Anda di halaman 1dari 49

PENDUGAAN STRUKTUR POPULASI ITIK LOKAL

DI KECAMATAN SUNGAI GERINGGING

KABUPATEN PADANG PARIAMAN

SKRIPSI

Oleh :

ZETRA AINUL PUTRA


0910611040

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Peternakan
Universitas Andalas

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
PENDUGAAN STRUKTUR POPULAS ITIK LOKAL
DI KECAMATAN SUNGAI GERINGGING
KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Oleh :

ZetraAinul Putra, dibawah bimbingan


Dr. Rusfidra, S.Pt, MP dan Ir. H. Syafruddin, Dt. TM, MS
Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang, 2015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menduga struktur populasi itik lokal di


Kecamatan Sungai Geringging. Penelitian ini menggunakan 4.516 ekor ternak itik
yang dipelihara oleh 45 peternak di empat Nagari yaitu Nagari Malai III Koto,
Nagari Kuranji Hulu, Nagari Batu Gadang dan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu.
Penelitian dilakukan dengan metode survey. Pengambilan data dilakukan dengan
sistem purposive sampling. Peubah yang dihitung dalam penelitian ini yaitu jumlah
itik jantan dewasa (Nm), jumlah itik betina dewasa (Nf), jumlah itik jantan muda,
jumlah itik betina muda (ekor) dan jumlah anak itik (ekor). Penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Sugai Geringging Kabupaten Padang Pariaman mulai
dari tanggal 12 Januari sampai 12 Februari 2015. Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa jumlah populasi itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging
sebanyak 4.516 ekor. Populasi tertinggi terdapat di Nagari Malai III Koto yaitu
1.606 ekor (35,56%). Strukturpopulasi itik lokal di Kecamatan Sungai Geringing
Kabupaten Padang Pariaman adalah itik dewasa (83,12 %), itik muda (15,40 %),
dan anak itik (1,48 %). Jumlah populasi aktual (Na) 3.754 ekor, ukuran populasi
efektif (Ne) itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang
Pariaman adalah 664 ekor. Rasio itik jantan dewasa dan itik betina dewasa adalah 1
: 21.

Kata Kunci : Struktur Populasi, Itik Lokal, Populasi Efektif


KATA PENGANTAR

Allhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan kripsi penelitian ini dengan judul Pendugaan Struktur Populasi

Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.

Rusfidra, S.Pt, MP selaku pembimbing I dan Bapak Ir. H. Syafruddin, Dt, TM,

MS selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran

yang sangat berguna dalam menyelesaikan skripsi ini..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaannya,

dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, semoga skripsi ini dapat

menambah pengetahuan ilmiah dan bermamfaat bagi kita semua.

Padang, Februari 2016

Zetra Ainul Putra


DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL........................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vi

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah..................................................................... 2

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asal Usul Itik .............................................................................. 4

2.2. Struktur Populasi......................................................................... 6

2.2.1 Populasi Aktual................................................................... 8

2.2.2 Populasi Efektif.................................................................. 9

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Materi Penelitian.......................................................................... 10

3.2. Metode Penelitian........................................................................ 10

3.3. Analisis Data................................................................................ 10

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Wilayah Penelitian.......................................................... 12

4.2. Pemeliharaan Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging......... 12


4.3. Struktur Populasi Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging... 15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. …………………………………………………………..
Kesimpulan…………………….. 21

5.2. Saran .................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22

LAMPIRAN.................................................................................................. 24

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................... 40


DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Gambaran Umum Manajemen Pemeliharaan Itik Lokal di Kecamatan


Sungai Geringging Kabupaten Pariaman………………………………. 13

2. Populasi dan Persentase Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging


Kabupaten Padang Pariaman…………………………………………… 16

3. Populasi Aktual Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging


Kabupaten Padang Pariaman................................................................... 17

4. Populasi Efektif Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging


Kabupaten Padang Pariaman................................................................... 18
DAFTAR GAMBAR

Tabel Teks Halaman

1. Pemeliharaan Itik Lokal Ektensif ………………………………………… 14

2. Pemeliharaan Itik Lokal di Areal Persawahan………………………….. 14

3. Pemeliharaan Anak Itik Lokal………………………………………......... 15

4. Pemeliharaan Itik Lokal Dewasa didalam Kandang dan


Penggembalaan menuju Kandang ................................................................ 40
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Struktur Populasi Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging


Kabupaten Padang Pariaman……………………………………….. 24

2. Struktur Populasi Itik Lokal di Nagari Malai III Koto


Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman……… 28

3. Struktur Populasi Itik Lokal di Nagari Kuranji Hulu


Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman……... 31

4. Struktur Populasi Itik Lokal di Nagari Batu Gadang


Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman……… 34

5. Struktur Populasi Itik Lokal di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu


Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman……… 37
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan eksplorasi sumber daya genetik merupakan kegiatan pengumpulan

plasma nutfah di dalam maupun diluar habitatnya. Kegiatan ini dilakukan terhadap

komoditi ternak lokal yang memiliki ciri khas karakteristik tertentu. Eksplorasi

dilaksanakan untuk mengetahui potensi sumber daya genetik ternak lokal. Setioko,

Soiyana dan Sunandar. (2005) menjelaskan bahwa pada dasarnya kegiatan evaluasi

plasma nutfah ternak lokal merupakan kegiatan eksplorasi, identifikasi, evaluasi

dan pemanfaatan serta pelestarian ternak lokal yang memiliki potensi genetik asli

Indonesia. Evaluasi plasma nutfah bertujuan untuk menjaga kestabilan dan

mempertahankan keanekaragaman populasi agar dapat dimanfaatkan semaksimal

mungkin untuk kesejahteraan manusia tanpa mengabaikan kaidah-kaidah

pelestarian ternak.

Menurut Ismoyowati (2008) itik lokal merupakan salah satu plasma nutfah

ternak Indonesia. Upaya pelestarian dan pengembangan itik lokal harus diupayakan

guna mempertahankan keberadaan plasma nutfah ternak Indonesia yang telah

beradaptasi dengan lingkungan setempat. Itik merupakan penghasil daging, telur

dan juga bulu, itik dapat hidup dan berkembang biak dengan pakan yang sederhana

sesuai dengan potensi wilayah.

Menurut Nova, Hayati dan Nindiasari (2011) selain kepadatan populasi juga

perlu mencari gambaran peluang semakin besar/kecil populasi tersebut di waktu

mendatang. Data yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menggambarkan

peluang semakin besar atau kecil suatu populasi di waktu-waktu mendatang adalah

data jumlah populasi dan struktur populasi saat sekarang.


Setyabudi (2010) menjelaskan, bahwa ternak unggas merupakan salah satu

komoditi yang pertumbuhannya sangat cepat. Seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta meningkatnya pendapatan penduduk dan

kesadaran terhadap kebutuhan protein hewan akan menyebabkan permintaaan

terhadap hasil produksi peternakan seperti daging dan telur cenderung meningkat.

Itik merupakan salah satu jenis ternak unggas yang potensial dalam menghasilkan

daging dan telur.Bedasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat

(2012), jumlah populasi itik di Indonesia sekitar 43.487.520 ekor dengan produksi

daging 28.180.000 kg dan telur 256.200.000 kg.

Stuktur populasi adalah komposisi populasi yang meliputi jenis kelamin

jantan dan betina, kemudian kelompok umur antara lain seperti anak, muda, dan

dewasa. Yalti (2012), menyatakan bahwa jumlah itik Bayang di Kecamatan Bayang

Kabupaten Pesisir Selatan ayam jantan dewasa sebanyak 1.150 ekor (4,08%), dan

ayam betina dewasa 13.823 ekor (48,95%), ayam jantan muda 1.135 ekor (4,02%)

dan ayam betina muda 11.255 ekor (39,85%), dan anak ayam 881 ekor (3,12%).

Sedangkan Hasibuan (2012), populasi ternak itik Kamang di Kecamatan Tilatang

Kamang Kabupaten Agam ayam jantan dewasa sebanyak 484 ekor (11,72%), dan

ayam betina dewasa 1.026 ekor (24,84%), ayam jantan muda 514 ekor (12,44%)

dan ayam betina muda 1.005 ekor (24,33%), dan anak ayam 1.102 ekor (26,67%).

Berdasarkan pra penelitian yang di lakukan peneliti menyatakan bahwa

struktur populasi ayam Bangkok di Kecamatan Mungka sebanyak 174 (3,85%) ekor

ayam jantan dewasa, 3.580 (79,27%) ekor ayam betina dewasa, 147 (3,26%) ekor

ayam jantan muda, 548 (12,14%) ekor ayam betina muda dan 67 (1,48%) ekor anak

dengan total 4.516 ekor.


Sampai saat ini informasi populasi itik lokal di Kecamatan Sungai

Geringging belum terdokumentasi secara lengkap, sehingga upaya mengetahui

struktur populasi itik lokal yang ada di Kecamatan Sungai Geringging menjadi

sangat penting dan mendasar dalam rangka menunjang konservasi plasma nutfah.

Untuk mengetahui populasi dari itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging

maka perlu diketahui data dasar struktur populasi itik lokal, yang dapat digunakan

dalam melakukan program pemuliaan itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging.

Bedasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul

“Pendugaan Struktur Populasi Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging

Kabupaten Padang Pariaman”

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana struktur populasi, ukuran populasi aktual dan ukuran populasi

efektif itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah populasi aktual (Na) dan

jumlah populasi efektif (Ne) itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten

Padang Pariaman, sehingga dapat digunakan untuk program pelestarian itik di

Kecamatan Sungai Geringging.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asal Usul Itik

Unggas air banyak macamnya, mulai dari unggas air liar hingga unggas air

yang sudah diternakan. Dari serangkaian unggas itu terdapat unggas yang

mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, karena mampu memenuhi salah

satu hasrat hidup manusia kelas Aves, ordo Anserifomes, family Anatidae, sub

family Anatidae dan genus Anas (Srigandono, 1986). Menurut Rasyaf (1996)

menyatakan, serangkaian unggas terdapat unggas yang mempunyai arti penting

bagi kehidupan manusia, karena mampu memenuhi kebutuhan manusia.

Menurut Supriyadi (2009), sistematika zoology (ilmu yang mempelajari binatang)

dari itik adalah sebagai berikut:

 Kingdom : Animalia

 Filum : Chordata

 Kelas : Aves

 Ordo : Anseriformes

 Family : Anatidae

 Subfamily : Dendrocygninae

Anatidae

Aythynae

Merginae

Menurut Srigandono (1986) ternak itik mempunyai beberapa tanda atau

beberapa sifat khas yang membedakan dan menggolongkannya sebagai unggas air

(water fowl) dengan tanda sebagai berikut:


1. Itik mempunyai kaki (tertus) relatif pendek untuk ukuran badannya. Ketiga jari

terletak dibagian anterior dihubungkan oleh selaput yang memungkinkan itik

bergerak cepat didalam air.

2. Paruh itik dilapisi selaput. Sedangkan bagian ujungnya terdapat processus yang

mengeras. Dibagian dalam paruh terdapat lamella yang berfungsi sebagai

pencerna makanan.

3. Bulu itik berbentuk konkaf yang merapat erat kepermukaan badan. Karena itik

memiliki kelenjer minyak yang relatif besar, bulu-bulu itik senatiasa berminyak.

Dengan bantuan minyak tersebut maka dapat mencegah masuknya air, hingga air

tidak dapat mencapai permukaan kulit.

4. Bagian badan itik yang dapat dimakan relatif kecil bila dibandingkan dengan

ayam, daging berwarna lebih gelap sering digolongkan kedalam “darkmeat”.

Menurut Setyabudi (2010), klasifikasi itik bedasarkan tipenya dapat dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu itik tipe petelur, itik tipe pedaging dan iti tipe hias.

Selain itu, Supriyadi (2009), menyatakan bahwa di Indonesia terdapat bermacam-

macam jenis itik lokal dengan karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh daerah

lain. Sebagai contoh itik Tegal, itik Mojosari, itik Bali, itik Alabio, itik Cirebon, itik

Kerinci dan jenis lainnya. Secara umum, itik-itik lokal dikenal sebagai

Menurut Sarengat (1989) walaupun itik lokal Indonesia satu rumpun dengan

bangsa itik Indian Runner akan tetapi populasinya tersebar diseluruh wilayah

Indonesia dengan bermacam-macam nama menurut daerah atau lokasi asal

berkembangnya. Selain itu, Supriyadi (2009) menyatakan bahwa di Indonesia

terdapat bermacam-macam jenis itik lokal dengan karakteristik khas yang tidak

dimiliki oleh daerah lain. Sebagai contoh itik Tegal, itik Mojosari, itik Bali, itik
Alabio, itik Cerebon, dan jenis lainnya. Secara umum, itik lokal dikenal sebagai itik

asli Indonesia.

2.2 Struktur Populasi

Somantri dan Muhidin (2006) menjelaskan bahwa populasi adalah

keseluruhan elemen yang memilki karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai

objek penelitian. Populasi merupakan kumpulan individu suatu spesies yang

mempunyai potensi untuk melakukan hubungan secara dinamis antara satu individu

atau kumpulan organisme sejenis yang hidup dalam suatu daerah tertentu (Warwick,

dkk 1990). Menurut Herdiansyah (2010) mendefenisikan bahwa populasi adalah

keseluruhan objek, elemen atau unsur yang akan diteliti dan dapat berupa makhluk

hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan atau juga berupa benda mati.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bangka Belitung (2011) menjelaskan bahwa

struktur populasi adalah komposisi populasi yang meliputi jenis kelamin jantan,

betina, dan umur seperti kategori anak, kategori muda, kategori dewasa, dan

kategori tua. Untuk mengetahui struktur populasi tersebut dapat digunakan metode

survey dan observasi.

Bedasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Padang Pariaman (2012),

jumlah populasi itik di Kabupaten Padang Pariaman sekitar 168.012 ekor dengan

produksi daging 100.807 kg dan telur 766.135 kg. Telur dan daging itik merupakan

produk utuma dari ternak itik yang dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi

masyarakat.

Sistem manajemen pemeliharaan pada ternak itik juga mempengaruhi

tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Ranto dan Sitanggang

(2010), ada tiga sistem pemeliharaan yang bisa dilakukan untuk ternak itik seperti
sistem pemeliharaan tradisional, sistem pemeliharaan semi-intensif dan sistem

pemeliharaan intensif.

Sementara itu dalam pertumbuhan ternak itik untuk mendapatkan bibit yang

berkualitas tentunya telur tetas yang akan ditetaskan juga harus berkualitas.

Supriyadi (2009) menyatakan salah satu faktor untuk mendapatkan telur tetas yang

berkualitas yaitu telur yang berasal dari induk yang sehat dengan perbandingan

jantan betina 1 : 8 sampai 10 ekor dan telah masuk bulan ke tiga produksi dengan

kualitas pakan yang baik. Murtidjo (1988) berpendapat bahwa untuk mendapatkan

kualitas telur tetas yang berdaya tetas baik ditinjau dari perbandingan induk jantan

dan betina yaitu berbanding 1 : 6 sampai 8 ekor ternak itik.

Sementara (FAO, 1999; National Academy of Science, Henson, 1992)

menggunakan kerentanan populasi menjadi beberapa kategori:

 Extinct: (punah) species tidak dijumpai dalam kondisi liar selama 50 tahun

terakhir. Keadaan ini menjadi mutlak apabila tidak ada sama sekali ternak

jantan dan betina dewasa.

 Critical: (kritis) apabila jumlah ternak betina dewasa (breeding female)

apabila lebih kurang atau sama dengan 100 ekor atau jumlah total ternak

jantan dewasa (breeding male) kurang atau sama dengan 5 ekor atau

populasi secara keseluruhan kurang atau sama dengan 120 ekor dan selalu

berkurang dan persentase ternak betina yang kawin dengan pejantan dari

rumpun yang sama dibawah 80 %.

 Endangered: (terancam) apabila jumlah ternak betina lebih dari 100 ekor

atau lebih kecil dan sama dengan 1000 ekor atau jumlah total ternak jantan

dewasa lebih kecil atau sama dengan 20 ekor dan lebih besar dari 5 atau
seluruh populasi lebih besar dari 1000 dan lebih kecil atau sama dengan

1200 dalam kondisi berkurang.

 Critical – maintained atau Endangered – maintained: kategori ini

menunjukkan populasi kritis atau terancam, namun program konservasi aktif

dilakukan atau populasi dipertahankan oleh perusahaan komersial atau

lembaga penelitian.

 Not a risk: rumpun yang dikategorikan not a risk apabila tidak termasuk

kategori defenisi diatas dan jumlah ternak betina dan jantan dewasa masing-

masing lebih besar dari 1000 dan 20 atau apabila populasinya lebih besar

dari 1200 dan populasi secara keseluruhan meningkat.

2.2.1 Populasi Aktual

Jantan dewasa dan betina dewasa dari ternak yang produktif merupakan

factor yang paling diperhitungkan dalam perkembangan ternak. Hal ini

berhubungan dengan proses perkawinan ternak sampai mejadi bibit ternak yang

akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Subandriyo (2003) menjelaskan

bahwa populasi aktual adalah jumlah ternak jantan dan betina dewasa yang

digunakan untuk proses perkawinan yang akan menghasilkan bibit.

Menurut penelitian Yalti (2012), menyatakan bahwa jumlah populasi aktual

itik Bayang adalah 14.973 ekor. Sedangkan Hasibuan (2012), jumlah populasi

aktual itik Kamang adalah 1.510 ekor.

2.2.2 Populasi Efektif

Menurut Elisa (2007) ukuran populasi efektif (Ne), merupakan ukuran

bagaimana anggota populasi berproduksi dengan yang lain untuk meneruskan gen

ke generasi berikutya. Nilai Ne tidak sama dengan nilai Na dan biasanya nilai Ne
lebih kecil dari pada Na. sementara itu pada teori genetika populasi, menurut Arida

(2009) dalam cabang ilmu diterapkan nilai perbedaan antar populasi yang

digunakan untuk mengetahui derajat perbedaan diantara individu-individu dalam

suatu populasi. Ada beberapa nilai perbedaan antar populasi yang dibahas dalam

teori genetika populasi, nilai tersebut dapat digunakan untuk menghitung ukuran

populasi efektif (effective population size, dilambangkan dengan Ne), yaitu

perkiraan jumlah individu dari suatu populasi yang dapat menghasilkan keturunan

yang baik. Disamping itu, nilai ini juga berguna untuk memperkirakan tingkat

inbreeding suatu populasi yang mengindikasikan kecendrungan punahnya suatu

populasi.

Nugroho (2007) menyatakan, bahwa variasi genetik dari suatu populasi

akan menurun cepat jika ukuran populasi efektif induknya menurun. Nilai Ne ini

umumnya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah aktual (Na) yang ada

dalam populasi. Menurut penelitian Yalti (2012), menyatakan bahwa jumlah

populasi efektif itik Bayang adalah 4.246 ekor. Sedangkan Hasibuan (2012), jumlah

populasi efektif itik Kamang adalah 1.315 ekor.


III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Dalam penelitian digunakan populasi ternak itik lokal yang dipelihara oleh

peternak di Kecamatan Sungai Geringging yang terdiri dari empat Nagari, yaitu: di

Nagari Malai III Koto, Nagari Kuranji Hulu, Nagari Batu Gadang dan Nagari

Sungai Sirah Kuranji Hulu..

3.2 Metode Penelitian

Pada penelitian ini digunakan itik lokal yang dipelihara peternak di

Kecamatan Sungai Geringging yang memiliki minimal 40 ekor itik dengan metode

survey dengan sistem purposive sampling.

Peubah yang dihitung dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah itik jantan dewasa (ekor)

2. Jumlah itik betina dewasa (ekor)

3. Jumlah itik jantan muda (ekor)

4. Jumlah itik betina muda (ekor)

5. Jumlah anak itik (ekor)

3.3 Analisis Data

1. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menghitung

persentase (Suprianto, 1987)

Dimana :

P = Persentase
Xi = Nilai pengamatan ke-i
N = Jumlah sampel
2. Jumlah populasi aktual dihitung dengan menjumlahkan itik jantan dewasa
dengan itik betina dewasa (Falconer dan Mac Kay (1996).

3. Jumlah populasi efektif dihitung menurut Falconer dan Mac Kay (1996),

yaitu :

Keterangan :

Nm : jumlah itik jantan dewasa

Nf : jumlah itik betina dewasa

Na : jumlah populasi aktual

Ne : jumlah populasi efektif

4. Rasio itik jantan dan betina dewasa

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Nagari Malai III Koto, Nagari Kuranji Hulu,

Nagari Batu Gadang dan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu Kecamatan Sungai

Geringging Kabupaten Padang Pariaman. Dari tanggal 3 Februari sampai dengan

tanggal 3 Maret 2015.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Wilayah Penelitian

Kecamatan Sungai Geringging merupakan salah satu kecamatan yang berada

di Kabupaten Padang Pariaman. Kecamatan Sungai Geringging memiliki luas

wilayah (1.328,79 km2). Batas – batas wilayah Kecamatan Sungai Geringging

adalah sebagai berikut sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batang Gasan

dan Kecamatan Sungai Limau, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan V

Koto Kampung Dalam, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan IV Koto Aur

Malintang dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungai Limau.

Kecamatan Sungai Geringging 4 memiliki Nagari yaitu Kuranji Hulu, Malai

III Koto, Batu Gadang Kuranji Hulu dan Sungai Sirah Kuranji Hulu. Jumlah

penduduk Kecamatan Sungai Geringging pada tahun 2012 terdapat sebanyak 27.079

jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 12.954 (47,84%) jiwa dan penduduk

perempuan sebanyak 14.125 (52,16%)jiwa. (Kantor Kecamatan Sungai Geringging,

2012.)

4.2 Pemeliharaan Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging.

Itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging dipelihara secara tradisional

dengan pengembalaan secara berpindah-pindah dari suatu areal persawahan ke

areal persawahan yang telah di panen. Kandang didirikan dibelakang atau disebelah

rumah dan apabila padi sudah dipanen maka kandang juga dibuat ditengah-tengah

sawah dibuat menggunakan terpal atau jaring yang digunakan pada malam hari,

sedangkan pada siang hari itik dilepas disawah.


Tabel 1. Gambaran Umum Manajemen Pemeliharaan Itik Lokal di Kecamatan
Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman.
No Uraian Nagari Malai Nagari Kuranji Nagari Nagari
III Koto Hulu BatuGadang Sungai Sirah
Kuranji Hulu

1 Sistem Ekstensif Ekstensif Ekstensif Ekstensif


Pemelihara
an

2 Sistem Dilepas saja Dilepas saja Dilepas saja Dilepas saja


pemberian disawah disawah disawah disawah
pakan mencari mencari makan mencari makan mencari
makan sendiri sendiri kalau sendiri dan makan
dan apabila malam diberi apabila sudah sendiri kalau
sudah masuk dedak dengan masuk malam diberi
kandang diberi sagu oleh kandang diberi dedak dengan
bekicot oleh beberapa bekicot oleh sagu oleh
beberapa peternak. beberapa beberapa
peternak. peternak. peternak.

3 Jenis Dedak, bekicot, Dedak, nasi Dedak, Dedak, nasi


pakan butiran gabah sisa, butiran bekicot, sisa, butiran
yang tercecer gabah yang butiran gabah gabah yang
selepas panen tercecer yang tercecer tercecer
dan sisa dapur selepas panen, selepas panen selepas
cacing. dan sisa dapur. panen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan itik local di

Nagari Malai III Koto memiliki dua sistem yaitu dikandangkan dan digembalakan

di areal pesawahan, terdapat kesamaan system pemeliharaan di Nagari Kuranji

Hulu, Nagari Batu Gadang dan Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu yaitu

digembalakan diareal pesawahan. Pada itik yang dikandangkan terdapat jenis pakan

yang berbeda dengan jenis pakan yang pemeliharaan digembalakan diareal

pesawahan.

Hal ini disebabkan lahan yang ada di Kecamatan Sungai Geringging pada

umumnya digunakan sebagai lahan pertanian yaitu menanam padi. Jika pada waktu
musim tanam padi, maka ternak tidak boleh diangon kelokasi penanaman padi

maka itik diangon kenagari lain yang sudah panen. Keterbatasan lahan yang

dimiliki oleh peternak sebagai sarana tempat pemeliharaan ternak itik menjadi salah

satu factor utama menurunnya tingkat pemeliharaan itik oleh masyarakat per-

musim. Sistem pemeliharaan itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging dapat

dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Pemeliharaan itik lokal Gambar 2. Pemeliharaan itik lokal


ekstensif di areal pesawahan

Menurut Rasyaf (1996) menyatakan, serangkaian unggas terdapat unggas

yang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, karena mampu memenuhi

kebutuhan manusia.

Untuk manajemen pemeliharaan anak itik lokal di empat nagari relative

sama. Pemeliharaan anak itik lokal dipelihara didalam kandang boks yang

diletakkan dalam dapur memakai ventilasi angin yang terbuat dari kawat jaring.

Ada juga yang memelihara itik dengan kandang dibelakang rumah ditutupi dengan

terpal.

Pemberian pakan dan minum untuk anak itik diperhatikan oleh peternak.

Pakan komersil yang diberikan pada anak itik di Sungai Geringging ini adalah CP

511, nasi sisa dan setelah anak itik berumur 20 hari diberi dedak campur sagu.
Pemeliharaan anak itik lokal dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemeliharaan anak itik lokal

Pada Gambar 3 dapat dilihat anak itik dikandangkan secara semi-intensif

Kecamatan Sungai Geringging. Pemeliharaan tersebut bertujuan untuk mengontrol

pertumbuhan anak itik yang sesuai dengan manajemen pemeliharaan yang

diterapkan.

4.3 Struktur Populasi Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging

1. Jumlah itik lokal yang dipelihara.

Jumlah populasi dan persentase itik lokal di empat Nagari di Kecamatan

Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman disajikan pada Tabel 2.

Table 2. Populasi dan Persentase Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging


Kabupaten Padang Pariaman.
Dewasa (ekor) Muda (ekor) Anak Total
No Nagari
Jantan Betina Jantan Betina (ekor) (ekor)
1 Malai III Koto 54 1.313 34 180 25 1.606
2 Kuranji Hulu 20 828 32 128 13 1.021
3 Batu Gadang 64 994 50 136 24 1.268
4 Sungai Sirah 36 445 31 104 5 621
5 Total (ekor) 174 3.580 147 548 67 4.516
(3,85%) (79,27%) (3,26%) (12,14%) (1,48%) 100
Struktur populasi itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging adalah itik

dewasa 83,12%, itik muda 15,40%, dan anak itik 1,48%. Dari hasil penelitian

diketahui bahwa struktur populasi itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging

sebagian besar adalah itik betina dewasa, yang dijadikan sebagai itik petelur.

Dari keseluruhan sampel itik lokal di empat Nagari diketahui bahwa

populasi terbanyak berada di Nagari Malai III Koto berjumlah 1.606 ekor

(35,56%), di ikuti dengan Nagari Batu Gadang berjumlah 1.268 ekor (28,08%),

Nagari Kuranji Hulu berjumlah 1.021 ekor (22,61%), dan di Nagari Sungai Sirah

Kuranji Hulu berjumlah 621 ekor (13,75%). Jumlahitik jantan dari semua kategori

umur di empat nagari tersebut berjumlah 321 ekor (7,11 %) dan itik betina

berjumlah 4.128 ekor (91,41%). Peternak memelihara itik untuk mendapatkan telur.

Rasyaf (1996) menyatakan, serangkaian unggas terdapat unggas yang mempunyai

arti penting bagi kehidupan manusia, karena mampu memenuhi kebutuhan

manusia.

Berdasarkan pada Tabel 2, jumlah anak itik 67 ekor lebih sedikit dari total

jumlah itik muda dan itik dewasa. Hal ini dikarenakan peternak menetaskan telur

untuk dijadikan anak apabila sudah musim panen barulah peternak memperkirakan

waktu untuk menetaskan telur, selama musim bercocok tanam disawah maka telur

dijual untuk telur kosumsi. Selain itu itik tidak mempunyai sifat mengeram (non-

broodines) seperti pada unggas lain. Srigandono (1986) menyatakan, hilangnya

sifat mengeram pada itik disebabkan karena terjadinya mutasi-mutasi gen.

2. Jumlah Populasi Aktual (Na)

Populasi aktual (Na) dari itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging dapat

dilihat pada Tabel 4.


Tabel 3. Populasi Aktual Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten
Padang Pariaman.
Nagari
Peubah Batu
Malai III Kuranji Gadan Sungai Jumlah
Koto Hulu g Sirah (ekor)
Jantan dewasa (number
54 20 64 36 174
breed male) Nm
Betina dewasa (number
1.313 828 994 445 3.580
breed female) Nf
Poplasi Aktual (Na) 1.367 848 1.058 481 3.754

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah populasi aktual (Na) itik lokal di

Kecamatan Sungai Geringging adalah 3.754 ekor. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa jumlah populasi aktual (Na) Itik lokal di Kecamtan Sungai Geringging lebih

rendah dari hasil penelitian Yalti (2012), menyatakan bahwa jumlah populasi aktual

itik Bayang adalah 14.973 ekor, Sedangkan Hasibuan (2012), jumlah populasi

aktual itik Kamang adalah 1.510 ekor.

Dari hasil penelitian ini diketahui populasi aktual (Na) paling tinggi di

Nagari Batu Gadang karena karena memiliki luas wilayah pertanian yang tinggi.

Jumlah aktual jantan dan betina dewasa dari ternak yang produktif merupakan

faktor yang paling penting diperhitungkan dalam perkembangan ternak. Subandriyo

(2003), menjelaskan populasi aktual (Na) adalah jumlah ternak jantan dewasa dan

betina dewasa akan menghasilkan bibit.

3. Jumlah Populasi Efektif

Populasi efektif (Ne) dari itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging dapat

dilihat pada Tabel 5.


Tabel 4. Jumlah Populasi Efektif (Ne) Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging
Kabupaten Padang Pariaman.
Nagari
Malai Jumlah
Peubah
III Kuranji Batu Sungai (ekor)
Koto Hulu Gadang Sirah
Jantan dewasa (number
54 20 64 36 174
breed male) Nm
Betina dewasa
(number breed female) 1.313 828 994 445 3.580
Nf
Poplasi Efektif (Ne) 208 78 241 133 664

Jumlah populasi efektif (Ne) itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging yaitu

664 ekor. Pada tabel 5, jumlah populasi efektif (Ne) di Nagari Malai III Koto adalah

207 ekor, Nagari Kuranji Hulu 78 ekor, Nagari Batu Gadang 240 ekor, dan Nagari

Sungai Sirah Kuranji Hulu 133 ekor. Jumlah populasi efektif di Kecamatan Sungai

Geringging lebih rendah dari penelitian Yalti (2012), menyatakan bahwa jumlah

populasi efektif itik Bayang adalah 4.246 ekor, Sedangkan Hasibuan (2012), jumlah

populasi efektif itik Kamang adalah 1.315 ekor.

Arida (2009) menyatakan ada beberapa nilai perbedaan antara populasi yang

dibahas dalam teori genetika populasi. Nilai tersebut dapat digunakan untuk

menghitung ukuran populasi efektif (Ne), yaitu perkiraan jumlah individu dari

suatu populasi yang dapat menghasilkan keturunan yang baik. Disamping itu, nilai

ini juga berguna untuk memperkirakan tingkat inbreeding suatu populasi, yang

mengindikasikan kecendrungan punahnya suatu populasi. populasi itik lokal di

Kecamatan Sungai Geringging termasuk dalam kategori Endangered, Menurut

Henson 1992 (FAO, 1989; National Academy of Science, ) Endangered:

(terancam) apabila jumlah ternak betina lebih dari 100 ekor atau lebih kecil dan
sama dengan 1000 ekor atau jumlah total ternak jantan dewasa lebih kecil atau

sama dengan 20 ekor dan lebih besar dari 5 atau seluruh populasi lebih besar dari

1000 dan lebih kecil atau sama dengan 1200 dalam kondisi berkurang.

4. Rasio itik jantan dan betina dewasa

Perbandingan antara itik jantan dewasa dan itik betina dewasa (rasio seks)

secara keseluruhan adalah 1: 21. Perbandingan antara jantan dan betina ini tidak

sesuai dengan perbandingan jenis kelamin itik yang normal atau itik yang

dikandangkan. Supriyadi (2009), adapun perbandingan itik jantan danbetina

minimal 1:8-10. Ketidakseimbangan perbandingan itik jantan dan betina

disebabkan karena peternak lebih mengutamakan memelihara itik betina sebagai

itik petelur, karena pemeliharaan itik penghasil telur konsumsi tidak membutuhkan

itik jantan, karena kehadiran itik jantan hanya akan menghabiskan energi itik betina

(dikejar-kejar) dan mengurangi jatah pakan itik betina. Tanpa itik jantan pun, itik

betina dapat bertelur namun peternak yang menaruh itik jantan biasanya satu

diantara seratus ekor betina. Gunanya untuk melindungi itik betina jika ada hewan

pemangsa seperti kucing.Selain itu, itik betina akan merasa lebih tenang jika ada

itik jantan disampingnya. Disaat peternak menjadikan sebagai telur tetas yang akan

dijadikan bibit barulah peternak memakai itik jantan yang akan berdaya tetas baik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Struktur populasi itik lokal di Kecamatan Sungai Geringing Kabupaten

Padang Pariaman adalah itik dewasa (83,12%), itik muda (15,40%), dan

anak itik (1,48%). Jumlah populasi aktual di Kecamatan Sungai Geringging

Kabupaten Padang Pariaman 3.754 ekor.

2. Jumlah populasi efektif (Ne) itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging

Kabupaten Padang Pariaman adalah 664 ekor. Rasio itik jantan dewasa

dengan itik betina dewasa di Kecamatan Sungai Geringging adalah 1 : 21.

5.2 Saran

1. Diperlukan dukungan semua pihak dalam pelestarian itik lokal di Kecamatan

Sungai Geringging sebagai plasma nuftah Sumatera Barat.

2. Peternak perlu menambahkan itik jantan kedalam populasi untuk menjaga

rasio jantan dan betina yang ideal ( 1 : 6 )


DAFTAR PUSTAKA

Arida, A, E. 2009. Genetika populasi dan peranannya dalam usaha pelastarian


biawak komodo. http://blog.sivitas.lipi.go.id. Diakses 21 Juli 2012.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman. 2012. Jumlah Populasi


Beberapa Komoditas Peternakan. 2012.
http://www.bpsPadangPariaman.go.id. Diakses 11 Januari 2012.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bangka Belitung. 2011. Pengertian Sensus Sapi.
2011. http://www.bpsBangBel.go.id. Diakses 11 Januari 2012.

Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. 2012. Rekapitulasi Daging Ternak.


http://www.disnak.sumbarprov.go.iddisnak. Diakses 20 September 2013.

Elisa. 2007. Konservasi biodiversitas. Artikel pada situs


www.elisa1.ugm.ac.id.com. Diakses pada 21 Juli 2012

Falconer, D.S. and T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetic. 4th
edition. Addison WesleyLongman, Essex, UK.

Hasibuan, A, M, A. 2012.Struktur Populasi Itik Lokal di Kecamatan Tilatang


Kamang. Padang. Universitas Andalas.

Henson, E. L. 1992. In-situ conservation of livestock and poultry. FAO. Rome:


FAO National Academy of Science 99.

Herdiansyah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan Pertama. Selemba


Humanika. Jakarta.

Ismoyowati, 2008. Kajian deteksi produksi telur itik Tegal melalui


polimorfismeprotein darah. Animal Production, Mei 2008, hlm. 122 –
Jendral Soedirman, Purwokerto.

Kantor Kecamatan Sugai Geringging. 2012. Gambaran Profil Kecamatan Sungai


Geringging Tahun 2012. Kabupaten Padang Pariaman.

Murtidjo. 1988. Seni Budi Daya Mengelola Itik. Cetakan Ke Sebelas. Kanisius.
Yogyakarta.

Nogroho. E. 2007. Identifikasi DNA dengan menggunakan PCR marker DNA


sebagai alat bantu dalam pengelolaan stok induk untuk kegiatan budi daya
dan koservasi. Volume 2 nomor 2. Media Akualkultur. Bogor.

Nova, E. R. Hayati dan T. Nindiasari. Januari 2011. Ekologi populasi. Artikel


pendidikan biologi reguler FMIPA UNY. Artikel pada situs
http://www.sativa.go.id. Diakses 11 Januari 2012.
Ranto dan Sitanggang, M. 2010. Panduan Lengkap Beternak Itik. Cetakan ketujuh.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rasyaf, M. 1996. Beternak Itik Komersial. Edisi Kedua. Kanisius, Yogyakarta.

Sarengat, W. 1989. Inventarisasi nama-nama jenis bedasarkan warna bulu pada


populasi itik local daerah Magelang dan Tegal. Prosiding Seminar Nasional
Tentang Unggas Lokal. Fak. Peternakan Undip. Semarang.

Setioko, A, R. S Soiyana dan T Sunandar. 2005. Identifikasi sifat-sifat kulitatif dan


ukuran tubuh pada ternak itik Tegal, itik Cerebondan itik Turi. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Setyabudi, A. 2010. Panduan Sukses Beternak itik. Cetakan Pertama. Pinang


Merah. Yogyakarta.

Somantri dan Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Pustaka Setia.
Bandung.

Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Subandriyo. 2003. Koservasi sumber daya genetic ternak, pertimbangan, kriteria,


metoda dan strategi. Artikel pada situs http://www.j.konsv.com. Diakses 15
Juli 2012.

Suprianto, J. 1987. Teori dan Aplikasi Statistika. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta.

Supriyadi, M. 2009. Panduan Lengkap Itik. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Warwick, E. Astuti dan Harjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gajah Mada


University. Yogyakarta.

Yalti R. 2012. Struktur Populasi Itik Lokal di Kecamatan Bayang. Padang.


Universitas Andalas.
Lampiran 1. Struktur Populasi Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging
Kabupaten Padang Pariaman

Jumlah Kepemelikan
Nama
No Dewasa Muda Jumlah
Peternak Anak
Jantan Betina Jantan Betina Ternak
1 Riki 6 186 1 35 15 243
2 Imai 5 224 15 0 2 246
3 Asril 6 91 0 16 0 113
4 Sina 4 40 1 15 1 61
5 Samar 4 119 0 17 1 141
6 Nasril 5 45 3 8 0 61
7 Wati 4 77 3 25 0 109
8 Muti 1 29 2 11 2 45
9 Samsir 2 62 2 5 0 71
10 Supiak Pulau 1 80 0 17 3 101
11 Ratna 4 44 2 4 0 54
12 Bujang 4 81 1 7 1 94
13 Lina 2 96 3 17 0 118
14 Junaidi 3 65 1 0 0 69
15 Nur 3 74 0 3 0 80
16 M. Anih 2 135 10 21 1 169
17 Suman 3 151 9 18 1 182
18 Asdi 1 65 4 15 2 87
19 Muklis 2 40 1 0 0 43
20 Amran 4 111 4 22 0 141
21 Yulis 1 50 1 10 2 64
22 AsriKahar 2 75 2 8 2 89
23 Lina 2 71 1 21 3 98
24 Suardi 2 90 0 10 0 102
25 Yusdi 1 40 0 3 2 46
26 Anto 5 140 3 5 3 156
27 Andit 2 95 0 14 6 117
28 Oyon 7 81 4 5 0 97
29 Azwar 3 103 2 12 2 122
30 Sudirman 5 132 2 8 3 150
31 Hasan 6 66 0 14 1 87
32 Meri 6 55 6 8 4 79
33 Faisal 4 89 0 6 2 101
34 Rusdi 3 74 13 17 0 107
35 Samsul 9 44 13 25 0 91
36 Yunizar 3 87 4 10 3 107
37 Fendra 11 28 3 12 0 54
38 Samsir 5 53 3 14 1 76
39 Bambang 3 67 5 5 0 80
40 Jusmaida 4 25 11 35 0 75
41 Ali Mukni 5 66 0 4 0 75
42 Bolon 1 83 2 21 1 108
43 Edi 3 39 0 9 0 51
44 Suti 6 44 8 12 3 73
45 Ine 9 68 2 4 0 83
Total 174 3.580 147 548 67 4.516
Persentase 3,85 79,27 3,26 12,14 1,48 100

1. P % Itik Lokal di Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman


a. Persentase itik jantan dewasa

= 3,85 %

b. Persentase itik betina dewasa

= 79,27 %

c. Persentase itik jantan muda

= 3,26 %

d. Persentase itik betina muda


= 12,14%

e. Persentase anak itik

= 1,48 %

2. Jumlah Populasi aktual (Na) itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging


Kabupaten Padang Pariaman

Na = jumlah jantan dewasa + jumlah betina dewasa

Na = 174 + 3.580

Na = 3.754 ekor

3. Populasi Efektif (Ne) ternak itik lokal di Kecamatan Sungai Geringging


Kabupaten Padang Pariaman

Ne = 664 ekor

4. Rasio itik jantan dan betina dewasa

= 1 : 21
Lampiran 2. Struktur Populasi Itik Lokal di Nagari Malai III Koto Kecamatan
Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Jumlah Kepemilikan
Nama
No Dewasa Muda Jumlah
Peternak Anak
Jantan Betina Jantan Betina Ternak
1 Riki 6 186 1 35 15 243
2 Imai 5 224 15 0 2 246
3 Asril 6 91 0 16 0 113
4 Sina 4 40 1 15 1 61
5 Samar 4 119 0 17 1 141
6 Nasril 5 45 3 8 0 61
7 Wati 4 77 3 25 0 109
8 Muti 1 29 2 11 2 45
9 Samsir 2 62 2 5 0 71
Supiak
10 1 80 0 17 3 101
Pulau
11 Ratna 4 44 2 4 0 54
12 Bujang 4 81 1 7 1 94
13 Lina 2 96 3 17 0 118
14 Junaidi 3 65 1 0 0 69
15 Nur 3 74 0 3 0 80
Total 54 1.313 34 180 25 1.606
Persentase 3,36 81,75 2,12 11,21 1,56 100
1. P % Itik Lokal di Nagari Malai III Koto Kecamatan Sungai Geringging
a. Persentase itik jantan dewasa

= 3,36 %

b. Persentase itik betina dewasa

= 81,75 %

c. Persentase itik jantan muda


= 2,12 %

d. Persentase itik betina muda

= 11,21 %

e. Persentase anak itik

= 1,56 %

2. Jumlah Populasi Aktual itik lokal di Nagari Malai III Koto Kecamatan Sungai
Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Na = jumlah jantan dewasa + jumlah betina dewasa

Na = 54 + 1.313

Na = 1.367 ekor

3. Populasi efektif ternak itik lokal di Nagari Malai III Koto Kecamatan Sungai
Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Ne = 208 ekor
4. Rasio itik jantan dan betina dewasa

= 1 : 24
Lampiran 3. Struktur Populasi Itik Lokal di Nagari Kuranji Hulu Kecamatan
Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Jumlah Kepemelikan
No Nama Peternak Dewasa Muda Jumlah
Anak
Jantan Betina Jantan Betina Ternak
1 M. Anih 2 135 10 21 1 169
2 Suman 3 151 9 18 1 182
3 Asdi 1 65 4 15 2 87
4 Muklis 2 40 1 0 0 43
5 Amran 4 111 4 22 0 141
6 Yulis 1 50 1 10 2 64
7 Asri Kahar 2 75 2 8 2 89
8 Lina 2 71 1 21 3 98
9 Suardi 2 90 0 10 0 102
10 Yusdi 1 40 0 3 2 46
Total 20 828 32 128 13 1.021
Persentase 1,96 81,10 3,13 12,54 1,27 100

1. P % Itik Lokal di Nagari Kuranji Hulu Kecamatan Sungai Geringging


a. Persentase itik jantan dewasa

= 1,96 %

b. Persentase itik betina dewasa

= 81,10 %

c. Persentase itik jantan muda


= 3,13 %

d. Persentase itik betina muda

= 12,54 %

e. Persentase anak itik

= 1,27 %

2. Jumlah Populasi Aktual itik lokal diNagari Kuranji Hulu Kecamatan Sungai
Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Na = jumla hjantan dewasa + jumlah betina dewasa

Na = 20 + 828

Na = 848 ekor

3. Populasi efektif ternak itik lokal di Nagari Kuranji Hulu Kecamatan Sungai
Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Ne = 78 ekor

4. Rasio itik jantan dan betina dewasa


= 1 : 41
Lampiran 4.Struktur Populasi Itik Lokal di Nagari Batu Gadang Kecamatan
Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Jumlah Kepemilikan
Nama
No Dewasa Muda Jumlah
Peternak Anak
Jantan Betina Jantan Betina Ternak
1 Anto 5 140 3 5 3 156
2 Andit 2 95 0 14 6 117
3 Oyon 7 81 4 5 0 97
4 Azwar 3 103 2 12 2 122
5 Sudirman 5 132 2 8 3 150
6 Hasan 6 66 0 14 1 87
7 Meri 6 55 6 8 4 79
8 Faisal 4 89 0 6 2 101
9 Rusdi 3 74 13 17 0 107
10 Samsul 9 44 13 25 0 91
11 Yunizar 3 87 4 10 3 107
12 Fendra 11 28 3 12 0 54
Total 64 994 50 136 24 1.268
Persentase 5,05 78,39 3,94 10,73 1,89 100

1. P % Itik Lokal di Nagari Batu Gadang Kecamatan Sungai Geringging


a. Persentase itik jantan dewasa

= 5,05%
b. Persentase itik betina dewasa

= 78,39%

c. Persentase itik jantan muda


= 3,94 %

d. Persentase itik betina muda

= 10,73 %

e. Persentase anak itik

= 1,89 %

2. Jumlah populasi aktual itik lokal di Nagari Batu Gadang Kecamatan Sungai
Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Na = jumlah jantan dewasa + jumlah betina dewasa

Na = 64 + 994

Na = 1.058 ekor

3. Populasi efektif ternak itik lokal di Nagari Batu Gadang Kecamatan Sungai
Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Ne = 241 ekor

4. Rasio itik jantan dan betina dewasa


= 1 : 15
Lampiran 5. Struktur Populasi Itik Lokal di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Jumlah Kepemilikan

No Nama Peternak Dewasa Muda


Anak Jumlah
Jantan Betina Jantan Betina
Ternak
1 Samsir 5 53 3 14 1 76

2 Bambang 3 67 5 5 0 80

3 Jusmaida 4 25 11 35 0 75

4 Ali Mukni 5 66 0 4 0 75

5 Bolon 1 83 2 21 1 108

6 Edi 3 39 0 9 0 51

7 Suti 6 44 8 12 3 73

8 Ine 9 68 2 4 0 83

Total 36 445 31 104 5 621

Persentase 5,80 71,66 4,99 16,75 0,80 100

1. P % Itik Lokal di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu Kecamatan Sungai


Geringging
a. Persentase itik jantan dewasa

= 5,80 %

b. Persentase itik betina dewasa


= 71,66 %

c. Persentase itik jantan muda

= 4,99 %

d. Persentase itik betina muda

= 16,75 %

e. Persentase anak itik

= 0,80 %

2. Jumlah Populasi Aktual (Na) itik lokal di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Na = jumlah jantan dewasa + jumlah betina dewasa

Na = 36 + 445

Na = 481 ekor

3. Populasi Efektif ternak itik lokal di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu
Kecamatan Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman
Ne = 133 ekor

4. Rasio itik jantan dan betina dewasa

= 1 : 12
Lampiran 6. Dukumentasi penelitian pemeliharaan itik dewasa didalam kandang
dan penggembalaan menuju kandang.
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Zetra Ainul Putra anak dari pasangan Bapak

Zainul Abidin dan Ibu Indrawati. Penulis merupakan anak kedua

dari lima bersaudara, dilahirkan di Sungai Sirah Kecamatan

Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman pada tanggal 10 Mai

1991. Pada tahun 1997 memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri

01 Sungai Limau dan tamat pada tahun 2003, pada tahun yang sama penulis

melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 01 Sungai Limau dan

tamat tahun 2006, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri

01 Sungai Limau dan tamat pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis mengikuti ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB) dan dinyatakan lulus sebagai salah satu mahasiswa di Fakultas

Peternakan Universitas Andalas dengan Program Studi Ilmu Peternakan. Kemudian

pada tanggal 4 Juni 2012 sampai dengan 17 Juli 2012 penulis melakukan kegiatan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nagari Desa Baru Kecamatan Ranah Batahan

Kabupaten Pasaman Barat.

Pada tanggal 7 September 2012 sampai dengan 27 Januari 2013 penulis

melakukan kegiatan Farm Experience di UPT Fakultas Peternakan Universitas

Andalas. Penulis melakukan penelitian tentang Struktur Populasi Itik Lokal di

Kecamatan Sungai Geringging pada tanggal 2 Februari sampai dengan tanggal 12

Februari 2015.

Zetra Ainul Putra

Anda mungkin juga menyukai