I. PENDAHULUAN
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) dan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh untuk mengangkut bahan kimia dari hasil
metabolism dan sebagai pertahanan tubuh dari virus dan bakteri. Darah biasanya
tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan karena sifat-sifat optic eritrosit yang
terdapat dalam darah. Jika sel-sel ini membengkak karena proses difusi atau
osmosa, maka haemoglobin akan lepas dan darah menjadi tembus cahaya
mempunyai sifat seperti cat lak (pernis).
Rupa darah adalah tampilan fisik dari darah pada saat dilihat dengan mata
telanjang atau melalui mikroskop. Darah ikan lele (Clarias sp), seperti halnya darah
pada hewan vertebrata lainnya, terdiri dari plasma, sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit) dan platelet (Rahmawati, 2018).
Makroskopis pada ikan lele (Clarias sp), darah memiliki warna merah gelap.
Warna ini disebabkan oleh adanya hemoglobin yang terkandung dalam eritrosit.
Hemoglobin adalah protein yang berperan dalam mengikat oksigen dan membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Pada ikan lele (Clarias sp), rupa darah
pada saat belum mengalami haemolisis ditandai dengan warna gelap yang homogen
(Suryanti, 2019).
Haemolisis adalah proses pecahnya sel darah merah yang mengakibatkan
pelepasan hemoglobin ke dalam plasma. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor
seperti pengaruh fisik, kimia atau biologis. Pada ikan lele (Clarias sp), rupa darah
pada saat mengalami haemolisis ditandai dengan adanya perubahan warna dari
merah gelap menjadi merah muda hingga bening.
Mikroskopis pada pemeriksaan ikan lele (Clarias sp), sel darah merah ikan lele
memiliki bentuk oval dan pipih dengan diameter sekitar 2-3 mikrometer. Sel-sel ini
memiliki inti yang tidak berbentuk dan terletak di tepi sel. Pada saat mengalami
haemolisis, sel darah merah akan pecah dan mengeluarkan hemoglobin ke dalam
plasma.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum rupa darah secara makroskopik dan mikroskopik
sebelum dan sesudah haemolisis agar mengetahui cara pengambilan darah, proses
apa yang terjadi terhadap rupa sel darah merah ikan ketika diberi aquades dan NaCI
3
3.1 Hasil
Dalam praktikum ini menggunakan ikan lele (Clarias sp) untuk diambil
darahnya sebagai bahan praktikum
Sampel A
1 ml darah ikan +1 ml aquades
Sampel C
1 ml darah murni
A2
13
B2
Gambar 4. Hasil yang didapat dari masing masing tabung reaksi yang telah
dilakukan preparat ulas kemudian diamati dibawah mikroskop.
3.2 Pembahasan
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke
dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam
darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,
pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah.
Pada tabung A yang ditambahkan 1cc darah ikan dan 1cc aquades dijelaskan
bahwa darah terpisah dari aquades, darah merah terletak di lapisan bawah dan
aquades berada di lapisan atas, warna merah di lapisan bawah lebih kental dan
dilapisan tengah berwarna merah pucat. Pada tabung B yang ditambahkan 1cc darah
ikan dan 1cc NaCl 3% dijelaskan bahwa darah dengan NaCl 3% menyatu, di lapisan
atas berwarna merah pucat dan di lapisan bawah berwarna merah pekat. Pada
tabung C yang ditambahkan 1cc darah dijelaskan bahwa darah berwarna merah
dengan sifat kental, dilapisan bawah berwarna merah pekat dan di lapisan atas
berwarna merah pucat.
Pada preparat ulas A yang telah diamati dibawah mikroskop dijelaskan bahwa
sel darah berwarna ungu karena pengaruh giemsa, sel-sel darah tidak tersusun rapat
dan terdapat nukleus atau inti sel pada darah.Pada preparat ulas B yang telah
diamati dibawah mikroskop dijelaskan bahwa sel darah berwarna ungu karena
pengaruh giemsa, sel darah tersusun sangat rapat antara sel darah yang satu dengan
sel darah yang lainnya dan terdapat inti sel pada sel darah. Pada preparat ulas C
yang telah diamati dibawah mikroskop dijelaskan bahwa sel darah merah berwarna
14
ungu karena pengaruh giemsa, sel darah tersusun rapat dan terdapat inti sel pada sel
darah.
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak
ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air
mengalir keluar sel. Larutan hipertonik terdiri dari NaCl 1,5% dan 3%.
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke
dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik tekanan osmotik
menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel
pecah dan tidak berfungsi. Yang termasuk dalam larutan hipotonik adalah
quads dan NaCl 0.5%.
15
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum mengenai rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis
sebelum dan sesudah haemolisis dapat disimpulkan bahwa sel-sel darah merah yang
dicampurkan dalam suatu larutan yang berbeda konsentrasi garamnya, jika
kosentrasi garam dari pelarut lebih tinggi dari sel darah maka sel darah akan
mengisut. Namun jika kosentrasi garam pelarut rendah dari sel darah merah maka
sel darah akan menggembung. Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah mengisut
atau menggembungnya sel darah tergantung pada tinggi rendahnya kosentrasi
garam dari sel darah itu sendiri atau kosentrasi garam zat pelarut.
5.2 Saran
Dalam Pada saat praktikum, sebaiknya praktikan berhati–hati dalam
menggunakan alat terutama saat pengambilan darah, berhati-hati mencampurkan
larutan serta jangan lupa untuk membasahi alat praktikum dengan EDTA agar darah
ikan tidak beku dan praktikan harus memperhatikan asisten Ketika menjelaskan
cara kerja dalam menjalankan praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan praktikum dan memahami prosedur kerja pada saat praktikum.