Anda di halaman 1dari 16

HEMATOLOGI II

Nama : Anisyah Adhi Nuraini


NIM : B1A018093
Rombongan :1
Kelompok :3
Asisten : Halima Tus Sadiyah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga


dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen (oxygen carrier),
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme hemostasis.
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu plasma darah dan butir-butir darah
(blood corpuscles). Butir-butir darah (blood corpuscles) terdiri atas eritrosit
atau sel darah merah (SDM) – red blood cell (RBC), leukosit atau sel darah
putih (SDP) – white blood cell (WBC), dan trombosit atau butir pembeku –
platelet. Plasma darah dikurangi protein pembekuan darah disebut serum
(Bakta, 2006).
Hemostatis dan koagulan adalah serangkaian kompleks reaksi yang
menyebabkan pengendalian pendarahan melalui pembentukan trombosit dan
bekuan fibrin pada tempat cidera. Saat cidera ada tiga proses utama yang
menyebabkan hemostatis dan koagulasi. Proses pertama adalah vasokontriksi
sementara. Kedua reaksi trombosit yang terdiri atas adhesi, reaksi pelepasan dan
agregasi trombosit. Terakhir aktivasi faktor-faktor pembekuan (Oktavia et al.,
2017).
Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi
gumpalan-gumpalan lunak baik secara seluruhan ataupun hanya sebagian. Atau
dengan kata lain, koagulasi adalah proses penggumpalan suatu cairan atau
larutan sehingga terbentuk padatan lunak ataupun keras seperti gel. Reaksi
sekunder proses koagulasi dapat dipengaruhi oleh jumlah platelet. Koagulasi
dan faktor antikoagulasi adalah suatu keseimbangan koagulasi di bawah
keadaan yang normal. Ketika keseimbangan rusak, tubuh akan masuk ke dalam
kondisi hipokoaguliti dan hiperkoaguliti (Miao, et al., 2018).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Memahami respon sel darah merah terhadap berbagai macam media dengan
konsentrasi osmosis yang berbeda.
2. Mengetahui konsentrasi internal sel darah merah untuk memahami bentuk
dan struktur sel darah serta membandingkan bentuk dan struktur sel darah
katak dan manusia.
3. Memahami proses pembekuan darah dan lama waktu pembekuan darah
pada manusia.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah akuades, darah segar

manusia dan hewan uji (katak), larutan NaCl (0,2% ; 0,4% ; 0,6% ; 0,9% ; dan

1,0%), kloroform atau eter, alkohol 70%, dan antikoagulan: Na-sitrat/EDTA.

Alat yang digunakan adalah lancet, pipet isap, komparator, batang pengaduk,

pembuluh kaca kapiler, mikroskop, object glass, cover glass, kapas, dan syringe.

B. Cara Kerja
1. Konsentrasi Sel Darah Merah
a. Darah katak dan manusia diteteskan pada gelas objek, kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan NaCl 0,2%, keduanya dicampurkan
dan selanjutnya campuran cairan tersebut segera ditutup dengan cover
glass. Bila tidak segera ditutup akan terjadi penguapan hingga mengubah
konsentrasi larutan NaCl.
b. Diamati campuran tersebut di bawah mikroskop.
c. Dilakukan langkah kerja diatas untuk tetesan darah berikutnya, dengan
menggunakan NaCl 0,4%, 0,6%, 0,9% dan 1,0%. Setiap campuran darah
pada konsentrasi tertentu harus segera diamati di bawah mikroskop.
d. Ditentukan konsentrasi NaCl yang mana sel darah merah tidak mengalami
perubahan bentuk.
2. Struktur Sel Darah Merah
a. Darah katak diteteskan pada gelas objek, kemudian ditambahkan beberapa
tetes larutan NaCl 0,6%, keduanya dicampurkan dan selanjutnya campuran
cairan tersebut segera ditutup dengan cover glass. Bila tidak segera ditutup
akan terjadi penguapan hingga mengubah konsentrasi larutan NaCl.
b. Diamati campuran tersebut di bawah mikroskop.
c. Dilakukan langkah kerja diatas untuk tetesan darah manusia, dengan
menggunakan NaCl 0,9%. Setiap campuran darah pada konsentrasi
tertentu harus segera diamati di bawah mikroskop.
d. Diamati perbedaan antara sel darah katak dan manusia. Diambil gambar
dari sel darah tersebut.
3. Waktu Beku Darah
a. Jari dibersihkan dengan alkohol 70%, setelah alkohol mongering jari
ditusuk dengan lancet steril atau lancet sekali pakai.
b. Pipa kapiler ditempelkan ke tetesan darah yang keluar dari jari.
c. Dengan interval waktu 1 menit pembuluh kaca kapiler dipotong sedikit
demi sedikit sampai terlihat fibrin yang terbentuk ditandai dengan
potongan kapiler yang tetap menempel atau menggantung setelah
dipatahkan. Waktu diperlukan darah untuk membeku dicatat, yaitu waktu
sejak jari dilukai hingga kapiler yang dipatahkan tetap menggantung.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Konsentrasi NaCl yang Berbeda pada Sel Darah
Merah
Kelompok Konsentrasi (%) Katak Manusia
1. 0,2 Lisis Lisis
2. 0,4 Krenasi Krenasi
3. 0,6 Normal Krenasi
4. 0,9 Krenasi Normal
5. 1,0 Krenasi Krenasi

Keterangan :
Lisis
Normal
Krenasi

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Struktur dan Bentuk Sel Darah Merah
Kelompok Perhitungan
Katak (0,6%) Manusia (0,9%)
1. 1,85 μm 2,7 μm
2. 2,85 μm 1,5 μm
3. 2,05 μm 1,5 μm
4. 3,2 μm 1,7 μm
5. 2,5 μm 1,3 μm

Tabel 3.3 Data Waktu Beku Darah


Kelompo Waktu
k
1. ˃ 7 menit
2. ˃ 7 menit
3. ˃ 7 menit
4. ˃ 7 menit
5. ˃ 7 menit
Perhitungan Kelompok 3
a. Darah Katak Sawah
D1+ D 2
Rumus : x kalibrasi
2

5+3
1. x 0,5 = 2 μm
2
4+ 3
2. x 0,5 = 1,75 μm
2
5+4
3. x 0,5 = 2,25 μm
2
4+ 3
4. x 0,5 = 1,75 μm
2
4+ 6
5. x 0,5 = 2,5 μm
2
2+ 1,75+2,25+1,75+2,5
Rata-rata diameter sel darah =
5
= 2,05 μm

b. Darah Manusia
Rumus : D x kalibrasi

1. 3 x 0,5 = 1,5 μm
2. 2 x 0,5 = 1 μm
3. 3 x 0,5 = 1,5 μm
4. 3 x 0,5 = 1,5 μm
5. 4 x 0,5 = 2 μm
1,5+1+ 1,5+1,5+2
Rata-rata diameter sel darah =
5
= 1,5 μm
Gambar Hasil Pengamatan Bentuk dan Struktur Sel Darah Merah

Gambar 3.1. Sel darah merah Gambar 3.2. Sel darah merah katak
manusia dengan konsentrasi NaCl dengan konsentrasi 0,2%
0,2%

Gambar 3.3 Sel darah merah Gambar 3.4 Sel darah katak
manusia konsentrasi NaCl 0,4% dengan konsentrasi 0,4%
\
Gambar 3.5 Sel darah merah Gambar 3.6 Sel darah merah katak
manusia dengan konsentrasi NaCl dengan konsentrasi NaCl 0,6%
0,6%

Gambar 3.7 Sel darah merah Gambar 3.8 Sel darah merah
manusia dengan konsentrasi NaCl katak dengan konsentrasi NaCl
0,9% 0,9%
Gambar 3.9 Sel darah merah Gambar 3.10 Sel darah merah
manusia dengan konsentrasi NaCl katak dengan konsentrasi NaCl 1%
1%

Gambar 3.11 Struktur Sel darah Gambar 3.12 Struktur sel darah
merah manusia merah katak

B. Pembahasan

Hasil percobaan pada rombongan III, sel darah katak dan manusia pada
konsentrasi NaCl 0,6% mengalami lisis. Konsentrasi NaCl 0,4% menyebabkan
sel darah merah manusia dan katak krenasi. Sel darah pada NaCl 0,6% pada
katak normal dan sel darah manusia mengalami krenasi. Konsentrasi NaCl 0,9%
menyebabkan sel darah katak mengalami krenasi dan sel darah manusia normal.
Konsentrasi NaCl 0,9%, air yang ada di dalam sel darah merah akan banyak
keluar akibatnya sel darah merah akan mengkerut, namun pada sel darah
manusia tidak mengalami krenasi karena larutan NaCl 0,9% ini pada manusia
merupakan keadaan isotonik, (Soewolo, 1999). Konsentrasi NaCl 1%
menyebabkan sel darah katak dan menusia mengalamai krenasi. Konsentrasi
NaCl 1% mempunyai tekanan osmotik yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan osmotik darah sehingga dikatakan hipertonik, kondisi ini air dari dalam
sel akan keluar sehingga menyebabkan sel krenasi (Soewolo, 1999).
Osmosis adalah peristiwa difusi air yang melewati membran
semipermeabel dari suatu larutan dengan kadar zat terlarut yang rendah ke
tinggi, sedangkan reverse osmosis adalah perpindahan air atau larutan dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dipisahkan oleh membran semi
permeabel (Yoshi & Widiasa, 2016). Larutan hipotonik adalah suatu larutan
dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah)
daripada lingkungannya sehingga air bergerak ke dalam sel. Membran sel
permeabel terhadap air, sehingga pada kondisi hipotonik, sel-sel dapat
membengkak dan pecah. Sebaliknya pada kondisi hipertonik sel dapat
menyusut karena ada pergerakan air keluar dari sel (Arrizza & Ramadhan,
2010). Larutan / cairan hipertonik adalah suatu larutan yang memiliki
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dari pada konsentrasi plasma. Larutan
isotonis adalah suatu cairan / larutan yang memiliki konsentrasizat terlarut sama
atau mendekati sama dengan konsentrasi plasma. Cairan Isotonik digunakan
untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kehilangan cairan setelah muntah
yang berlangsung lama (Rohani, 2016).
Eritrosit (sel darah merah) katak memiliki bentuk oval dengan
protoplasmanya mengandung hemoglobin. Eritosit pada katak ini juga memiliki
inti sel. Inti sel pada katak mampu memperkecil ruang pada hemoglobin, namun
hal ini tidak mempengaruhi banyak dalam konsumsi oksigen pada katak
dikarenakan oksigen katak tidak hanya diikat oleh sel darah merah, melainkan
juga melalui difusi melalui kulit katak. Di antara vertebrata lainnya, ukuran
eritrosit dari katak memiliki ukuran yang paling besar. Ukuran eritrosit katak ini
setara dengan diameter kapilernya yang besar (Ferdinand & Moekti, 2007;
Rousdy & Linda, 2018).
Proses pembekuan darah terdiri dari rangkaian reaksi enzimatik yang
melibatkan protein plasma yang disebut sebagai faktor pembekuan darah,
fosfolipid dan ion kalsium. Pembekuan darah terjadi melalui tiga langkah utama
pertama sebagai respons teradap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan
darah itu sendiri, maka rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam
darah yang melibatkan lebih dari selusin faktor pembekuan darah. Hasil
akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks substansi teraktivasi yang secara
kolektif disebut aktivator protrombin. Langkah kedua aktivator protrombin
mengkatalisis pengubahan protrombin mejadi trombin. Langkah ketiga trombin
bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang
merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan. Proses
pembekuan darah yang mengubah prothrombin menjadi thrombin dipercepat
oleh vitamin K (Nuralifah, et al., 2015). Menurut Frandson (1992), waktu
normal pembekuan darah adalah 15 detik sampai 2 menit, dan umumnya
berakhir sampai 5 menit. Hal ini mungkin dikarenakan oleh terganggunya
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembekuan darah, yaitu pada
fibrinogen trombin, prothrombin, tromboplastin, kalsium, proaccelerin,
koagulasi, proconvertin, antihemophilic faktor, komponen tromboplastin, stuart
faktor, faktor antihemophilic C, hageman faktor, dan faktor penstabil (Drews,
2010).
Fibrinogen trombin adalah sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat
molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin.
Kekurangan faktorini menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia
atauhypofibrinogenemia. Prothrombin adalah sebuah faktor koagulasi yang
merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa)
oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari
pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin.
Kekuranganfaktor menyebabkan hypoprothrombinemia. Jaringan tromboplastin
adalah koagulasi faktor yang berasal dari beberapasumber yang berbeda dalam
tubuh, seperti otak dan paru-paru. Jaringan tromboplastin penting dalam
pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur
koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan. Kalsium adalah sebuah faktor
koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah (Drews, 2010).
Proaccelerin adalah sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif
labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi
baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis
pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif
autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator
globulin. Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif
factor proaccelerin, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.
Proconvertin adalah sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil
dan panas dan berpartisipasi dalam jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan
oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor jaringan
tromboplastin. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter
(autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan
vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum
prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil. Antihemophilic factor
adalah sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi,bertindak (dalam konser
dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi stuart factor.
Bentuk defisiensi faktor ini adalah sebuah resesif terkait-X sifat,penyebab
hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan factor antihemophilic A
(Drews, 2010).
Komponen tromboplastin adalah sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah
aktivasi, diaktifkan defisiensi stuart faktor. Hasil berupa hemofilia B. Disebut
juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B. Stuart factor adalah sebuah
faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik
intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai
jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan
kalsium, fosfolipid, dan factor proaccelerin, yang disebut prothrombinase. Hal
ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan
faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik disebut juga Prower
Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase. faktor
antihemophilic C adalah faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur
intrinsik dari koagulasi. Sekali diaktifkan, itu akan mengaktifkan faktor
komponen tromboplastin (Drews, 2010).
Hageman faktor adalah faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh
kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik
dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor komponen tromboplastin.
Kekurangan factor ini adalah menghasilkan kecenderungan trombosis. Faktor
penstabil adalah sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk
polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang
memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini
memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan
protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase
(Drews, 2010).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :


1. Respon darah merah ketika dimasukkan ke dalam medium hipertonis akan
mengalami krenasi dan ketika dimasukkan ke dalam medium hipotonis akan
mengalami lisis.
2. Struktur darah merah pada manusia tidak memiliki inti sel sedangkan pada sel
darah merah katak memiliki inti sel. Sel darah merah pada katak memiliki ukuran
terbesar diantara vertebrata yang lain.
3. Proses pembekuan darah pada manusia akan dibantu oleh trombosit yang
nantinya akan membentuk benang-benang fibril untuk menghentikan pendarahan.
Lama waktu pembekuan darah pada manusia adalah 15 detik sampai 2 menit, dan
umumnya berakhir sampai 5 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Arrizza, A. M. D., & Ramadhan, A. F., 2010. Coconut Water (Cocos nucifera) as
Storage Media for the Avulsed Tooth. Journal of Dentistry Indonesia, 17(3),
pp. 74-79.
Bakta, I. M., 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Drews, R. E., 2010. Critical issue in hematology: anemia, thrombocytopenia,
coagulopathy, and blood product transfusions in criticaly all patients. ClinChest
Med. Vol. 24, 607-622.
Evelyn, F., 1989. Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Surabaya : Sinar Wijaya.
Ferdinand, F. P. & Moekti, A., 2007. Biologi 2. Jakarta. Erlangga.
Frandson, R. D., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : UGM Press.
Goenarso, D. & Suripto, 2019. Fisiologi Hewan. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Miao, W., Zhao, K., Deng, W. & Teng, J., 2018. Coagulation Factor Hyperfunction
After Subarachnoid Hemorrhage Induces Deep Venous Thrombosis. World
Neurosurgery, 110(1), pp. e46-e52.
Nuralifah, Wahid, W. O. T. E. & Yusuf, M. I., 2015. Pengaruh Ekstrak Labu Siam
(Sechium edule (Jacq.) Swartz) Terhadap Waktu Koagulasi pada Mus
musculus. Medula, 2(2), pp. 162-166.
Oktavia, S., Pebryantika, S. & Dharma, S., 2017. Pengarub Pemberian Ekstrak
Etanol Duan Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap Waktu Pendarahan,
Pembekuan Darah dan Jumlah Trombosit Mencit Putih Jantan. Jurnal Farmasi
Higea, 7(1), pp. 1-9.
Rohani, R., 2016. Hubungan Lama Pemasangan Infus Dengan Terjadinya Plebitis Di
RS Husada Jakarta Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Widya. 4(2), pp. 1-8.
Rousdy, D. W. & Linda, R., 2018. Hematologi Perbandingan Hewan Vertebrata: Lele
(Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata), Merpati
(Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Bioma, 7(1), pp. 1–13.
Soewolo., 1999. Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai