Anda di halaman 1dari 14

Tanggal percobaan : 25 Oktober 2019

Tanggal pengumpulan : 7 November 2019

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN


FISIOLOGI SISTEM SIRKULASI

Nama : Krisna Arya Pambudi


Kelas : Biologi B 2017
NRM : 1308617052
Kelompok :1
Dosen Pengampu : Dr. Elsa Lisanti, M.Si
Asisten Laboratorium : 1. Ratna Pratiwi
2. Nurtiastuti Ramadhan

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
FISIOLOGI SISTEM SIRKULASI
A. Tujuan
1. Memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mikrosirkulasi
2. Memahami arah aliran darah mikrosirkulasi pada katak
3. Untuk mengetahui pengaruh berbagai rangsangan yang langsung di berikan secara lokal
pada arteriol, kapiler, dan venula.
4. Mengetahui pengaruh rangsang suhu terhadap kecepatan aliran darah pada katak
5. Mengetahui pengaruh rangsang kimia terhadap kecepatan aliran darah pada katak
6. Mengetahui perbedaan pembuluh darah arteriol, kapiler, dan venula

B. Teori
Sistem sirkulasi tertutup memiliki beberapa kelebihan apabila
dibandingkan dengan sistem sirkulasi terbuka. Pada sistem sirkulasi tertutup, darah beredar
dalam sistem pembuluh yang kontinu, di dorong oleh kekuatan yang berasal dari hasil kerja
jantung. Sebagai motor penggerak, jantung bekerja dengan melakukan gerakan memompa
secara terus-menerus sehingga tekanan dalam pembuluh dapat dipertahankan tetap tinggi.
Hasilnya, darah yang keluar dari pembuluh akan segera masuk kembali ke jantung dengan
cepat. Selain itu, pada hewan yang memiliki sistem ini, darah akan mengalir dalam pembuluh
secara langsung kesetiap sel tubuh. Hal ini menjamin adanya pasokan sari makanan dan
oksigen dalam jumlah memadai ke tiap sel agar proses metabolisme dapat terselenggara
dengan baik. Apabila ada peningkatan aktivitas metabolisme, vertebrata dapat meningkatkan
jumlah pasokan darah ke organ yang lebih aktif (misalnya otot) dan mengurangi penyebaran
darah ke daerah yang kurang/tidak aktif. Organ sirkulasi pada hewan yang memiliki sistem
tertutup terdiri atas jantung dan pembuluh darah, mulai dari pembuluh arteri, vena, arteriol,
venula, hingga jaringan kapiler (Isnaeni, 2006: h. 173).
Mikrosirkulasi merupakan sistem peredaran darah kecil yang dimulai dari arteriol kemudian
ke kapiler dan berakhir pada venula. Sistem mikrosirkulasihanya dapat terlihat dengan
menngunakan mikroskop. Ada beberapa faktor yang memepengaruhi mikrosirkulasi yaitu
laju aliran darah, gradien tekanan serta resistensi. Darah diangkut keseluruh bagian tubuh
melalui suatu sistem pembuluhyang membawa pasokan segar ke sel sekaligus mengeluarkan
zat-zat sisa seltersebut. Semua darah yang dipompa sisi kanan jantgung, mengalir ke paru
untukmenyerap O2 dan mengeluarkan CO2. Volume darah yang mengalir melalui
suatuorgan dapat disesuaikan dengan mengatur kaliber (garis tengah internal) arteriolorgan
(Hala, 2007).
Sistem sirkulasi berperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagaisystem transportasi
tubuh. Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusiakandarah yang dipompa oleh jantung
untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2 dan nutrient, menyingkirkan zat-zat sisa dan
penyampaian sinyal hormone. Hantaran dan pengiriman kembali zat, energi dan pesan antar
sel-sel dalam tubuh manusiamerupakan aktifitas hidup yang terpenting yang dikerjakan oleh
mikrosirkulasi.Mikrosirkulasi menyebar ke seluruh organ di tubuh yang dibentuk oleh
system darah yang luas dari setiap bagian struktur internal (Halwatiah, 2009).
Sistem sirkulasi tertutup memiliki beberapa kelebihan apabiladibandingkan dengan sistem
sirkulasi terbuka. Pada sistem sirkulasi tertutup,darah beredar dalam sistem pembuluh yang
kontinu, di dorong oleh kekuatan yang berasal dari hasil kerja jantung. Sebagai motor
penggerak, jantung bekerjadengan melakukan gerakan memompa secara terus-menerus
sehingga tekanandalam pembuluh dapat dipertahankan tetap tinggi. Hasilnya, darah yang
keluardari pembuluh akan segera masuk kembali ke jantung dengan cepat. Selain
itu, pada hewan yang memiliki sistem ini, darah akan mengalir dalam pembuluh secara
langsung kesetiap sel tubuh (Isnaeni, 2006).
Jantung amfibi sedikit lebih kompleks yakni memiliki dua atrium, salahsatu menerima darah
teraksigenasi dari seluruh tubuh, dua macam darah initercampur dalam satu ventrikel,
sehingga sistem ini tidak begitu efisien, akantetapi bagi hewan berdarah dingin dapat
dikatakan cukup efektif bila mengalirkanmelalui ventrikel tersebut. Dalam ventrikel tunggal
pada jantung katak, terdapat pencampuran darah kaya oksigen yang telah kembali dari paru-
paru dengan darahyang kurang oksigen yang telah kembali dari bagian tubuh yang lain
(Jasin, 1992).
Dalam ventrikel tunggal pada jantung katak, terdapat pencampuran darah kaya oksigen yang
telah kembali dari paru-paru dengan darah yang kurang oksigen yang telah kembali dari
bagian tubuh yang lain. Akan tetapi, suatu abungan (ridge) di dalam ventrikel akan
mengalihkan sebagian besar dari darah yang kaya oksigen itu dari atrium kiri ke dalam
sirkuit sistemik dan sebagian besar darah yang miskin oksigen itu dari atrium kanan ke dalam
sirkuit pulmokutaneus (Campbell, 2004, h. 65).
C. Alat dan Bahan
 Alat :
1. Alat bedah  Bahan :
2. Ijuk/rambut 1. Rana tigrine (katak)
3. Papan fiksasi 2. Larutan ringer
4. Pipet 3. Asam cuka encer
5. Jarum pentul
6. Mikroskop

D. Cara Kerja
1. Pengamatan Hemodinamika Mikrosirkulasi pada Katak

Perut katak dibedah dan Usus diletakkan diatas


Mikroskop disiapkan
ditarik ususnya gelas objek dan diamati
dengan perbesaran kecil
(mesentrium usus tidak aliran pada pembuluh
(10×10)
dipotong) darah di mesentrium
dengan mikroskop
2. Pengaruh Rangsang Mekanik, Suhu, dan Kimia terhadap Kecepatan Aliran Darah

Pengaruh rangsang Pengaruh rangsang suhu Pengaruh rangsang kimia


mekanik
a. Jaringan diberi 5 tetes Jaringan diberi 1 tetes
Jaringan diusap dengan air es (5°C) asam cuka encer
rambut kasar atau ijuk b. Jaringan diberi 5 tetes
air hangat (40°C)

Setelah diberi perlakuan


masing-masing diamati
perubahan kecepatan
aliran darah

E. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan Hemodinamika Mikrosirkulasi pada Katak
Tabel 1. Hasil pengamatan aliran darah pada mikrosirkulasi katak
Hasil Pengamatan Arah aliran darah
Darah dari aorta menuju ke arteri
ke arteriol kemudian ke kapiler
menuju ke Venula ke vena ke vena
cava ke atriumdekstrum dan ke
intestine
1. Pengaruh rangsang mekanik, suhu dan kimia terhadap kecepatan aliran darah
Tabel 2. Hasil pengamatan pengaruh rangsang mekanik, suhu dan kimia terhadap
kecepatan aliran darah
Pengaruh Rangsang Hasil Pengamatan
Rangsang Mekanik

Rangsang Suhu Suhu Panas

Suhu Dingin

Rangsang Kimia

Tabel 3. Perbedaan kecepatan aliran darah terhadap rangsang mekanik, suhu, dan kimia
Hasil Perlakuan
Mekanik Suhu Kimia
Diusap ijuk Air dingin Air panas Asam cuka encer
Kecepatan + - ++ +
aliran darah (pembuluh darah
kembang kempis)
Keterangan :
- : berkurang
+ : bertambah sedikit
++ : bertambah cepat

F. Pembahasan
1. Hemodinamika Mesenterium Katak
Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah Mikrosirkulasi merupakan peredaran darah
kecil yang paling utama terdiri dari arteri, arteriol, kapiler, vena dan venula yang hanya dapat
dilihat secara mikroskopis karena ukuran yang kecil. Arteri disusun oleh otot polos dan
mengandung serat kolagen dan serat elastis. Dimana Otot polos tersebut akan membesar dan
mengecil sesuai dengan kebutuhan oksigen yang diperlukan sehingga dengan adanya otot
polos itu dapat menambah setiap aliran darah ke sel yang membutuhkan.

a. Arteriol
Arteriol merupakan cabang dari arteri yang bertugas menyalurkan darah ke organ. Jadi, aliran
darah dari arteriol adalah menuju organ/masuk ke dalam organ. Di dalam organ, arteriol
bercabang-cabang lagi menjadi kapiler, pembuluh terkecil, tempat semua pertukaran antara
darah dan sel-sel di sekitarnya terjadi (Sherwood, 2001). Arteriol adalah arteri tipis yang
berakhir di kapiler. Arteriol berfungsi sebagai pembuluh yang membawa darah dari jantung
ke jaringan atau tubuh. Arteri dan arteriol adalah pembuluh arteri. Namun tidak semua arteri
mengandung darah arteri (darah kaya oksigen). Arteri paru-paru dan konsekuensinya, arteri
yang membawa darah dari jantung ventrikel kanan ke paru-paru, mengandung darah vena.
Oleh karena itu, darah akan mengalir lebih lambat ketika memasuki arteriol dari arteri dan
mengalir paling lambat dalam hamparan kapiler. Ketika darah meninggalkan hamparan
kapiler dan lewat masuk ke venula dan vena, kecepatannya meningkat kembali, sebagai hasil
pengurangan total luas penampang. (Campbell, 2003) Lumen arteriol diameternya lebih kecil
dari venula. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan struktural pada dinding arteriol dan
venula. Arteriol dan venula, dinding pembuluhnya mempunyai tiga lapisan yang serupa,
yaitu lapisan luarnya merupakan jaringan ikat elastis, lapisan tengahnya merupakan otot
polos dan serat yang lebih elastis, dan yang melapisi bagian dalamnya merupakan
endothelium. Namun, arteriol mempunyai lapisan tengah dan lapisan luar yang lebih tebal
dibandingkan dengan venula. Dinding arteri (arteriol) yang lebih tebal menyediakan
kekuatan dan elastisitas yang mengakomodasi aliran darah yang dipompakan secara cepat
pada tekanan tinggi melalui arteri oleh jantung. (Campbell, 2003) Warna darah pada
pembuluh arteriol merah muda. Hal ini disebabkan karena darah yang mengalir di arteriol
kaya akan O2. Aorta arteri arteriol merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung dan
membawa darah kaya akan oksigen ke semua jaringan tubuh dalam peredaran sistemik.
Kecepatan aliran darah di arteriol adalah yang paling cepat diantara kapiler dan venula.
Ketika jantung berkontraksi selama sistol ventrikel, darah yang memasuki arteri lebih cepat,
jadi tekanan di arteri jauh lebih besar dibandingkan di dalam vena. Akan tetapi, ketika darah
memasuki arteriol, kecepatannya semakin berkurang. Begitu juga ketika darah memasuki
kapiler, kecepatannya pun semakin berkurang. Hal ini dikarenakan kecepatan aliran darah
dalam pembuluh-pembuluh tersebut dipengaruhi oleh total luas penampang keseluruhan pipa
yang mengalirkan darah. Meskipun satu pembuluh kapiler berukuran sangat kecil, setiap
arteri mengalirkan darah ke kapiler yang berjumlah sangat banyak, sehingga diameter total
dari pembuluh-pembuluh sebenarnya jauh lebih besar pada hamparan kapiler dibandingkan
dengan di bagian manapun dalam sistem sirkulasi.

b. Kapiler
Pembuluh darah kapiler (dari bahasa Latin capillaris) ialah pembuluh darah terkecil di tubuh,
berdiameter 5-10 μm, yang menghubungkan arteriola dan venula, dan memungkinkan
pertukaran air, oksigen, karbon dioksida, serta nutrien dan zat kimia sampah antara darah dan
jaringan di sekitarnya.

Darah mengalir dari jantung ke arteri, yang bercabang dan menyempit ke arteriola, dan
kemudian masih bercabang lagi menjadi kapiler. Setelah terjadinya perfusi jaringan, kapiler
bergabung dan melebar menjadi vena, yang mengembalikan darah ke jantung.

Dinding kapiler adalah endotel selapis tipis sehingga gas dan molekul seperti oksigen, air,
protein, dan lemak dapat mengalir melewatinya dengan dipengaruhi oleh gradien osmotik
dan hidrostatik.

Melambatnya darah memberikan waktu yang cukup bagi darah dan jaringan untuk saling
bertukarnutrient dan produk sisa metabolik,yaitu tugas utama system sirkulasi
keseluruhan.Pada saat kapiler kapiler menyatu membentuk vena,luas potongan melintang
total kembali berkurang,dan darah mengalir lebih cepat untuk kembali ke jantung.Selain
itu,karena kapiler secara keseluruhan memiliki jumlah (total) luas potongan melintang yang
sangat besar,resisten yang dihasilkan oleh semua kapiler jauh lebih rendah daripada yang
dihasilkan di arteriol. (Sherwood, 2001) Lumen kapiler diameternya paling kecil diantara
ketiga pembuluh. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan struktural pada dinding arteriol,
kapiler dan venula. Kapiler tidak memiliki kedua lapisan luar. Kapiler hanya memiliki
dinding pembuluh tipis yang hanya terdiri atas endothelium dan membrane basal. Struktur
tersebut mempermudah pertukaran zat antara darah dan cairan interstitial yang menggenangi
sel itu. (Bray, 2003) Warna darah pada pembuluh arteriol merah. Hal ini disebabkan karena
darah yang mengalir di kapiler kaya akan O2 yang berasal dari pembuluh darah arteri.
c. Venula
Venula menghubungkan kapiler ke vena ketika darah diangkut kembali ke jantung dan paru-
paru. Sebuah vena jauh lebih besar daripada venula dan dapat membawa darah dalam volume
yang jauh lebih tinggi. Banyak venula akan bergabung dengan vena tunggal untuk
mengangkut darah. Sebagian besar darah yang diangkut oleh venula adalah darah
terdeoksigenasi. Ini berarti bahwa darah melewati berbagai jaringan dan organ dalam tubuh
dan oksigen telah keluar dari darah dan masuk ke dalam sel-sel tubuh. Darah sekarang harus
melakukan perjalanan kembali ke paru-paru sehingga dapat mengambil lebih banyak oksigen
untuk meneruskan kembali ke tubuh.

Kecepatan aliran darah di venula lebih lambat dari arteriol, karena pada arteriol darah
langsung dipompa dari jantung lalu melewati arteri dan ke arteriol. kerja dari otot jantunglah
yang membuat tekanan darah menjadi besar dan kecepatannya menjadi besar pula. Hal ini
karena besarnya (laju) aliran melalui suatu pembuluh berbanding lurus dengan gradien
tekanan (Sheerwood, 2001) dan cairan selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke
rendah (Campbell, 2003). dari teori-teori itu kita dapat menyimpulkan bahwa kecepatan
aliran darah di venula lebih lambat daripada aliran darah di arteriol. Aliran darah di venula
juga masih mengandalkan sisa-sisa tekanan dari arteriol. Hal ini karena venula memiliki
dinding yang jauh lebih tipis dengan otot polos lebih sedikit daripada arteriol, sehingga
venula kurang memiliki elastisitas dibandingkan dengan arteri dan venula dan vena disebut
sebagai pembuluh darah pasif. Lumen venula diameternya paling besar diantara arteriol dan
kapiler. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan struktural pada dinding arteriol dan venula.
Arteriol dan venula, dinding pembuluhnya mempunyai tiga lapisan yang serupa, yaitu lapisan
luarnya merupakan jaringan ikat elastis, lapisan tengahnya merupakan otot polos dan serat
yang lebih elastis, dan yang melapisi bagian dalamnya merupakan endothelium. Namun,
venula mempunyai lapisan tengah dan lapisan luar yang lebih tebal dibandingkan dengan
arteriol. Vena (venula) dengan dinding yang lebih tipis mengirimkan darah kembali ke
jantung dengan kecepatan dan tekana rendah setelah darah itu melewati hamparan kapiler.
(Campbell, 2003) Warna darah pada pembuluh arteriol berwarna merah lebih pekat. Hal ini
disebabkan karena darah yang mengalir di venula kaya akan CO2. Venula - vena - vena cava
merupakan pembuluh darah yang menuju ke jantung dan membawa darah kaya akan karbon
dioksida (terdeoksigenasi) dan menuju ke jantung dalam peredaran sistemik.

2. Pengaruh Rangsang Mekanik, Suhu dan Kimia terhadap Kecepatan Aliran Darah
a. Perlakuan Rangsang Mekanik dengan Ijuk
Pada jaringan pembuluh darah di penggantung usus (mesentrium) katak yang diusap dengan
menggunakan ijuk, menyebabkan aliran darah pada area penekanan menjadi terhambat atau
berhenti untuk sementara. Setelah tekanan ijuk dilepaskan, aliran darah terlihat mengalir
lebih cepat dari aliran normalnya. Hal tersebut disebabkan oleh relaksasi miogenik (otot),
saat aliran pasokan darah dihambat, sehingga mengalami dilatasi arteriol.
arteriol-arteriol mengalami dilatasi, disebabkan oleh : Relaksasi miogenik(otot), yang terjadi
karena respons terhadap hilangnya peregangan karena tidak adaaliran darah. Perubahan
komposisi kimia lokal. Apabila pasokan darah ke suatu jaringan tersumbat, kadar O2
menurundi jaringan itu; jaringan terus mengkonsumsi O2, tetapitidak mendapat pasokan
O2 segar. Sementara itu,konsentrasi CO2, asam, dan metabolit lain meningkat. Apabila
pasokan darah ke suatu jaringan tersumbat, kadar O2 menurun di jaringan itu.Jaringan
terus mengkonsumsi O2, tetapi tidak mendapatkan pasokan O2 segar (Sherwood, 2001).
Walaupun produksi mereka tidak meningkat jika suatu jaringan lebih aktif secara metabolis,
zat-zat ini akan tertimbun di jaringan apabila tidak “dibersihkan” oleh darah. Setelah tekanan
dilepaskan, aliran darah ke jaringan yang sebelumnya kekurangan darah tersebut secara
sementara akan lebih besar dari normal karena pembuluh yang berdilatasi. Peningkatan aliran
darah karena dilatasi pembuluh darah ini disebut hiperemia reaktif. Respons ini bermanfaat
untuk secara cepat memulihkan komposisi kimiawi lokal ke normal. Peristiwa hiperemia
reaktif tersebut disebabkan olehadanya pengaruh fisik lokal oleh tekanan ijuk.
Pengaruh fisik lokal merupakan bagian dari kontrol local (intrinsik),yaitu perubahan-
perubahan di dalam suatu jaringan yangmengubah jari-jari pembuluh, sehingga aliran
darah ke jaringan tersebut berubah melalui efek terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol
lokal atas jari-jari arteriol penting untuk menentukan ditribusi curah jantung, sehingga
alirandarah sesuai dengan kebutuhan metabolik jaringan. Selain peristiwa hyperemia
reaktif, penyebab utamater dilatasinya pembuluh darah setelah tersumbat oleh ijuk ialah
karena naiknya gradien tekanan antara lokasipenyumbatan dengan pembuluh darah
setelahnya yangkekurangan aliran darah. Seiring dengan bertambahnya tekanan di area
penyumbatan, maka gradien tekanan antara daerah penyumbatan dan daerah setelahnya
menyebabkan laju aliran darah bertambah, hal ini disebabkan karena laju aliran darah
berbanding lurus dengan gradien tekanan.
b. Perlakuan Rangsang Suhu
1) Air dingin
Pada percobaan pemberian 1 tetes air es pada mesentrium usus katak terhadap
kecepatan aliran darah katak. Ternyata kecepatan aliran darah katak melambat dari
keadaan normal. Hal ini disebabkan terjadinya vasokonstriksi. Vasokonstriksi mengacu
pada peningkatankontraksi otot polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan
diameter lingkaran pembuluh menjadi lebihkecil, dengan demikian resistensi arteriol
meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah. (Sherwood, 2001).Suhu dingin dapat
menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkontraksi/mengerut, sehingga jari-jari
pembuluh menjadi lebih kecil. Mengecilnya pembuluhdarah meyebabkan resistensi
semakin tinggi dan aliranmelalui pembuluh bekurang. Perisrita ini disebut
vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) akibatpengaruh fisik lokal pada pembuluh.
2) Air panas
Pada percobaan pemberian 3 tetes air hangat pada mesentrium usus katak terhadap
kecepatan aliran darah. Ternyata kecepatan aliran darah menjadi semakin cepat. Hal ini
disebabkan karena terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi mengacu pada pembesaran diameter
lingkaran pada arteriol dan jari–jari pembuluh akibat melemasnya lapisan otot polos
(penurunan kontraksi otot polos sirkuler di dinding arteriol). Vasodilatasi juga
menyebabkan penurunan resistensi arteriol, sehingga akan lebih banyak darah yang
mengalir ke daerah–daerah dengan resistensi arteriol rendah. (Sherwood, 2001).Pengaruh
fisik lokal berupa suhu tinggi/panas juga berpengaruh terhadap besar/kecilnya pembuluh
darah,khususnya arteriol. Suhu tinggi menyebabkan otot polos dinding pembuluh
berelaksasi/melemas. Hal ini menyebabkan pembesaran jari-jari pembuluh
darah,resistensi pun menurun, sehingga aliran darah melaluipembuluh yang bersangkutan
pun meningkat.
d. Perlakuan Rangsang Kimiawi dengan Asam cuka
Pada perlakuan pemberian Asam asetat/asam cuka di bagaian mesenterium katak, didapat
hasil bahwa aliran darah pada bagian arteri, venula dan kapiler melambat. Jika suatu area otot
polos, khususnya otot polos unit tunggal/visceral (ditemukan di dinding organ berongga/
visera, seperti saluran pencernaan, kemih, dan pembuluh darah kecil) diteteskan dengan asam
lemah, maka akan merangsang timbulnya potensial aksi. Saat terjadi potensial aksi akan
menjalar dengan cepat melalui gap junction di bagian manapun pada lembaran otot polos
unit-tunggal. Kemudian sel otot yang saling berhubungan itu pun kemudian berkontraksi
sebagai satu unit yang terkoordinasi. (Sherwood, 2013). Arteriol memiliki lapisan otot polos
yang tebal dan peka terhadap banyak perubahan kimiawi. Apabila terjadi kontraksi, maka
lapisan otot polos akan berjalan sirkuler mengelilingi arteriol menyebabkan lingkaran
pembuluhnya mengecil. Dengan demikian resistensinya meningkat dan aliran melalui
pembuluh berkurang (Sherwood, 2013). Melambatnya aliran darah dikarenakan potensial
aksi otot polos dan meningkatkan produksi Ca2+. Suatu kenaikan dalam konsentrasi ion
kalsium menyebabkan konstriksi. Ini disebabkan efek umum kalsium untuk merangsang
kontraksi otot polos (Guyton, 1990). Vasokonstriksi mengacu pada peningkatan kontraksi
otot polos sirkuler di dinding arteriol dan menyebabkan diameter lingkaran pembuluh
menjadi lebih kecil, sehingga terjadi penurunan aliran darah (Sherwood, 2012)
Arteriol memiliki lapisan otot polos yang tebal dan peka terhadap banyak perubahan
kimiawi. Apabila terjadi kontraksi, maka lapisan otot polos akan berjalan sirkuler
mengelilingi arteriol menyebabkan lingkaran pembuluhnya mengecil. Dengan demikian
resistensinya meningkat dan aliran melalui pembuluh berkurang (Sherwood,
2001).Melambatnya aliran darah dikarenakan medapat merangsang potensial aksi otot
polos dan meningkatkan produksi Ca2+. Suatu kenaikan dalam konsentrasi ion kalsium
menyebabkan konstriksi. Ini disebabkan efekumum kalsium untuk merangsang
kontraksi otot polos (Guyton, 1990).
G. Kesimpulan
Arteriol adalah arteri tipis yang berakhir di kapiler. Sedangkan pembuluh darah kapiler
adalah ialah pembuluh darah terkecil di tubuh, berdiameter 5-10 μm, yang menghubungkan
arteriola dan venula, dan memungkinkan pertukaran air, oksigen, karbon dioksida, serta
nutrien dan zat kimia sampah antara darah dan jaringan di sekitarnya. Venula
menghubungkan kapiler ke vena ketika darah diangkut kembali ke jantung dan paru-paru.

Mikrosirkulasi pada katak berlangsung pada pembuluh darah. Faktor yang


memepengaruhi mikrosirkulasi yaitu laju aliran darah, gradien tekanan serta resistensi
Mikrosirkulasi terdiri atas arteriol, kapiler, dan venula. Ketiganya dapat dibedakan
berdasarkan ukuran lumen, warna, arah aliran dan kecepatan aliran darah. Arah aliran darah
mengalir masuk ke organ melalui arteriol, mengalami pertukaan gas dan nutrient di kapiler,
dan kembali ke jantung melalui venula(sistem vena).
Berbagai rangsang dapat mempengaruhi laju aliran darah, baik oleh perlakuan fisik
maupun kimiawi. Perlakuan fisik dengan ijuk dan perlakuan suhu dengan pemberian air
panas dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran laju
aliran darah, sedangkan penurunan suhu dan pemberian asam cuka dapat menurunkan
aliran darah karena jari-jari pembuluh mengecil, atau bervasokonstriksi.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Fisiologi Hewan. Makassar: Universitas Negeri Makassar Press, 2008.
Bray, J.J., Cragg, P. A., Mackninght, A. D., & Mills, R.G. 2003. Human Phsiology Fourth
Edition. Tokyo:Blackwell Printing.
Campbell, Neil A. dkk. (2003). Biologi: Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC
Hala, Yusminah. 2007. Biologi Umum II . Makassar: Alauddin press.
Halwatiah. 2009. Fisiologi. Makassar: Alauddin press
Isnaeni, Wiwi. 2009. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Jasin, Maskoeri. 2009. Zoologi Invertebrata. Jakarta: Sinar Wijaya
Sherwood Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012.
LAMPIRAN
Soal :
1. Gambarkan posisi valvular spiralis pada jantung katak!
Jawab :

2. Jelaskan dengan menggambar grafik hubungan antara luas total pembuluh darah,
kecepatan aliran darah, dan tekanan darah dari aorta sampai ke vena cava!
Jawab :

Kecepatan aliran darah berbanding terbailk dengan luas total potongan melintang pembuluh
darah. Darah yang berada di aorta memiliki kecepatan darah yang kuat karena total potongan
melintangnya lebih kecil dibandingkan total potongan melintang pada kapiler. Pada kapiler,
total potongan melintangnya lebih besar, sehingga kecepatan darahnya lebih lemah
dibandingkan aorta walaupun diameter kapiler lebih kecil dari aorta. Kecepatan darah akan
meningkat ketika mengalir ke vena karena dibantu oleh katup yang ada di vena. Tekanan
darah terbesar terjadi di aorta dan cabang arteri besar. Tekanan darah semakin menurun
hingga ke vena, karena tekanan yang diberikan oleh kontraksi ventrikel sinister semakin
melemah ketika darah semakin jauh dari arah denyutan jantung.

Anda mungkin juga menyukai