Abstrak
Buah kurma salah satu makanan yang banyak manfaatnya bagi kesehatan.
Kandungan senyawa-senyawa yang ada didalam buah maupun biji kurma
memberikan efek yang baik untuk tubuh. Buah kurma memiliki tiga tahapan
kematangan yaitu khalal atau besser, ruthab, dan tamr. Dari setiap tahapan
tersebut memiliki sifat dan kandungan senyawa yang berbeda-beda. Kandungan
glukosa yang tinggi dengan kadar air rendah ada pada buah kurma pada tahapan
tamr. Kandungan senyawa kimia yang ada pada kurma diantaranya karbohidrat,
protein, lipid, dan mineral. Buah kurma memiliki sifat nuraceutical, yaitu sebagai
atioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antidiabetes dan antikanker.
Pendahuluan
Buah kurma adalah salah satu makanan tersehat. Buah ini menjadi bagian
terpenting dari kehidupan masyarakat di padang pasir dan cara untuk bertahan
hidup dalam kondisi gersang. Meskipun sekitar tiga perempat atau lebih buahnya
terdiri dari gula, ada banyak komponen nutrisi lainnya seperti mineral, vitamin,
antioksidan, dan serat pangan (Farag 2015). Buah kurma memiliki tahapan
tahapan kematangan dalam pertumbuhannya. Tiga tahap kematangan kurma yang
sudah bisa dikonsumsi adalah khalal/besser, ruthab, dan tamr.
Pada fase khalal, buah kurma sudah matang secara fisiologis. Buah mulai
berubah warnanya dari hijau menjadi kuning kehijauan, kuning, merah muda,
merah atau merah tua tergantung varietas dari buah kurma, kenaikan bobot kurma
melambat, tetapi kandungan sukrosa meningkat sementara kelembaban turun
menjadi 50-55%. Fase ini berlangsung selama 3-5 minggu. Kurma pada tahap
kematangan ini harus segera dikonsumsi setelah di panen karena kandungan gula
dan airnya yang tinggi akan menyebabkan rawan terjadinya fermentasi. Tetapi
tahap khalal ini dapat diperpanjang dengan menerapkan formulasi kalsium setelah
panen dan modifikasi metode pengemasan.
Untuk fase ruthab sering disebut juga kurma segar atau kurma setengah
matang dengan tekstur lebih lunak dan warna buah berbah menjadi coklat muda.
Pada fase ini, kelembaban buah sekitar 35-40% dan rasa astringennya hilang. Fase
ini berlangsung 2-4 minggu. Pada fase ini buah kurma akan sangat terasa manis
tetapi cepat juga berubah menjadi masam.
Pada fase terakhir yaitu fase tamr, sering disebut sebagai kurma kering,
kurma manisan atau kurma masak. Pada fase ini kurma benar-benar matang dan
warnanya berubah menjadi coklat atau hampir hitam dengan tekstur daging buah
yang lembut. Pada fase ini kurma kehilangan kandungan air dan naiknya kadar
gula berupa sukrosa sebesar 50% (atau lebih tinggi jika suhu tinggi dan kadar air
rendah) Kandungan gula yang banyak terakumulasi ada pada kurma lunak adalah
glukosa dan fruktosa. Biasanya memiliki kelembaban buah berkisar antara 20 %
dan 25% sehingga kurma ini tahan terhadap reaksi yang dapat merusak kualitas
produk seperti fermentasi. (Farag 2015).
Buah kurma yang sering kita konsumsi memiliki umur simpan yang lama
karena telah dilakukan pengeringan terlebih dahulu untuk mengurangi bobot dari
kadar airnya. Pada suatu penelitian dilakukan perbandingan metode pengeringan
untuk menemukan metode yang paling baik untuk buah kurma, yaitu metode
metode pengeringan dengan pengering surya konvektitif, metode pengering dalam
rumah kaca, dan pengeringan matahari langsung. Dari hasil penelitian, ditemukan
bahwa pengering surya konvektif memiliki deformasi structural paling sedikit
pada tiga tahap kematangan kurma yang secara umum, metode pengeringan inilah
yang menghasilkan kurma kering berkualitas terbaik (Seerangurayar et al. 2019).
Komposisi Kimia
Pada penelitian yang dilakukan terhadap buah kurma, Amira dkk, 2011
melakukan penelitian pada buah kurma dengan tiga varietas yang berbeda, yaitu
varietas sukkari, barni, dan ruthana. Pada tiga varietas buah kurma yang berbeda
tersebut, diuji Aktivitas kimia dan diperoleh hasil bahwa dalam kurma memiliki
(1) kelembaban untuk tiga varietas (sukri, barhi, dan rothana) adalah 16 %;
15.7%; 9.7 %.,
(2) kadar abu 2.22 %; 3.33 %; 6.67 %.
(3) kandungan karbohidrat 80.65 mg/g; 70.76 mg/g; 24.34 mg/g.,
(4) phenol 1.24 mg GAE/100 g; 1.07 mg GAE/100 g; 0.75 mg GAE/100 g.
Kadar mineral pada sampel kurma diuji menggunakan ICP dan OES
didapat komponen mineral yang ada pada kurma adalah kalsium (Ca); Magnesium
(Mg); Natrium (Na); kalium (K); Posfor (P); tembaga (Cu); zat besi (Fe);
Mangan (Mn); Zink (Zn); dan Selenium (Se) (Perveen & Bokahri 2019). Kurma
adalah sumber potassium/kalium yang membantu dalam menjaga sistem saraf
yang sehat dan meyeimbangkan sistem saraf tubuh. Fungsi fosfor dengan kalsium
untuk membantu kekuatan dan pertumbuhan tulang. Selain itu, selenium penting
untuk pertumbuhan dan perbaikan sel. Zat besi sangat penting untuk produksi sel
darah merah, yang membawa semua nutrisi ke sel di seluruh tubuh (Farag 2015).
Komposisi Nutrisi
Buah kurma mengandung gula (71.2-81.4 %) (Assirey 2015), yang tersebar dalam
bentuk glukosa sebesar 10.90 – 29.77%, sukrosa antara 17.86 – 38.66 %, fruktosa
berkisar antara 11.01 – 27.80 %, dan gula pereduksi (glukosa dan fruktosa)
sebesar 21.41 – 57.56 %. Kandungan sukrosa pada buah kurma ini mempengaruhi
rasa manis. Sedangkan pada gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) sangat penting
sebagai sumber energi. Pembentukan gula ini terjadi pada tahap ruthab dan tamr
sedangkan pada tahp khalal atau besser gula masih baru mulai terbentuk dan total
kandungan gula terbanyak ada pada tahap tamr sehingga rasanya sangat manis
(Hamza et al. 2016). Dari total kandungan gula ini menunjukan bawa kurma bisa
dijadikan sumber karbohidrat (Amira et al. 2011; Farag 2015). Selain itu, kadar
glukosa dan fruktosa yang tinggi bisa dijadikan sebagai makanan untuk diet.
Dalam satu pon buah kurma (453 g) bisa memberikan 5.33 kJ energy fisologis
pada tubuh manusia (Farag 2015).
Sukrosa merupakan komponen penting yang ada pada buah kurma. Untuk
melakukan uji kandungan sukrosa bisa menggunakan beberapa cara, salah satunya
menggunakan instrument NIR (Near Infra Red). Pengukuran ini dilakukan pada
panjang gelombang 700 sampai 2500 nm menggunakan larutan standar sukrosa
dengan konsentrasi bervariasi dari 0.01% sampai 50% (b/v) (Mabood et al. 2015).
Asam lemak jenuh utama / Saturated Fatty Acid (SFA) yang ada pada
kurma adalah asam palmitat. Asam palmitate ini paling banyak kandungannya
pada saat tahapan khalal/besser yaitu sebesar 53.29 ± 1.37 % dari total asam
lemak dengan asam palmitate sebanyak 22.10 ± 0.82 % dari total asam lemak
(TFA). Asam lemak kedua yang tinggi kandungannya dalam buah kurma adalah
asam stearate. Sementara asam asam lain hanya menyumbang sebagian kecil dari
asam lemak jenuh seperti asam miristat, asam arakidat / asam eikosanoat, asam
pentadekanoat, asam heneikosanoat, dan asam trikosanoat (Amira et al. 2011).
Monounsaturated fatty acid (MUFA) atau asam lemak tak jenuh tunggal
utama yang ada pada kurma adalah asam oleat yang meningkat pada tahap rutab
tapi menurun kembali pada tahap tamr. Peningkatan kandunga asam oleat
merupakan hasil dari biosintesis aktif TFA yang terjadi selama proses pematangan
buah yang melibatkan penurunan persentase relative dari kandungan asam
palmitate minyak. Kandungan MUFA lainnya adalah vaksinat, palmitoleat, asam
gadoleat, dan asam miristoleat.
Untuk Poliunsaturated fate Acid (PUFA) atau asam lemak tak jenuh
ganda, kandungan tertingginya adalah asam linoleate. PUFA kedua yang banyak
terkandung dalam kurma adalah asam α-linoleat. Kandungan PUFA lainnya
adalah asam eikosadienoat. Selama pematangan buah kurma, terutama dari tahap
rutab ke tahap tamr, kandungan PUFA khususnya asam linoleat semakin
meningkat. Hal ini terjadi karena adanya konversi asam oleat menjadi asam
linoleate oleh enzim D12-desaturase, enzim yang terikat membrane. Hal ini juga
bisa dikaitkan dengan aktivitas enzim phosphatidyl choline oloyl desatrase, yang
mmengkatalisis desaturase asam oleat menjadi asam linoleate (Amira et al. 2011).
Komponen Fenolik
Manfaat kesehatan dari buah kurma adalah aspek yang relative baru.
Perubahan ini disebabkan oleh iskemia serebral (berkurangnya pasokan alirah
darah yang membawa oksigen ke otak) bisa dilemahkan dengan 15 hari
pretreatment dengan ekstrak methanol buah kurma. Ekstrak kurma bisa
mengembalikan kerusakan hari yang disebabkan oleh dimetoat. Selain itu, aspek
penting lain yang bermanfaat untuk kesehatan dari ekstrak kurma ditemukan
dengan percobaan tikus dimana ekstrak tersebut dapat mengurangi frekuensi
buang air besar dan mengurangi gastrointestinal. Sehingga bisa disebutkan bahwa
ekstrak kurma dapat mengandung beberapa zat yang aktif secara farmakologis
dengan sifat antidiare (Farag 2015).
Antioksidan
Hasil ekstrak buah kurma dari air dan methanol dilakukan untuk pengujian
antioksidan menggunakan uji MTT dan LPO. Untuk hasil dari pengujian MTT
didapatkan bahwa ekstrak methanol lebih baik daripada ekstrak air dalam aktivitas
antioksidanm ditandai dengan absorbansinya yang lebih tinggi yaitu ada diantara
0.14 sampai 0.41. sedangkan untuk pengujian dengan LPO, ekstrak air maupun
methanol sama-sama memiliki aktivitas antioksidan tinggi denan kisaran antara
50-82 % (Zhang et al. 2017).
Antiinflamasi
Antimikroba
Antikanker
Berdasarkan hasil dari aktivitas penghambatan pleh enzim COX-2 yag terdeteksi,
dilakukan ekstrak untuk pengujian penghambatan polifersi sel terhadap AGS
(lambung), DU-145 dan LNCaP (Prostat), HCT-116 (usus besar), MCF-7
(payudara), dan garis sel tumor manusia NCl-H460 (paru-paru). Hasil
menunjukan bahwa ekstrak buah kurma dari air tidak terjadi penghambatan
apapun, tetapi ekstra methanol menunjukan reaksi penghambatan sekitar 20-25%
pada garis sel tumor payudara, usus, paru-paru, dan lambung yang diujikan pada
manusia. Penghambatan ini tidak terlallu signifikan jika dibandingkan dengan
aktivitas anti-inflamasi dan antioksidan (Zhang et al. 2017).
Antidiabetes
Komposisi Fitokimia
Senyawa fitokimia atau senyawa metabolit sekunder adalah produk samping yang
masih kaya akan senyawa non-nutrisi bioaktif. Fitokimia ini memberikan
perlindungan terhadap berbagai penyakit seperti kanker, dibetes, penyakit
kardiovaskular dan lainnya. Senyawa ini dihasilkan dari produk samping sehingga
banyak yang menganggap sebagai limbah (Vayalil 2012).
Karena fitokimia dihasilkan dari produk samping, dalam buah kurma yang
dianggap limbah adalah biji kurma, sehingga dalam penelitian dilakukan
kandungan fitokimia dalam biji kurma, didapatkan hasil senyawa kimia yang
terkandung dalam biji kurma adalah sebagai berikut (Maqsood et al. 2020):
⁻ Karotenoid
⁻ Tokoferol
⁻ Fitosterol
⁻ Asam fenolat
⁻ Flavonoid
Kesimpulan
Buah kurma memiliki tiga tahapan dalam proses kematangannya, yaitu tahap
khalal/basser, tahap ruthab, dan tahap tamr. Kurma terbukti memiliki efek
fisiologis yang baik dalam tubuh. Komponen senyawa-senyawa kimia yang ada
pada kurma adalah gula dalam bentuk glukosa, sukrosa, fruktosa, dan gula
pereduksi. Selain gula, ada senyawa kimia lain, yaitu karbohidrat, protein, lipid,
dan mineral. Efek kesehatan yang diberikan untu tubuh diantaranya sebagai
antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antidiabetes, dan antikanker. Selain pada
buahnya, hasil samping berupa biji kurma juga memiliki kandungan senyawa
metabolit sekunder atau fitokimia yang baik untuk tubuh, yaitu karotenoid,
tokoferol, fitosterol, asam fenolat dan flavonoid.
Daftar Pustaka
Ahmad, A., Munir, B. & Abrar, M., 2012. Perspective of β-Glucan as Functional
Ingredient for Food Industry. Journal of Nutrition & Food Sciences, 02(02).
Amira, E.A. et al., 2011. Chemical and aroma volatile compositions of date palm
(Phoenix dactylifera L.) fruits at three maturation stages. Food Chemistry,
127(4), pp.1744–1754. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodchem.2011.02.051.
Farag, K.M., 2015. Date Palm: A Wealth of Healthy Food 1st ed., Elsevier Ltd.
Available at: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-384947-2.00215-4.
Hammouda, H. et al., 2013. Detailed polyphenol and tannin composition and its
variability in Tunisian dates (Phoenix dactylifera L.) at different maturity
stages. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 61(13), pp.3252–3263.
Hamza, H., Mrabet, A. & Jiménez-Araujo, A., 2016. Date palm parthenocarpic
fruits (Phoenix dactylifera L.) cv. Deglet Nour: chemical characterization,
functional properties and antioxidant capacity in comparison with seeded
fruits. Scientia Horticulturae, 211, pp.352–357. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.scienta.2016.09.031.
Malviya, N., Jain, S. & Malviya, S., 2010. Antidiabetic potential of medicinal
plants. Acta Poloniae Pharmaceutica - Drug Research, 67(2), pp.113–118.
Maqsood, S. et al., 2020. Bioactive compounds from date fruit and seed as
potential nutraceutical and functional food ingredients. Food Chemistry, 308,
p.125522. Available at: https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2019.125522.
Nasiri, M. et al., 2019. Effects of consuming date fruits (Phoenix dactylifera Linn)
on gestation, labor, and delivery: An updated systematic review and meta-
analysis of clinical trials. Complementary Therapies in Medicine, 45(May),
pp.71–84. Available at: https://doi.org/10.1016/j.ctim.2019.05.017.
Ötles, S. & Ozgoz, S., 2014. Health effects of dietary fiber. Acta Scientiarum
Polonorum, Technologia Alimentaria, 13(2), pp.191–202.
Shafiei, M., Karimi, K. & Taherzadeh, M.J., 2010. Palm date fibers: Analysis and
enzymatic hydrolysis. International Journal of Molecular Sciences, 11(11),
pp.4285–4296.
Zhang, C.R. et al., 2017. Health-benefits of date fruits produced in Saudi Arabia
based on in vitro antioxidant, anti-inflammatory and human tumor cell
proliferation inhibitory assays. Journal of the Saudi Society of Agricultural
Sciences, 16(3), pp.287–293. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jssas.2015.09.004.