Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM HIDROLOGI

JUFRI
M1A1 20 101
KELOMPOK 3 (TIGA)
KELAS C

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTASS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVRSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
ii

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM HIDROLOGI

JUFRI
M1A120101
KELAS C
KELOMPOK 3 ( TIGA)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai akhir praktikum
Hidrologi pada Program Studi Kehutanan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Lengkap Praktikum Hidrologi


Nama : JUFRI
Stambuk : M1A1 20 101
Kelas : C
Kelompok : 3 (TIGA)
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan Dan Ilmu Linbgkungan

Telah disetujui Oleh :

1. Aladin Tunda, S. Hut 1.

2. Triska Amalia Santi, S. Hut 2.

3. Lucky Perdana Lody (M1A118057) 3.

4. Iin Nirwana (M1A118062) 4.

5. Siti Miftahul Jannah (M1A118065) 5.

6. Ahmad Sadiqin (M1A118082) 6.

Mengetahui :
Koordinator Mata Kuliah Hidrologi Hutan

Dr. Ir. Sitti Marwah. M. Si


NIP. 196001011985032003

Tanggal Pengesahan : Januari 2022


iv

RIWAYAT HIDUP

Nama Jufri lahir di Wakarumende pada Tanggal 27 Bulan


07 Tahun 2000 sebagai anak ke-6 dari 5 bersaudara, dari
pasangan Bapak La Undu dan Ibu Wa Aminah. Penulis
pertama kali menempuh pendidikan pada umur 7 tahun di SD
Negeri Wakarumende pada tahun 2008 dan tamat pada tahun
2014, padatahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan
SMP Negeri 4 Binongko dan tamat pada tahun 2017, dan
pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
SMA Negeri 1 Binongko dengan mengambil jursan IPS dan
tamat pada tahun 2020. Sekarang pada tahun 2020 penulis melanjutkan
pendidikanya pada salah satu perguruan tinggi negeri di kendari yaitu Jurusan
Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo.
v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan lengkap praktikum hidrologi ini. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehatNya, Baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu
untuk menyelesaikan pembuatan laporan lengkap praktikum hidrologi dengan
judul (Profil tanah, Laju infiltrasi dan Lubang resapan biopori).
Saya tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya nantinya dapat
menjadi laporan yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan lengkap
praktikum hidrologi ini memberi manfaat bagi semua pihak dan dapat di jadikan
sebagai bahan bacaan.

Kendari, 1 Desember 2022

JUFRI
NIM. M1A120101
vi

KESAN DAN PESAN

Kak Aladin Tunda, S.Hut


Kesan : Kesannya, kakak orangnya baik dalam kegiatan prakikum.
Pesan : Pesan, semoga kakak di lancarkan urusan kuliahnya agar meraih gelar
sarjana S2.

Kak Triska Amalia Santi, S.Hut


Kesan : Kesannya, kakak memberikan pemahaman yang baik dalam praktikum.
Pesan : Pesannya, semoga kakak selalu di lancarkan usahannya dan di mudahkan
dapat rezeki.

Kak Ahmad Sadiqin


Kesan : Kesannya, kakak adalah orangnya baik dan sangat teliti dalam konsul
laporan.
Pesan : Pesannya, semoga kakak selalu menjadi orang yang bermanfaat.

Kak Siti Miftahul Jannah


Kesan : Kesannya, kakak orangnya ramah pada saat kegiatan praktikum.
Pesan : Pesannya, semoga kakak di lancarkan kuliahnya.

Kak Iin Nirwana


Kesan : Kesannya, kakak adalah orangnya baik dan sabar.
Pesan : Pesannya, semoga kakak selalu baik membina kegiatan praktikum.

Kak Lucky Perdana Lody


Kesan : Kesannya, kakak selalu tekun dalam kegiatan asistensi praktikum.
Pesan : Pesannya, semoga kakak di lancarkan kuliahnya dan selalu jaga kesehatan.
vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iv
KESAN DAN PESAN .................................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
LAPORAN 1 PROFIL TANAH
I Pendahuluan ...................................................................................... 2
II Tinjauan Pustaka ............................................................................... 4
III Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 7
IV Penutup ............................................................................................. 10
LAPORAN 2 LAJU INFILTRASI
I Pendahuluan...................................................................................... 12
II Tinjauan Pustaka ............................................................................... 14
III Metode Praktikum ............................................................................. 17
IV Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 21
V Penutup ............................................................................................. 24
LAPORAN 3 LUBANG RESAPAN BIOPORI
I Pendahuluan...................................................................................... 26
II Tinjauan Pustaka ............................................................................... 28
III Metode Praktikum ............................................................................. 31
IV Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 33
V Penutup ............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 36
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
JURNAL
viii

DAFTAR TABEL

1. Pengamatan Profil Tanah ........................................................................ 7

2. Pengamatan Laju Infiltrasi Tanpa Vegetasi.............................................. 21

3. Pengamatan Laju Infiltrasi Bervegetasi ................................................... 22

4. Hasil Laju Lubang Resapan Biopori dan Jumlah Lubang ...................... 33


ix

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik Laju Infiltrasi Tanpa Vegetasi ...................................................... 21


2. Grafik Laju Infiltrasi Bervegetasi ............................................................ 22
x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Halaman Sampul ACC Praktikum Hidrologi I tentang Profil Tanah ...... 41

2. Halaman Sampul ACC Praktikum Hidrologi II tentang Laju Infiltrasi ... 42

3. Halaman Sampul ACC Praktikum Hidrologi III tentang Lubang

Resapan Biopori ....................................................................................... 43


4. Laporan Sementara (Tally Sheet) Praktikum Hidrologi I tentang
Profil Tanah .............................................................................................. 44
5. Laporan Sementara (Tally Sheet) Praktikum Hidrologi II tentang
Laju Infiltrasi ........................................................................................... 45
6. Daftar Pustaka Awal Praktikum Hidrologi I tentang Profil Tanah ......... 46
7. Daftar Pustaka Awal Praktikum Hidrologi II tentang Laju Infiltrasi ...... 47
8. Daftar Pustaka Awal Praktikum Hidrologi III tentang Lubang
Resapan Biopori ....................................................................................... 51
1

LAPORAN I
PROFIL TANAH
2

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah adalah tubuh alam yang tersusun dari bahan padatan (bahan mineral

dan bahan organik), cairan dan gas, terjadi pada permukaan lahan, menutupi ruang

dan dicirikan oleh salah satu atau kedua hal berikut: horizon-horizonyang

dibedakan dari bahan asalnya, sebagai akibat dari penambahan,penghilangan,

transfer, dan perubahan bentuk dari energi dan bahan, atau kemampuan dalam

menyokong tanaman berakar pada lingkungan alami. Perkembangan tanah

dicirikan oleh terjadinya diferensiasi horizon sebagai wakil proses pedogen baik

fisik, kimia dan biologi yang oleh reaksi dalam profil tanah terjadi penambahan

bahan organik dan mineral berupa bahan padatan, cair atau gas, menghilangnya

bahan diatas tanah, alih tempat bahan dari satu bagian ke bagian lain dalam tubuh

tanah, alih rupa senyawa mineral dan bahan organik di dalam tubuh tanah.

Lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya,

lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari

mineral anorganik akar.Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.

Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh

tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah

sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain

dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga

terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air terdapatnya

horizon-horizon pada tanah-


3

Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan

kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.Lahan berfungsi sebagai

tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi.Aktivitas yang

pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok

tanam.Penguasaan dan penggunaan lahan mulai beralih fungsi seiring

pertumbuhan populasi dan perkembangan peradaban manusia.Kemampuan

lahan merupakan pencerminan kapasitas fisik lingkungan yang dicerminkan

oleh keadaan topografi, tanah, hidrologi, dan iklim, serta dinamika yang terjadi

khususnya erosi, banjir dan lainnya. Selain itu kemampuan lahan menurut

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2009 tentang

pedoman penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam penataan ruang

wilayah adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat sifat tanah, topografi,

drainase,dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau

kegiatan pada suatu hamparan lahan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada pratikum profil tanah adalah sebagai berikut:

1. Bagaiamana cara mengetahui jenis tanah?

2. Apa saja bahan penyusun struktur tanah?

3. Bagaiamana cara mengukur ketebalan jenis tanah ?

4. 1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan profil apa tanah

2. Untuk mengetahui apa itu sifat tanah


4

3. Untuk mengetahu bagaiman cara membedakan lapisan tanah

Manfaat dari praktikum ini adalah :

1. Dapat mengetahui jenis tanah

2. Dapat mengetahui struktur tanah

3. Dapat mengetahui dan menghitung ketebalan jenis tanah


5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Tanah

Profil tanah merupakan irisan vertical tanah dari lapisan paling atas hingga

bebatuan induk tanah (regolith), yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-

E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih di pengaruhi cuaca di sebut solam

tanah, meskipun tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tetanaman yang

sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai

ketebalan di bawah 34 cm. Bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi,

dan sesayuran yang berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm (Arifin, 2010).

Profil tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu sisi

pedon yang mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut Horizon

Tanah.Setiap horizon tanah memperlihatkan perbedaan, baik menurut komposisi

kimia maupun fisiknya.Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari dasar

warnanya. Perbedaan horizon tanah terbentuk karena dua faktor yaitu

pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah

(leached) dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-

horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Adapun

yang dimaksud solum adalah kedalaman efektif tanah yang masih dapat dijangkau

oleh akar tanaman. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut

dari atas ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau R. Pengenalan tanah di

lapangan dilakukan dengan mengamati menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Profil

tanah adalah urutan-urutan horison tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang


6

dianggap sejajar permukaan bumi. Profil tanah dipelajari menggali tanah dengan

dinding lubang vertikal kelapisan yang lebih bawah (Hutapea,2017).

Tanah mempunyai sifat kompleks, terdiri atas komponen padat yang

berinteraksi dengan cairan dan udara. Komponen pembentuk tanah merupakan

padatan, cairan dan udara jarang berada dalam kondisi setimbang, selalu berubah

mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh

suhu udara, angin dan sinar matahari.Pengambilan contoh tanah merupakan tahap

penting untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil

analasis sifat fisik tanah harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya dari

sifat fisik tanah di lapangan.Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang

diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara

tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di

laboratorium (Lugito, 2012).

2.2 Sifat Sifat Tanah

Sifat fisika tanah merupakan unsur lingkungan yang sangat berpengaruh

terhadap tersedianya air, udara tanah dan secara tidak langsung mempengaruhi

ketersediaan unsur hara tanaman. Sifat ini juga akan mempengaruhi potensi tanah

untuk berproduksi secara maksimal. sifat fisika tanah ini sangat berpengaruh

terhadap segala organisme yang hidup di atas tanah. Jika salah satu sifat fisika

tanah ini tidak terpenuhi maka tanaman atau organisme akan mengalami

gangguan pertumbuhanpertumbuhan (Delsiyati, 2016).


7

Sifat kimia tanah merupakan salah satu indikator untuk menentukan tingkat

kemampuan lahan. Sifat kimia tanah menunjukkan aktivitas ion yang tidak dapat

dilihat secara langsung namun dapat diuji dengan menggunakan bahan- bahan

kimia. Sifat kimia tanah juga dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam

pemupukan untuk unsur hara tanaman (Wilson, 2015).

Salah satu sifat tanah yang paling sering digunakan oleh para peneliti untuk

menggambarkan dan mengklasifikasikan tanah adalah warna. Warna

tanah merupakan sifat fisik yang dapat memberikan informasi tentang beberapa

karakteristik paling penting dari suatu tanah seperti komposisi mineral, usia, dan

proses pembentukan. Dengan mengetahui warna tanah dari suatu tanah , maka

dapat ditentukan kegunaan tanah tersebut apakah cocok untuk lahan pertanian,

perkebunan, perumahan, dan lain sebagainya, di sesuikan dengan kondisi

tanahnya (Astiningrum et al., 2018).


8

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang di peroleh data sebagai berikut :


Tabel 1 Pengamatan Profil Tanah

NO. Jenis Lapisan Tebal Tanah Keterangan


Tanah
1. Lapisan Atas 10 cm Lapisan tanah ini adalah tanah
(Tanah Timbunan) dengan tekstur halus yang memiliki
setidaknya kandungan liat sebesar
37,5 persen di dalam tanah. Tanah
liat yang ada di dalam tanah akan
membuat pori-pori di dalamnya
menjadi lebih mengecil dan tanah
akan terasa lebih padat dan berat.
Berwarna kemerahmerahan
menandakan adanya bahan organik
selain unsur besi. Sehingga tanah
tersebut memiliki drainase dan
aerasi yang baik.
2. Lapisan Bawah 22 cm Lapisan tanah ini juga merupakan
(Tanah Muda) tanah dengan tekstur halus dengan
kandungan liat yang padat dan
berat. Selain itu, saat di genggam
di tangan, tanah akan sedikit
melekat dan meninggalkan kesan
“berdebu”. Tanah yang
mengandung bahan organic dalam
jumlah tinggi cenderung berwarna
hitam.
9

3. Batuan Induk 12 cm Tanah batuan induk paling dasar


(tanah Tua) memiliki tekstur yang terbentuk
dari batuan yang sangat padat serta
pejal. Kandungan kuarsa yang
tinggi menyebabkan tanah
berwarna kuning lebih terang. Pada
area ini belum mengalami
pelapukan pada batuannya.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa setiap tanah mempunyai

horison-horison yang berbeda. Lapisan atas pada profil mempunyai ketebalan

lapisan 10 cm, dengan tekstur halus , dan memiliki kandungan liat sebesar

37,5persen di dalam tanah dan berwarna kemerah merahan . Lapisan bawah pada

profil mempunyai ketebalan lapisan 22 cm, dengan tekstur halus dan kandungan

liat yang padat dan berat,dan berwarna hitam . Lapisan batuan induk pada profil

mempunyai ketebalan lapisan 12 cm,memiliki tekstur yang terbentuk dari batuan

padat serta bejal,dan berwarna kuning lebih terang pada area ini belum mengalami

pelapukan pada batuannya.

Dari hasil pengamatan profil tanah terdapat 3 lapisan tanah yaitu lapisan

top soil (lapisan timbunan 1), lapisan bawah (lapisan timbunan 2) dan lapisan

batuan atau lapisan induk tanah. Pada lapisan tanah timbunan 1 tanahnya

berwarna gelab kehitam- hitaman untuk tekstur tanah ini kasar dan berpasir. Jenis

tanah ini tidak cocok di tanami tumbuhan. Tanah ini membutuhkan pengelolaan

yang lebih baik agar tanaman yang di budidayakan dapat memberi hasil yang
10

opimal. Menurut Jaenudin, A. (2017) jenis tanah ini adalah tanah aluvial yang

merupakan tanah yang berasal dari endapan alluvial atau koluvial muda dengan

perkembangan profil tanah lemah sampai tidak ada. Sifat tanah beragam

tergantung dari bahan induk yang diendapkannya serta penyebarannya tidak

dipengaruhi oleh ketinggian maupun iklim. Sedangkan jenis tanah aluvial

kelabuan mempunyai bahan induk endapan liat, terdapat di daerah yang datar

yang sering digenangi air, sehingga warna tanah kelabu tua atau kehitam-hitaman,

sifat tanah lekat tanpa struktur.

Menurut Jaenudin, A.2017, nama lain dari jenis tanah aluvial adalah

entisols, sifat ciri utama tanah ordo Entisol solum dangkal yaitu hanya lapisan A

dan diikuti lapisan C atau R, sehingga merupakan tanah yang masih sangat muda

yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri

lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Entisol terjadi di daerah dengan

bahan induk dari pengendapan material baru atau di daerah-daerah tempat laju

erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan tanah.

Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah

termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

Pada lapisan tanah timbunan 2 Lapisan tanah tanahnya berwarna cerah.

jenis tanah ini termasuk timbunan karena tanah ini mengandung bahan organic

dalam jumah tinggi cenderung berwarnah hitam, atau setidaknya berwarna coklat

gelap. Selain itu, saat di genggam di tangan, tanah akan sedikit melekat dan

menimbulkan kesan berdebu. Berdasarkan hasil praktikum tanah ini memiliki

tekstur lembut dan berpori karena bercampur dengan pasir. Dan menurut
11

Holilullah et.al., (2016) Warna coklat kekuningan pada tanah disebabkan karena

adanya kandungan bahan organik yang mengalami proses pencucian tanah,

sedangkan warna tanah pada lahan produksi tinggi didominasi oleh warna

orange.Warna orangedisebabkan karena adanya kandungan mineral geothit di

dalam tanah. Adanya perbedaan warna antar lapisan disebabkan oleh kandungan

bahan organik dan kandungan mineral yang terdapat didalam tanah.


12

IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari percobaan profil tanah ini

adalah:

1. Profil tanah adalah irisan tegak tanah yang menunjukan adanya horizonisasi

(lapisan-lapisan tanah). Dan Horizonisasi (lapisan tanah) dapat dilihat

berdasarkan warna, tekstur, dan konsistensi.

2. Untuk mengetahui tekstrur tanah bisa di cek secara langsung dengan cara

diraba.

3. Pada lapisan tanah timbunan 1tanahnya berwarna gelab kehitam- hitaman

untuk tekstur tanah ini kasar dan berpasir. Pada lapisan tanah timbunan 2

Lapisan tanahnya berwarna cerah.Dan Pada lapisan tanah timbunan 3 atau

lapisan batuan, tanah ini berwarna kemerah-merahan dan bertekstur halus

dan berair.

4.2 Saran

Dalam melaksanakan pratikum profil tanah sebaiknya memilih tanah yang

mudah untuk di gali agar memudahkan penggalian sehingga proses pratikum

dapat berjalan dengan mudah dan cepat.


13

LAPORAN 2
INFILTRASI TANAH
14

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infiltrasi adalah proses aliran air masuk ke dalam tanah yang umumnya

berasal dari curah hujan, sedangkan laju infiltrasi merupakan jumlah air yang

masuk ke dalam tanah per satuan waktu. Proses ini merupakan bagian yang sangat

penting dalam daur hidrologi yang dapat mempengaruhi jumlah air yang terdapat

dipermukaan tanah, dimana air yang terdapat dipermukaan tanah akan masuk ke

dalam tanah kemudian mengalir ke sungai. Air yang dipermukaan tanah tidak

semuanya mengalir ke dalam tanah, melainkan ada sebagian air yang tetap tinggal

di lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke

atmosfer melalui permukaan tanah atau soil evaporation.

Air yang di permukaan tanah tidak semuanya mengalir ke dalam tanah,

melainkan ada sebagian air yang tetap tinggal di lapisan tanah bagian atas 9top

soil)untuk kebudian di uapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah atau

soil evaporation. Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah melalui proses

infiltrasi di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur dan struktur tanah,

kelembapan tanah awal, kegiatan biologiu dan unsur organik, jenis dan tebal

serasah tipe vegetasi dan tumbuhan bawah.

Peningkatan pembangunan infrastruktur mengakibatkan perubahan tata guna

lahan yang meminimalkan laju infiltrasi dan meningkatkan limpasan permukaan.

Dibutuhkan alternatif penanganan yang tepat dalam mengatasi genangan air yaitu

dengan penggunaan beton porous sebagai tutupan lahan. Limbah beton


15

dimanfaatkan dalam pembuatan beton porous sebagai pengganti agregat kasar,

yang disebut Recycled Coarse Aggregate (RCA). Untuk mengetahui kemampuan

beton porous dalam mengatasi limpasan air pada permukaan miring dilakukan

penelitian mengenai pengaruh kemiringan beton porous dengan agregat daur

ulang terhadap kemampuan infiltrasi dan permeabilitasnya.

Dalam beberapa tahun terakhir pembangunan infrastruktur berskala besar

mendapatkan perhatian kembali baik dari negara maju maupun negara

berkembang.Pembangunan infrastruktur tersebut tidak hanya dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap

sistem alami yang terjadi di alam (Xiong, Beckmann, dan Tan 2018, 1–

2).Perubahan pada penggunaan lahan dan tutupan lahan (land use and land cover

change atau LUCC) adalah salah satu dampak yang terjadi akibat pembangunan

infrastruktur.

Urbanisasi, pertumbuhan penduduk, dan peningkatan ekonomi memerlukan

lebih banyak area pemukiman, kawasan perdagangan dan industri, yang dapat

mengakibatkan perubahan tata guna (Kusumastuti et al., 2017).Pertumbuhan

populasi dan ekonomi mendorong perluasan wilayah perkotaan dalam bentuk

urbanisasi di seluruh dunia dan pada tahun 2050, lebih dari 70% populasi dunia

diperkirakan tinggal di daerah perkotaan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktek ini adalah :

1. Apa yang di maksud dengan infiltrasi ?

2. Apa manfaat menghitung laju infiltrasi ?


16

3. Bagaimana perbedaan laju infiltrasi di lokasi bervegatasi dan tanpa vegetasi ?

4. Bagaiman hubungan laju infiltrasi dan penggunaan lahan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan infiltrasi.

2. Untuk mengetahui manffat laju infiltrasi.

3. Untuk mengetahui perbedaan laju infiltrasi di lokasi bervegetasi dan tanpa

vegetasi.

4. Untuk mengetahui laju infiltrasi dan penggunaan lahan.

Adapun manffat dari praktikum ini adalah :

1. Agar dapat mengetahui apa itu infiltrasi

2. Agar praktikum dapat mengetahui manfaat menghitung laju infiltrasi

3. Agar praktikum dapat mengetahui perbedaan laju infiltrasi di lokasi

bervegetasi dan tanpa vegetasi

4. Agar praktikum dapat mengetahui laju infiltrasi dan penggunaan lahan


17

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Latar Belakang

Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di

dalam tanah, air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow)

yang menuju mata air, danau dan sungai; atau secara vertikal, yang dikenal

dengan perkolasi (percolation) menuju air. Laju infiltrasi yang tinggi tidak hanya

meningkatkan jumlah air yang tersimpan dalam tanah untuk pertumbuhan

tanaman, tetapi juga mengurangi banjir dan erosi yang disebabkan oleh run off

tanah (Muharomah, 2014).

Infiltrasi adalah pergerakan air turun melalui permukaan tanah ke dalam

profil tanah.Infiltrasi menyebabkan tersedianya air untuk pertumbuhan tanaman

danair tanah untuk diisi ulang. Proses ini sangatbagian penting dari siklus

hidrologi yang dapat mempengaruhijumlah air yang ada di permukaan tanah,

dimanaair yang ada dipermukaan tanah akan masuk ke dalam tanah dankemudian

mengalir ke sungai.Studi tentang infiltrasi penting bagi siswa untuk

menemukanbagaimana melestarikan lingkungan sekitar dan bagaimanaproses

infiltrasi berlangsung sehingga pasokan air untuk kehidupanhal-hal akan terus

terpenuhi dan resapan air hujanke tanah di ketinggian yang lebih tinggi untuk

meminimalkan akumulasigenangan (jumlah). di daerah yang lebih rendah, jadi

ketika keringmusim tidak terjadi kekeringan dan saatmusim penghujantidak

banjir. Lahan dipelihara secara lestari sehinggapenyerapan air hujan dapat


18

memadai dan sumbernya bersihair untuk makhluk hidup tetap

mencukupi.(Mamonto, 2020).

Infiltrasi adalah masuknya air ke dalam tanah melalui peristiwa permukaan

tanah karena perbedaan potensial matriks, potensial grafitasi dan potensial

tekanan infiltrasi adalah komponen penting dalam konservasi tanah. Sebab, upaya

tersebut sangat mendasar dalam mengelola hubungan antara intensitas curah hujan

dan kapasitas infiltrasi, serta lapisan. Besarnya aliran permukaan akibat terganggu

karakteristik dan potensi lahan akan mengubah ekosistem yang dapat menurunkan

fungsi daerah aliran air sungai (DAS). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur

laju infiltrasi di DAS Krueng Mane Kabupaten Aceh Utara (Delima, 2018).

2.2 Manfaat Infiltrasi

Dengan adanya proses infiltrasi, maka kebutuhan vegetasi terhadap air

termasuk transpirasi, menyediakan air untuk evaporasi, mengisi kembali reservoir

tanah dan menyediakan aliran sungai pada saat musim kemarau akan dapat

terpenuhi, selain itu manfaat dari infiltrasi adalah dapat mengurangi terjadinya

erosi tanah dan Diketahui secara umum bahwa pemanfaatan lahan dengan

berbagai variasinya, sangat berpengaruh terhadap infiltrasi. Besar kecilnya efek

pemanfaatan lahan terhadap infiltrasi sangat ditentukan oleh pemanfaatan lahan

itu sendiri. Suatu macam pemanfaatan lahan berperan memperbesar infiltrasi,

tetapi beberapa pemanfaatan lahan lain mungkin menghambatnya (Rohmat dkk.,

2011).

Salah satu manfaat beton berpori adalah dapat mengalirkan air ke

lapisan permukaan dibawahnya. Oleh karena itu beton berpori dapat menjadi
19

solusi untuk meningkatkan daerah resapan air. Penelitian ini bertujuan agar dapat

mengetahui tingkat pengaruh variasi silica fume terhadap kecepatan beton berpori

dalam mengalirkan air (Infiltrasi), frekuensi getaran alami, power spectrum, phase

spectrum dan kekakuan dari beton berpori tersebut. Pada penelitian ini

menggunakan 4 variasi sampel dengan kandungan silica fume. Persentase ini

berdasarkan perbandingan semen dari benda uji. Hasil penelitian menghasilkan

kesimpulan bahwa variasi silica fume tidak mempengaruhi tingkat kemampuan

beton berpori dalam mengalirkan air (Infiltrasi) ( Sandy, 2017).

2.3 Cara Memghitung Infiltrasi

Pengukuran kapasitas infiltrasi pada setiap pemanfaatan lahan dilakukan

dengan pengulangan sebanyak 2 kali. Pengukuran infiltrasi menggunakan rumus

Horton dengan rumus perhitungan: F = fc + (fo - fc) e-kt , dimana F = Kapasitas

infiltrasi (cm/jam), fc = laju infiltrasi setelah konstan (cm/jam), fo = laju infiltrasi

awal (cm/jam), konstanta (2,718), t = waktu awal konstan (jam), dan k = 1 / (m

log e) dimana m adalah angka gradient ( Sudarmanto, 2014).

Data hasil pengukuran laju infiltrasi dilapangan kemudian dihitung

menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Januardin (2008) sebagai

berikut :

f= / × 60

Dimana : f = Laju infiltrasi (cm/jam)

∆h = Perubahan tinggi muka air tiap selang waktu (cm)

∆t = Perubahan selang waktu pengukuran (menit) (Yunagardasari, 2017).


20

Menurut Ayu dan Sugeng (2013), Pendugaan laju infiltrasi dapat di

lakukan menggunakan Model Horton. Model Horton adalah model empiris yang

mengatakan kapasitas infiltrasi sebagai fungsi waktu, sehingga laju infiltrasi

ditentukan oleh kondisi awal tanah kelembaban pada saat infiltrasi tanah mulai

terjadi. Model Horton cocok untuk eksperimen lapangan dilakukan pada berbagai

penggunaan lahan. Analisis data untuk memperkirakan kapasitas infiltrasi tanah

menggunakan Horton Model Infiltrasi:

f = fc + (fo – fc) e - kt

f = kapasitas infiltrasi (mm h-1);

fc = kapasitas infiltrasi pada saat infiltrasi konstan;

fo = inisial kapasitas infiltrasi (pada t = 0);

k = konstan untuk tanah tertentu;

t = waktu;

e = 2,71828.

Proses fitting model mengacu pada persamaan ft = fc (f 0 -fc)e -kt . Nilai

fc diperkirakan dari ploting dari hubungan antara laju infiltrasi dan waktu.

Penentuan nilai K dilakukan dengan menggunakan persamaan: K = 1/ (t 2 -t 1 )

ln(f 1 -fc)/(f 2 -fc). Nilai K untuk poin berikutnya dapat dilakukan dengan cara

yang sama. Analisis karakteristik tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah

(feeling method), bulk desity (Sample Ring) metode), porositas tanah, kadar air

tanah, dan bahan organik tanah.


21

2.4 Hubungan Kecepatan Laju Infiltrasi Dengan Penggunaan Lahan

Laju infiltrasi pada suatu lokasi bergantung pada faktor tekstur tanah, bahan

organik tanah, kadar air tanah, kerapatan massa, kerapatan partikel dan porositas

tanah. Faktor-faktor tersebut menyebabkan laju infiltrasi pada suatu lokasi

berbeda dengan lokasi yang lain (Edwardo, 2020).Penutupan tanah dengan

vegetasi dapat meningkatkan laju infiltrasi suatu lahan.Penggunaan lahan

menunjukkan bahwa faktor vegetasi memiliki peran besar dalam menentukan

kapasitas infiltrasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kapasitas infiltrasi

pada tanah bervegetasi akan cenderung lebih tinggi dibanding tanah yang tidak

bervegetasi (Budianto, 2014).

Infiltrasi air ke dalam tanah sangat tinggi dan peka terhadap penggunaan lahan

dan pengelolaan tanah (Ogban, 2017). Perubahan vegetasi penutup tanah dapat

mempengaruhi sifat fisik tanah seperti perubahan ruang pori tanah, struktur tanah,

jumlah bahan organik tanah yang dapat mempengaruhi laju infiltrasi tanah dan

kapasitas infiltrasi tanah. Penggunaan lahan ramah resapan dapat diartikan sebagai

penggunaan lahan yang memungkinkan laju infiltrasi air yang tinggi sehingga

limpasan permukaan adalah sebagian kecil curah hujan dan fungsi DAS sebagai

oenyangga aliran (Suprayogo, 2020).


22

III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Waktu di laksanakan praktikum ini adalah rabu, 20 oktober 2021. Yang

bertempat di de greenity, kelurahan Lahundap Kecamatan Kendari Barat Kota

Kendari Sulawesi Tenggara.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Penggaris

2. Double ring infiltrometer

3. Stop watch

4. Ember

5. Alat tulis

6. Kamera

Untuk bahan yang di gunakan adalah

1. Air secukupnya

3.3 Prosedur kerja

Proseedur kerja dalam laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum

pegukuran infiltrasi

2. Tentukan tempat yang akan di ukur infiltrasi (di bawah tegakan apa)

3. Siapkan double ring infiltrometer kemudian tancapkan kedalam tanah dengan

bantuan papan/ besi yang sudah disiapkan, kemudian ketok/pukul papan/besi


23

tersebut dengan menggunakan martil hingga kedalaman ring sample % double

ring infiltrometer.

4. Lakukan pekerjaan ini dengan baik jangan sampai mengganggu posisi dari

pada ring sample.

5. Tempelkan penggaris disamping ring sample tengah untuk mengetahui

seberapa banyak air yang diserap oleh tanah

6. Isikan air kedalam ring yang terluar terlebih dahulu hingga penuh, kemudian

isi ring yang di dalam secara perlahan-lahan sampai batas yang di inginkan

7. Hidupkan stop watch untuk menghitung laju infiltrasi dan catat perubahan per

5 menit sampai hasilnya konstan

8. Lakukan pengisian air apabila hasilnya belum konstan.

3.4 Analisis Data

Untuk data infliltrasi di luar vegetasi dapat di lihat dalam tabel berikut :

Tabel 1. Data Infiltrasi Pengukuran awal di luar vegetasi

Waktu / t (menut) Tinggi air pipa / n (cm)


0 50
5 45
10 42
15 38

Ukuran penentu h adalah sebagai berikut :

1. h1 = h0 - h1

= 50 - 45

= 5 cm

2. h2 = h1- h2
24

= 45- 42

= 3 cm

3. h3 = h2- h3

= 42- 38

= 4 cm

Untuk penentuan t dilakukan dengan cara yang sama adalah sebagai

berikut.

1. t1 = t1-t0

= 5 – 0 = 5 menit atau 0.0833 jam.

2. t2 = t2- t1

= 10- 5 = 5 menit atau 0.0833 jam.

3. t3 = t3- t2

= 15- 10 = 5 menit atau 0.0833 jam.

Untuk penentuan laju infiltrasinya adalah dengan membandingkan antara

penurunan tinggi air dalam ring infiltrometer dan waktu. Di lihat sebagai berikut :

1. h1/t1= 5/ 0.0833

= 60.02 cm/ jam

2. h2/t2 = 3/ 0.0833

= 36.01 cm/ jam

3. h3/t3 = 4.0./ 0.0833

= 48.01 cm/ jam


25

Untuk data lengkapnya dapat di lihat dalam tabel berikut.:

Table 2. Hasil Analisis Data di Dalam Tegakan


Waktu (t) Tinggi air pipa (cm) h (cm) t (jam) h/t(cm/jam)
0 50 cm - - -
5 45 cm 5 cm 0.0833 jam 60.02 cm/ jam
10 42 cm 3 cm 0.0833 jam 36.01 cm/ jam
15 38 cm 4 cm 0.0833 jam 48.01 cm/ jam

Untuk data infiltrasi di bawah tegakan adalah sebagai berikut.:

Table 3. Data Infiltrasi Awal di Bawah Tegakan

Waktu/ t (menit) Tinggi air pipa/ h (cm)


0 50
5 40
10 46
15 41

Untuk penentuan h adalah sebagai berikut :

1. h1 =h0- h1

= 50- 48

= 2 cm

2. h2 = h1- h2

= 48- 46

= 2 cm

3. h3 = h2- h3

= 46- 41

= 5 cm
26

Untuk penentuan t dilakukan dengan cara yang sama adalah sebagai

berikut.

1. t1 = t1-t0

= 5- 0 = 5 menit atau 0.0833 jam.

2. t2 = t2- t1

= 10- 5 = 5 menit atau 0.0833 jam.

3. t3 = t3- t2

= 15- 10 = 5 menit atau 0.0833 jam

Untuk penentuan double ring infiltrasinya adalah dengan membandingkan

antara penurunan tinggi air dalam double ring infiltrometer dan waktu.di lihat

sebagai berikut :

1. h1/t1= 5/ 0.0833

= 24,00 cm/ jam

2. h2/t2 =2 / 0.0833

= 24,00cm/ jam

3. h3/t3 = 5/ 0.0833

= 60.240 cm/ jam


27

Untuk data lengkapnya dapat di lihat dalam table berikut.

Table 4. Hasil Analisis Data Infiltrasi di bawah tegakan

Waktu (t) Tinggi air pipa (cm) h (cm) t (jam) h/t(cm/jam)


0 50 cm 2 - -
5 48 cm 2 cm 0.0833 jam 24.00 cm/ jam
10 46 cm 2 cm 0,0833 jam 24.00 cm/ jam
15 41 cm 5 cm 0.0833 jam 60.240 cm/ jam
28

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Laju Ifiltrasi dan Grafik

Hasil percobaan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Laju Infiltrasi di Dalam Tegakan

Waktu (t) Tinggi air pipa (cm) h (cm) t (jam) h/t(cm/jam)


0 50 cm - - -
5 48 cm 2 cm 0.0833 jam 24,00 cm/ jam
10 40 cm 2 cm 0.0833 jam 24,00 cm/ jam
15 41 cm 5 cm 0.0833 jam 60,02 cm/ jam

Tabel 2. Laju Infiltrasi di Dalam Tegakan

Waktu (t) Tinggi air pipa (cm) h (cm) t (jam) h/t(cm/jam)


0 50 cm - - -
5 45 cm 5 cm 0.0833 jam 60,02 cm/ jam
10 42 cm 3 cm 0.0833 jam 36,01cm/ jam
15 38 cm 4 cm 0.0833 jam 48,01 cm/ jam

Grafik

Berdasarkan hasil laju infiltrasi yang di dapatkan maka dapat di

gambarkan grafiknya sebagai berikut :

Grafik 1. Laju Infiltrasi Dalam Tegakan


29

LAJU INFILTRASI D ALAM TEGAKAN


60
Tinggi pipa dalam

50
infiltrasi (cm)

40 15; 38
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Waktu (menit)

Gambar 1. Grafik laju infiltrasi di bawah vegetasi

LAJU INFILTRASI DI LUAR TEGAKAN


60
Tinggi pipa dalam infiltrasi

50

40 15; 38
30
(cm)

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Waktu (menit)

Gambar 2. Grafik laju infiltrasi di bawah vegetasi

4.2 Pembahasan

Pipa praktikum kali ini di lakukan untuk menghitung laju infiltrasi yang

rerjadi dalam suatu lokasi tanah. Perlu di ketahui bahwa laju infiltrasi adalah

proses masuknya air ke dalam tanah yang tidak terlalu de dalam tanah, dalam
30

pengukuran laju infiltrasi alat utama yang di gunakan untuk double ring infiltrasi

yang memiliki diameter berbeda-beda.

Berdasarkan table di atas dapat di lihat dan di ketahui bahwa laju infiltrasi

di dalam tegakan yaitu pada waktu (t) 0 (s), tinggi air dalam pipa 50 cm, h 0 cm,

t 0,0833 jam, dan h /t adalah 0. Pada data ke dua waktu 5t, tinggi air dalam

pipa 45 cm, h5 cm, t 0, 0833 jam dan h / t adalah 60.02 cm /jam. Data ke

tiga waktu 10 t, tinggi air dalam pipa 46 cm, h 4 cm, t 0,833 jam dan h /t

36.01 cm / jam.

Berdasarkan hasil pengamatan di peroleh data dalam laju infiltrasi di luar

tegakan yaiut pada data pertama waktu 0 (s), tinggi air pipa keluar tegakan 50 cm,

h 0 cm, t 0. 0833 dan h / t 0 cm / jam. Data ke dua pada waktu 5 (s), tinggi

air pipa di luar tegakan sebesar 46 cm, h 2 cm, t 0.0833 jam da n 24.00 cm

/jam. Pada data ke tiga pada waktu ke 10 (s), tinggi air 2 cm, t 0.0833 jam dan

24.00 cm / jam. Pada data ke empat pada waktu ke 15 (s), tinggi air pipa di luar

tegakan sebesar 46 cm, h 2 cm, t 0.0833 jam dan 24.00 cm / jam. Perbedaan

laju infiltrasi pada di dalam tegakan adalah semakin besar tinggi pipanya begitu

maka semakin menurun besar tegakkanya begitu piun sebaliknya laju infiltrasi di

luar tegakan.
31

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat di tarik ke simpulan bahwa :

1. Infiltrasi adalah proses masuknya air dalam permukaan ke dalam tanah.

2. Manfaat infiltrasi adalah dapat mengurangi terjadinya erosi tanah dan

mengurangi terjadinya banjir.

3. Cara menghitung laju infiltrasi adalah waktu (t) dengan menggunakan

penggaris.

4. Hubungan kecepatan laju infiltrasi dengan penggunan lahan yaitu tekstur

dan bahan organic.

5.2 Saran

Saran saya pada praktikum ini adalah jenis tanah yang beragam sangat

baik di tanam pada suatu lahan untuk memperbesar infiltrasi sehingga dapat

menimbulkan erosi dan run-off pada lahan tersebut.


32

LAPORAN 3

LUBANG RESAPAN (BIOPORI)


33

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biopori adalah lubang lubang kecil pada tanah yang terbentuk akibat

aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar dalam

tanah titik lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air.

Pada air hujan tidak langsung masuk ke dalam saluran pembuangan air, tetapi

meresap kedalam tanah melalui lubang tersebut.

Sampah organik adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan d

ibuang oleh pemilik / sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola

dengan prosedur yang benar. Sampah organik adalah sampah yang bisa

mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil

dan tidak berbau ( sering di sebut dengan kompos ). Kompos merupakan hasil

pelapukan kan an bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang alang

sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis proses pelapukan yang dipercepat

oleh bantuan manusia.

Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah

lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya respon

resapan air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos (3) memanfaatkan

perang aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang

ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria.

Aaplikasi lubang biopori pada saluran yang terdapat dalam Microsoft dapat
34

meningkatkan daya serap tanah terhadap air sehingga dapat menekan aliran

permukaan.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat pada laporan biopori tanah adalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan lubang resapan ?

2. Apa manfaat dari lubang resapan ?

3. Bagaimana kriteria lokasi untuk pembuatan lubang resapan ?

4. Bagaimana cara menghitung efektivitas lubang resapan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah

1. Untuk mengetahui cara pembuatan lubang biopori

2. Mengetahui kriteria lahan tempat pembuatan biopori

3. Untuk mengetahui jumlah biopori yang akan dibuat pada suatu lahan

Manfaat dari praktikum ini adalah

1. Agar dapat mengetahui pengertian biopori

2. agar dapat mengetahui manfaat pembuatan lubang biopori

3. Agar dapat mengetahui hubungan ditaruhnya sampah organik ke dalam pipa

di taruhnya sampah organik ke dalam pipa


35

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Resapan Biopori

Lubang resapan biopori (LRB) merupakan lubang berbentuk silinder

berdiameter sekitar 10 cm atau lebih yang digali ke dalam tanah titik.

Kedalamannya tidak melebihi muka air tanah, yaitu sekitar 100 cm dari

permukaan tanah. LRB dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan

air. Air air tersebut melalui biopori yang menembus permukaan dinding LRB ke

dalam tanah di sekitar lubang. Dengan demikian akan menambah cadangan air

dalam tanah serta menghindari terjadinya aliran air di permukaan tanah

(Maryanti et al., 2010).

Biopori berasal dari kata bio yang artinya makhluk hidup dan pori yang

artinya lubang. Jadi biopori dapat diartikan sebagai lubang yang terbentuk akibat

aktivitas makhluk hidup mikroba lubang resapan biopori merupakan teknologi

sederhana yang dikembangkan oleh Pertanian Bogor (Munawaroh, Anik, 2014).

Lubang resapan biopori dapat menanggulangi banjir untuk daerah yang

sudah mulai berkurang kepadatan bangunan dan pemukiman penduduk titik dalam

proses pembuatan lubang resapan biopori di permukaan penambahan sampah

organik ke dalam lubang resapan. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam

lubang resapan biopori akan dimanfaatkan oleh organisme tanah sebagai bahan

makanan (Iswahyudi et al., 2014).

Biopori adalah pori-pori tanah dan liang yang terbentuk melalui aktivitas

organisme tanah dan tumbuhan akar didorong oleh proses pengupasan.


36

Menghasilkan infiltrasi yang lebih tinggi melalui keberadaan permukaan infiltrasi

yang didefinisikan sebagai luas ruang (Riamawati et al., 2014).

2.2 Manfaat Lubang Resapan

Fungsi utama dari lubang resapan biopori adalah pintu masuk air hujan

yang turun kedalam bumi dan meresapkan nya ke dalam tanah dan mengisi pori-

pori yang ada di lubang titik sementara itu, manfaat yang dapat diperoleh dari

pembuatan lubang resapan biopori diantaranya adalah; memelihara cadangan air

tanah mencegah terjadinya keretakan tanah dan mengubah sampah organik

menjadi kompos (Sibarani dan Bambang, 2010).

Manfaat dari biopori adalah salah satunya seperti mencegah banjir.

Keberadaan lubang biopori menjadi pencegah dari terjadinya banjir titik

berkurangnya ruang terbuka hijau menyebabkan berkurangnya permukaan yang

dapat meresapkan air kedalam tanah di kawasan permukiman. Berkurangnya laju

peresapan air kedalam tanah akan menyebabkan banjir pada musim hujan dan

kekeringan pada musim kemarau (Griya, 2010).

Beberapa manfaat biopori yakni meningkatkan daya serap air. Mengubah

sampah organik menjadi kompos memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan

akar tanaman mengatasi masalah yang ditumbuhkan oleh genangan air seperti

malaria dan demam berdarah titik sebagai karbon sink untuk mencegah

pemanasan global (Widarti et ap., 2015).

LRB selain mencegah banjir juga dapat mengurangi sampah dan

menghasilkan pupuk kompos, sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air

yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air serta
37

dapat juga membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang biasa di

pakai untuk pupuk tanaman (Sudirna et al., 2020).

2.3 Hubungan Lubang Resapan Dengan Hidrologi

Kondisi hidrologi yang tidak terkendali akan menjadi ancaman besar bagi

masyarakat setempat. Analisis curah hujan selama 20 tahun di Ruteng Manggarai

menunjukkan turun naik dengan kenaikan 23 mm / tahun. Curah hujan tinggi

1.029 mm dan curah hujan terendah pada bulan September 1997

(Utama et al., 2018).

Permasalahan lingkungan hidup tanah menjadi permasalahan global.

Pencemaran lingkungan di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Bencana

kabut asap yang melanda sebagian wilayah di Indonesia karena perilaku manusia

yang tidak peka terhadap lingkungan titik selain itu berbagai bentuk pencemaran

udara tanah dan air dapat disaksikan melalui lingkungan di sekitar kita. Masalah

banjir yang melanda berbagai kota di Indonesia menjadi indikator bahwa telah

terjadi penurunan kualitas lingkungan (Sembel dan Dwight, 2016)

Menurut peraturan menteri kehutanan nomor 70 tahun 2008 tentang

pedoman rehabilitas hutan dan lahan, lubang resapan biopori LRB merupakan

teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara

meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik menjadi kompos dan

mengurangi emisi gas rumah kaca ( Marwanto dan Mualim, 2021).

Banjir dan kekeringan adalah masalah yang umum terjadi di daerah

perkotaan saat ini. Air yang berlebihan pada musim hujan akan mengakibatkan

banjir, sebaliknya ketika musim kemarau akan menjadi kekeringan karena


38

persediaan air menipis. Padatnya bangunan, di perkotaan yang mengurangi luasan

air untuk menyerap sehingga debit puncak hilir daerah tersebut

(Viktorianto et al., 2014 ).

2.4 Menghitung Efektivitas dan Lubang Resapan

Jumlah resapan lubang dapat dihitung dengan penggunaan persamaan:

Jumlah LRB = Intensitas Hujan (mm/jam x Lubang Bidang Kedap (m2)


Laju Peresapan Air Perlubang (liter/jam)

Setiap lubang berdiameter 10 cm dan kedalaman 100 cm dapat menampung

7,8 liter sampah organik. Dengan demikian setiap lubang dapat diisi dengan

sampah organik selama ± 2-3 hari sehingga <>lubang dapat diisi dengan sampah

organik selama ± 56 -84 hari. Dalam kurun waktu tersebut sampai yang diisi

pertama kali akan mengalami dekomposisi menjadi kompos dan menyusut

(Sembel dan Rondonuwu, 2016).

Manfaat lubang resapan biopori adalah untuk meresapkan air hujan

menjadi maka di permukaan lebih dari 1 jumlah lubang resapan biopori pada luas

lahan tertentu dengan perhitungan cara berikut: N = 1×A÷P

Keterangan

N = Jumlah resapan lubang biopori

I = Intensitas lubang mm÷jam

A = Luas bidang kedap ( m²)

P = Laju peresapan air per lubang (liter /jam) (Rahmasan et al., 2015).

Lubang resapan biopori berbentuk silinder vertikal lubang di bawah tanah

diisi dengan organik kompos untuk mendorong pertumbuhan biopori alam.


39

Biopori adalah pori-pori tanah dan liang yang berbentuk melalui aktivitas

organisme tanah dan tumbuhan akan didorong oleh proses pengupasan.

Menghasilkan infiltrasi yang lebih tinggi melalui keberadaan permukaan infiltrasi

yang didefinisikan sebagai luas lubang menggunakan perhitungan sebagai berikut:

N = RA

Dimana :

N = Jumlah Lubang

R = Intensitas curah hujan perjam (mm/jam)

A = Luas permukaan resapan (m²) (Hapsari ET Al., 2016).

Pembuatan lubang resapan biopori akan meningkatkan kemampuan

lingkungan untuk menopang kehidupan di atasnya. Teknologi lubang biopori

infiltrasi dikembangkan berdasarkan prinsip menjaga kesehatan ekosistem tanah

untuk mendukung keberadaan keanekaragaman hayati di dalam tanah dengan

ketersediaan yang cukup air udara dan sumber makanan. Penentuan jumlah lubang

biopori dihitung dengan persamaan.

N =1× LV

Keterangan :

N = Jumlah resapan biopori

I = Intensitas curah hujan terbesar dalam 10 tahun (mm/jam)

L = Luas daerah kedap air (m²)

V = Laju resapan air rata-rata per lubang ( liter/detik) (Permatasari, 2015).


40

III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada hari Selasa 15:30 WITA tanggal 10

November 2021 di degrenity Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari Barat,

Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

2.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini yaitu :

1. Linggis

2. Pipa PVC dengan penutup yang sudah di lubangi di bagian pinggirnya

3. Sampah organik

4. Air

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam laporan ini yaitu :

1. Tentukan lokasi tanah yang akan di jadikan lubang biopori.

2. Siram agar menjadi lunak dan mudah di lubangi.

3. Lubangi tanah dengan linggis dan buat secara tegak lurus.

4. Buat lubang sedalam 1 m dengan diameter 10 sampai 30 cm.

5. Lapisi lubang dengan pipa pvc seukuran diameter lubang yang sudah

disediakan.

6. Isi lubang dengan sampah organik seperti daun titik rumput kulit buah dan

lain-lainnya.

7. Tutup lubang dengan kawat besi atau tutup pipa pvc dengan yang sudah

dilubangi.
41

3.4 Analisis Data

Untuk analisis data dari praktikum pembuatan lubang resapan biopori

dapat di peroleh data sebagai berikut :

1. I = 83,5 m/ jam

2. A = 50 m²

3. P1 = 1/2 liter / menit = 30 liter/jam

P2 = 1 liter / menit = 120 liter/jam

P3 = 2 liter / jam

Adapun untuk mengetahui resapan biopori menggunakan persamaan berikut :

1. N1 = I.X
P1
= 83,5 . 50
50
= 4.175
= 139,17
2. N2 = I.A
P2
= 83,5 . 50
60
= 4.175
60
= 69,38
3. N3 = I.A
P3
= 83,5
120
= 34,79
42

4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Perhitungan Efektivitas Lubang Resapan

Hasil dari praktikum yang telah di lakukan dapat di lihat pada tabel

berikut :

Tabel 1. Hasil dan percobaan

N Lokasi Panjang Diamete Luas Intensita Laju Laju resapa


o pipa r bidang s hujan resapa infiltrasi n
kedap n
1. Luas 0,5 0,1 0,05 83,5 1,670 19 0,0113
772455
vegetai
2. Luas 0,5 0,1 0,05 83,5 1,670 87 0,0520
vegetasi 958084
3. Luar 0,5 0,1 0,05 83,5 1,670 19 0,0113
vegetasi 772455

4.2 Pembahasan

Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan persamaan :

N = 1 × A / P pada hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh nilai untuk

memperoleh jumlah resapan air pada pipa pertama dengan laju airnya 30 liter per

jam memiliki daya resapan 139, 17 pada pipa kedua dengan laju resapan air nya

60 liter per jam memiliki daya resapan 69,38 dan pipa ketiga dengan laju

resapannya 120 liter/jam daya resapannya 34,79.

Laju infiltrasi pada sampel tanpa biopori adalah 1,609 mm per menit,

sementara pada tanah dengan biopori yang didukung dengan pipa berlubang,

memiliki laju infiltrasi yaitu 4,90 mm per menit. Eksperimen ini menunjukkan

bahwa tanah dengan lubang biopori memiliki daya serap sekitar 3 kali lebih besar

daripada tanah tanpa lubang resapan (Juliati et al., 2013).


43

Manfaat lubang resapan biopori adalah pertama mencegah banjir. Dengan

keberadaan lubang biopori dapat mengatasi permasalahan tersebut titik kedua,

menyuburkan tanaman titip sampah organik yang kita buang di lubang biopori

merupakan makanan untuk organisme yang ada di dalam tanah. ketiga, tempat

pembuangan sampah organik yang bertumpuk. Keempat meningkatkan kualitas

air tanah.

Sumur resapan bermanfaat untuk memperbesar jumlah air yang dapat

diserap kan ke dalam akuifer. Sumur resapan pada hakikatnya nya merupakan

upaya manusia dalam mempertahankan meningkatkan dan mengembangkan daya

guna air sesuai dengan peruntukannya daya dapat dicapai dengan memperbesar

tabungan air tanah memperkecil dimensi jaringan drainase (Sunjoto, 2018).

Konsep teknologi biopori merupakan salah satu langkah solutif untuk

meningkatkan jumlah resapan air ke dalam tanah titik ukuran serta dimensi lubang

resapan untuk tidak terlalu membutuhkan halaman yang luas. Hal ini dengan

menyesuaikan luasan permukaan yang tertutup, karakteristik hujan tinggi muka

air tanah, volume, dan efisiensi resapan tanah (Yohana et al., 2017).
44

IV PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Biopori adalah lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk akibat

aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar

dalam tanah.

2. Sampah dedaunan yang terdapat pada lubang biopori semakin lama akan

semakin lembab dan akhirnya menyatu d dengan tanah. Hal ini dikarenakan

adanya pelapukan organisme di dalam tanah.

3. Mencari lokasi yang akan dibuat lubang, lebih baik bila dibuat di tempat

dimana air cenderung berkumpul atau mengalir, bisa juga dibuat alur

terlebih dahulu.

4. Membuat lubang silinder secara vertikal di atas tanah menggunakan bor

biopori dengan diameter 20 cm dan kedalaman 60 cm bila terbentur batu

menggunakan linggis.

5. Mendirikan an palaron yang berdiameter sama dengan lubang dengan tinggi

10 sampai 15 cm yang telah dilapisi koran di atas lubang biopori.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan berdasarkan analisis data pada

pengerjaan praktikum ini adalah disarankan untuk praktikum selanjutnya agar

lebih memperhatikan dan lebih fokus agar dapat menghasilkan hasil yang lebih

akurat, selanjutnya agar menggunakan alat biopori yang lebih lengkap agar

praktikum lebih efektif dan kompok dalam pelaksanaan praktikum.


45

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, A., R Ramadhan., dan M Taufik. 2021. Analisis kadar keasaman (ph)
tanah fakultas kehutanan universitas lancang kuning. Jurnal Nasional
Berdasarkan Pola Distribusi Mineral Liat Di Kecamatan Lumbanjulu
Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Agroekoteknologi.

Budianto. 2014. Perbedaan laju infiltrasi pada lahan hutan tanaman industri pinus,
jati dan mahoni.Jurnal sumberdaya alam lingkungan. 1 (2) : 15-24.

Edwardo, D., Yupi, H.M dan S. Hendro. 2020. Ana;isis laju infiltrasi di kawasan
temanggung tilung kota palangka raya provinsi kalimantan tengah. Jurnal
teknika. 3 (2) : 149-159.

Evarnas, S. 2014. Sifat fisik tanah di bawah tegakan eboni pada Kawasan Cagar
Alam Pani Binangga Kabupaten Parigi Mautong.

Hapsari, RI. dan Zenurianto, M. 2016. Penangan banjir Penanggulangan bencana


di Indonesia dan Kuncinnya Solusi. Jurnal Teknik Amerika Penelitian, 5
(3), 140-151

Idie, M., Pioh, D. D., & Kawulusan, R. I. 2017. Kajian Sifat Fisik Dan Kimia
Tanah Pada Tanah Yang Di Tanami Padi Gogo(Oryza Sativa) Di Desa
Wawona Kabupaten Minahasa Selatan. In COCOS

Iswahyudi, D. 2010. Teknik pembuatan kompos kombinasi kotoran sapid an


limah organic dengan pemberian EM-4. Jember, Jurusan Teknik Pertanian
Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas jember.

Kiki, W, S., Evi N. Cahya, R, Haribowo. 2021. The Effect of Vertical and
Horizontal Inclined Position on Infiltration Rate and Permeability of
Pervious Concrete with Recycled Aggregate., Jurnal Teknik Pengairan. 12
(1) pp. 30-37

Krisantos R. Engelbertha N. Mauritius I.R. Don Gaspar Noesaku. 2019.


Hubungan antara pola tutupan lahan terbangun dan laju infiltrasi air hujan.,
Jurnal Rekayasa Konstruksi Mekanika Sipil., 2 No.2, Agustus 2019,. ISSN
2614-5707
46

Ogban, P. L. 2017. Effect Of Land Use On Infiltration Characteristics Of Soils In


Northern Akwa Ibom State, South-Eastern Nigeria. Journal of Tropical
Agriculture, Food, Environment and Extension. 16(3) : 29 – 36

Permatasari, L. 2015. Bioinfiltration Hole : one Day For International Conference


On Indonesia Studies.

Rahmasari, A. F., Suripin dan Sudamo, 2015. Pengaruh peresapan air hujan
menggunakan lubang resapan biopori. Jurnal media matrasin 13 (3) : 1-9.

Rahmasari, A. F., Suripin dan Sudamo, 2015. Pengaruh peresapan air hujan
menggunakan lubang resapan biopori (LRB). Jurnal Teknik Sipil, 20 (1) :
11-15.

Rajamuddin, U. A. 20 10. Kajian tingkat perkembangan tanah pada lahan


persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah. Jurnal J. Agroland.Vol.16 (1) : 45 – 52.

Rismawati, E dan Sagala, S. 2014. Berbasis komunal mitigasi banjir di kota


Bandung. Seri Kertas Kerja Pengembangan Ketahan Inisiatif 10.

Sembel, A. S., dan D. M. DWIGHT 2016. Kualitas lingkungan melalui


pembuatan lubang resapan biopori. Jurnal media matrasain 13 (3) : 1-9.

Setiawan. J, Karim.A, Arabia.T. 2020. Karakteristik, Klasifikasi, Dan Pengelolaan


Tanah yang Terbentuk Di Daerah Gunung Api Jaboi Kota Sabang. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian 5 (2) : 2614-6053.

Suprayogo, 2020. Infiltration-fiendly agroforestry land uses on volcanic slopes in


the rejoso watershed, east java, indonesia. Land mdpi.9 (240).

Tomy Irawan dan Slamet Budi Yuwono., 2016.Infiltration Onvarious Forest


Stands In The Arboretum University Of Lampung.Jurnal Sylva Lestari.4
No.3, Juli 2016 (21—34). ISSN 2339-0913

Tufaila, M. dan Alam, S. 2014. Karakteristik Tanah Dan Evaluasi Lahan Untuk
Pengembangan Tanaman Padi Sawah Di Kecamatan Oheo Kabupaten
Konawe Utara. Staf Pengajar Agroteknologi Fak. Pertanian Halu Oleo
Kendari. AGRIPLUS, 24, 0854-0128.
47

Widarti, S., M. Akmar, V. Lubis, dan O. Komala, 2015. Aktifitas degradasi


samapah organic dalam biopori ekologi. 15 (1) : 1-5.

WILSON., Supriadi., Guchi. H. 2015. Evaluasi Sifat Kimia Tanah Pada Lahan
Kopi Di Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Online Agroekoteaknologi.
ISSN No. 2337-6597 Vol. 3, No. 2 : 642-648, Maret 2015.

Yanuarning Tyas Dwi Safitri Suteja , Donny Harisuseno , Sri Wahyuni., 2017.
Studi Laju Infiltrasi Menggunakan Model Horton dan Model Philip pada
Berbagai Tutupan Lahan., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya
Air 2 (1).
48

DOKEMENTASI

Dokumentasi Praktikum hidrologi I Profil Tanah

A B

C D

Keterangan :

1. Pembersihan lahan

2. Proses penulisan hasil pengukuran tanah yang di gali

3. Pengukuran ke dalam tanah

4. Pengukuran ke tebalan tanah

Anda mungkin juga menyukai