I PENDAHULUAN
Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh
hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari
0,05%. Dalam banyak hal, lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan
perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk
menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. Habitat ikan air tawar
meliputi danau, sungai, rawa, serta danau atau sawah yang tergenang air.
dan fisiologi tubuh akan sangat membantu dalam pemahaman pato fisiologi serta
Darah adalah suatu jaringan yang bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel
(frakmen-frakmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat
seperti air. Sel-sel dan frakmen-frakmen sel merupakan unsur-unsur darah. Sel-sel
ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Pada dasarnya
sel-sel darah dapat dibagi atas tiga unsur erytrosit, leukosit dan trombosit.
Diantara tipe tersebut, sel-sel darah merah merupakan yang paling banyak
jumlahnya.
bergantung kepada spesies ikannya. Jumlah eritrosit tiap-tiap mm3 darah berkisar
2
mikroskopik. Selain itu, pada sel darah merah memiliki tahanan osmotik yang
dapat ditentukan. Oleh karena itu, laporan ini akan membahas tentang rupa darah
praktikan, khususnya ikan Mas tentang rupa darah ikan secara makroskopik dan
menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah dari ikan yang telah dijadikan
sebagai objek pengamatan bagi praktikan secara lebih jelas dan terperinci.
Manfaat dari pratikum ini adalah praktikan dapat mengetahui rupa darah
ikan serta jenis-jenis sel darah merah ikan dan dapat menentukan tahanan osmotik
1.3 Hipotesis
H0: Tidak ada pengaruh pemberian NaCl dan Aquades terhadap rupa darah secara
H1: Ada pengaruh pengaruh pemberian NaCl dan Aquades terhadap rupa darah
secara makroskopis dan mikroskopis serta tahanan osmotik sel darah merah.
3
sesudah haemolisis dan menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah ikan
adalah suatu kegiatan yang cukup menarik dalam bidang perikanan terutama
sebelum dan sesudah haemolisis dan menentukan tahanan osmotik sel-sel darah
merah masih sulit di akses, karena membutuhkan banyak waktu dan keterampilan
yang baik untuk mengamati secara detail. Berdasarkan uraian di atas penulis dapat
sel-sel darah merah membuthkan waktu banyak dan keterampilan yang baik
dalam mengamatinya.
4
II TINJAUAN PUSTAKA
melakukan semua kegiatan hidupnya di dalam air. Karena didalam tubuh ikan
terdapat air dan kulit ikan merupakan suatu membrane yang semi permeable
terhadap air serta materi-materi yang ada didalamnya, maka interaksi antara air
yang ada didalam tubuh ikan dan air yang ada diluar tubuh ikan mungkin terjadi
(Manda et al., 2016 ). Ikan memiliki fisiologi yang terdapat dalam tubuh ikan.
berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme bersel tungggal maupun
bersel banyak, termasuk interaksi sel, jaringan, organ serta semua komunikasi
intercellular, baik energetic maupun metabolik. Pada ilmu fisiologi juga di bahas
faktor-faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi makhluk hidup, yang terkait
et al.,2017).
Ikan lele lokal (Clarias bathracus) dikenali dari tubuhnya yang licin
memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang,
sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang
kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat
pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang
gelap. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur
5
insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip
dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tetapi juga
beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil
tersebut. Ikan lele lokal memiliki sistem peredaran darah seperti pada ikan tawar
pada umumnya. Darah pada ikan terdiri atas sel darah merah, sel darah putih dan
Didalam darah mempunyai dua komponen utama yaitu sel-sel darah dan
plasma darah. Sel-sel darah terbagi lagi menjadi sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit), dan sel pembeku darah atau bitir-butir darah (trombosit),
sedangkan plasma darah disebut juga sebagai cairan darah (Pulungan et al.,2010
Darah mengangkut oksigen dari insang ke jaringan dan mengankut CO2 dari
pada darah sel merah. Tetapi pada sebagian ikan tidak memerlukan Hb untuk
transparans O2 dan Hb darah. Dua tipe peredaran darah dalam Hb sangat pada
respirasi ikan. Ketika darah mencapai jaringan, dimana CO2 tinggi, afinitas dan
Sel darah merah ikan berinti berfungsi untuk mengikat oksigen. Eritrosit
berwarna merah kekuningan, bentuknya lonjong, kecil dan ukurannya sekitar 7-36
butir, tergantung pada jenis dan ukuran ikan (Windarti et al.,2017). Rupa sel-sel
6
darah merah dapat di amati secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan
2.3 Haemolisis
larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke
sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang
ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin
akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada
medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium
luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
instraselluler. Bila sel-sel ini dimasukan ke dalam suatu cairan hipertonis atau
hipotonis terhadap cairan instraselluler, maka terjadi proses osmose dan diffusi.
larutan di luar sel ke dalam sel-sel darah merah, darah tidak mengalami perubahan
7
bila tekanan osmose cairan tersebut sama dengan tekanan osmose cairan
intrasellulernya sehingga sel darah akan mengkerut. Sedangkan bila cairan diluar
sel tersebut hipotonis (tekanan osmosenya lebih rendah), maka cairan dari luar
sel-sel tersebut akan masuk ke dalam sel sehingga sel akan membengkak dan
dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis adalah darah ikan yang dijaga
agar tidak menggumpal, aquades, EDTA 10%, NaCl 3% Etanol murni, dan
pewarna Giemsa. Alat yang digunakan adalah jarum suntik, tabung reaksi,
sel darah merah adalah darah ikan, larutan NaCl 3% dan aquades. Sedangkan alat
yang di gunakan adalah 9 tabung reaksi yang ditata dalam rak yang di beri label
dan nomor pada masing-masing tabung reaksi. Selain itu di gunakan juga pipet
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dilakukan dengan cara
1. Ikan di bius dengan mnyak cengkeh, dengan cara air di tetesi minyak
ikan dimasukan ke dalam air tersebut. Biarkan beberapa menit hinga ikan
pingsan.
2. Memnasahi jarum suntik dan spuit dengan EDTA 10% untuk mencegah
pembekuan.
3. Ikan yang sudah pingsan di letakan dalam nampan plastic. Tubuh ikan
ditutupi dengan kain basah (supaya tidak licin saat di pegang dan
dan vena caudalis sudah tertusuk. Tunggu hingga darah mengalir ke dalam
ml.
4. Menyediakan 3 buah tabung reaksi dengan label A,B dan C. Tiap tabung
tersebut. Dari setiap tabung di ambil 1 tetes darah, diteteskan pada bagian
ujung objek glass, kemudian salah satu ujung tetesan darah di sentuh
dengan objek glass lain dan di geser sepanjang objek glass dengan posisi
sudut 45°.
10
6. Objek glass dengan ulasan darah di angkat dan diterawang pada cahaya
8. Darah pada tabung A di tambah lagi dengan 1ml NaCl3%. Darah pada
volume darah, air dan larutan NaCl 3% pada tabung A dan B menjadi
sama.
menit.
menit.
merah.
2. Membuat larutan NaCl 0%; 0,35%; 0,5%; 0,6%; 0,7%; 0,9%; 1%; 3%.
4.1. Hasil
Sesudah Haemolisis
mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis di peroleh hasil data sebagai berkut:
Darah pada tabung A setelah di tambah aquades warna darah merata agak
terlihat pekat.
14
Rupa darah pada tabung B+1 ml NaCl 3 % dan + 1ml Aquades terbagi tiga
, dimana bagian bawah pekat dan menggumpal, bagian tengah merah encer,
Adapun hasil dari pengamatan dari preparat ulas yang di amati di bawah
mikroskop adalah:
Pada konsentrasi larutan NaCl 0,5% saat di amati dengan mikroskop darah
Pada konsentrasi larutan Nacl 0,6% drah menggumpal dan mengendap dan
mikroskop.
20
bawah tabung, saat di amati mengggunakan mikroskop tampak sangat pekat dan
4.2. Pembahasan
eritrosit yang terdapat dalam darah. Jika sel-sel ini dilarutkan dalam suatu cairan
yang bebeda konsentrasi garamnya atau jika sel-sel ini membengkak karena
proses difusi atau osmosis. Maka hemoglobin akan lepas dan darah menjadi
tembus cahaya. Darah yang tidak tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat
penutup, sedangkan darah yang tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat lak
(pernis). Suatu larutan garam yang pekat akan meyebabkan butir-butir darah
Komposisi elektrolit dalam sel darah merah kualitatif sama dengan yang
didalam sel sama dengan tekanan osmosis larutan 0,9 % NaCl yaitu larutan
isotonis dalam air. Apabila terjadi perubahan tekanan osmosis pada larutan diluar
sel darah merah akan berpengaruh terhadap besarnya sel tersebut. Larutan yang
hipotonik (aquades, 0,5 % NaCl) menyebabkan air masuk kedalam sel dan sel
akan bertambah besar kemudian pecah dan hemoglobin keluar dari sel, proses ini
1,5 % dan 3%), maka air dari dalam sel akan keluar sehingga sel mengecil
1. Tabung A
sehingga beberapa cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel darah merah
tersebut sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi membran atau lapisan yang
dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah
Hemolisis (pecahnya sel darah merah). Darah yang diberi aquades terlihat
karena itu, apabila darah tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf
2. Tabung B
dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu proses
dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang selalu
menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah merah akan keluar dari sel
darah yang kita kenai perlakuan seperti ini dan hasilnya tulisan yang dikenakan
darah tersebut akan buram, tidak terlihat terlalu jelas, karena darah tidak pecah,
3. Tabung C
Sel darah tanpa perlakuan apapun memiliki sifat yang kental dan tidak
yang berbeda dibandingkan dengan yang dilarutkan pada NaCl 0.5%, NaCl 0.9% ,
NaCl 1,5% dan NaCl 3%. Larutan NaCl 0.5% dan aquades mempunyai tekanan
osmotik yang lebih rendah dari darah, sehingga dikatakan hipotonik. Pada kondisi
ini air akan menembus membran sel, akibatnya sel akan menggembung.
terlarut dalam sel dan di luar sel. Pada kondisi hipertonik, misalnya pada sel darah
yang dilarutkan dalam larutan NaCl 3% dan NaCl 1,5%, keadaannya akan terbalik
dengan sel yang dalam keadaan hipotonik. Air dalam sel akan keluar menembus
membran, sehingga sel akan mengkerut, atau yang biasa disebut plasmolisis. Lain
23
halnya dengan sel darah yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0.9%, sel ini tidak
mengalami perubahan apa-apa. Pada kondisi isotonik ini tidak terjadi perbedaan
gradien konsentrasi zat terlarut di dalam maupun di luar sel. Oleh karena itu
lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air
menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi. Yang termasuk dalam larutan
lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air
air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma
akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.
terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain,
sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak
yang mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang
normal dan darah. Yang termasuk larutan isotonis adalah NaCl 0,9.
24
5.1. Kesimpulan
larutan NaCl dan Aquades terhadap rupa darah secara makroskopis dan
mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis serta tahanan osmotik pada sel
darah pada ikan (H:0) ternyata salah dan di tolak, yang artinya hipotesis yang
menyatakan bahwa ada ada pengaruh pemberian larutan NaCl dan Aquades
terhadap rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah
haemolisis serta tahanan osmotik pada sel darah pada ikan. Berdasarkan hasil
percobaan rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah
sedangkan darah yang di tambah larutan NaCl mengalami proses osmosis dan
sel-sel darah merah bila darah di tambah dengan larutan hipertonis (NaCl 0,9%
dan NaCl 3%) maka sel darah merah akan mengkerut karena tekanan osmosa
larutan hipertonis lebih tinggi dari tekanan osmosa darah. Sedangkan bila darah
ditambah dengan larutan hipotonis (NaCl 0% dan NaCl 0,3%), maka sel darah
5.2. Saran
sebaik mungkin, dan penuh ketelitian, serta sarana dan prasaranan yang di
yang di teliti.
25
DAFTAR PUSTAKA
Fernande. 2015. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Rupa darah Secara
MAkroskopis dan Mikroskopis Setelah dan Sesudah Haemolisis dan
Menentukan Tahanan Osmotik Darah Merah. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Pekanbaru.
Khaiqal. 2013. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Rupa darah Secara
MAkroskopis dan Mikroskopis Setelah dan Sesudah Haemolisis dan
Menentukan Tahanan Osmotik Darah Merah. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Pekanbaru.
Manda Ridwan Putra, Chaidir P. Pulungan, Windarti, deni Efizon. 2016. Buku
Ajar Biologi Perikanan. UR Press. Pekanbaru.
Sri Jarwanto. 2013. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Rupa darah Secara
MAkroskopis dan Mikroskopis Setelah dan Sesudah Haemolisis. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pekanbaru.
LAMPIRAN
27