering disebut variabel pengujian statistik dari model persamaan
independen karena peneliti bebas yang dilakukan.
mengendalikannya. Nugroho (2005) mengatakan bahwa nilai
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa koefisien determinasi yang baik jika diatas 0,5
faktor yang digunakan sebagai bahan persen (50 persen) karena nilai determinan
penelitian yakni, Import dari China, harga berkisar antara 0 hingga 1. Hasil pengujian
karet alam, harga karet sintetis dunia, statistik terhadap persamaan ini menunjukan
pendapatan domestic bruto (PDB) China, nilai koefisien R adjusted sebesar 96,3 persen
Kurs Mata Uang China dan Dummy (Lihat Tabel 5), artinya 96,3 persen
pengaruh dari penerapan ASEAN-China Free permintaan karet alam dari negara China
Trade Area (ACFTA). Sebelum dilakukan terhadap kawasan ASEAN dapat dijelaskan
analisa yang lebih lanjut, terlebih dahulu oleh variabel-variabel yang diajukan dalam
model persamaan dilakukan pengujian penelitian ini sedangkan sisanya sebesar 3,7
Ordinary least Square (OLS) kuadrat terkecil persen disebabkan karena variabel lain, antara
untuk melihat apakah variabel ini layak untuk lain jenis karet yang diperdagangkan, biaya
di analisis lebih lanjut, disebabkan karena transportasi, pajak yang diberikan terhadap
linear berganda sering terjadinya kolinearitas komoditi tersebut yang tidak dapat diperoleh
ganda (multikolinearitas). Maka pengujian datanya oleh peneliti sehingga tidak dapat
terhadap model perlu dilakukan. terekam dalam model yang telah diberikan.
Berikut ini akan dilakukan pengujian Apabila dilihat dari Uji F dari persamaan
multikolinearitas terhadap model. Menurut tersebut menunjukan pengaruh yang cukup
Nugroho (2005) mendeteksi multikolinearitas nyata dengan nilai F sebesar 75.464 dengan
dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF nilai p-value sebesar 0.001 menunjukan
(variance inflaction faktors)nya, nilai VIF yang bahwa secara simultan (bersama-sama)
lebih dari 10 menunjukan data terjadi faktor-faktor yang diajukan berpengaruh
multikolinearitas. Pada awalnya data nyata terhadap permintaan karet alam oleh
mengalami multikolienaritas namun setelah negara China dari kawasan ASEAN (Lihat
diolah dengan menggunakan metode Regresi Tabel 5).
Komponen Utama (RKU) diperoleh hasil VIF

Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh Dampak Penerapan Kuota Impor…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142 135

Tabel 4. Uji Multikolinearitas dan Uji Durbin – Watson (DW).


Variabel VIF
Harga Karet Alam (US$/ton) 1
Harga Karet Sintetik (US$/ton) 1
Pendapatan Perkapita 1
Nilai Tukar Mata Uang Yuan (Yuan/US$) 1
Variabel Dummy 1
Durbin - Watson 2.09

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi untuk Permintaan Karet China dari ASEAN.
Keterangan Koefisien T-Hitung P-value
Harga Karet Alam -0.02546 -0.587897 0.86
Harga Karet Sintetik 0.38557 13.379253 0.08**
GDP China 0.25184 13.056351 0.00*
Nilai Tukar Yuan/US$ 0.68810 12.502337 0.00*
Dummy 0.53339 4.265133 0.00*
Konstanta 19.64 11.069352 0.00*
R-Sq 0.982
R-Sq(adj) 0.963
F-hitung 75.464 0.001
Keterangan = *) berpengaruh pada taraf nyata 0.05
*) berpengaruh pada taraf nyata 0.10
*) berpengaruh pada taraf nyata 0.20

Analisis regresi yang telah dilakukan memenuhi persyaratan yakni diatas taraf
menunjukan pengaruh dari masing-masing nyata yang ditetapkan.
faktor-faktor produksi terhadap permintaan Persamaan regresi dari permintaan karet
impor karet alam negara China. Pengaruhnya alam negara China menunjukan bahwa
selain dapat dilihat dari koefisien yang telah harga karet alam tidak berpengaruh nyata
dijelaskan sebelumnya dapat juga dilihat nilai terhadap permintaan karet alam China, hal
p-valuenya. Pengaruh dari masing-masing ini ditunjukan dengan nilai p-value yang
faktor dapat diuraikan sebagai berikut : lebih besar dari taraf nyatanya. Apabila
a) Faktor Harga Karet Alam (PRN). dilihat dari hubungan antara faktor harga
Koefisien yang dihasilkan dari faktor PRN karet alam dengan permintaan karet
menunjukan bahwa apabila terjadi alamnya yang menunjukan nilai negatif,
peningkatan harga karet alam maka akan diketahui bahwa harga karet alam akan
menyebabkan permintaan karet alam di mengalami penurunan apabila terjadi
negara China turun sebesar 0.02546 persen, peningkatan permintaan terhadap karet
begitu juga sebaliknya dengan asumsi alam. Tapi efek penurunan harga karet
cateris paribus yakni faktor yang lain tetap, alam tersebut tidak dapat langsung secara
dan hasil uji statistik dengan meng- signifikan terjadi, disebabkan karena
gunakan nilai p-value dihasilkan angka pertumbuhan konsumsi karet alam China
sebesar 0.86 persen, dengan asumsi taraf yang tinggi, membuat China melakukan
nyata yang digunakan dalam penelitian ini perjanjian dagang dengan konsep contract
sebesar 0.05 persen menunjukan bahwa future dengan negara-negara produsen
faktor ini tidak berpengaruh nyata karet alam, dampak dari penerapan
terhadap permintaan karet alam negara perjanjian tersebut membuat harga karet
China dari negara-negara Asean, alam menjadi relatif stabil di pasar China.
disebabkan angka yang dihasilkan tidak Hal lain yang menyebabkan harga karet
alam tidak berpengaruh nyata di pasar

Dampak Penerapan Kuota Impor… Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh
136 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142

China disebabkan karena pada per- peningkatan permintaan terhadap karet


dagangan karet alam diterapkan sistem sintetik akan menyebabkan harga karet
kuota yang telah disepakati oleh tiga sintetik juga meningkat.
negara produsen utama karet alam dunia
c) Faktor Gross Domestic Bruto China
yakni Thailand, Indonesia dan China.
(GDPC).
Akibatnya harga karet alam yang di pasar
Faktor pendapatan perkapita (GDP) dari
tidak dapat merespon dengan cepat
negara China menunjukan hubungan yang
terhadap peningkatan permintaan dari
positif artinya setiap kali pendapatan
karet alam.
perkapita dari masyarakat China
b) Faktor Harga Karet Sintetik (PS). meningkat sebesar satu persen maka akan
Pada faktor harga karet sintetik diperoleh meningkatkan permintaan terhadap karet
nilai koefisien sebesar 0.38557, angka ini alam dari kawasan Asean sebesar 0.38557
menunjukan bahwa peningkatan satu persen, begitu juga sebaliknya dengan
persen harga karet alam akan meng- asumsi cateris paribus atau faktor yang lain
akibatkan peningkatan terhadap permin- dianggap tetap, hal ini menunjukan bahwa
taan karet alam sebesar 0.38557 persen, pertumbuhan ekonomi China yang sedang
begitu juga sebaliknya dengan asumsi melesat tinggi membuat kebutuhan akan
cateris paribus yaitu faktor yang lain karet alam semakin meningkat.
dianggap tetap. Walaupun pada dasarnya Nilai P yang dihasilkan dari faktor ini
karet sintetik belum dapat mengungguli adalah sebesar 0.00 persen dimana angka
karet alam dari segi elastisitas produknya yang dihasilkan masih dibawah asumsi
namun untuk beberapa produk peng- taraf nyata yakni 0.05 persen menunjukan
gunaan kedua jenis karet ini mutlak perlu bahwa faktor ini berpengaruh nyata
digabungkan untuk mendapatkan produk terhadap permintaan karet alam negara
sesuai dengan yang diharapkan. Faktor China dari kawasan Asean. Artinya
harga sintetik setelah dilakukan pengujian peningkatan pendapatan perkapita dari
statistik diperoleh nilai p-value sebesar masyarakat China akan meningkatkan
0.08 persen angka ini menunjukan bahwa permintaan terhadap karet alam dari
faktor ini berpengaruh nyata terhadap negara tersebut kepada negara-negara
permintaan karet alam, disebabkan karena produsen di kawasan Asean.
besaran angka yang dihasilkan berada
d) Nilai tukar mata uang (ERX).
dibawah taraf nyata yang diasumsikan
Faktor nilai tukar mata uang yen terhadap
yakni sebesar 0.10 persen. Hubungan
dollar memberikan pengaruh yang nyata
positif dari faktor karet alam sintetik ini
yakni ditandai dengan nilai ERX hal ini
memberikan informasi bahwa pening-
dibuktikan dengan nilai P yang berada
katan permintaan karet alam akan
dibawah 0.05 persen dengan asumsi cateris
menyebabkan harga karet sintetik mening-
paribus yang artinya faktor lain dianggap
kat, ini menunjukan bahwa industri
tetap. Hubungan yang menunjukan nilai
pengolahan karet di China lebih cen-
positif, berarti bahwa jika terjadi
derung untuk mengkombinasikan kedua
peningkatan nilai mata uang yuan
jenis karet ini untuk produk-produk yang
terhadap dolar sebesar satu satuan akan
berbahan karetnya sehingga ketika
meningkatkan permintaan terhadap karet
permintaan karet alam meningkat maka
alam dari Asean sebesar 0.25184 satuan.
permintaan karet sintetik juga meningkat.
Hal tersebut dapat terjadi disebabkan
Karena bahan baku karet sintetik berasal
karena nilai tukar negara-negara produsen
dari bahan bakar minyak menyebabkan
karet alam dengan dolar, pada saat ini
harga keret alam sintetik lebih tinggi
masih lebih rendah apabila dibandingkan
dibandingkan harga karet alam, sehingga
terhadap yuan dengan dolar.

Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh Dampak Penerapan Kuota Impor…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142 137

e) Dummy (D). HASIL PENGOLAHAN DENGAN


Faktor dummy digunakan untuk MENGGUNAKAN AIDS
mengetahui dampak dari penerapan Analisis Almost Ideal Demand System
kebijakan perdagangan bebas antara (AIDS) merupakan metode analisis yang
negara China dengan kawasan Asean digunakan oleh ekonom untuk mempelajari
(ACFTA), dimana kebijakan tersebut prilaku dari konsumen didalam penelitian ini
dimulai semenjak tahun 2001. Didalam adalah negara China (Muelbauer. 1980).
faktor dummy penggunaan angka 0 Model AIDS mempunyai share anggaran
ditujukan untuk tahun sebelum perjanjian yang merupakan fungsi linear dari logaritma
tersebut diterapkan, sedangkan angka 1 total anggaran (pendapatan). AIDS adalah
digunakan untuk tahun setelah kebijakan model permintaan yang diturunkan dari
mulai diberlakukan. Berdasarkan hasil fungsi utilitas tak langsung yang linear dalam
dari analisis yang dilakukan dapat log total pendapatan. Sehingga model ini
diketahui bahwa kebijakan perdagangan sesuai digunakan untuk melakukan
bebas berpengaruh nyata dapat dilihat penelitian ini.
dari nilai koefisiennya sebesar 0.00. Penelitian ini akan mencoba untuk
Sehingga penerapan kebijakan per- menganalisis seberapa besar elastisitas dari
dagangan bebas juga membuat permintaan karet alam negara China terhadap
permintaan terhadap karet alam China ketiga negara yang menjadi penyedia bahan
yang berasal dari negara produsen juga baku karet di pasar China. Penelitian
meningkat. dilakukan dengan menggunakan faktor-
faktor harga karet alam dunia, harga karet
Ternyata dari hasil analisis diketahui
alam Indonesia, harga karet alam Malaysia,
terdapat empat faktor yang mempengaruhi
harga karet alam Thailand dan harga karet
permintaan karet alam negara China dari
alam negara-negara ASEAN selain ketiga
kawasan Asean yakni harga karet alam
negara produsen utama (Other ASEAN
sintetik, pendapatan perkapita rakyat China,
Country), harga karet sintetik, kurs mata uang
nilai tukar kurs dan penerepan perdagangan
negara Indonesia, kurs mata uang negara
bebas Asean-China (Dummy). Sedangkan
Malaysia dan kurs mata uang negara Thailand
faktor harga karet alam tidak berpengaruh
dan terakhir pendapatan perkapita dari
nyata pada taraf 5 persen.
negara China. Setelah dianalisis akan di-
peroleh hasil seperti pada Tabel berikut ini:

Tabel 6. Hasil Analisis Almost Ideal Demand System (AIDS) Indonesia terhadap Pasar China.
Indonesia
Prediktor
Koefisien z-hitung P-value
Konstanta -0.366 -1.58 0.115
Harga Dunia -0.075 -0.91 0.362
Harga Indonesia -0.017 -0.35 0.723
Harga Thailand 0.038 2.21 0.027*
Harga Malaysia 0.102 3.56 0.000*
Harga Other Asian Country -0.048 -1.27 0.204
Harga karet sintetik -0.059 -1.56 0.118
Pendapatan Perkapita 0.139 4.88 0.000*
Kurs Indonesia -0.044 -2.26 0.024*
Model AIDS Indonesia R2=0.8421 P-Value 0.0000*
Harga Sendiri Harga Silang Pengeluaran
Indonesia -0.941 - 0.460
Thailand - 0.578 -
Malaysia - 0.840 -

Dampak Penerapan Kuota Impor… Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh
138 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142

KARET ALAM INDONESIA TERHADAP Indonesia tidak akan cepat berpengaruh


PASAR KARET ALAM CHINA terhadap peningkatan atau penurunan
Hasil dari analisis dengan menggunakan permintaan, tetapi akan ada jeda waktu dari
AIDS untuk analisis elastisitas karet alam perubahan harga karet alam Indonesia
Indonesia terhadap pasar China dengan dengan perubahan permintaan terhadap karet
dibandingkan kepada negara-negara pro- alam itu sendiri. Sifat inelastis tersebut juga
dusen karet alam lain di kawasan ASEAN dikarenakan beberapa hal yakni masih
menunjukan bahwa pasar karet alam kurang baiknya mutu karet alam Indonesia
Indonesia memiliki nilai R2 sebesar 0,8421 dibandingkan dengan negara-negara pesaing
dengan nilai p-value lebih kecil dari taraf lainnya menyebabkan produk karet alam
nyata sebesar 5 persen (Tabel 6). Ini diartikan Indonesia di pasar China kalah bersaing
bahwa model yang dihasilkan dapat diterima dengan produk karet alam negara-negara lain.
dengan baik, sesuai dengan pendapat Ragam produksi karet alam Indonesia masih
Nugroho (2005) bahwa nilai determinasi terbatas jenisnya apabila dibandingkan
dikatakan baik jika diatas 0,5 atau 50 persen dengan negara Thailand dan Malaysia, dan
karena nilai berkisar antara 0 sampai 1. pada umumnya masih terbatas pada
Sehingga variabel penjelas pada model AIDS produksi-produksi karet alam mentah (raw
yang digunakan dapat menjelaskan sebesar material) dan produk setengah jadi. Oleh
84,21 persen keragaman data, sedangkan karena itu, nilai ekspor karet alam Indonesia
sisanya 15,79 persen dijelaskan faktor lain. masih lebih rendah dibandingkan dengan
Pada model AIDS karet alam Indonesia, negara pesaing lainnya untuk pasar karet
menunjukan bahwa harga dari karet alam alam China.
Indonesia dipengaruhi oleh harga karet alam Elastisitas harga silang dari karet alam
Thailand dan Malaysia. Dapat dilihat harga Indonesia terhadap negara Thailand dan
karet alam Thailand dan Malaysia Malaysia menunjukan nilai positif sebesar
mempunyai nilai p-values dibawah taraf 0.57869 dan 0.62544 dengan hubungan
nyata 5 persen (0.05) (Tabel 6). Dan faktor substitusi, yang dapat diartikan bahwa
berikutnya yang mempengaruhi permintaan kenaikan harga karet alam Indonesia akan
karet alam Indonesia di pasar China adalah berakibat kepada meningkatnya permintaan
pendapatan perkapita dari negara China itu karet alam negara Thailand dan Malaysia. Ini
sendiri dan nilai kurs tukar mata uang Rupiah menyebabkan bahwa harga karet alam
terhadap Dolar Amerika dengan nilai p-value Indonesia apabila dinaikan akan menye-
lebih kecil dari taraf nyata 5 persen (Tabel 6). babkan konsumen karet alam China lebih
Elastisitas harga sendiri dari karet alam banyak mengimpor karet alam dari negara
Indonesia menunjukan nilai sebesar – 0,9415 Thailand dan Malaysia. Apabila dianalisis
(bersifat inelastis). Artinya ketika harga karet dengan menggunakan elastisitas pengeluaran
alam Indonesia turun sebesar satu persen dari karet alam Indonesia, maka karet alam
maka pangsa pasar karet alam Indonesia akan Indonesia masuk ke dalam barang normal.
mengalami kenaikan sebesar 0,9415 persen, Artinya permintaan terhadap karet alam
berlaku juga sebaliknya cateris paribus. Sifat Indonesia akan bertambah jika pendapatan
inelastis ini menunjukan bahwa permintaan masyarakat China bertambah. Sehingga
karet alam Indonesia tidak akan dipengaruhi apabila pendapatan perkapita masyarakat
langsung oleh harga dari karet alam Indonesia China meningkat maka konsumsi mereka
itu sendiri, artinya apabila harga dinaikan terhadap produk turunan dari karet akan
atau diturunkan maka permintaan karet alam meningkat akibatnya impor karet alam dari
dari negara China terhadap karet alam Indonesia juga akan meningkat.

Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh Dampak Penerapan Kuota Impor…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142 139

KESIMPULAN [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik


Indonesia. BPS ; Jakarta
1. Berdasarkan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan bahwa permintaan impor _____. 2013. Statistik Indonesia. BPS ; Jakarta
karet alam negara China dari kawasan Bonar, M.Sinaga dan Elwamendri.2004.
ASEAN dipengaruhi oleh beberapa faktor Perdagangan Karet Alam Antara
yakni harga karet alam, harga karet Negara Produsen Utama Dengan
sintetik, pendapatan perkapita, nilai tukar Amerika Serikat. Jurnal. Universitas
Udayana
mata uang, dan penerapan pasar bebas
antara Asian-China (dummy) . Didapat Commodities Insight. 2013. Konsumsi Karet
bahwa variabel yang berpengaruh nyata Alam Indonesia. Volume 1, Januari
antara lain adalah variabel harga karet 2013.PT Bank Mandiri (Persero).
sintetik, pendapatan perkapita, nilai tukar Dinas Perindustrian. 2009. Roadmap Industri
mata uang dan faktor dummy dengan taraf Pengolahan Karet dan Barang Karet.
nyata sebesar 5 persen. Untuk variabel Direktorat Jenderal Industri Agro dan
harga karet alam tidak berpengaruh nyata Kimia. Jakarta.
pada taraf 5 persen. Deaton A dan John Muellbauer.1980. An
2. Dilihat dari daya saingnya karet alam Almost Ideal Demand System The
Indonesia belum dapat bersaing dari segi American Economic Review, Vol. 70,
harga karet alam, disebabkan karena karet No. 3. (Jun., 1980), pp. 312-326.
alam Indonesia bersifat substitusi terhadap Dollan, E.G. 1974. Basic Microeconomics:
karet alam Thailand, sehingga untuk bisa Principles and Reality. The Dryden
bersaing dengan karet alam Thailand Press, Illionis
dalam memperebutkan pasar negara
Elwamendri.2000. Perdagangan Karet Alam
China, Indonesia harus menekankan Antara Negara Produsen Utama dan
kepada kualitas produk bahan bakunya. Amerika Serikat. Tesis. Program
Sedangkan untuk negara Malaysia, Pascasarjana:IPB
hubungan karet alam Indonesia bersifat
Green, A and Julian M. Alston.1991.American
komplementer artinya saling melengkapi, Journal of Agricultural Economics, Vol. 73,
hal ini menunjukan bahwa karet alam No. 3. (Aug., 1991), pp. 874-875
yang diekspor oleh negara Malaysia ke
Gonarsyah, I. 1983. An econometric Financial
pasar China merupakan karet alam
Statistic Yearbook (any Published),
Indonesia yang telah mengalami International Monetery Fund,
pengolahan produk sehingga sesuai Washington, DC.
dengan standar karet alam di China.
Hanani, N dan Falhiyah. 2012. Daya Saing
Karet Alam Indonesia di Pasar
Internasional.Jurnal. Dinas Koperasi
DAFTAR PUSTAKA dan UKM Jawa Tengah.
Anwar, C.2006. Perkembangan Pasar dan
Handerson, J.M and R.E. Quandt. 1980.
Prospek Agribisnis Karet di Indonesia.
Microeconomic Theory : A
Lokakarya Budidaya Tanaman Karet,
Mathematical Approach. McGrow-Hill
pada tanggal 4-6 September 2006.
International Student Edition,
Medan.
Singapore.
Banson, W.H. and J.M. litvack.1981.
Halwani, H. 2002. Ekonomi Internasional dan
Macroeconomics. 2nd Ed. Harper and
Globalisasi Ekonomi. Penerbit Ghalia
Row Publisher, New York.
Indonesia : Jakarta

Dampak Penerapan Kuota Impor… Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh
140 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142

Hendratno, S. 1989. Analisis Pasar Karet Alam Lind, M dan Wathen. (2007). Teknik-teknik
TSR dan RSS Indonesia. Tesis. Magister Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi
Sains. Program Pascasarjana, Institut Menggunakan Kelompok Data Global.
Pertanian Bogor, Bogor. Salemba Empat. Jakarta

Hermaningsih, S. 2002. Penawaran dan Limbong, W.H. 1994. Keragaan Karet Alam
Permintaan Teh dan Teh Olahan di Indonesia Ditinjau Dari Jenis
Pasar Domestik. Magister Sains. Pengusahaan dan Wilayah Produksi.
Program Pascasarjana, Institut Disertasi Doktor. Program
Pertanian Bogor, Bogor Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
[IMF] International Monetery Fund.2007.
World Economic Financial Surveys: Lipsey, R G. 1987. Pengantar Mikroekonomi
Regional Economic Outlook Asia and terjemahan Economics 7th Edition. Jaka
Pacific. Oct 2007 Wisana dkk. Binarupa Aksara : Jakarta.

Irawan, N. dan Astuti S.P., (2006), “Mengolah Lolowang, TF. 1999. Analisis Penawaran dan
Data Statistik dengan Mudah Permintaan Kakao Indonesia di Pasar
Menggunakan Minitab 14”, Penerbit Domestik dan Internasional. Tesis
Andi, Yogyakarta. Magister Sains. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[ITC] Internasional Trade Center.2011. Trade
Rubber in World. [MRB] Malaysia Rubber Board.2013. Natural
http://www.intracen.org. Diakses Rubber Statistik 2013. Malaysian
tanggal 31 November 2011 Rubber Boards

[IRSG] International Rubber Study Group. Muslim, Ahmad. 1990. Indonesian Natural
2004. Rubber Statistical Bulletin, Rubber Supply and Demand Analysis
International Rubber Study Group, and Policy Implication. Ph.D
Wembley, London. Dissertation. Department of
Agricultural Economics, Mississippi
________. 2008. Rubber Statistical Bulletin, State University, Mississippi
International Rubber Study Group,
Wembley, London Novianti, Tanti dan Hendratno. 2008. Analisis
Penawara Karet Alam Indonesia ke
________. 2012. Rubber Statistical Bulletin, Negara China. Jurnal Manajemen
International Rubber Study Group, Agribisnis, vol 5. Vol 5 no 1. Maret 2008.
Wembley, London. Hal 40:51
Koutsoyiannis, A. 1975. Theory of Ng, CS.1986. Marketing of Malaysian Rubber
Microeconomics. Halsted Press Book, Trends and Strategies.Malaysian Rubber
Ontario. Research and Develovment Boards
________. 1977. Theory of Microeconomics : An (MRRDB). Monograph No. 12
Introductory Exposition of Econometric Nugroho,A. 2005. Strategi Jitu memilih
Methods.2nd Ed. The MacMillan Metode statistic Penelitian dengan
Publisher Ltd, London. SPSS, Andi Jogyakarta
Krugman, Paul, R, dan Obstfeld, Maurice, Rifin A. 2010. An analysis of Indonesia’s palm
2000. Ekonomi Internasional Teori dan oil position in the world market: a two-
Kebijaksanaan, Jakarta: Rajawali Press. stage demand approach. Oil Palm
Labys, W.C. 1973. Dinamic Commodity Industry Economic Journal; 10(1): 35-42.
Model : Specification, Estimation and Kuala Lumpur (Malaysia): Malaysian
Simulation. Mass D.C. Helth and Palm Oil Board Ministry of Plantation
Company, lexington. Industries and Commodities.

Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh Dampak Penerapan Kuota Impor…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142 141

Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional Jilid 1.


Edisi ke-5. Munandar H, penerjemah;
Sumiharti Y, editor. Jakarta (Indonesia):
Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
International Economic.

Sihite, M. 1994. Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Ekspor Impor Minyak
Sawit Indonesia Ke Jepang. Skripsi.
Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Sunarto, K.2000. Pengantar Sosiologi, Edisi


Kedua, Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas ekonomi.

Supranto. (2008). Statistik: Teori dan Aplikasi.


Erlangga. Jakarta

Sugiyono.(1999). Statistika Untuk Penelitian.


Bandung: CY Alfabeta

Tety, E. 2002. Penawaran dan Permintaan


Karet Alam Indonesia di Pasar
Domestik dan Internasional.Tesis
Magister Sains. Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wulandari, A. 2006. Analisis Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi Ekspor Karet Dari
Indonesia Ke Amerika Serikat Kurun
Waktu 1980-2003. Skripsi. Program
Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.

[Uncomtrade] United Commodity Trade.


2013. Commodity Statistik.
http://comtrade.un.org/db.

Parhusip, A B. 2008. Potret Karet Alam


Indonesia. Economic Review No. 213.
September.

Pindyck, R.S. and P.L. Rubinfeld. 1991.


Econometric Models and Economic
Forecast 3rd Ed. McGraw-Hill
International Edition, Singapore.

Pramesti, G.2009. Aplikasi SPSS dalam


Penelitian. PT Elex Media Komputindo;
Jakarta.

Portal Nasional Indonesia. 2011. Indonesia


Memiliki Perkebunan Karet Terluas di
Dunia. http://www.indonesia.go.id.
Diakses tanggal 25 Desember 2011

Dampak Penerapan Kuota Impor… Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh
142 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 2, Desember 2013); halaman 125-142

Muhamad Ridho Syaffendi, Amzul Rifin dan Siti Jahroh Dampak Penerapan Kuota Impor…

Anda mungkin juga menyukai