Anda di halaman 1dari 17

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS FISIKA KIMIAWI TERHADAP PANTAI PASIR PUTIH


PANGANDARAN

Pembimbing :

Tsani Adianti

Disusun Oleh :

Kinan Shofia Aimy


Luqyana Syifa Syauqiyyah
Nada Naufa Karimah
Salma Khoirunnisa

SMA QURANIC SCIENCE BOARDING SCHOOL


Jl.Radinal Muchtar, Dusun Jagabaya, Desa Rajadatu, Kec. Cineam,
Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “LAPORAN HASIL
PENELITIAN ANALISIS FISIKA KIMIAWI TERHADAP PANTAI PASIR PUTIH
PANGANDARAN” dengan lancar. Tak lupa sholawat serta salam kami curah limpahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW., sahabat-Nya, kerabat-Nya serta keluarga-Nya.

Penulis juga pengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Bu Tsani selaku


pembimbing yang telah membantu dari mulai penelitian hingga penulisan laporan. Ucapan
terima kasih pun tak lupa penulis sampaikan kepada teman-teman serta pihak lain yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian hingga penulisan laporan ini adalah untuk
mengetahui kualitas air di pantai pasir putih Pangandaran berdasarkan parameter fisika kimia,
serta memenuhi project yang menjadi tugas akhir semester ini.

Penulis berharap tulis an ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca-Nya.
Penulis sadar bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan guna perbaikan dan penyempurnaan. Permohonan maaf pun tak lupa
disampaikan jika dalam laporan ini terdapat banyak kekeliruan juga kekurangan.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
I.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
I.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................12
METODOLOGI.......................................................................................................................12
Waktu Penelitian..................................................................................................................12
Alat dan Bahan.....................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kabupaten Pangandaran memiliki panjang pantai 91 km. Beberapa dari kawasan
pantai tersebut digunakan untuk kegiatan pariwisata dan berkembang pesat menjadi kawasan
padat penduduk, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pembangunan hotel, pondok
wisata, restoran, rumah makan, bar dan sarana penunjang kegiatan pariwisata lainnya. (Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2022)

Peningkatan aktivitas masyarakat dapat menimbulkan perubahan kualitas atau baku


mutu pada air laut. Kualitas air laut adalah tingkat kondisi kualitas air yang menunjukan
tercemar atau tidak nya suatu sumber air dalam waktu tertentu. Kualitas air laut ini dapat
dibandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup
tahun 2003.

Air laut yang baik meliputi parameter fisika dan kimia diantaranya: suhu, kecerahan,
salinitas, kandungan fosfat, oksigen terlarut (DO), kadungan nitrat dan pH. Pencemaran dapat
menganggu keseimbangan, kelestarian pesisir dan laut. Berbagai kegiatan di sepanjang
pesisir laut oleh sebagian masyarakat pesisir yang menganggap laut sebagai tempat
pembuangan sampah menjadi salah satu faktor tercemar nya air laut (Patty et al., 2021)

Ditemukannya berbagai jenis sampah dan bahan pencemar lainnya di laut dapat
menyebabkan degradasi lingkungan di wilayah pesisir dan ekosistem sekitar. Masuknya zat-
zat organik dan anorganik ke air secara berlebihan akan berdampak buruk pada perairan laut
yang menyebabkan menurunnya kualitas air laut secara fisika, kimia dan biologi. (Hamuna et
al., 2018).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah,


1999) Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Laut
bahwa pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
serta komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai
lagi dengan baku mutu fungsinya. Bahan pencemar yang masuk ke air laut bisa berasal
dari berbagai sumber. Keadaan fisik bahan pencemar dari suatu sumber berbeda dengan

4
sumber yang lain, dengan komposisi nya pun berbeda beda. Dengan demikian, dampak
yang ditimbulkan terhadap lingkungan juga bervariasi.

Oleh karena itu dilakukannya penelitian ini untuk melihat kualitas air, baku mutu air
dan pencemaran air pada pesisir pantai pasir putih Pangandaran

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keterkaitan kualitas mutu air dari pantai pasir putih dengan aktivitas
pantai pangandaran?
2. Bagaimana indeks pencemaran pantai pasir putih berdasarkan parameter fisika
kimiawi?

I.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk menentukan kualitas mutu air pantai pasir putih di pangandaran.
2. Untuk menentukan pencemaran pantai pasir putih berdasarkan parameter fisika
kimiawi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pantai pasir putih pangandaran memiliki letak geografi di sebelah tenggara Provinsi
Jawa Barat, tepatnya terletak di Desa Pananjung, Kec. Pangandaran, Kab. Pangandaran, Jawa
Barat. Pantai ini memiliki daya tarik yang luar biasa sehingga mengakibatkan banyaknya
kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Pada tahun 2022 rata rata pengunjung mancanegara sebanyak 514 wisatawan dan
pengunjung lokal sebanyak 2.929.992 dengan total mencapai 2.930.506 wisatawan.
Meningkatnya daya tarik pantai pangandaran membuat banyak aktifitas yang terjadi di
pangandaran terutama wilayah pariwisata seperti pantai pasir putih. Aktivitas manusia
tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan kualitas air laut.
(Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2022) (Barat, 2022)

Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu. Syarat
yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda tergantung tujuan penggunaan air
tersebut. Perubahan kualitas air laut adalah kondisi kualitas air yang dapat diukur dan diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dengan suatu wilayah pada waktu dan metode
tertentu berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku. Status kualitas air adalah
tingkat kondisi kualitas air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu

6
sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang
ditetapkan (Daud, 2011). Beberapa parameter baku mutu air menurut SNI di antaranya adalah
kecerahan, suhu, ph dan salinitas :

A. Kecerahan

Kecerahan adalah ukuran kejernihan air dan ditentukan secara visual menggunakan
cakram Secchi yang dikembangkan oleh Profesor Secchi pada abad ke-19. Nilai kecerahan
diberikan dalam meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, waktu
pengukuran,padatan tersuspensi dan kekeruhan, serta akurasi operator. Kecerahan air
biasanya dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal sebagai kecerahan secchi disc (Effendi,
2000).

Mengetahui kecerahan badan air memberi tahu kita berapa banyak kesempatan yang
tersisa untuk berasimilasi, lapisan mana yang paling tidak keruh, dan mana yang paling
keruh. Badan air yang menunjukkan nilai luminansi rendah dalam cuaca normal dapat
memberikan petunjuk atau indikator jumlah padatan tersuspensi di dalam badan air tersebut.
(Hamuna et al. 2018). Air dikatakan transparan jika memenuhi persyaratan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 untuk terkena kekeruhan air. Oleh karena
itu, kecerahan dan kekeruhan air laut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan organisme
laut. Kecerahan air laut sangat mempengaruhi derajat fotosintesis biota di air laut. (Hamuna
dkk. 2018). Kurangnya cahaya di badan air karena itu dapat, misalnya, mempengaruhi
ekosistem yang terletak di bawah laut. B.Terumbu karang. Beberapa terumbu karang
membutuhkan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis. Polip pembentuk terumbu yang
terletak di ujung terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga
melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen fotosintesis yang terlarut dalam air dapat
digunakan oleh spesies laut lainnya.

Kecerahan yang kurang tadi dapat menghambat proses fotosintesis, sehingga


persebaran oksigen yang terlarut akan berkurang. Kurangnya oksigen dalam suatu perairan
dapat menghambat proses oksidasi dan reduksi. Lalu, karena terhambatnya proses oksidasi
dan reduksi ini, dapat menyebabkan nutrien yang sangat dibutuhkan oleh organisme perairan
juga berkurang. Oleh karena itu populasi ikan pada kecerahan yang rendah ini cenderung
lebih sedikit dari pada dengan populasi ikan pada kecerahan yang tercukupi.

7
B. Suhu

Suhu air adalah salah satu pengatur terpenting kehidupan akuatik, mengatur aktivitas
metabolisme, aktivitas reproduksi, dan laju siklus hidup. Aktivitas metabolisme dapat
meningkat, melambat, atau bahkan terhambat jika suhu aliran naik, turun, atau berfluktuasi
terlalu banyak (Patil et al, 2015).

Suhu adalah salah satu faktor eksternal yang paling mudah untuk diselidiki dan
ditentukan. Aktivitas metabolisme dan distribusi organisme akuatik sangat dipengaruhi oleh
suhu air (Hamuna et al., 2018). Kenaikan suhu menyebabkan stratifikasi dan stratifikasi air,
dan stratifikasi air ini mempengaruhi agitasi air, dan oksigen harus terdispersi agar tidak
menjadi anaerobik karena stratifikasi air di lapisan bawah. Perubahan suhu permukaan dapat
mempengaruhi proses fisik, kimia dan biologi di badan air tersebut (Kusumaningtyas et al.,
2014).

Suhu secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh sinar matahari.
Kehangatan air berubah perlahan dari siang ke malam dan dari musim ke musim. Juga, air
memiliki sifat yaitu berat jenisnya maksimum pada 4°C, bukan pada titik bekunya. Suhu air
sangat mempengaruhi jumlah oksigen terlarut dalam air. Suhu badan air dapat dipengaruhi
oleh musim, garis lintang, permukaan laut (ketinggian), waktu, tutupan awan, arus, dan
kedalaman. Peningkatan suhu air menyebabkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
penguapan dan volatilisasi, serta penurunan kelarutan gas-gas seperti O2, CO2, N2 dan CH4
dalam air. Kisaran suhu air yang dibutuhkan ikan untuk tumbuh adalah 25 sampai 32°C di
perairan tropis. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di
dalam perairan,sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan
berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air, maka
kelarutan oksigen akan berkurang. Peningkatan suhu perairan 10°C mengakibatkan
meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga
kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik meningkat.

Menurut Boyd (2015), radiasi matahari, suhu udara, cuaca dan iklim mempengaruhi
suhu air. Kemunculan suhu air yang tinggi pada siang hari dibandingkan pagi dan sore hari
mengindikasikan peran radiasi matahari. Menurut Lucas dan Southgate (2012), penetrasi
sinar matahari meningkatkan suhu di kolam dangkal, dan saat hujan suhu air menjadi rendah.

8
Penurunan suhu disebabkan oleh kurangnya penyinaran matahari dan penurunan suhu udara,
sehingga hujan juga mempengaruhi suhu air (Muarif, 2016).

Suhu air laut, terutama suhu lapisan permukaan, sangat dipengaruhi oleh besarnya
radiasi matahari. Oleh karena itu, lokasi memiliki efek astronomis pada suhu panas atau
dingin air laut. Suhu permukaan laut sekitar 130 °C di daerah kutub dan sekitar 280 °C di
daerah tropis. Suhu air laut tetap relatif panas hingga 200m di bawah permukaan laut.
Namun, pada kedalaman antara 200 m dan 1.000 m di atas permukaan laut, terjadi penurunan
suhu yang tajam yang disebut termoklin. Di sisi lain, suhu air laut setidaknya sekitar 20°C.

Parameter kualitas air yang dipengaruhi oleh perubahan suhu antara lain kelarutan
gas. Hubungan antara kelarutan gas dan suhu dijelaskan sebagai berikut: Kelarutan oksigen
menurun dengan meningkatnya suhu (Chin 2006; Parker 2012). Selain penurunan kelarutan
oksigen, aktivitas metabolisme organisme akuatik juga meningkat dengan meningkatnya suhu
dan hewan mengkonsumsi oksigen dua kali lebih banyak. Sifat gas lain yang dipengaruhi
oleh suhu termasuk rasio gas H2S dan NH3. Proporsi H2S menurun dengan meningkatnya
suhu, sedangkan proporsi NH3 meningkat dengan meningkatnya suhu (Howerton 2001; Boyd
2015).

Oksigen dalam air memiliki hubungan terbalik dan non-linier dengan suhu
lingkungan. Artinya ketika suhu ruangan turun, kelarutan oksigen meningkat dan kandungan
oksigen di dalam air meningkat. Sebaliknya, ketika suhu ruangan meningkat atau memanas,
kelarutan oksigen dalam air berkurang dan jumlahnya berkurang. Uniknya, permukaan dan
air bisa memiliki perbedaan persentase oksigen terlarut. Apalagi jika airnya ada di wadah
luar. Lebih banyak sinar matahari mencapai bagian atas permukaan air, menyebabkannya
lebih cepat panas. Namun, pangkalan membutuhkan waktu lama untuk memanas. Oleh
karena itu, kelarutan oksigen di bagian atas dan bawah dapat bervariasi dengan meningkatnya
suhu panas (Hiprovira 2020).

C. Ph

Keasaman (pH) merupakan parameter penting untuk menentukan kualitas air. pH


adalah ukuran jumlah atau aktivitas hidrogen dalam air. Pada umumnya nilai pH
menunjukkan keasaman atau kebasaan air (Widigdo, 2001). Pengertian pH (tenaga hidrogen)
sebenarnya adalah ukuran keasaman atau kebasaan air. PH air laut berkisar antara 7,6 – 8,4

9
(Nursaiful, 2004). Menaikkan pH air menurunkan konsentrasi CO2, terutama pada siang hari
saat proses fotosintesis sedang berlangsung. Keasaman atau kandungan ion H dalam air
merupakan salah satu faktor kimia yang memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan
organisme yang hidup di lingkungan perairan. Tinggi rendahnya pH air tergantung pada
beberapa faktor, antara lain keadaan gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi karbonat dan
bikarbonat, dan proses dekomposisi bahan organik dasar (Barus, 2004).

Menurut Kusumaningtyas (2014), nilai pH meningkat menuju laut lepas. Ketika


sejumlah kecil bahan organik dari tanah dibawa oleh sungai, tingkat pH dapat naik dan turun.
pH ideal untuk kehidupan laut umumnya antara 7 dan 8,5. Kondisi air yang sangat asam atau
basa kuat mengganggu kelangsungan hidup organisme karena mengganggu proses
metabolisme dan respirasi. Perubahan pH di atas netralitas meningkatkan konsentrasi amonia,
yang sangat beracun bagi organisme (Barus, 2004). Wulandari dkk (2015) setiap organisme
laut membutuhkan kondisi pH tertentu untuk bertahan hidup. Air laut memiliki kemampuan
mendukung yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH Perubahan pH kecil dari pH
alami memiliki efek menunjukkan malfungsi sistem Bumper. Hal ini dapat menyebabkan
Perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan
organisme laut (Amiluddin 2007; Gaol dkk. 2017).

pH terkait erat dengan karbon dioksida dan alkalinitas. Pada pH <5, alkalinitas bisa
mencapai nol. Semakin tinggi pH, semakin tinggi alkalinitas dan semakin rendah kandungan
karbon dioksida bebas (Mackereth, et al., 1989). Menurut Suciaty (2011), alkalinitas
merupakan parameter yang paling mempengaruhi pH air laut. Selain itu, terdapat faktor fisik
lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pH, seperti suhu, salinitas, curah hujan,
perubahan musim, dan fenomena ENSO (El-Niño/La- Niña Southern Oscillation). (2012)
menyatakan bahwa variasi suhu dan salinitas juga secara tidak langsung menyebabkan variasi
nilai pH dan alkalinitas terukur. Air laut mengandung buffer alami seperti bikarbonat,
karbonat, kalsium, borat, dan hidroksida yang membantu menjaga pH agar pH laut tidak
menurun. Kemampuan air laut untuk menurunkan pH dengan penambahan asam disebut
alkalinitas, kapasitas buffer, dan kesadahan karbonat (KH atau dKH) (Nursaiful, 2004).

D. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut,
dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka
akan semakin besar pula tekanan osmotiknya (Gufran dan Baso, 2007 dalam Widiadmoko,

10
2013). Perbedaan salinitas perairan dapat terjadi karena adanya perbedaan penguapan dan
presipitasi.

Banjarnahor (2000) mengatakan bahwa perbedaan nilai salinitas air laut dapat
disebabkan oleh terjadinya pengacauan (mixing) akibat gelombang laut ataupun Gerakan
massa air yang ditimbulkan oleh tiupan angin. Salinitas sekitar pantai lebih rendah dari pada
salinitas laut lepas. Hal ini disebabkan karena air laut yang berada dekat daratan masih
memiliki pengaruh dari air sungai hingga menyebabkan salinitas di daerah ini kecil.
Sebaliknya, salinitas di perairan laut lepas sudah tidak memiliki pengaruh dari darat, sehingga
salinitasnya pun besar (Nybakken, 1988).

Bowden dalam Nurhayati (2002) mengemukakan bahwa keberadaan nilai salinitas


dalam distribusinya di perairan laut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
adanya interaksi masuknya air tawar ke dalam perairan laut melalui sungai, juga dipengaruhi
penguapan dan curah hujan. Pada umumnya nilai salinitas wilayah laut Indonesia berkisar
antara 28 - 33 O /oo (Nontji, 2002) Di daerah pesisir (air pantai dan air campuran) salinitas
berkisar antara 32,0-34,0 O /oo dan di laut terbuka umumnya salinitas berkisar antara 33-37
O /oo dengan rata-rata 35 O /oo (K. Romimohtarto dan S. S. Thayib, 1982). Kepmen LH No
51 Tahun 2004 menetapkan salinitas sebesar 33-34 ‰ salinitas alami untuk terumbu karang
dan diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% salinitas rata-rata musiman.

Arus laut berperan dalam persebaran salinitas yang terjadi. Dari pengadukan yang
terjadi di muara sungai akan tersebar ke arah pergerakan arus. Tingginya kecepatan arus
dapat mempengaruhi sebaran salinitas yang ada. Pada perairan Genuk arusnya relative kecil
sehingga pada daerah yang berada jauh dari muara sungai menuju ke arah utara nilai
salinitasnya masih terbilang normal yakni berada pada baku mutu yang telah ditetapkan.

Perairan dengan salinitas lebih rendah atau lebih tinggi dari pada pergoyangan normal
air laut merupakan faktor penghambat (limiting factor) untuk penyebaran biota laut tertentu.
Menurut KINNE (1964), pergoyangan air laut normal secara global berkisar antara 33 %o
sampai dengan 37 ‰ dengan nilai tengah sekitar 35 %o.

11
BAB III

METODOLOGI

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di satu lokasi yaitu Pantai Pasir Putih Pangandaran pada
tanggal 18 November tahun 2022. Lokasi ini sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan
pariwisata. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah parameter karakterisitk fisika
kimiawi perairan yang meliputi kecerahan, suhu, ph, dan salinitas. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah melalui survei yaitu pendekatan spasial dan temporal dengan
melakukan pengukuran langsung paremeter fisika kimiawi di perairan. Analisis data hasil
pengukuran insitu parameter kualitas air dilakukan secara deskriptif: membandingkan hasil
yang diperoleh dengan baku mutu kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, yang
diantaranya dikhususkan untuk biota laut. Sampel pengujian pada penelitian ini adalah air
laut di pesisir pantai pasir putih dengan titik koordinat -7,7058920.108,6520440.

Pendekatan spasial bermaksud untuk mempresentasikan dan memodelkan aspek-


aspek keruangan dari suatu fenomena. Sedangkan pendekatan temporal yaitu untuk
merepresentasikan aspek-aspek waktu dari suatu fenomena. Titik pengukuran dilakukan
insitu dengan interval tiap titik 1-3 kali. Pengukuran parameter kualitas air meliputi,
pengukuran kecerahan dengan menggunakan secchi disk, suhu dengan menggunakan
thermometer celup, pH dengan menggunakan pH meter, salinitas dengan menggunakan
refractometer yang dilakukan secara insitu pada waktu pagi, siang dan sore hari.

Alat dan Bahan


Penelitian ini kami lakukan dengan beberapa alat- alat dan bahan. Alat yang
digunakan adalah secchi disk, pH meter, termometer, gelas ukur plastik, dan alat uji kualitas
air (salinitas, DHL, TDS, pH). Adapun bahan yang digunakan adalah larutan buffer pH 4;
6,9; 8,9 untuk kalibrasi alat pH meter.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas air laut di Pantai Pasir Putih Pangandaran tergolong ideal karena memenuhi
standar baik secara fisika maupun kimiawi. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan
pada tanggal 18 November tahun 2022, Pantai Pasir Putih Pangandaran tidak terlalu tercemar
dengan sampah karena hal itu pula kualitas air di sana masih terjaga. Adapun hasil
pengukuram lapangan terhadap kualitas berdasarkan parameter fisika kimiawi di Pantai Pasir
Putih Pangandaran disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

A. Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi suatu perairan dilihat secara fisik atau visual
dengan menggunakan suatu alat yang disebut secchi disk. Kecerahan merupakan salah satu
faktor yang dapat kita lihat secara langsung untuk membuktikan suatu perairan tercemar atau
tidak. Tetapi tidak semua perairan yang mempunyai kecerahan rendah disebut tercemar, bisa
saja faktor pasir yang gelap mempengaruhi transparansi perairan tersebut tidak terlihat.

Berdasarkan hasil pengamatan yang kita lakukan terhadap perairan Pantai Pasir Putih
Pangandaran pada pagi, siang dan sore hari dengan cuaca yang cerah didapatan tingkat
transparansi perairan pada pesisir pantai dengan kedalaman >1 meter terumbu karang yang
ada di dasar laut masih terlihat. Maka dapat disimpulkan bahwa kecerahan yang ada pada
perairan Pantai Pasir Putih Pangandaran tergolong baik didasarkan pada Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004.

B. Suhu
Suhu merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan
ekosistem laut. Suhu dipengaruhi oleh musim, cuaca, sirkulasi udara dan kedalaman. Suhu ini
merupakan indikator yang penting untuk menentukan efek selanjutnya terhadap nilai
parameter air lainnya, seperti mempercepat terjadinya reaksi kimia, reduksi kelarutan gas-gas
dalam air dan dapat memperbesar bau atau rasa. Suhu alami untuk perairan tropis yang layak
untuk kehidupan organisme berkisar antara 23-32⁰C. Berdasarkan hasil pengukuran yang
dilakukan terhadap perairan Pantai Pasir Putih Pangandaran, suhu di lokasi tersebut tergolong
baik karena berkisar antara 29-30⁰C dengan rata-rata 30⁰C. Didasarkan keputusan
Kementrian Negara Lingkungan Hiup No.51 tahun 2004 hasil pengukuran yang dilakukan

13
masih memenuhi mutu yang ditetapkan yaitu 28-32⁰C. Hal ini menunjukan suhu air di lokasi
pengamatan tergolong baik dan berada di dalam kisaran suhu air normal yang umumnya
terdapat di wilayah perairan.

Diagram Perbandingan Suhu


30.2
30
29.8
29.6
29.4
29.2
29
28.8
28.6
28.4
Suhu

Pagi Siang Sore

C. pH

pH merupakan logaritma negatif dari ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu
cairan dan merupakan penentuan baik buruknya suatu perairan. pH merupakan salah satu
faktor terpenting untuk memantau kestabilan perairan (Hamuna et al., 2018). Berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingungan Hidup No.51 tahun 2004, pH perairan di Pantai Pasir
Putih Pangandaran tidak lebih dan tidak kurang dari baku mutu yang telah ditetapkan dengan
pH ideal yaitu 7-8,5 sedangkan hasil dari pengamatan yang kita lakukan untuk lokasi ini
didapatkan nya nilai pH yang stabil untuk perairan yaitu 8,4.

14
D. Salinitas
Salinitas atau biasa disebut kadar garam ialah jumlah berat semua garam (dalam gram)
yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan permil atau gram per
liter. Hasil dari pengukuran salinitas air yang kita lakukan terhadap perairan Pantai Pasir
Putih Pangandaran didapatkan pada sampling 1 terukur 51,5 x 10-6 ppm, pada sampling 2
terukur 27,6 x 10-6 ppm, dan pada sampling 3 terukur 21,65 x 10-6 ppm dengan hasil rata
rata sampling 33,6 x 10-6. Bedasarkan hasil keputusan Kementrian Lingkungan Hidup No.
51 tahun 2004 dari hasil pengukuran salinitas masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
Di perairan 230 samudra, salinitas biasanya berkisar antara 34-35 ppm. Di perairan pantai
karena terjadi pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun
rendah. Hasil pengukuran menunjukan bahwa kisaran salinitas yang didapat dari pengamatan
ini masih dalam kisaran nilai toleransi plankton. Alami atau tidak berbau

Diagram Perbandingan Salt


30

25

20

15

10

0
Salt

Pagi Siang Malam

15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Air laut di pesisir pantai pasir putih pangandaran memiliki mutu kualitas air yang baik sesuai
dengan aturan dari Kementrian LH no 51 tahun 2004.

Saran
Dalam proses penelitian ini disarankan untuk melakukan variasi waktu lebih lama. Selain itu
alat yang digunakan harus terkalibrasi dengan baik sebelum digunakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hamuna, B., Tanjung, R. H. R., Suwito, S., Maury, H. K., & Alianto, A. (2018). Study of
Seawater Quality and Pollution Index Based on Physical-Chemical Parameters in the
Waters of the Depapre District, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35–43.
https://doi.org/10.14710/jil.16.135-43
Muarif, M. (2016). Karakteristik Suhu Perairan Di Kolam Budidaya Perikanan. Jurnal Mina
Sains, 2(2), 96–101. https://doi.org/10.30997/jms.v2i2.444
Patty, S. I., Yalindua, F. Y., & Ibrahim, P. S. (2021). Analisis Kualitas Perairan Bolaang
Mongondow, Sulawesi Utara Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia Air Laut. Jurnal
Kelautan Tropis, 24(1), 113–122. https://doi.org/10.14710/jkt.v24i1.7596
Peraturan Pemerintah. (1999). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Dan Perusakan Laut. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan, 1999(1), 1–18.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjWxrKe
if7eAhVYfysKHcHWAOwQFjAAegQICRAC&url=https%3A%2F%2Fwww.ojk.go.id
%2Fid%2Fkanal%2Fpasar-modal%2Fregulasi%2Fundang-undang%2FDocuments
%2FPages%2Fundang-undang-nomo

Barat, B. P. (2022). Kunjungan Wisatawan ke Pangandaran .

17

Anda mungkin juga menyukai