152401085
MEDAN
2018
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
15240 1085
MEDAN
2018
Departemen : Kimia
Disetujui di
TUGAS AKHIR
Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
152401085
ii
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih, berkat dan
limpahan anugrahNya, Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
1. Ibu Dr. Juliati br Tarigan, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya dan banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara,
serta seluruh staff dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
membimbing kepada saya selama duduk dibangku kuliah
5. Buat kedua orang tua saya, bapak Perdi Hutajulu dan ibu Tarina Batubara (+)
yang telah memberikan motivasi dukungan, serta semangat yang tak pernah
putus demi kesuksesan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Kak Masniar Elysabahtini Hutajulu, Kak Naomi Berliana Hutajulu, Bang David
Hutajulu, Kak Mutiara Clara Priscilla Hutajulu, Christine Intan Paulina Hutajulu.
7. Bapak Imam Aulia,S.Si PT.Tirta Investama-Langkat, Bapak Agus Martua
Nasution, S.T.P yang telah membimbing penulis selama PKL di PT.Tirta
Investama-Langkat, dan seluruh karyawan/karyawati dan staff di PT.Tirta
Investama-Langkat yang telah banyak memberikan ilmu dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
iii
Penulis
iv
ABSTRAK
Penentuan kesadahan dan alkalinitas pada sumber mata air di PT. Tirta Investama-
Langkat menggunakan metode titrasi kompleksometri dan titrasi asam basa. Dimana
pada penentuan kadar kesadahan, bila EDTA dan garam natriumnya ditambahkan
kedalam suatu larutan dari kation logam tertentu, akan membentuk kompleks kelat yang
mudah larut. Bila indikatot EBT ditambahkan pada suatu larutan yang mengandung
suatu ion Ca dan Mg pada pH 10 ± 0,1 larutan akan menjadi merah anggur. Bila
kemudian dititrasi dengan EDTA, ion Ca dan Mg akan terikat sebagai kompleks, pada
titik akhir titrasi yaitu bila seluruh ion Ca dan Mg sudah terikat oleh EDTA larutan yang
berwarna merah anggur akan berubah menjadi biru. Sedangkan pada penentuan kadar
alkalinitas dilakukan untuk menentukan kadar OH-/CO32- dan HCO3- dengan
mentitrasinya menggunakan H2SO4. Air yang diuji kadar kesadahan dan alkalinitasnya
bersumber dari mata air 2, 3, dan 4. Hasil analisis yang diperoleh untuk kadar
kesadahan (hardness) yang dilakukan selama lima hari pada sumber 2, 3, dan 4, hasilnya
berturut-turut untuk kesadahan adalah: 24,90 mg/l – 33,89 mg/l, 32,26 mg/l – 52,26
mg/l, dan 21,23 mg/l – 32,15 mg/l. Sedangkan untuk kadar alkalinitas adalah 42 mg/l –
147 mg/l, 69 mg/l –175 mg/l, dan 54 mg/l –127 mg/l. Kadar kesadahan dan alkalinitas
pada sumber mata air 2,3 dan 4 di PT. Tirta Investama – Langkat telah memenuhi syarat
mutu air minum menurut SNI dan Permenkes Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990.
ABSTRACT
vi
Halaman
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR SINGKATAN xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Hipotesis 2
1.4 Tujuan 3
1.5 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan 4
2.2 Definisi Air 5
2.3 Sumber Air 6
2.4 Karakteristik Air 9
2.5 Air Bersih 9
2.5.1 Syarat-Syarat Air Bersih 10
2.6 Kesadahan 12
2.6.1 Penentuan Kesadahan Air 14
2.6.2 Metode Penghilangan Kesadahan Air 14
2.6.3 Titrasi Kompleksometri 16
2.7 Alkalinitas 17
2.7.1 Penentuan Alkalinitas Air 19
2.7.2 Peranan Alkalinitas 19
vii
LAMPIRAN
viii
ix
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan bagi
seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini, tak ada yang bisa menyangkal, bahwa air
merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia, tidak saja untuk dikonsumsi,
kebutuhan akan air juga menopang banyak aktivitas manusia. Menurut Kodoatie (2010)
“Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di Bumi”.
Dari sudut pandang geografi air adalah salah satu objek material geografi
(geosfer), dimana studi tentang air dikaji menggunakan pendekatan
kelingkungan/ekologi maupun pendekatan keruangan dan wilayah. Studi tentang air
(hidrosfer) mengkaji segala wujud air sebagai objek yang ada di darat maupun di laut.
Adapun salah satu air yang ada didarat yaitu air tanah (groundwater).
Air tanah merupakan salah satu kebutuhan vital dalam aspek kehidupan
masyarakat. Sumber air tanah digunakan dalam pemenuhan kebutuhan perkotaan
maupun perdesaan. Untuk daerah perdesaan pemenuhan kebutuhan air umumnya berasal
dari mata air, ataupun sumur air tanah. Mata air adalah keluarnya air tanah
terkonsentrasi muncul di permukaan tanah sebagai arus air yang mengalir. Mata air
dapat terjadi karena air permukaan meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah. Air
tanah kemudian mengalir melalui retakan dan celah di dalam tanah yang dapat berupa
celah kecil sampai gua bawah tanah. Air tersebut pada akhirnya akan menyembur keluar
dari bawah tanah menuju permukaan dalam bentuk mata air. Keluarnya air menuju
permukaan tanah, dapat merupakan akibat dari akuifier terbatas, dimana permukaan air
tanah berada di elevasi yang lebih tinggi dari tempat keluar air. Mata air banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemanfaatan mata air digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
domestik, ternak, dan non domestik. Saat ini kebutuhan air untuk memenuhi aktivitas
penduduk makin meningkat. Peningkatan itu terjadi bukan hanya karena penduduk yang
bertambah, tetapi juga karena meningkatnya aktivitas masyarakat yang membutuhkan
air. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan
Kepmenkes RI No.907/Men.Kes/SK/VII/2002 dimana setiap komponen yang berada
didalamnya harus sesuai. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa air minum dalam
kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan. Namun, harga
AMDK di berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif
baru yang lebih murah. Faktanya, kita terkadang kurang memperhatikan kualitas mutu
AMDK yang kadar kesadahan dan alkalinitas pada mata airnya terlalu tinggi sehingga
pada proses penyaringan air, menghasilkan produk yang kadar kesadahan dan
alkalinitanya masih kurang diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin
menganalisis apakah kesadahan dan alkalinitas pada sumber mata air minum dalam
kemasan pengolahan PT. Tirta Investama-Langkat sesuai dengan syarat SNI dan
Permenkes Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990.
1.2. Pemasalahan
1. Berapakah kadar kesadahan dan alkalinitas air pada sumber mata air di PT.Tirta
Investama - Langkat
2. Apakah kadar kesadahan dan alkalinitas air pada sumber mata air PT.Tirta
Investama-Langkat sudah memenuhi SNI Permenkes Nomor :
416/MENKES/PER/IX/1990.
1.3. Hipotesis
Sumber mata air untuk produk Aqua PT. Tirta Investama-Langkat memenuhi standard
mutu air bersih yang telah ditetapkan oleh SNI dan Permenkes Nomor :
416/MENKES/PER/IX/1990.
1.4. Tujuan
1. Untuk menentukan kadar kesadahan dan alkalinitas air pada sumber mata air di
PT.Tirta Investama - Langkat
2. Untuk menentukan kadar kesadahan dan alkalinitas air pada sumber mata air
PT.Tirta Investama-Langkat sudah sesuai dengan SNI dan Permenkes Nomor :
416/MENKES/PER/IX/1990.
1.5. Manfaat
Memberikan informasi tentang kadar kesadahan dan alkalinitas air pada sumber mata air
di PT.Tirta Investama-Langkat, sehingga dapat ditentukan apakah memenuhi Standart
Nasional Indonesia, dengan demikian dapat dilakukan tindakan selanjutnya dengan
penjenuhan air sehingga dapat dijadikan sumber AMDK.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Aqua adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang diproduksi oleh
PT Aqua Golden Mississippi Tbk di Indonesia sejak tahun 1973. Selain di Indonesia,
Aqua juga dijual di Malaysia, Singapura, dan Brunei. Aqua adalah merek AMDK
dengan penjualan terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu merek AMDK yang
paling terkenal di Indonesia, sehingga telah menjadi seperti merek generik untuk
AMDK. Saat ini, terdapat 14 pabrik yang memproduksi Aqua dengan kepemilikan
berbeda-beda (3 pabrik dimiliki oleh PT Tirta Investama, 10 pabrik dimiliki oleh PT
Aqua Golden Mississippi, dan pabrik di Berastagi, Sumatera Utara dimiliki oleh PT
Tirta Investama).
Aqua Group didirikan oleh Tirto Utomo (1930-1994), warga asli Wonosobo
yang setelah keluar bekerja dari Pertamina, dan bekerja di Petronas, mendirikan usaha
air minum dalam kemasan (AMDK). Tirto berjasa besar atas perkembangan bisnis atau
usaha AMDK di Indonesia, karena sebagai seorang pionir maka Almarhum berhasil
menanamkan nilai-nilai dan cara pandang bisnis AMDK di Indonesia.
Pada tahun 1998, karena ketatnya persaingan dan munculnya pesaing-pesaing
baru, Lisa Tirto sebagai pemilik Aqua Golden Mississipi sepeninggal suaminya Tirto
Utomo, menjual sahamnya kepada Grup Danone pada 4 September 1998. Akusisi
tersebut dianggap tepat setelah beberapa cara pengembangan tidak cukup kuat
menyelamatkan Aqua dari ancaman pesaing baru. Langkah ini berdampak pada
peningkatan kualitas produk dan menempatkan Aqua sebagai produsen air mineral
dalam kemasan (AMDK) yang terbesar di Indonesia. Pada tahun 2000, bertepatan
dengan pergantian milenium, Aqua meluncurkan produk berlabel Danone-Aqua.
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan
semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lain. Pemanfaatan
air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang (Effendi,
2003).
Pada prinsipnya, jumlah air dialam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang
dinamakan “ cyclus hydrologie”. Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air
yang ada pada permukaan bumi akan bersatu dan berada ditempat yang tinggi yang
sering dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin
tinggi dimana temperatur diatas semakin rendah, yang menyebabkan titik-titik air jatuh
kebumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian mengalir kedalam tanah jika menjumpai
lapisan rapat air, maka perserapan akan berkurang, dan sebagian air akan mengalir diatas
lapisan rapat air ini. Jika air ini keluar pada permukaan bumi, umumnya berbentuk
sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpal,
membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir kelaut
kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini (Sutrisno, 1994).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990
tentang Pengendalian Pencemaran Air mendefenisikan kualitas air sebagai sifat air dan
kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain didalam air. Kualitas air
dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan
terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, BOD,COD, kadar logam, dan
sebagainya). Dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).
Berdasarkan peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas
air menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun penggolongan air
menurut Effendi (2003) adalah sebagai berikut :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golangan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertenakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan,
industri, dan pembangkit tenaga listrik.
Menurut Sutrisno (1994), Secara garis besar sumber-sumber air dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Air laut
2. Air Atmosfer, air materiologik
3. Air permukaan
4. Air tanah
1. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air
laut 3%. Dengan keadaan ini; maka air laut tak dapat memnuhi syarat untuk air
minum.
2. Air atmosfer, air meteriologik
Untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih
mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan juga mempunyai sifat agresif
terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini
mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
3. Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan
ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang
kayu, daun-daun, kotoran industri dan sebagainya.
b. Air rawa/danau
Kebanyakan air rawa berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah
membusuk. Dengan adanya pembusukan ini maka kadar zat organik tinggi, maka
umumnya Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O 2 kurang sekali
(anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Dan untuk pengambilan air,
sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn
tak terbawa.
4. Air Tanah
Terbagi atas :
Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Kualitas dari air tanah dalam yaitu:
Pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempuran dan
bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang
dilalui. Jika melalui kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena mengandung
Ca(HCO3 )2 dan Mg(HCO3)2. Dan jika melalui batuan granit , maka air itu lunak dan
agresif karena mengandung gas CO2 dan Mn(HCO3) ( Sutrisno, 2006).
Disebut pula air tanah dalam yaitu air yang tersimpan di dalam lapisan tanah;
termasuk air sumur gali dan sumur bor.
1. Sumur gali
Diameter sumur gali antara 0,8-1 meter; lazim 0,8 meter, kedalaman sumur gali
tergantung lapisan tanah, ketinggian dari permukaan air laut, ada tidaknya air bebas di
bawah lapisan tanah.
Ketinggian air bebas umumnya sekitar 1-3 meter dari dasar sumur.
Ketinggian air bebas bervariasi, tergantung jumlah air yang diambil, tergantung
musim.
Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada : tanah sawah airnya
kekuning- kuningan; tanah berpasir airnya jernih dan rasanya sejuk; tanah liat
airnya terasa sedikit sepat; tanah kapur airnya terasa sedikit sepat, dan warnannya
kehijauhijauan.
Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur.
Mengandung bakteri cukup banyak.
2. Sumur bor
c. Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang
berasal dari dalam tanah hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/ kualitasnya
sama dengan keaadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya ( munculnya permukaan tanah)
terbagi atas :
Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa
kimia lain, karakter tersebut antara lain :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0ºC (32ºF) – 100ºC, air
berwujud cair.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik.
3. Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah
proses perubahan air menjadi uap air.
4. Air merupakan pelarut yang baik.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.
Sumber air bermacam-macam. Kendati pun demikian ada tiga sumber air yang paling
banyak ditemui, yakni air hujan, air pemukaan dan juga air tanah. Kualitas air yang
berasal dari sumber-sumber tersebut jelas berbeda. Seperti pada air tanah, air tanah ialah
air yang berada di dalam tanah. Air tanah ini diperoleh dengan cara menggali sumur atau
pompa. Air tanah yang sebagian besar berasal dari air permukaan dan air hujan ini
relative lebih bersih. Hanya saja didaerah tertentu, air tanah mungkin saja terlalu banyak
mengandung bahan kimia tertentu (Untung, 1995)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 1975 tentang syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, untuk bisa dikonsumsi manusia, air harus
memenuhi syarat-syarat fisika, kimia, radioaktif, dan mikrobiologis. Dalam pengertian
sehari-hari, air bersih ialah air yang jernih, tidak berwarna, tawar, dan tidak berbau
(Untung, 1995)
a. Syarat Fisik
1. Air tidak boleh berbau
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat member petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau
amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya Algae.
2. Air tidak boleh berasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air minum yang tidak tawar
dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya
tergantung pada penyebab timbulnya bau tersebut.
3. Air tidak boleh berwarna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna.
4. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan
Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah :
Bakteri typshum
Vibrio colereae
Bakteri dysentriae
Entamoeba histolyhes
Bakteri enteritis (penyakit perut)
Air yang mengandung Coli dianggap telah terkontaminasi (tercemar) dengan kotoran
manusia.
2.6. Kesadahan
Kesadahan berasal dari kata sadah yang berarti mengandung kapur, jadi kesadahan
air adalah adanya kandungan kapur yang berlebih pada air yang disebabkan oleh lapisan
tanah kapur yang dilaluinya. Jenis sumber air yang banyak mengandung sadah air tanah
khususnya air tanah dalam. Air sadah dapat menyebabkan sabun sukar berbuih, hal ini
diakibatkan oleh kandungan natrium stearat (C17H35COONa) dalam sabun yang beraksi
dengan ion-ion Mg2+ dan Ca2+ yang membentuk busa buih yang mengendap.
Karena sabun diendapkan, maka busa sabun baru akan terbentuk bila semua ion-
ion magnesium dan kalsium telah terendapkan. Ini berarti untuk mencuci diperlukan
sabun dengan jumlah yang banyak.
1. Kesadahan sementara
Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan oleh ion Ca 2+ dan Mg2+
yang berikatan dengan ion karbonat dan bikarbonat. Air sadah sementara dapat terjadi
secara alami ketika air hujan melarutkan sedikit karbon dioksida, sehingga air hujan itu
mengandung asam karbonat. Ketika air hujan ini melewati daerah berkapur air tersebut
akan menyerap dan menghilangkan kapur sehingga terbentuk hidrogen-karbonat larut.
2. Kesadahan tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh ion Ca 2+ dan Mg2+ yang
berikatan dengan ion Cl-, SO42-, NO-3, contohnya CaCl2, MgSO4. Istilah kesadahan
digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan magnesium yang terlarut,
dinyatakan sebagai ekuivalen (setara) kalsium karbonat. Air sadah adalah air yang
mengandung beberapa jenis mineral yaitu Ca, Mg, Sr, Fe dan Mn yang konsentrasinya
tinggi sehingga mengakibatkan air menjadi keruh dan dapat mengurangi daya kerja
sabun serta menimbulkan kerak pada dasar ketel. Kesadahan air dikenal dengan nama
kekerasan air atau (hard water). Kesadahan tetap terjadi ketika air melewati daerah
bebatuan yang mengandung magnesium sulfat dan kalsium klorida. Kesadahan ini tidak
dapat dihilangkan hanya dengan pendidihan atau dengan penambahan kapur mati, tetapi
dapat dihilang dengan penambahan soda basuh atau menggunakan proses permutit (yang
juga dapat dipakai untuk air sadah sementara). Kesadahan ini disebut juga kesadahan
non karbonat yang dapat dihilangkan dengan cara pertukaran ion.
Menurut Gabriel (2001), berdasarkan kadar kalsium dalam air maka tingkat
kesadahan air digolongkan dalam 4 (empat) kelompok yaitu :
1. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 0-75 mg/l disebut air lunak (soft water)
2. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 75-150 mg/l disebut moderately hard water
3. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300 mg/l disebut hard water
4. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 300 mg/l ke atas disebut very hard water
Kesadahan (hardness) adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya
ion-ion (kation) logam valensi dua. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun
membentuk endapan (presipitasi) maupun dengan anion-anion yang terdapat didalam air
membentuk kerak air dan endapan atau karat pada peralatan logam. Kesadahan dalam air
terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation
yang bermuatan dua ( Santika, 1984).
Pada umumnya air sadah berasal dari daerah dimana lapisan tanah atas (topsoil)
tebal, dan ada pembentukan batu kapur. Yang dimaksud dengan kesadahan total adalah
kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion Ca 2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. Ini
disebabkan karena kebanyakan kesadahan dalam air alam adalah disebabkan oleh dua
kation tersebut.Sedangkan perairan lunak berada pada wilayah dengan lapisan tanah dan
tipis dan batuan kapur relatif sedikit atau bahkan tidak ada (Effendi, 2003).
Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap
semua kation tersebut.
Pada penentuan kesadahan air diperlukan modifikasi dari cara titrasi larutan Mg-
Ca murni, karena dalam air sering dijumpai pengotoran oleh ion besi dan logam-logam
lain. Penggunaan indikator Eriocrome Black T atau Calmagit akan terjadi indikator oleh
ion besi karena bereaksi setara. Oleh sebab itu, penambahan buffer pH 10 jumlah
molekul EDTA dapat membuat pasangan kimiawi dengan ion-ion kesadahan dan
beberapa jenis ion lainnya. Pasangan tersebut lebih kuat dari pada hubungan antara
indikator dengan ion-ion kesadahan. Oleh karena itu, pada pH 10 jumlah molekul EDTA
yang ditambahkan sebagai titran sama (ekuivalen) dengan jumlah ion-ion kesadahan
dalam sampel, dan molekul indikator terlepas dari ion kesadahan (Santika,1984).
Eriochrom Black T (EBT) adalah jenis indikator yang berwarna merah muda dan bila
berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan magnesium pada pH 10.
1. Pendidihan
Jika air dididihkan, hanya kesadahan sementara yang dapat dihilangkan.
Bikarbonat dipecah menjadi karbonat, air dan karbon dioksida, berikut persamaanya:
Karbonat adalah endapan dan oleh karena itu tidak bereaksi dengan sabun dan
keluar dari larutan.
2. Penambahan kapur mati ( Proses Clark )
Kapur mati (kalsium hidroksida) juga hanya memisahkan kesadahan sementara.
Kapur harus ditambah pada jumlah yang telah diperhitungkan sehingga kapur tersebut
hanya mampu untuk menetralkan bikarbonat dan terbentuk kalsium karbonat yang tidak
larut.
Ca(HCO3) + Ca(OH)3 2 CaCO3 + 2 H2O
Kalsium bikarbonat Kalsium hidroksida Kalsium karbonat Air
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu senyawa kompleks. Senyawa
kompleks ini disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks.
Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan
dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati (Anonim, 2012).
1. Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai,
misalnya dapat pH 10 lalu ditambahkan indikator logamyang sesuai dan
dititrasi langsung dengan larutan baku dinatrium edetat.
2. Titrasi kembali, cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan
hidroksida pada pH yang dikehendaki untuk titrasi. Untuk senyawa yang tidak
larut misalnya sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk
kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks lebih
stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator. Pada keadaan
demikian, dapat ditambahkan larutan baku dinatrium edetat berlebihan
kemudian larutan di dapat pada pH yang diinginkan dan kelebihan dinatrium
edetat dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam.
3. Titrasi substitusi, cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan
titik akhir yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi
kembali, atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan
dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan
kalsium.
4. Titrasi tidak langsung, cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk
menentukan kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat.
Sebagai contoh barbiturat tidak bereaksi dengan EDTA akan tetapi secara
kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri dalam keadaan basa sebagai
ion kompleks 1:1. Setelah pengendapan dengan kelebihan Hg (II), kompleks
dipindahkan dengan cara penyaringan dan dilarutkan kembali dalam larutan
baku EDTA berlebihan. Larutan baku Zn (II) dapat digunakan untuk menitrasi
kelebihan EDTA ini menggunakan indikator yang sesuai untuk mendeteksi
titik akhir.
5. Titrasi alkalimetri, pada metode ini proto dari dinatrium edetat (Na 2H2Y)
dibebaskan oleh logam berat dan dititrasi dengan larutan baku alkali. Larutan
logam yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus dalam
suasana netral terhadap indikator yang dipergunakan. Penetapan titik akhir
menggunakan indikator asam-basa atau secara potensiometri.
Pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA. Asam etilen diamin tetra
asetat atau EDTA merupakan turunan asam amino karboksilat berbasa empat yang
mana tiap atom H pada gugus karboksilat dapat terdisosiasi.
HOOC-CH2 CH2-COOH
N-CH2-CH2-N
HOOC-CH2 CH2-COOH
Dari senyawa ini terdapat enam gugus yang dapat membentuk kompleks
dengan ion logam yaitu dua gugus amino dan empat gugus karboksilat. Pembentukan
kompleks antara logam dengan ligan EDTA yang perbandingannya selalu 1:1 dengan
rumus bangun yang sejenis yang mana ion logam bertindak sebagai pusat dengan
beberapa cincin beratom lima. (Mursyidi, 2008)
2.7. Alkalinitas
Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkaliniti merupakan
pertahanan air terhadap pengasaman. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion
bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-), dan hidroksida (OH-). Garam dari asam lemah lain
seperti : Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat ( HPO42- dan HPO4- ), sulfida (HS-), dan
ammonia (NH3) juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas dalam jumlah sedikit.
Meskipun banyak komponen penyebab alkalinitas perairan, penyebab utama dari
alkalinitas tersebut adalah: (1) hidroksida, (2) karbonat, dan (3) bikarbonat.
Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut dalam air dapat
menyebabkan turunnya kadar karbondioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti
ini kadar karbonat dan hidroksida naik, dan menyebabkan pH larutan naik. Jika kadar
alkalinitas tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ yaitu kadar kesadahan
rendah) air menjadi agresif dan menyebabkan kerak pada pipa, sebaliknya alkalinitas
yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan tinggi maka dapat menyebabkan
kerak CaCO3 pada dinding pipa instalasi yang dapat memperkecil penampang pipa
basah.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
1. Sistem Penyangga
Bikarbonat yang terdapat pada perairan dengan nilai alkalinitas total tinggi
berperan sebagai penyangga perairan terhadap perubahan pH yang drastis. Jika
basa kuat ditambahkan kedalam perairan maka basa tersebut akan bereaksi
dengan asam karbonat membentuk garam bikarbonat dan akhirnya menjadi
karbonat. Jika asam ditambahkan kedalam perairan maka asam tersebut akan
digunakan untuk mengonversi karbonat menjadi bikarbonat dan bikarbonat
menjadi asam karbonat. Hal ini dapat menjadikan perairan dengan nilai
alkalinitas total tinggi tidak mengalami perubahan pH secara drastis (Cole,1988).
2. Koagulasi Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam proses koagulasi air atau limbah bereaksi
dengan air membentuk endapan hidroksida yang tidak larut. Ion hidrogen yang
dilepaskan bereaksi dengan ion-ion penyusun alkalinitas, sehingga alkalinitas
berperan sebagai penyangga untuk mengetahui kisaran pH yang optimum bagi
penggunaan koagulan. Dalam hal ini nilai alkalinitas sebaiknya berada pada
kisaran optimum untuk mengikat ion hidrogen yang dilepaskan pada proses
koagulasi.
3. Pelunakan air
Alkalinitas adalah parameter kualitas air yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan jumlah soda abu dan kapur yang diperlukan dalam proses pelunakan
dengan metode pengendapan. Pelunakan air bertujuan untuk menurunkan
kesadahan.
4. Pengendalian Korosi
Alkalinitas merupakan parameter yang sangat penting termasuk didalam
pengendalian korosi. Hal itu harus diketahui disamping itu untuk
pengelompokkan dalam Lengelier Saturasi indeks.
5. Limbah industri
Banyak para agen yang mencegah pengecekan terhadap campuran limbah yang
disebabkan (hidroksida) alkalinitas untuk penerimaan air. Sebaiknya pH
alkalinitas ialah suatu faktor yang penting didalam penentuan kemampuan dari
limbah untuk pengolahan secara biologi.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.Pada saat titik ekuivalen ini maka
proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer
maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.
Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti asam sulfat
dan asam klorida (H2SO4 dan HCl) menetralkan zat-zat alkaliniti yang merupakan zat
basa sampai titik akhir titrasi (titik ekuivalensi) kira-kira pada pH 8,3 dan pH 4,5
(Alaerts,1987).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2.1. Alat
3.2.2. Bahan
Ditimbang 1,0 gram CaCO3 dan masukkan kedalam beaker glass 500 ml
Dilarutkan dengan HCL 1:1 hingga larut
Ditambahkan 200 ml aquadest, didihkan untuk menghilangkan CO2
Didinginkan
Ditambahkan beberapa tetes indicator Merah Methyl hingga berubah warna
menjadi orange
Dipindahkan kedalam labu ukur 1L sampai garis batas
Dihomogenkan
Ditimbang 1,904 gram NH4Cl dan masukkan kedalam labu ukur 250 ml
Ditambahkan 200 ml NH4OH 0,1 N
Ditambahkan aquadest sampai garis batas
dihomogenkan
Dipipet 0,56 ml H2SO4 pekat dan dimasukkan kedalam labu takar 1000 ml
Ditambahkan aquadest sampai garis batas
Dihomogenkan
Penentuan kadar kesadahan pada sumber mata air yang digunakan untuk air
minum dalam kemasan menggunakan metode titrasi kompleksometri.
Penentuan kadar alkalinitas pada sumber mata air yang digunakan untuk air
minum dalam kemasan menggunakan metode titrasi asam basa.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
2 51 42 54 54 147
Alkalinitas
3 69 73 73 76 175
4 60 54 56 56 127
4.2. Perhitungan
4.2.1. Penentuan Kadar Total Kesadahan (Hardness)
Dimana :
Mr CaCO3 = 100,0869
100 ml
Sumber 3
Diketahui : V EDTA = 5,03 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,0869
V Sampel = 100 ml
Ditanya : Total hardness
100 ml
Sumber 4
Diketahui : V EDTA = 2,90 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,0869
V Sampel = 100 ml
Ditanya : Total hardness
100
4.2.2. Penentuan Kadar Total Alkalinitas
Untuk menghitung kadar total alkalinitas yang dihasilkan dari sumber mata air
digunakan rumus sebagai berikut :
100 ml
Sumber 3
Diketahui : V H2SO4 = 6,9 ml
N H2SO4 = 0,02 N
BE CaCO3 = 50
V Sampel = 100 ml
Ditanya : mg CaCO3/L
100 ml
Sumber 4
Diketahui : V H2SO4 = 6,0 ml
N H2SO4 = 0,02 N
BE CaCO3 = 50
V Sampel = 100 ml
Ditanya : mg CaCO3/L
100 ml
4.3. Pembahasan
Tujuan dilakukannya pengawasan mutu yaitu untuk menentukan kualitas sumber mata
air untuk air minum dalam kemasan yang akan dipasarkan. Secara langsung maupun
tidak langsung, pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar
pertimbangan penetapan kualitas air bersih, usaha pengolahan terhadap air yang
digunakan oleh manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air. Oleh
karena itu harus dianalisa secara fisika, kimia dan mikrobiologi sesuai dengan yang
ditetapkan oleh WHO dan memenuhi standar SNI dan Permenkes Nomor :
416/MENKES/PER/IX/1990.
Penentuan kadar kesadahan dan alkalinitas air pada sumber mata air menurut
SNI maksimal berkisar 500 mg/l CaCO3. Kadar kesadahan (hardness) dilakukan dengan
metode titrasi kompleksometri. Dan penentuan kadar alkalinitas dilakukan dengan
metode titrasi asam basa. Dari hasil analisis yang diperoleh, kadar kesadahan (hardness)
dan kadar alkalinitas pada sumber mata air masih sesuai dengan standar mutu yang telah
ditetapkan di PT. Tirta Investama-Langkat. Dalam hal ini Penulis menganalisa kadar
kesadahan (hardness) dan kadar alkalinitas selama lima hari yang terdapat 3 sumber
yang di uji yaitu sumber 2, 3, dan 4.
Kadar kesadahan (hardness) dan kadar alkalinitas sangat mempengaruhi kualitas
sumber mata air dalam kemasan, dimana kesadahan adalah gambaran kation logam
divalent. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun
dengan anion-anion yang terdapat dalam air membentuk karat pada peralatan logam. Air
tanah pada umunya mengandung bahan-bahan metal terlarut, seperti Na, Mg, Ca, dan
Fe. Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air
sadah (Arthana, 2007).
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan (Alaerts). Alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang
menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu
ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi
dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Nilai
alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500 mg/liter CaCO3.
Pada penentuan kadar kesadahan total yang terkandung didalam air baku dan air
bersih dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi kompleksometri yaitu
pembentukan kompleks berwarna oleh logam. Dengan menggunakan larutan EDTA
sebagai pentiter dan menggunakan indicator EBT pada pH 7 – 11, dan menggunakan
larutan buffer untuk mempertahankan pH nya. Dengan reaksinya sebagai berikut:
Ca 2+
+ Ind EBT Ca Ind + 2H+
OH
OH
- N=N
O3S 2+
+ Ca
NO2
O - Ca - O
-
O3S N= N
+ 2 H+
Merah Jambu
NO2
Mg 2+
+ Ind EBT Mg Ind + 2H+
OH
OH
- N=N
O3S 2+
+ Mg
NO2
O - Mg - O
-
O3S N= N
+ 2 H+
Merah Jambu
NO2
O - Ca - O CH2COOH
HOOCCH2
-
O3S N=N
+ N - CH2 - CH2 - N
HOOCCH2 CH2COOH
NO2
OH
CH2COO- OH
-
OOCCH2
-
O3S N=N
N - CH2 - CH2 - N + + 2 H+
HOOCCH2 CH2COOH
Ca Biru
NO2
O - Mg - O CH2COOH
HOOCCH2
-O
3S N=N
+ N - CH2 - CH2 - N
HOOCCH2 CH2COOH
NO2
CH2COO- OH
- OH
OOCCH2
HOOCCH2 CH2COOH
Mg
NO2
Biru
BAB 5
5.1. Kesimpulan
1. Kadar kesadahan dan alkalinitas air pada sumber mata air dilakukan dengan
menggunakan titrasi kompleksometri dan titrasi asam basa. Hasil analisis yang
diperoleh untuk kadar kesadahan (hardness) yang dilakukan selama lima hari
pada sumber 2, 3, dan 4, hasilnya berturut-turut untuk kesadahan adalah: 24,90
mg/l – 33,89 mg/l, 32,26 mg/l – 52,26 mg/l, dan 21,23 mg/l – 32,15 mg/l.
Sedangkan untuk kadar alkalinitas adalah 42 mg/l – 147 mg/l, 69 mg/l –175
mg/l, dan 54 mg/l –127 mg/l.
2. Kadar kesadahan dan alkalinitas air pada sumber mata air 2, 3 dan 4 yang
digunakan untuk produk air minum dalam kemasan yang diperoleh di PT. Tirta
Investama-Langkat masih sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan
menurut SNI dan Permenkes Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990.
5.2. Saran
1. Dari penentuan kesadahan, titik akhir titrasi sulit dicapai apabila menggunakan
indikator yang mempunyai pH rendah akanmenghasilkan kerja yang tidak sesuai
dengan reaksi logam ligan, oleh karena itu titrasi logamlogam ini dengan EDTA
dilakukan pada larutan buffer ammonia pH = 10.
2. Dari penentuan alkalinitas , metode titrasi asam basa sangat dipengaruhi oleh
perubahan pH titrasi. Oleh karena itu untuk menunjukkan pH haruslah digunakan
indikator yang sensitif terhadap perubahan nilai pH selama titrasi berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Cole, G. A. 1988. Texbook of Limnologi. Third Edition. Waveland Press, Inc, Illionis,
USA
Gaman , M. 1992. Ilmu Pangan, Penghantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi.
Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
LAMPIRAN
Lampiran 1. Persyaratan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990
Kadar
No Parameter Satuan Keterangan
Maksimum
A Fisika
1 Bau - - Tidak Berbau
2 TDS mg/l 1,000 -
3 Kekeruhan NTU 5 -
4 Rasa - - Tak berasa
0
5 Suhu C - -
6 Warna Skala TCU 15 -
B Kimia Organik
C Kimia Organik