Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisiologi ialah ilmu yang mempelajari mengenai fungsi normal tubuh dengan
berbagai gejala yang ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas semua fungsi
dalam sistem tersebut. Fisiologi hewan merupakan ilmu yang tidak hanya
mengkaji fungsi sitem di dalam tubuh, tetapi juga alasan serta bagaimana cara
berfungsinya sistem itu. Fisiologi hewan sendiri membahas mengenai cara yang
dilakukan hewan untuk dapat hidup disuatu lingkungan Chen J et al (2023).
Darah merupakan jaringan ikat cair yang terdiri oleh sel-sel yang terapit oleh
matriks ekstraseluler cair. Matriks ekstraseluler disebut plasma darah. Darah
menyalurkan oksigen dari paru-paru dan nutrisi dari saluran gastrointestinal yang
berdifusi dari darah ke cairan interstitial lalu ke sel-sel tubuh. Karbon dioksida
dan sampah lainnya berpindah pada arah yang berlawanan, yaitu dari sel-sel tubuh
ke cairan interstitial lalu ke darah. Darah kemudian mengalirkan sampah-sampah
ke berbagai organ, seperti paru-paru, ginjal dan kulit untuk dieliminasi dari tubuh
Espelid, S dkk (2015)
Dalam fisiologi, osmosis adalah pergerakan bersih air melintasi membran
semipermeabel. Melalui membran ini, air akan cenderung berpindah dari area
dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Penting untuk
ditekankan bahwa osmosis ideal hanya memerlukan pergerakan air murni
melintasi membran tanpa adanya pergerakan partikel zat terlarut melintasi
membran semipermeabel. Osmosis masih dapat terjadi dengan beberapa
permeabilitas partikel zat terlarut, namun efek osmotik menjadi berkurang dengan
semakin besarnya permeabilitas zat terlarut melintasi membran semipermeabel.
Benar juga bahwa, pada saat tertentu, molekul air dapat bergerak menuju larutan
dengan konsentrasi lebih tinggi atau lebih rendah, namun pergerakan bersih air
akan mengarah ke konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi. Kompartemen dengan
konsentrasi zat terlarut tertinggi dan air terendah memiliki tekanan osmotik
terbesar(Greenlee LF et al, 2019)
2

Sistem peredaran darah mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai alat transport
oksigen, karbondioksida, sari-sari makanan, maupun hasil metabolisme. Darah
membawa substansi dari tempatnya dibentuk ke semua bagian tubuh dan menjaga
tubuh untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik. Eritrosit (sel darah merah)
membawa oksigen, leukosit (sel darah putih) menjaga tubuh dari serangan
patogen sedangkan kombinasi trombosit dan faktor pembeku berperan
menyumbat kebocoran pembuluh darah tanpa menghambat alirannya Anonim a
dkk (2018)
Darah terdiri dari bagian padat dan bagian cair. Menurut Kierszenbaum dan
Tres (2019), bagian padat dari darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit) dan platelet (trombosit), sedangkan bagian cairnya berupa plasma
dan serum. Plasma merupakan komponen cair dari darah. Plasma mengandung
garam dan senyawa organik (termasuk asam amino, lipid, vitamin, protein dan
hormon).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah dalam Menentukan Tahanan
Osmotik sel-sel Darah merah berguna untuk memberikan pengetahuan kepada
praktikan, khususnya ikan lele yang telah dijadikan sebagai objek pengamatan
bagi praktikan secara lebih jelas dan terperinci. Agar praktikan mengetahui sel-sel
darah merah dengan warna yang dihasilkan melalui campuran NaCl dan agar
mengetahui butir-butir darah yang tidak tembus cahaya dan yang tembus cahaya.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari pratikum ini adalah praktikan dapat mengetahui dan
menentukan Tahanan Osmotik sel-sel Darah Merah tersebut secara tepat dan
benar serta menambah pengetahuan tentang peristiwa apa yang terjadi terhadap
sel-sel darah merah ketika di tambahkan dengan larutan NaCl dengan persenan
yang berbeda-beda untuk melihat perbedaan, persaaman dan mengamati hasilnya.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Osmosis merupakan fenomena pencapaian kesetimbangan antara dua larutan


yang memiliki perbedaan konsentrasi zat terlarut, dimana kedua larutan ini berada
pada satu bejana dan dipisahkan oleh lapisan semipermeabel. Kesetimbangan
terjadi akibat perpindahan pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi zat
terlarut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi. Saat
kesetimbangan konsentrasi dicapai maka terdapat perbedaan tinggi larutan yang
dapat didefinisikan sebagai tekanan osmosis(Fisher 2017).
Laju osmosis selalu bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Prosesnya
diilustrasikan dengan membandingkan larutan lingkungan atau eksternal dengan
konsentrasi internal yang terdapat di dalam tubuh. Larutan hipertonik adalah
larutan eksternal yang mempunyai konsentrasi zat terlarut tinggi dan konsentrasi
air rendah dibandingkan dengan cairan tubuh. Dalam larutan hipertonik,
pergerakan bersih air akan keluar dari tubuh dan masuk ke dalam larutan. Sel
yang dimasukkan ke dalam larutan hipertonik akan mengerut dan mati melalui
proses yang disebut plasmolisis.
Menurut Ellsaesser C (2015), Larutan isotonik adalah larutan eksternal apa
pun yang memiliki konsentrasi zat terlarut dan konsentrasi air yang sama
dibandingkan dengan cairan tubuh. Dalam larutan isotonik, tidak terjadi
pergerakan bersih air. Larutan isotonik mempunyai konsentrasi zat terlarut yang
sama dibandingkan dengan konsentrasi zat terlarut intraseluler. Ketika sel darah
merah ditempatkan dalam larutan isotonik, tidak akan ada pergerakan air.
Konsentrasi zat terlarut dan air sama baik secara intraseluler maupun
ekstraseluler; oleh karena itu, tidak akan ada pergerakan bersih air menuju larutan
atau sel. Sel dan lingkungan di sekitarnya berada dalam keseimbangan, dan sel
harus tetap tidak berubah di bawah mikroskop.
Larutan hypertonis memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi zat terlarut intraseluler. Ketika sel darah merah
ditempatkan dalam larutan hypertonis, akan terjadi pergerakan air bebas keluar sel
dan masuk ke dalam larutan. Pergerakan ini terjadi melalui osmosis karena sel
memiliki lebih banyak air bebas daripada larutan. Setelah larutan disetimbangkan,
4

hasilnya akan berupa sel dengan volume keseluruhan yang lebih rendah. Volume
yang tersisa di dalam sel akan memiliki konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi,
dan sel akan tampak mengerut di bawah mikroskop. Solusinya akan lebih encer
dari aslinya. Proses keseluruhannya dikenal sebagai plasmolisis Kiswari R(2019).
Larutan hypotonis memiliki konsentrasi zat terlarut lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi zat terlarut intraseluler. Ketika sel darah merah
ditempatkan dalam larutan hipotonik, akan terjadi pergerakan bersih air bebas ke
dalam sel. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan volume intraseluler
dengan konsentrasi zat terlarut intraseluler yang lebih rendah. Solusinya akan
menghasilkan konsentrasi zat terlarut keseluruhan yang lebih tinggi. Di bawah
mikroskop, sel mungkin tampak membesar, dan membran sel akhirnya pecah.
Proses keseluruhan ini dikenal sebagai sitolisis. osmosis adalah kesetimbangan
dinamis, sehingga pada saat tertentu, molekul air dapat mengalir sejenak ke segala
arah melintasi membran semipermeabel, namun keseluruhan pergerakan bersih
semua molekul air akan terjadi dari area dengan konsentrasi air bebas tinggi ke
area dengan konsentrasi air bebas tinggi. konsentrasi air bebas yang rendah Gary
Moroff dkk (2021).
Cairan hipertonik adalah cairan yang osmolalitasnya lebih tinggi daripada
osmolalitas plasma. Larutan hipertonik ini berfungsi untuk menggeser cairan
ekstraseluler ke dalam plasma darah dengan cara difusi cairan dari jaringan untuk
menyamakan solut dalam plasma, akan tetapi, pemberian yang cepat akan
mengakibatkan overload cairan dalam sirkulasi (Pranata, 2023).

.
5

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Hewan Air dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20
Maret 2024, pada jam 08.00 – 10.00 WIB bertempat di Laboratorium Biologi
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Adapun alat yang yang digunakan sebagai berikut:
N Alat Kegunaan
O
1. Buku penuntun praktikum Sebagai panduan
2. Pena Menulis keterangan
3. Pensil Menggambar
4. Penghapus Memperbaiki gambar
5. Penggaris Mengukur
6. Test Tube/Tabung Reaksi Tempat darah ikan dan larutan
7. Mikroskop Untuk mengamati
8. Nampan Tempat ikan diletakkan
9. Objek Glass Tempat darah ikan saat ingin diamati
10. Pipet Tetes Mengambil darah ikan dari test tube
11. Cover Glass Penutup darah ikan pada objek glass
12. Spuit/Jarum Suntik Untuk mengambil darah ikan
13. Serbet Untuk menutup kepala ikan saat
pengambilan darah
14. Tisu Membersihkan alat supaya bersih
15. Label Sebagai penanda setiap Larutan

Tabel 2. Adapun bahan yang yang digunakan sebagai berikut:


N Bahan Kegunaan
O
1. Ikan Lele Bahan utama ambil darah ikan
2. Darah ikan Bahan utama untuk diamati
3. Aquades Larutan utama
4. EDTA 10% Larutan agar darah ikan tidak
membeku
5. NaCl 3% Larutan utama

3.3 Metode pratikum


Metode praktikum adalah metode langsung yakni mengamati dan mengenali
langsung objek praktikum dengan mengikuti arahan yang ada di dalam buku
Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air .
6

3.4 Prosedur pratikum


Pertama-tama kita siapkan 9 tabung reaksi yang telah kita beri label 1 sampai
9 kemudian kita membuat larutan Nacl dengan konsentrasi yang berurutan seperti
0%; 0,3%; 0,5%; 0,6%; 0,7%; 0,8%; 0,9%; 1% dan 3%. Lalu kita beri 10 tetes
darah ikan pada setiap tabung reaksi yaitu ke 9 tabung reaksi tersebut. Kemudian
kita campurkan secara hati-hati dan diamkan selama lebih kurang 30 menit.
Setelah 30 menit kita harus amati kondisi lapisan merah dipermukaan air. Kita
Ambil 1 tetes darah ikan dari tiap-tiap tabung yang telah dicampurkan dengan
larutan NaCl . Kemudian kita teteskan 1 tetes pada objek glass kemudian tutup
menggunakan cover glass . Kita amati dibawah mikroskop yang telah disediakan
laboratorium dan kita gambarkan serta kita beri penjelasan dari yang kita amati.
7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum , Menentukan Tahanan
Osmotik Sel-Sel Darah Merah ini dapat diketahui hasilnya adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)


8

Gambar 2. Tabung Reaksi berisi Darah dan NaCl

Gambar 3. Mikroskopis Darah Ikan dan NaCl


9

4.2 Pembahasan
Dalam Praktikum ini kami menggunakan ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) sebagai bahan untuk mengambil darah. Berikut Klasifikasinya:
Filum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ostarophisi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias Gariepinus
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) merupakan Jenis Ikan air tawar.
Bersifat noktural dan termasuk ikan karnivora. Ikan Lele Dumbo memiliki alat
pernapasan tambahan (arborescent organ) yang terletak dibagian depan rongga
insang. Ikan Lele Dumbo memiliki sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip
perut. Ikan Lele Dumbo memiliki 3 buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip
leher dan sirip anal. Ikan Lele Dumbo juga memiliki sungut sebagai indra peraba.
Dari hasil praktikum maka dapat di simpulkan bahwa pada larutan NaCl 0%
ditambahkan 10 tetes darah menimbulkan reaksi adanya gumpalan di bagian
bawah namun tidak banyak, sel darah berwarna merah darah terang dan tidak
tembus cahaya. Larutan NaCl 0,3% ditambahkan 10 tetes darah memiliki sel
darah merah yang berwarna pekat mengendap merata, terdapat gumpalan di
bagian bawahnya dan tidak tembus cahaya. Larutan NaCl 0,5% ditambahkan 10
tetes darah memliki sel darah merah yang berwarna merah gelap, terdapat
endapan darah di bagian bawah dan tidak tembus cahaya. Larutan NaCl 0,6%
ditambahkan 10 tetes darah memiliki sel darah merah yang berwana merah namun
tidak terlau terang warnanya dan tidak terdapat endapan di bagian bawahnya.
Darah yang di masukkan laurtan NaCl 0,7% memiliki sel darah merah terang
yang berwarna paling terang di bagian atasnya sedangkan pada bagian bawahnya
sedikit memudar serta mengendap dan tidak tembus cahaya. Larutan NaCl 0,7%
ditambahkan 10 tetes darah memiliki sel darah merah yang berwarna merah terang
muda di bagian atas hingga tengah sedangkan bagian bawahnya warnanya agak
pudar dan tembus cahaya. Larutan NaCl 0,8% ditambahkan 10 tetes darah
memiliki sel darah merah yang berwarna merah gelap di bagian bawahnya
10

sedangkan di bagian atasnya berwarna merah cerah dan tidak tembus cahaya.
Larutan NaCl 0,9% ditambahkan 10 tetes darah memiliki sel darah merah yang
berwarna merah terang dan sangat tembus cahaya. Larutan NaCl 1% ditambahkan
10 tetes darah memiliki sel darah merah berwarna merah pekat tidak teralu
mengendap dan tidak tembus cahaya. Larutan NaCl 3% ditambahkan 10 tetes
darah memiliki sel darah merah berwarna merah terang dan tembus cahaya.
Konsentrasi 0% adalah merah murni, konsentrasi 0,3% hypotonis, konsentrasi
0,5% hypotonis, konsentrasi 0,8% hypotonis, konsentrasi 0,9% isotonis,
konsentrasi 1% hypertonis dan konsentrasi 3% hypertonis.
11

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pratikum ini adalah bila dilihat secara makroskopis
konsentrasi yang darh merah muda terang akan tembus cahaya sedangkan
Konsentrasi darah merah gelap pekat tidak akan tembus cahaya .
5.2 Saran
Sudah cukup baik namun dalam pelaksanaan praktikum semuanya akan
berjalan lancar apabila semua tim selalu bekerja sama supaya tepat dalam
pengerjaan selama praktikum dilakukan di tambah lagi praktikan sangat
membutuhkan asisten untuk membantu kami dalam menjalankan praktikum agar
sesuai dengan penuntun dan hasil yang di harapkan, dan dengan adanya
bimbingan praktikum dari asisten semoga tim praktikan dapat lebih mandiri
kedepannya. Dan alat bahan dalam Laboratorium supaya semakin lengkap.
12

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, a (2018) Pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah


pada klien hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2017;1(1):18–24.
Chen J, Sabir S, Al Khalili Y. StatPearls [Internet]. Penerbitan StatPearls;
Treasure Island (FL): 1 Mei 2023. Fisiologi, Osmoregulasi dan Ekskresi
Ellsaesser C. F. & Clem, L. W. 2015. Cortisol-induced haematologic and
immunologic changes in channel catfish (Ictalurus punctatus).
Comparative Biochemistry and Physiology 87A: 405-408
Espelid, S., Hjelmeland K., & Jorgensen T. 2015. The Spesificity of atlantic
salmon antibodies made against the fish pathogen Vibrio salmonicida
establishing the surface protein VS-P1 as the dominating antigen.
Developmental and Comparative Imunology 11: 529-537
Fisher, A., Reisig, J., Powell, P., Walker, M., 2017, Reverse osmosis (R/O): How
it Works., University of Nevada.
Greenlee LF, Lawler DF, Freeman BD, Marrot B, Moulin P. Desalinasi osmosis
terbalik: sumber air, teknologi, dan tantangan saat ini. Resolusi Air. Mei
2019; 43 (9):2317-48.
Kierszenbaum dan Tres (2019),. Efektivitas Sari Buah Pepaya Mengkal (Carica
Papaya) Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi.
Kiswari R. Hematologi dan Transfusi 2019 1st ed. Erlangga, editor. Jakarta:
Erlangga; 2021. 248-356
Morof, dkk. 15th ed. Jakarta: Dian Rakyat; 2021. 21–25
Pranata, A. 2013. Manajemen Cairan dan Elektrolit. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai