TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan gizi tiap 100 gram terdiri dari air 79,9 g, energi 77 kkal, protein 0,6 g,
lemak 0,2 g, karbohidrat 18,4 g, serat 0,8 g, abu 0, 9 g, kalsium 15 mg, fosfor 67
mg, besi 1,0mg, vitamin C 9 mg dan tiamin 0,10 mg (Ashary, 2010), sehingga
Family : Cannaceae
sumber pangan alternatif. Tanaman ganyong kaya akan karbohidrat dan sumber
nutrisi lain. Tanman ini merupakan sumber karbohidrat yang setara dengan beras,
ubi jalar, jagung, singkong dan sagu dalam bidang ketahanan pangan. Sifat fisik
dan kimia terutama keseimbangan antara amilosa dan amilopektin sangat baik
berturut-turut 41% dan 53%. (Yulianti dan Erliana, 2012). Ganyong dapat
4
5
dibedakan atas dua jenis, yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong
merah memiliki warna daun hijau kemerahan, pinggiran daun ungu kemerahan,
tangkai daun dan pelepah daun merah hingga ungu, warna bunga merah, sisik
umbi kecoklatan hingga ungu). Sedangkan, ganyong putih memiliki warna sisik
umbi kecoklatan, warna daun hijau terang, tangkai dan pelepah daun hijau, dan
warna bunga ada dua macam, yaitu kuning dan orange. Kedua jenis ganyong
merah lebih tinggi, daun lebih panjang dan lebar (Suhartini dan Hadiatmi, 2010).
manfaat bagi kesehatan. Kandungan gizi dalam ubi ganyong seperti Vitamin A, C
dan E, beta karoten, magnesium, kalium dan kaya oksidan. Kita bisa menemukan
banyak jenis-jenis ini, tetapi biasanya kita tahu itu adalah oranye, putih, kuning,
merah dan warna ungu. Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh Potato
North Carolina Sweet Commission, dari 58 jenis sayuran yang diteliti, ditemukan
bahwa ubi ganyong adalah makanan terbaik dalam daftar. Ubi ganyong adalah
makanan dengan rasa manis bebas lemak dan mengandung 76,9% dari nilai harian
vitamin A dan 65% vitamin C dalam satu porsi (sekitar satu cangkir).
Tanaman ganyong akan tetap berwarna hijau saat umbinya belum dewasa.
Bila umbi telah cukup dewasa, daun dan batang mulai mengering, yang terlihat
6
seakan-akan bahwa tanaman mati, padahal tidak. Karena bila hujan tiba maka
rimpang atau umbi akan bertunas dan membentuk tanaman lagi. Tinggi tanaman
ganyong antara 0.9 – 1,8 meter. Di daerah Jawa, tinggi tanaman ganyong
umumnya 1,35 – 1,8 meter. Umumnya jangka waktu yang dibutuhkan tanaman
ganyong untuk siap panen dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Didataran tinggi
pada umur 6-8 bulan setelah penanaman biasanya umbi sudah siap panen. Hasil
panen ini belum dapat diambil patinya, tapi hanya untuk bahan makanan
sampingan seperti direbus. Pati yang hasilnya tinggi diperoleh dari umbi berumur
umur 12 bulan dan menurun dengan bertambahnya usia. Tanda yang mudah
dikenali kalau umbi telah masak adalah mengeringnya batang dan daun. Cara
panen dapat dilakukan dengan pencabutan jika batang tanamannya belum rapuh.
Jika sudah rapuh, panen dilakukan dengan cara mendongkel. (Koswara, 2006).
sumber pangan alternatif pengganti beras karena tiap 100 gram terdiri dari kalori
zat besi 1.90 mg, vitamin B1 0.10 mg, vitamin C 10 mg, air 75 g (Noriko dan
Risa, 2013). Umbi ganyong yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia
78.9%, 26.5%, dan 35.1% (Richana dan Sunarti, 2004 dalam Astuti dan Rifda,
adanya tingkat polifenol, flavonoid, dan antioksidan yang tinggi (Mishra et al.,
2011).
7
menjadi produk antara dalam bentuk tepung dan pati ganyong. Apabila dianalisa
ternyata pati ganyong memilki komposisi gizi karbohidrat 84,34 %, protein 0,44
%, lemak 6, 43 %, serat kasar, 0,040%, amilosa 28%, air 7,42%, abu 1,37%.
Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Sri Nurmala (2005) dalam bentuk
beberapa produk pangan seperti kue kering, cake dan kerupuk. Dalam rangka
berbagai bentuk awetan yang memiliki rasa khas dan tahan lama disimpan.
2.2 Pati
Pati merupakan salah satu bentuk utama dari karbohidrat dalam makanan.
Pati adalah polisakarida yang dibentuk dari sejumlah molekul glukosa dengan
ikatan -glikosidik. Oleh karena itu, pati disebut juga karbohidrat kompleks. Pati
berpengaruh pada sifat kelarutan dan derajat gelatinisasi pati (BeMiller &
Whistler 2009).
pada pati tergantung panjang rantai karbonnya, serta lurus atau bercabang rantai
molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yaang dapat dipisahkan dengan air panas,
fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin (Hee-
Joung An, 2005). Pati yang merupakan sumber utama karbohidrat dalam pangan,
berupa granula dalam kloroplas daun dan dalam amiloplas pada biji dan umbi.
Pati merupakan polisakarida yang tidak mempunyai rasa manis, dan merupakan
jenis karbohidrat yang paling sering digunakan sebagai sumber energi dalam
bentuk makanan pokok serta dalam bentuk makanan lain (Sajilata et al., 2006)
ukuran, letak hilum, dan juga sifat birefringent yang unik. Granula pati memiliki
kristal gelap dan terang, inilah yang disebut sifat birefringent. Granula pati yang
telah menyerap air, apabila dipanaskan akan mengalami pembengkakan yang pada
suhu tertentu bersifat irreversibel. Perubahan ini disebut proses gelatinisasi, dan
suhu saat terjadinya gelatinisasi disebut suhu gelatinisasi yang berbeda-beda pada
setiap jenis pati. Pada saat tergelatinisasi, sifat birefringent pati akan hilang. Pati
kembali, proses ini disebut retrogradasi (BeMiller and Whistler, 2009). Didalam
pati tersusun atas dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda-beda. Dua fraksi ini dapat dipisahkan dengan air panas.
Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin.
9
(Dian, 2010).
saat terhidrolisa serta tingkat daya serap pati di dalam usus halus, yaitu:
tersebut dikonsumsi. Makanan seperti ini memiliki indeks glikemik yang tinggi
(Chung, 2005). Makanan yang mengandung pati ini akan dicerna tidak lebih
waktu yang lama untuk dicerna yaitu sekitar 3 jam (Smietana dan
c. Pati yang tahan degradasi oleh enzim amylase (Resistant Starch/RS), pati ini
lebih tahan terhadap hidrolisa asam, pati ini membutuhka waktu lebih dari 3
d. Very Resistant Starch (VRS), pati jenis ini baru akhir-akhir ini diketahui dan
diteliti lebih lanjut. Pati ini tidak dapat tercerna walaupun sudah 24 jam bahkan
dan membentuk gel pada suhu ruang membatasi penggunaan pati ganyong sebagai
bahan baku pada industri pangan, seperti pangan mudah mengalami pengerasan
pada suhu ruang dan hanya sebagai bahan pembentuk gel. Oleh karena itu, perlu
10
dilakukan modifikasi pati ganyong agar dapat diaplikasikan lebih luas dalam
industri pangan. Penelitian modifikasi pati ganyong yang telah dilakukan hanya
sebatas menghasilkan pati dengan kristalinitas tinggi, sehingga tidak sesuai untuk
(baking expansion), misalnya produk rerotian. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian untuk menghasilkan pati ganyong dengan struktur granula pati yang
2.2.1 Amilosa
glukosa dan pada setiap rantai terdapat 500-2000 unit D-glukosa, membentuk
rantai lurus yang umumnya dikatakan sebagai linier dari pati (Hee-Joung An,
membentuk koil yang sangat panjang dan fleksibel yang selalu bergerak
warna biru. Dalam masakan, amilosa memberikan efek keras bagi pati (Hee-Joung
An, 2005). Perbedaan antara amilosa dan amilopektin terletak pada pembentukan
dan pengaturan posisi pada granula pati. Amilosa dan amilopektin berperan dalam
2.2.2 Amilopektin
Gambar 2.. Ikatan percabangan tersebut berjumlah sekitar 4–5 % dari seluruh
amilopektin mengandung 1000 atau lebih unit molekul glukosa untuk setiap
sejumlah kecil ester fosfat yang terikat pada atom karbon ke 6 dari cincin glukosa
(Koswara, 2006).
12
demikian juga dengan bentuk dan ukuran granula yang disusunnya. Umumnya
pati memiliki proporsi amilopektin yang jauh lebih besar jika dibandingkan
berkisar antara 20-30% dan amilopektin 70-80% (Chaplin, 2006). Dalam produk
dimana produk makan yang berasal dari pati yang kandungan amilopektinnya
tinggi akan bersifat ringan, porus, garing dan renyah. Kebalikannya pati dengan
karena proses mekarnya terjadi secara terbatas (Hee- Joung An, 2005 dalam
Pudjihastuti, 2010).
Pada struktur granula pati, amilosa dan amilopektin ini tersusun dalam
suatu cincin-cincin. Jumlah cincin dalam suatu granula kurang lebih berjumlah 16,
ada yang merupakan cincin lapisan amorf dan cincin yang merupakan lapisan
semikristal. Amilosa merupakan fraksi gerak, yang artinya dalam granula pati
letaknya tidak pada satu tempat, tergantung dari jenis pati. Secara umum amilosa
13
menjadi produk antara dalam bentuk tepung dan pati ganyong. Apabila dianalisa
ternyata pati ganyong memilki komposisi gizi karbohidrat 84,34 %, protein 0,44
%, lemak 6,43 %, serat kasar, 0,040%, amilosa 28%, air 7,42%, abu 1,37%.
Wujud lain dari ganyong ini ternyata dapat meningkatkan nilai ekonomisnya
menjadi 10 kali lipat dari harga umbi segar yang hanya Rp 300/kg. Berdasarkan
produk pati. Suweg dan gembili mempunyai prospek untuk produk tepung
maupun pati sedangkan umbi kelapa untuk tepung. Ditinjau dari sifat fisiko
kimianya ganyong dan suweg mempunyai amilosa rendah (18,6% dan 19,2%),
sehingga baik dikembangkan untuk bahan pengental maupun pengisi. Kadar pati
pada tepung ganyong 40,18% dan tepung pati 55,32% (Richana, 2004). Ganyong
kandungan pati lebih tingi (mencapai 30-40%) dibandingkan dengan ubi (hanya
cukup baik untuk dikembangkan dalam industri bakery. Ganyong memiliki tekstur
dan rasa mirip umbi jalar. Hanya, kelemahan ganyong jika dikonsumsi langsung
membentuk gel ketika dimasak. Beberapa uji coba sudah membuktikan bahwa
tepung terigu, hingga 100%. Pada pembuatan cookies, jumlah pati ganyong yang
diperlukan bahkan hanya 1/3 dari jumlah terigu yang biasa dipakai. Sedangkan
dalam pembuatan biskuit dapat dilakukan dengan mencampur 50% tepung atau
pati ganyong dan 50% tepung terigu. Kajian tentang sifat-sifat fisiko kimia
menunjukkan bahwa pati ganyong memiliki potensi yang bagus untuk produk
bakery karena memiliki viskositas yang tinggi, gel yang kuat dan tinggi
kandungan fosfornya. Produk bakery yang dibuat dari pati ganyong lebih cerah,
lebih crispy dan lebih berasa dibandingkan yang dibuat dari gandum. Kelebihan
gandum. Pati ganyong termodifikasi ini memiliki sifat yang beda dengan yang
bentuk alaminya, yaitu mudah larut dalam air dingin. (Hidayat,Nur, 2013).
dengan pati singkong. Pati ganyong mempunyai ukuran granula yang lebih besar,
viskositas puncak pada pati ganyong lebih tinggi, namun pasta pati ganyong lebih
ganyong juga cepat membentuk gel yang lebih baik bila didinginkan. Tanaman
ganyong tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi. Tumbuhan ini tahan
beragam penyakit dan bisa ditanam di daerah perkebunan atau kehutanan. Oleh
Pati termodifikasi adalah pati yang gugus hidroksilnya telah diubah lewat
suatu reaksi kimia atau dengan mengganggu struktur asalnya. Pati diberi
perlakuan tertentu dengan tujuan menghasilkan sifat yang lebih baik untuk
15
atau sifat lainnya. Perlakuan ini dapat mencakup penggunaan panas, asam, alkali,
zat oksidasi atau bahan kimia lainnya yang akan menghasilkan gugus kimia baru
atau perubahan bentuk, ukuran serta struktur molekul pati. Pati dapat dimodifikasi
melalui cara hidrolisis, oksidasi, cross-linking atau cross bonding dan subtitusi
(Koswara, 2006).
dimiliki oleh pati alam) diantaranya adalah: kecerahannya lebih tinggi (pati lebih
putih), retrogradasi yang rendah, kekentalannya lebih rendah, gel yang terbentuk
lebih jernih, tekstur gel yang dibentuk lebih lembek, kekuatan regang yang
rendah, granula pati lebih mudah pecah, waktu dan suhu gelatinisasi yang lebih
tinggi, serta waktu dan suhu granula pati untuk pecah lebih rendah (Jane, 1995).
dari yang dapat dilakukan secara kimia, fisik maupun enzimatis (James N.
BeMiller dkk., 2009). Pati alami dapat dibuat menjadi pati termodifikasi atau
konfeksioneri (permen, coklat dan lain-lain), breaded food, lemon curd, pengganti
oksidasi dan modifikasi ikatan silang (Klanarong Sriroth dkk., 2002; Miyazakia
2.3.1.1 Fisik
fisik pati disebabkan adanya hubungan antara faktor berikut, yaitu: (i) terjadinya
perubahan struktur pada area berkristal dan area tak beraturan pada granula pati,
serta (ii) terjadinya modifikasi fisik pada bagian permukaan granula pati selama
proses HMT berlangsung. Modifikasi pati dengan teknik HMT dapat merusak
pemanasan pati dan keberadaan air saat HMT berlangsung mengakibatkan area
terjadi kerusakan dan pelelehan area berkristal granula pati, serta menghasilkan
bentuk granula pati yang lebih stabil terhadap panas. Ilustrasi Struktur Granula
asam dibuat dengan cara menghidrolisis pati yang terdapat dalam tepung
17
menggunakan asam di bawah suhu gelatinisasi, yaitu pada suhu sekitar 52oC.
glikosidik dari amilopektin, sehingga ukuran molekul pati menjadi lebih rendah
dan meningkatkan kecenderungan pasta untuk membentuk gel. Irisan atau tepung
umbi gembili yang diperoleh dari dua metode pengeringan terdahulu ditimbang
sebanyak 50 gram kemudian direndam dalam larutan asam asetat dengan berbagai
konsentrasi (A1: 0,05%; A2: 0,10%; A3: 0,15%) dan lama reaksi (B1: 30 menit;
B2: 60 menit; B3: 90 menit) pada suhu 35oC. Irisan atau endapan suspensi yang
diperoleh dicuci sebanyak 3 kali dan disaring lalu dikeringkan, dihaluskan dan
modifikasi asam dapat meningkatn kelarutan pada tepung umbi gembili dengan
sangat nyata. Kelarutan tepung yang dimodifikasi asam asetat 0.05% selama 30
menit adalah 79.21%. Terjadinya pemutusan rantai pati oleh asam diduga menjadi
hidrolisis rantai pati, sehingga gel yang terbentuk tidak kuat. Sejumlah pati yang
lebih cepat dan viskositas pasta pati juga akan turun karena terjadi hidrolisis
pengenceran pada pati. Berdasarkan penelitian terdahulu pada pati sagu dengan
menggunakan asam asetat dapat meningkatkan karakteristik dari pati sagu seperti
swelling power (10,1468 g/g menjadi 36,6066 g/g), solubility (15,7555% menjadi
33,1876), dan freeze thaw stability (1,6973 menjadi 1,3847%). (Teja W dkk.,
2009). Ninin (2010) melaporkan bahwa modifikasi pati jagung dengan proses
asam asetat 2 % dan lama perendaman 105 menit, dengan kadar air pati 11.625 %,
2.3.1.3 Enzim
Hidrolisis pati dengan metode enzimatis. Pada modifikasi pati dengan metode
beberapa produk hidrolisat pati dengan sifat-sifat tertentu yang didasarkan pada
nilai DE 0 adalah pati alami. Hidrolisat dengan nilai DE 50 adalah maltosa, nilai
antara 20-100 adalah sirup glukosa. Beberapa jenis enzim yang sering digunakan
penghidrolisis pati yang bekerja spesifik yaitu ikatan glikosidik yang diputus, pola
Tingginya keragaman jenis pati dan spesifiknya kerja enzim penghidrolisis pati,
temperatur, dan waktu pemasakan (O.S Azeez, 2002). Hidrolisis disini adalah
dengan memecah rantai pada pati baik amilosa maupun amilopektin. Enzim yang
mikroba. Dapat juga diisolasi dari Aspergillus oryzae dan Bacillus subtilis. Laju
hidrolisis akan meningkat bila tingkat polimerisasi menurun, dan laju hidrolisis
akan lebih cepat pada rantai lurus. Hidrolisis amilosa lebih cepat dibanding
hidrolisis terhadap amilopektin (Niba L.L dkk., 2002). Cara kerja enzim α -
amilase terjadi melalui dua tahap, yaitu : pertama, degradasi amilosa menjadi
maltosa dan amiltrotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi sangat
cepat dan diikuti dengan menurunnya viskositas yang cepat pula. Kedua, relatif
sangat lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir dan
caranya tidak acak. Keduanya merupakan kerja enzim α - amilase pada molekul
Nama asam asetat berasal dari kata Latin asetum, “vinegar”. Asam asetat,
asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
laboraturium dan dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Bentuk murni dari asam asetat ialah asam asetat glacial. Asam asetat
glasial mempunyai ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (titik beku 17°C dan
titik didih 118°C) dengan bau menyengat, dapat bercampur dengan air dan banyak
pelarut organik. Dalam bentuk cair atau uap, asam asetat glacial sangat korosif
terhadap kulit dan jaringan lain suatu molekul asam asetat mengandung gugus –
OH dan dengan sendirinya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Karena
adanya ikatan hidrogen ini, maka asam asetat yang mengandung atom karbon satu
sampai empat dan dapat bercampur dengan air (Hewitt, 2003). Asam asetat
merupakan asam lemah yang terionisasi sebagian dalam air, walaupun demikian,
keasaman asam asetat tetap lebih tinggi dibanding dengan keasaman air (Kohar,
2004).
Tabel 1. Jumlah Maskimal Asam Organik yang dapat dimakan per hari oleh
manusia
2.5 Cookies
dibuat dengan cara memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu,
lemak, dan dengan cara memanggang adonan yang mengandung bahan dasar
terigu, lemak, dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan
makanan dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan biskuit dibagi menjadi
1. Biskuit keras
Biskuit keras adalah jenisbiskuit yang dibuat dari adonan keras berbentuk
2. Crackers
proses fermentasi atau tidak, serta melalui proses aminasi sehingga menghasilkan
3. Cookies
kurang padat.
4. Wafer
Wafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori–pori kasar
5. Pai
lapis.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai mutu serta cara uji
biskuit (SNI 01-2973-1992), biskuit adalah produk pangan yang terbuat dari
bahan tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lainnya, melalui proses
cookies dan wafer keempat jenis biskuit ini tidak sama bentuk dan adonan
tekstur menjadi kurang padat. Crackers merupakan salah satu jenis biskuit yang
dibuat dari adonan keras melalui proses fermentasi dengan yeast dan memiliki
struktur yang berlapis-lapis. Wafer adalah jenis biskuit yang berpori-pori kasar,
keras adalah salah satu jenis biskuit yang terbuat dari adonan keras dengan bentuk
Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar
kandungan gluten yang rendah. Karakteristik cookies dibentuk oleh formula yang
tinggi kandungan gula dan sorteningnya, serta rendah kandungan airnya (Kulp
and Ponte, 2000). Semua biskuit tipe cookies termasuk dalam kelompok soft
23
dough yang dibuat dari tepung terigu dengan kandungan protein 8%-9% (Faridah,
2008). Adonan cookies sederhana dibuat dari mentega, tepung dan gula. Bahan-
bahan baku yang digunakan untuk pembuatan cookies secara garis besar bisa
berfungsi sebagai pengikat dan pembentuk struktur cookies, seperti terigu, air,
garam, susu tanpa lemak dan putih telur. Sedangkan golongan kedua adalah
Menurut (Faridi, 1991 dalam Faridah, 2008), cookies yang sudah diolah
mempunyai kadar air yang rendah, dengan tingkat kekerasan, kerapuhan dan
kerenyahan yang bervariasi. Perbedaan kadar air yang diperoleh cookies akan
menunjukkan pengaruh yang nyata pada berbagai aspek dari pengukuran tekstur
cookies. Tekstur cookies dikatakan rapuh bila dapat dipatahkan dengan mudah
tanpa didahului oleh adanya perubahan bentuk saat diberi tekanan, sedangkan
kerenyahan cookies ditentukan oleh adanya bunyi yang dikeluarkan saat cookies
memanggang adonan dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain
dan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang diizinkan.
Syarat mutu cookies adalah air maksimum 5%; protein minimum 9%; lemak
berbahaya negatif; serat kasar maksimum 0,5%; kalori minimum 400 kal/ 100
24
gram; jenis tepung adalah terigu; bau dan rasa normal, tidak tengik dan warnanya
normal.
(tenderizing material). Bahan pengikat terdiri dari tepung, air, susu bubuk, putih
telur dan cocoa. Sedangkan bahan pelembut terdiri dari gula, lemak atau minyak
2.6.1 Gula
untuk memberi rasa manis, renyah dan membentuk pori-pori kecil pada cookies.
Penambahan gula pada cookies akan memperpanjang daya simpan karena bersifat
menyerap air. Penambahan gula harus sesuai dengan takaran resep karena
matangnya lama, dan aromanya kurang halus. Gula yang sering digunakan dalam
Gula pasir terbuat dari pohon tebu, molekul penyusun tebu ini adalah
manis, berwarna putih, bersifat anhidrat. Pada suhu 20°C hanya 66,7% sukrosa
murni yang dapat larut. Bila larutan sukrosa 80% dimasak hingga 109,6°C dan
kemudian didinginkan hingga 20°C, maka 66,7% sukrosa akan terlarut dan 13,3%
2.6.2 Telur
pengikat semua adonan sehingga memberikan rasa yang merata. Telur terdiri dari
dua bagian yaitu bagian putih dan bagian kuning.Putih telur memiliki sifat
dan meningkatkan cita rasa. Telur yang biasa digunakan adalah telur ayam (Sufi,
2009).
2.6.3 Susu
dalam susu akan mereduksi protein melalui reaksi maillarddan dengan pemanasan
(Manley, 2000). Susu yang digunakan adalah susu bubuk full cream untuk
memberikan rasa yang lebih gurih, beraroma harum dan bertekstur rapuh
(Sutomo, 2012). Susu yang digunakan dalam pembuatan cookies adalah susu
bubuk. Susu ini memiliki reaksi mengikat terhadap protein tepung. Dalam
pembuatan cookies susu berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang bersal dari biji gandum
(Tritikum vulgare) dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi, dan roti.
Tepung terigu mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam
menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu. Kadar protein
jenis dan spesifikasi adonan yang akan dibuat. Kalsifikasi pertama adalah tepung
terigu protein tinggi, yang mengandung kadar protein 11%-13% atau bahkan
lebih. Bila terkena bahan cair maka glutennya akan mengembang dan saling
mengikat dengan kuat membentuk adonan yang sifatnya liat. Kedua, protein
sedang, yang mengandung kadar protein antara 8%-10%, digunakan pada adonan
lembut namun masih bisa mengembang sepeti cake. Tepung terigu jenis ini sangat
sangatcocok untuk membuat kue kering (cookies). Terigu ini biasanya disebut
rendah (8-9%). Jika menggunakan tepung terigu jenis ini akan menghasilkan kue
2.6.5 Lemak
Lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan cookies adalah yang berasal
dari lemak susu (butter) atau dari lemak nabati (margarine). Lemak merupakan
salah satu komponen penting dalam pembuatan cookies. Kandungan lemak dalam
adonan cookies merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada variasi
dan fungsi tesktur sehingga biskuit menjadi lebih lembut. Selain itu, lemak juga
2.7.1 Pencampuran
dengan tujuan untuk menyeragamkan semua bahan jadi suatu macam yang
membuat adonan jadi elastis (Bloksma, 1971 dalam Rokhmawati, 2006). Pada
dengan bahan pengempuk (lemak dan gula), bahan cair (susu, lemak, telur)
akan berpengaruh terhadap rasio cairan dan gula, sehingga akan berpengaruh pada
konsistensi adonan sesuai dengan jenis biskuit yang dibuat (Muchtadi, 1992).
ketebalan yang sama, tidak terdapat lubang dan tepinya rata. Selama pembuatan
2.7.4 Pemanggangan
a. Adonan masuk dalam oven, terjadi kontak dengan udara panas sehingga
b. Pengembangan cookies terjadi karena pengaruh fisis sebagai akibat dari panas
terhadap gas, sehingga menaikkan tekanan dan gas terperangkap dalam gluten
d. Pada suhu 540C granula bertambah ukurannya, akibatnya terjadi pelepasan air
dari gluten ke dalam system pati. Gelatinisasi terjadi pada suhu sekitar 770C yaitu
Dan pengembangan yang terjadi pada permukaan berlangsung sampai pada titik
terdalam, dan pelan-pelan kulit berubah berwarna coklat keemasan disertai aroma
terbentuknya tekstur porus, penurunan kadar air 1-4 % dan perubahan warna
mengalami perubahan gelatinisasi dan protein mengalami denaturasi, gas CO2 dan
(Muchtadi, 1992) .
2.7.5 Pendinginan
2.7.6 Pengemasan
yang dapat digunakan adalah kemasan yang kedap udara seperti film fleksibel