DISUSUN OLEH:
0105523710
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.3 Berapakah suhu dan waktu optimal yang dapat digunakan dalam proses
perkecambahan sorgum agar mendapatkan nilai kelarutan protein yang
baik?
1.3 Tujuan
1.3.3 Untuk mengetahui suhu dan waktu optimal yang dapat digunakan dalam
proses perkecambahan sorgum agar mendapatkan nilai kelarutan protein
yang baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sorgum
Sorgum banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang.
Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut. Sorgum
memerlukan suhu lingkungan 23-34 oC tetapi suhu optimum berkisar antara 23 oC
dengan kelembaban relatif 20-40%. Sorgum tidak terlalu peka terhadap keasaman
(pH) tanah, tetapi pH tanah yang baik untuk pertumbuhannya adalah 5,5 – 7,5.
Tanaman sorgum tahan terhadap kekeringan, sebagai perbandingan satu kg bahan
kering sorgum hanya memerlukan 332 kg air selama pembudidayaan, sedangkan
pada jumlah bahan kering yang sama, jagung membutuhkan 368 kg air, barley 434
kg dan gandum 514 kg air (Kurniasari et al 2023).
2.2 Perkecambahan
Perkecambahan dibagi menjadi dua tipe, yaitu Tipe Epigeal (Epigeous) dan
Tipe Hipogeal (Hypogeus). Tipe Epigeal (Epigeous) di mana munculnya radikel
diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta
kotiledon dan plumula keatas permukaan tanah. Contohnya kacang merah dan
kubis. Sedangkan Tipe Hipogeal (Hypogeus) di mana munculnya radikel diikuti
dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan
tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan
tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan
tanah contohnya palem dan semua famili Graminae seperti jagung (Campbell
2012).
2.3 Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu Protos yang memiliki makna “paling
utama”. Protein merupakan salah satu kelompok dari bahan makronutrien (nutrisi
yang dibutuhkan dalam jumlah banyak), tidak seperti bahan makronutrien lain
misalnya karbohidrat, lemak, protein memiliki peran lebih penting dalam
pembentukan biomolekul dari pada sumber energi (penyusun bentuk tubuh).
Fungsi dari protein sendiri yaitu sebagai zat utama pembentuk dan pertumbuhan
tubuh. Protein sebagai zat utama pembentuk merupakan zat utama pembentuk sel-
sel tubuh dan digunakan sebagai sumber energi jika karbohidrat dan lemak di
dalam tubuh berkurang. Protein dapat dijadikan sumber energy jika terdapat
organisme yang kekurangan energi. Keistimewaan yang dimiliki protein yaitu
strukturnya selain mengandung N (Nitrogen), C (Karbon), H (Hidorgen), O
(Oksigen), terdapat juga S (Belerang), P (Fosfor) dan Fe (Besi) (Annisa dan Dewi
2021).
Karakteristik fungsional dari protein adalah kelarutan protein, daya ikat air,
daya emulsi, pembusaan dan gelasi. Kelarutan atau solubility sangat berikatan
dengan keseimbangan hidrofobisitas atau hidrofilisitasnya. Kelarutan protein dapat
diartikan sebagai proporsi nilai N protein makanan yang larut dalam kondisi
tertentu. Kelarutan protein dipengaruhi oleh komposisi asam amino, berat molekul
dan kepolaran asam amino. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kelarutan
protein adalah pH, temperature dan kondisi pemrosesan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Daya larut protein merupakan salah satu hal penting dalam menentukan sifat
fungsional protein. Sifat fungsional lainnya seperti emulsifikasi dan daya buih
berpengaruh terhadap tingkat kelarutan dan karena itu indikator yang sangat bagus
dalam menentukan potensi sifat fungsional protein dan keterbatasan aplikasinya.
Interaksi hidrofobik dan ionik adalah faktor utama yang mempengaruhi karakteristik
kelarutan dari suatu protein. Interaksi hidrofobik merupakan interaksi protein dengan
proten dan menyebabkan penurunan kelarutan, sedangkan interaksi ionik merupakan
interaksi protein dengan air dan menyebabkan peningkatan kelarutan. Ion residu
dipermukaan rantai peptide dan protein menunjukan sifat elektrostatik yang saling
tolak menolak antar molekul protein.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Annisa DD, Dewi RK. 2021. Peran Protein ASI dalam Meningkatkan Kecerdasan
Anak untuk Menyongsong Generasi Indonesia Emas 2045 dan Relevansi
dengan Al-Quran. Jurnal Tadris IPA Indonesia 1(3): 427-435
Rahayu RL, Mubarok AZ, Istianah. 2021. Karakteristik Fisikokimia Cookies dengan
Variasi Tepung Sorgum dan Pati Jagung Serta Variasi Margarin dan Whey.
Jurnal Pangan dan Agroindustri 9(2): 89-99
Susila BA. 2012. Keunggulan Mutu Gizi dan Sifat Fungsional Sorgum (Sorgum
Vulgae). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk
Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. 527-534
Singh B, Singh JP, Kaur A, Singh N. 2017. Influence of Jambolan (Syzgium cumini)
and Xanthan gum incorporation on the physicochemical, antioxidant and
sensory properties of gluten-free eggless rice muufins. International Journal
of Food Science and Technology 50(5): 1190 – 1197.