Anda di halaman 1dari 13

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fisiologi merupakan cabang dari ilmu biologi yang mempelajari objek spesifik
mahluk hidup dari sudut pandang struktur dan fungsinya. Secara terminologis
fisiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu physis (sifat) dan logos (ilmu). Jadi,
secara garis besar fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik,
dan biokimia dari makhluk hidup (Windarti et al, 2013).
Fisiologi mempelajari fungsi organ-organ tubuh atau fungsi keselurahan
organisme. Organ artinya alat-alat tubuh seperti hati, paru-paru, insang, jantung,
ginjal yang merupakan bagian tubuh hewan. Organ-organ tersebut Menyusun suatu
organisme yaitu makhluk hidup baik yang makroskopik (berukuran kecil, tidak
dapat dilihat dengan mata manusia tanpa bantuan alat) maupun yang berukuran
mikroskopis (berukuran kecil, tidak dapat dilihat dengan mata manusia tanpa
bantuan alat). Fisiologi mencakup pembahasan tentang apa yang dilakukan oleh
makhluk hidup dan bagaimana mereka melakukan agar mereka lulus hidup dan
dapat beradaptasi dan mempertahankan eksistensinya (Yuwono, 2018).
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi,
sistemrespirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor,
sistemsaraf, sistem endokrin dan reproduksi. Darah merupakan salah satu
komponensistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di
dalamtubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon,
pengangkutzat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen
dankarbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma
darahmemiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit
yang masuk ke dalam tubuh.
Ikan merupakan hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin
hidup di suatu perairan, berenang menggunakan sirip dan bernafas dengan insang.
Bentuk darah pada ikan bervariasi dari yang spindel hingga berbentuk glendong.
Jumlah sel-sel darah merah pada ikan berkisar 2-3 juta sel/ml (Ridwan Manda et al,
2016).
2

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) dan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh untuk mengangkut bahan kimia dari hasil
metabolism dan sebagai pertahanan tubuh dari virus dan bakteri. Darah biasanya
tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan karena sifat-sifat optic eritrosit yang
terdapat dalam darah. Jika sel-sel ini membengkak karena proses difusi atau
osmosa, maka haemoglobin akan lepas dan darah menjadi tembus cahaya
mempunyai sifat seperti cat lak (pernis).
Rupa darah adalah tampilan fisik dari darah pada saat dilihat dengan mata
telanjang atau melalui mikroskop. Darah ikan lele (Clarias sp), seperti halnya darah
pada hewan vertebrata lainnya, terdiri dari plasma, sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit) dan platelet (Rahmawati, 2018).
Makroskopis pada ikan lele (Clarias sp), darah memiliki warna merah gelap.
Warna ini disebabkan oleh adanya hemoglobin yang terkandung dalam eritrosit.
Hemoglobin adalah protein yang berperan dalam mengikat oksigen dan membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Pada ikan lele (Clarias sp), rupa darah
pada saat belum mengalami haemolisis ditandai dengan warna gelap yang homogen
(Suryanti, 2019).
Haemolisis adalah proses pecahnya sel darah merah yang mengakibatkan
pelepasan hemoglobin ke dalam plasma. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor
seperti pengaruh fisik, kimia atau biologis. Pada ikan lele (Clarias sp), rupa darah
pada saat mengalami haemolisis ditandai dengan adanya perubahan warna dari
merah gelap menjadi merah muda hingga bening.
Mikroskopis pada pemeriksaan ikan lele (Clarias sp), sel darah merah ikan lele
memiliki bentuk oval dan pipih dengan diameter sekitar 2-3 mikrometer. Sel-sel ini
memiliki inti yang tidak berbentuk dan terletak di tepi sel. Pada saat mengalami
haemolisis, sel darah merah akan pecah dan mengeluarkan hemoglobin ke dalam
plasma.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum rupa darah secara makroskopik dan mikroskopik
sebelum dan sesudah haemolisis agar mengetahui cara pengambilan darah, proses
apa yang terjadi terhadap rupa sel darah merah ikan ketika diberi aquades dan NaCI
3

3% dan mengetahui langkah-langkah pembuatan sampel sebagai pengamatan jenis-


jenis darah.
1.3. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum rupa darah secara makroskopik dan mikroskopik
sebelum dan sesudah haemolisis adalah dapat mengetahui rupa darah baik itu
dengan mata telanjang maupun dengan menggunakan mikroskop, selain itu
mahasiswa juga dapat mengetahui cara membuat preparat ulas serta dapat
membedakan jenis-jenis darah yang ada pada tubuh ikan sampel.
6

II. METODELOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang rupa darah secara makroskopis dan
mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis yang dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 12 April 2023 pukul 13.00-15.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di
Laboratorium Biologi Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau,
Kampus Bina Widya, KM.12,5 Simpang Baru, Panam,Pekanbaru.
2.2 Bahan dan Alat
Tabel 1. Bahan yang digunakan

No. Bahan Kegunaan


1 Aquades Untuk mensterilisasikan alat
2 EDTA atau heparin Untuk mencegah pembukuan darah
3 NaCI 3% Untuk menjaga ikan agar tidak membeku
4 Ikan Lele (Clarias sp) Sebagai objek praktikum
5 Minyak Cengkeh Untuk membuat ikan lele pingsan
6 Ethanol Untuk pelarut
7 Larutan Giesma Untuk memberi warna pada eritrosit

Tabel 2. Alat yang digunakan


No. Alat Kegunaan
1. Buku Pedoman Sebagai panduan praktikum
2. Nampan Sebagai tempah ikan
3. Jarum Suntik Untuk mengambil darah
4. Tabung Reaksi Sebagai wadah darah yang telah diambil
5. Pipet Tetes Untuk memindahkan darah ikan
6. Objek Glass Sebagai wadah larutan
7. Mikroskop Untuk mengamati sel darah
8. Kamera Untuk dokumentasi
9. Serbet Untuk membalut kepala ikan agar ikan
tidak stres
10 Alat tulis Untuk mencatat
11. Cover glass Untuk menutup
12. Tisu Gulung Untuk lap alat praktikum
13. Cawan Petri Untuk tempat larutan ethanol
7

2.3 Metode Praktikum


Metode yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air tentang rupa
darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis adalah
menggunakan metode pengamatan secara langsung oleh praktikan, dimana data dan
informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan mempraktekkan langsung
sehingga bisa mengetahui bentuk sel darah pada ikan lele (Clarias sp). Selain itu,
praktikan juga berpedoman pada Buku Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air
serta arahan dari para asisten.
2.4 Prosedur Praktikum
2.4.1 Prosedur Mengambil Darah Ikan
a) Ikan dibius dengan dimasukkan kedalam remdaman air es. Caranya :
ember diisi air dan es batu secukupnya. Kemudian ikan dimasukkan ke
dalam air yang ada es tersebut. biarkan beberapa menit sampai ikan
tersebut oingsan.
b) Jarum suntik dan spuit dibasahi dengan EDTA 10% atau heparin guna
mencegah pembekuan darah.
c) Ikan yang sudah pingsan diletakkan dalam nampan plastik. Tubuh ikan
ditutup dengan ikan basah (supaya tidak licin bila dipegang dan untuk
mengurangi stres pada ikan). Jarum suntik ditusukkan ke vena caudalis.
Cara menemukan vena caudalis adalah dengan berpatokan pada posisi anus
ikan. Dari anus, Tarik garis bayangan ke arah dorsal dan tepat di bawah
linea lateralis (sekitar 2 atau 3 sisik di bawah linea lateralis), jarum
ditusukkan dengan arah ke tulang belakang. Hentikan tusukan bila sudah
terasa keras atau menyentuh tulang dan vena caudalis sudah tertusuk.
Tunggu sebentar sampai darah mengalir ke dalam spuit. Tarik spuit perlahan
sampai mendapatkan volume darah yang diinginkan. Kemudian darah
dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang sudah dibasahi EDTA 10%
atau heparin. Bila disimpan dalam thermos (+ pecahan es batu), darah tahan
selama kurang lebih 3 jam.
2.4.2 Prosedur Menyiapkan Sampel Darah Ikan Untuk Proses Haemolisis
a) Siapkan 3 tabung reaksi (test tube) yang telah diberi label A, B dan C.
Masukkan darah ikan sebanyak 1 ml ke masing-masing tabung yang
8

sebelumnya telah dibasahi EDTA 10%. Kemudian pada tabung A, ditetesi


1 ml aquades. Pada tabung B, ditetesi NaCI 3% dan tabung C dibiarkan
seperti semula/tidak ditambah apa-apa. Tabung dikocok, lalu dibiarkan
selama 5 menit.
b) Setelah itu ambil 1 tetes dari masing-masing tabung letakkan pada objek
bagian ujung untuk dijadikan preparat. Lalu geser dengan menggunakan
objek glass lain, tunggu hingga darah meresap rata dengan posisi sudut
45°,tunggu hingga mengering.
c) Tabung A ditambahkan dengan 1 ml NaCI 3% dan tabung B ditambah
dengan 1 ml aquades, kemudian buat juga preparatnya.
2.4.3 Prosedur Pembuatan Sampel Untuk Pengamatan Jenis-Jenis Darah
a) Membuat preparat ulas darah dari darah ikan yang murni (tidak ditambah
NaCI maupun aquades.
b) Preparat dikeringkan selama 5 menit
c) Preparat dicelup dalam pada ethanol murni dan dikeringkan selama 5 menit.
d) Preparat dicelup dalam larutan giesma dan dikeringkan selama 5 menit.
e) Preparat dicuci dengan air bersih dengan cara dicelup-celupkan ke dalam air
air sampai kelebihan pewarna giesma bersih.
f) Preparat dikeringkan lagi dan siap diamati dibawah mikroskop dan bentuk
inti serta kondisi sitoplasmanya.
9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Dalam praktikum ini menggunakan ikan lele (Clarias sp) untuk diambil
darahnya sebagai bahan praktikum

Gambar 1. Morfologi ikan lele (Clarias sp)


Adapun klasifikasi dari ikan lele (Clarias sp) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleoistei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluroidae
Family : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp

3.1.1 Rupa Darah Secara Makroskopis Dan Mikroskopis Sebelum Dan


Sesudah Haemolisis
Berdasarkan hasil praktikum rupa darah secara makroskopis dan
mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis diperoleh hasil datasebagai berikut :
10

Darah pada tabung A setelah di tambah


aquades warna darah merata agak merah
dan mengencer, karena sel darah merah
mengembang dan darah tembus cahaya.

Sampel A
1 ml darah ikan +1 ml aquades

Warna lebih cerah dan tekstur darah lebih


bening, mencair, serta
tidak ada gumpalan. Namun
sedikit berbuih pada permukaan, darah
tidak tembus cahaya.
Sampel B
1 ml darah ikan +1 ml NaCl 3%

Warna merah hati,tekstur tidak cair dan


juga tidak menggumpal ,darah tidak
tembus cahaya.

Sampel C
1 ml darah murni

Terdapat beberapa gumpalan dengan


warna merah pekat, namun daerah sekitar
gumpalan darah menjadi bening dan
sedikit encer, darah tidak tembus cahaya.
Sampel A2
1 ml darah ikan + 1 ml aquades +
1ml NaCl 3%
11

Rupa darah pada tabung B2 + 1 ml NaCI


3% dan 1 ml aquades terbagi tiga, dimana
bagian bawah pekat dan menggumpal,
bagian tengah merah cerah dan bagian atas
merah muda.
Sampel B2
1 ml darah ikan + 1 ml NaCl 3% +
1 ml aquades
Gambar 2. Cara membuat sampel untuk preparat ulas sebelum dan sesudah
mengalami hemolisis

Gambar 3. Cara membuat preparat ulas

3.1.2 Hasil Dari Pengamatan Dari Preparat Ulas Yang Di Amati Di


BawahMikroskop
Setelah dilakukan preparat ulas darah ikan kemudian diamati
dibawahmikroskop dengan hasil sebagai berikut :
12

1 ml darah ikan + 1ml aquades

1 ml darah ikan + 1ml NaCl

1 ml darah ikan murni

1 ml darah ikan + 1ml aquades + 1 ml


NaCl

A2
13

1 ml darah ikan + ml NaCL + 1 ml


aquades

B2

Gambar 4. Hasil yang didapat dari masing masing tabung reaksi yang telah
dilakukan preparat ulas kemudian diamati dibawah mikroskop.

3.2 Pembahasan
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke
dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam
darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,
pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah.
Pada tabung A yang ditambahkan 1cc darah ikan dan 1cc aquades dijelaskan
bahwa darah terpisah dari aquades, darah merah terletak di lapisan bawah dan
aquades berada di lapisan atas, warna merah di lapisan bawah lebih kental dan
dilapisan tengah berwarna merah pucat. Pada tabung B yang ditambahkan 1cc darah
ikan dan 1cc NaCl 3% dijelaskan bahwa darah dengan NaCl 3% menyatu, di lapisan
atas berwarna merah pucat dan di lapisan bawah berwarna merah pekat. Pada
tabung C yang ditambahkan 1cc darah dijelaskan bahwa darah berwarna merah
dengan sifat kental, dilapisan bawah berwarna merah pekat dan di lapisan atas
berwarna merah pucat.
Pada preparat ulas A yang telah diamati dibawah mikroskop dijelaskan bahwa
sel darah berwarna ungu karena pengaruh giemsa, sel-sel darah tidak tersusun rapat
dan terdapat nukleus atau inti sel pada darah.Pada preparat ulas B yang telah
diamati dibawah mikroskop dijelaskan bahwa sel darah berwarna ungu karena
pengaruh giemsa, sel darah tersusun sangat rapat antara sel darah yang satu dengan
sel darah yang lainnya dan terdapat inti sel pada sel darah. Pada preparat ulas C
yang telah diamati dibawah mikroskop dijelaskan bahwa sel darah merah berwarna
14

ungu karena pengaruh giemsa, sel darah tersusun rapat dan terdapat inti sel pada sel
darah.
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak
ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air
mengalir keluar sel. Larutan hipertonik terdiri dari NaCl 1,5% dan 3%.
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke
dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik tekanan osmotik
menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel
pecah dan tidak berfungsi. Yang termasuk dalam larutan hipotonik adalah
quads dan NaCl 0.5%.
15

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum mengenai rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis
sebelum dan sesudah haemolisis dapat disimpulkan bahwa sel-sel darah merah yang
dicampurkan dalam suatu larutan yang berbeda konsentrasi garamnya, jika
kosentrasi garam dari pelarut lebih tinggi dari sel darah maka sel darah akan
mengisut. Namun jika kosentrasi garam pelarut rendah dari sel darah merah maka
sel darah akan menggembung. Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah mengisut
atau menggembungnya sel darah tergantung pada tinggi rendahnya kosentrasi
garam dari sel darah itu sendiri atau kosentrasi garam zat pelarut.
5.2 Saran
Dalam Pada saat praktikum, sebaiknya praktikan berhati–hati dalam
menggunakan alat terutama saat pengambilan darah, berhati-hati mencampurkan
larutan serta jangan lupa untuk membasahi alat praktikum dengan EDTA agar darah
ikan tidak beku dan praktikan harus memperhatikan asisten Ketika menjelaskan
cara kerja dalam menjalankan praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan praktikum dan memahami prosedur kerja pada saat praktikum.

Anda mungkin juga menyukai